ASESMEN PASIEN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Panduan Asesmen Pasien di
Rumah Sakit Intan Medika ini berhasil disusun. Panduan Asesmen Pasien
merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan pasien.
Dalam Panduan Asesmen Pasien Rumah Sakit Intan Medika ini telah
membuat asesmen untuk pelayanan di Rumah Sakit Intan Medika. Selain itu,
dalam panduan ini juga mengatur tentang tata laksana di lingkungan Rumah Sakit
Intan Medika.
Penghargaan dan ucapan terima kasih kami Direktur Rumah Sakit Intan
Medika, Tim Medis dan seluruh staf di Rumah Sakit Intan Medika yang telah
berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan sampai dengan penerbitan
panduan ini. Semoga Buku Panduan memberikan manfaat bagi semua dalam
proses asesmen pasien di lingkungan Rumah Sakit Intan Medika.
Akhirnya saran dan koreksi demi penyempurnaan buku panduan ini sangat
kami harapkan.
Terima kasih
Komite Medik
i
RUMAH SAKIT
INTAN MEDIKA
BLAWI KARANGBINANGUN LAMONGAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT INTAN MEDIKA LAMONGAN
NOMOR : 239/RSIM/PER/VI/2019
TENTANG
ii
Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Lamongan tentang Pemberian Ijin Operasional Rumah
Sakit Intan Medika sebagai rumah sakit Kelas D;
6. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Syifa’ul Ummah
Nomor 001/SK/YSU/I/2017 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Intan Medika Lamongan masa
bhakti 2019-2022.
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Panduan Asesmen Pasien di Rumah Sakit Intan Medika
digunakan sebagai Panduan untuk pelayanan pertama kali
dalam melayani pasien di Rumah Sakit Intan Medika
Pasal 2
Panduan Asesmen Pasien di Lingkungan Rumah Sakit Intan
Medika Lamongan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 1
terdiri atas:
iii
a. Bab I : Definisi
b. Bab II : Ruang Lingkup
c. Bab III : Tata Laksana
d. Bab IV : Dokumentasi
Pasal 3
Panduan Asesmen Pasien di Lingkungan Rumah Sakit Intan
Medika Lamongan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 1
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
Pasal 4
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lamongan
pada tanggal : 05 Juni 2019
Direktur RS. Intan Medika
iv
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
PERATURAN DIREKTUR....................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I DEINISI.......................................................................................................1
A. PENGERTIAN..........................................................................................1
B. TUJUAN....................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................3
BAB III TATA LAKSANA...................................................................................5
A. Asesmen rawat Jalan dan Emergensi.........................................................5
B. Asesmen Keperawatan.............................................................................33
C. Asesmen Rawat Inap................................................................................35
D. Asesmen Nutrisi.......................................................................................37
E. Asesmen Individual..................................................................................47
F. Asesmen Nyeri pada Kelompok Usia Lanjut (Geriatri)...........................68
G. Asesmen Khusus......................................................................................69
H. Asesmen ulang.........................................................................................84
I. Asesmen Pra Bedah.................................................................................86
BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................88
BAB I
DEINISI
A. PENGERTIAN
1. Asesmen Pasien adalah serangkaian proses yang berlangsung sejak dari
fase pre rumah sakit hingga manajemen pasien di rumah sakit.
2. Asesmen Rawat Jalan adalah asesmen yang dilakukan terhadap pasien
yang datang di bagian rawat jalan.
3. Asesmen Awal Emergency adalah asesmen yang dilakukan pada pasien
yang datang melalui instalasi gawat darurat (IGD).
4. Asesmen Rawat Inap adalah asesmen yang dilakukan pada pasien rawat
inap dalam 24 jam pertama setelah diterima di bangsal rawat inap atau bisa
lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam medis.
5. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.
6. DPJP adalah seorang dokter yang bertanggung jawab atas pengelolaan
asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab terhadap
kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketepatan waktu pengembalian
dari rekam medis pasien tersebut.
7. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan dan
kebidanan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang
dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
8. Asesmen Khusus adalah asesmen yang dilakukan pada pasien khusus.
Yang termasuk pasien kelompok khusus adalah pasien obstetri ginekologi,
pasien neonatus, pasien anak dan pasien terminal.
B. TUJUAN
Tujuan Panduan Asesmen Pasien Rumah Sakit Intan Medika yaitu:
1. Pengumpulan data yang komperhensif untuk menilai kondisi dan
masalah pasien.
2. Identifikasi masalah dan kebutuhan pasien.
3. Menentukan intervensi dan tata laksana secara tepat.
4. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan dengan re-asemen.
5. Tatalaksana cidera yang tidak rnengancam nyawa dan manajemen
transfer.
TRIASE
Adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi
dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas
ABC (Airway dengan kontrol vertebra servikal), Breathing, dan
Circulation dengan kontrol perdarahan, seperti yang akan
dibicarakan selanjutnya.
Triase juga berlaku untuk pemilahan pasien di lapangan dan
rumah sakit yang akan di rujuk. Merupakan tanggung jawab bagi
tenaga pra-rumah sakit (dan pimpinan tim lapangan) untuk
mengirim ke rumah sakit yang sesuai. Merupakan kesalahan besar
untuk mengirim pasien ke rumah sakit non-trauma bila yang ada
pusat trauma tersedia.
Triase yang dilakukan di IGD Rumah Sakit Intan Medika
berdasarkan kalasifikasi tingkat prioritas(labeling):
Klasifikasi keterangan
Keterangan :
Total skor : mata + verbal + pergerakan = 3-15
Skor 14 – 15 : ringan
Skor 9 – 1 : sedang
Skor 3 – 8 : berat
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang
didapatkan.
a) Derita yang sadar = composmentis pasti GCSnya 15 (4-5-
6), sedang penderita koma dalam, GCSnya 3 (1-1-1).
b) Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata
bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X-5-6.
c) Bila ada trakheostomi sedang E dan M normal,
penulisannya 4-X-6.
d) Atau bila tetraparese sedang E dan V normal,
penulisannya 4-5-X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran
pada anak berumur kurang dari 5 tahun. Atau jika ditotal
skor GCS dapat diklasifikasikan :
1) Skor 14 – 15 : compos mentis
2) Skor 12 – 13 : apatis
RESUSITASI
Resusitasi yang agresip dan pengelolaan cepat pada yang
mengancam nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin pasien
tetap hidup.Meliputi : Airway, Breathing/Ventilasi/Oksigenasi,
Circulation (dengan control perdarahan).
SECONDARY SURVEY
Secondary Survey baru dilakukan setelah Primary Survey
selesai, Resusitasi dilakukan dan ABC-nya pasien dipastikan
membaik.Survai sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki
(head to toe examination), termasuk reevaluasi pemeriksaan tanda
vital.Peluang untuk membuat kesalahan dalam penilaian pasien
yang tidak sadar atau gawat cukup besar, sehingga diperlukan
pemeriksaan teliti yang menyeluruh.
1) Anamnesis
Step 1 : Dapatkan riwayat AMPLE dari pasien, keluarga
atau petugas pra-rumah sakit.
Riwayat “AMPLE'' patut diingat :
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P : Past illness (penyakit penyerta)/pregnancy
L : Last meal
E :Event/environment (lingkungan) yang berhubungan dengan
kejadian perlukaan.
Step 2 : Dapatkan anamnesis sebab cedera dan mekanisme
cedera
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada Secondary Survey dilakukan berurutan
mulai dari kepala, maksilo-fasial, servikal dan leher, dada,
abdomen, perineum/rektum/vagina, muskuloskeletal sampai
pemeriksaan neurologis.
Kepala dan Maksilofasial
Step 3 : Penilaian
a. Inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk
adanya laserasi, kontusi, fraktur dan luka termal.
b. Re-evaluasi pupil.
c. Re-evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS.
d. Penilaian mata untuk perdarahan, luka tembus, ketajaman
penglihatan, dislokasi lensa, dan adanya lensa kontak.
e. Evaluasi syaraf cranial.
f. Periksa telinga dan hidung akan adanya kebocoran cairan
serebrospinal.
g. Periksa mulut untuk adanya perdarahan dan kebocoran
cairan serebrospinal, perlukaan jaringan lunak dan gigi
goyang.
Step 4 : Pengelolaan
a. Jaga airway, pernafasan dan oksigenasi.
b. Kontrol perdarahan.
c. Cegah kerusakan otak sekunder
d. Lepaskan lensa kontak.
Vertebra Servikalis dan Leher
Pasien dengan trauma kapitis atau maksilofasial dianggap ada
fraktur servikal atau kerusakan ligamentous servikal, pada
Muskuloskeletal
Step 14 : Penilaian
a. Inspeksi lengan dan tungkai akan adanya trauma
tumpul/tajam, termasuk adanya laserasi kontusio dan
deformitas.
b. Palpasi lengan dan tungkai akan adanya nyeri tekan,
krepitasi, pergerakan abnormal, dansensorik.
c. Palpasi semua arteri perifer untuk kuatnya pulsasi dan
ekualitas.
d. Nilai pelvis untuk adanya fraktur dan perdarahan.
e. Inspeksi dan palpasi vertebra torakalis dan lumbalis untuk
adanya trauma tajam/tumpul, termasuk adanya kontusio,
laserasi, nyeri tekan, deformitas, dan sensorik.
f. Evaluasi foto pelvis akan adanya fraktur.
g. Mintakan foto ekstremitas sesuai indikasi.
Step 15 : Pengelolaan
a. Pasang atau perbaiki bidai sesuai indikasi.
b. Pertahankan imobilisasi vertebra torakalis dan lumbalis.
c. Pasang PASG sesuai indikasi untuk kontrol perdarahan
dari fraktur pelvis, atau pasang kain sekitar pelvis.
d. Pasang bidai untuk imobilisasi cedera ekstremitas.
e. Berikan ATS.
f. Berikan obat-obatan sesuai indikasi atau petunjuk
spesialis.
g. Pertimbangkan kemungkinan sindroma kompartemen.
h. Lakukan pemeriksaan neurovaskular lengkap dari
ekstremitas.
Neurologis
RE – EVALUASI PENDERITA
Penurunan keadaan dapat dikenal apabila dilakukan
evaluasi ulang terus menerus, sehingga gejala yang baru timbul
segera dapat dikenali dan dapat ditangani secepatnya.Penilaian
ulang terhadap pasien, dengan mencatat, melaporkan setiap
perubahan pada kondisi pasien, dan respon terhadap resusitasi.
Monitoring dari tanda vital dan produksi urin mutlak.
Produksi urin pada orang dewasa sebaiknya dijaga ½ cc/kgBB/jam,
pada anak 1 cc/kgBB/jam.
Bila pasien dalam keadaan kritis dapat dipakai pulse oximetry dan
end-tidal CO2 monitoring.
Penanganan rasa nyeri merupakan hal penting. Rasa nyeri
dan ketakutan akan timbul pada pasien trauma, terutama pada
perlukaan musculoskeletal. Golongan Opiat atau Anxiolitika harus
diberikan secara intravena dan sebaiknya jangan
SECONDARY SURVEY
Identifikasi Penemuan Konfirmasi
Hal Yang Penilaian
/ Tentukan Klinis Dengan
Tingkat Beratnya Skor GCS a. <8, trauma a. CT Scan
Kesadaran trauma kapitis b.Ulangi tanpa
kapitis b. 9-12, trauma relaksasi otoo
sedang
c. 13-15,
trauma ringan
Pupil a. Jenis a. Ukuran a. Mass effec
trauma b. Bentuk b. Diffuseaxona
kapitis c. Reaksi l injury
b. Luka pada c. Perlukaan
mata mata
B. Asesmen Keperawatan
Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap
dan rawat jalan adalah asesmen pasien untuk memperoleh
informasi terkait status medis pasien. Khusus pasien rawat inap,
asesmenpasien terkait status kesehatan, intervensi, kebutuhan
keperawatan, dan gizi.Untuk dapat berhasil memberikan terapi /
asuhan yang berorientasi kepada pasien, dalam prakteknya, dokter,
perawat dan dietisien harus memiliki pengetahuan dan keahlian
dalam melakukan asesmen pasien.
Asesmen pasien diperoleh dari pasien dan sumber-sumber
lain (misalnya: profil terapi obat, rekam medis, dan lain-lain).
Asesmen pasien dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan
terkait:
D. Asesmen Nutrisi
Asesmen gizi adalah pengkajian factor-faktor yang mempengaruhi
penentuan pemberian diet dan tindak lanjutnya dari anamnesa dan
pengukuran.
Pengkajian (asesmen) gizi dilakukan setelah diketahui pasien
beresiko malnutrisi atau sudah malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi
khusus yang dimaksud adalah pasien yang menderita penyakit beresiko
seperti penyakit ginjal kronik, geriatric, anak, pasien HCU, luka bakar,
pasien dengan gangguan metabolic, DM, serosis hepatis dan lain – lain.
Pengkajian ( asesmen ) gizi meliputi kegiatan :
1. Pengumpulan data
a. Data antropometri
b. Data biokimia
c. Data klinik / fisik yang berhubungan dengan kondisi gizi
f. Intervensi Gizi
Intervensi gizi meliputi : penetapan tujuan dan bentuk intervensi
(cara & bentuk pemberian makan).
g. Implementasi
Dalam implementasi dilakukan edukasi gizi terhadap pasien dan
keluarganya terkait dengan pelaksanaan pemberian makanan.
3. Asesmen Ulang gizi lanjut dan tindak lanjut
Pelaksanaan asesmen ulang dilakukan berdasar hasil dari
asesmen lanjutan gizi dan merupakan monitoring dan tindak lanjut
secara berkala dari kondisi pasien.
Dalam proses asesmen gizi, pencatatan / pendokumentasian
semua kegiatan asesmen gizi dicatat / dimasukkan dalam data rekam
medis meliputi :
a. Form asesmen awal gizi
b. Form asesmen gizi lanjutan
c. Form asesmen ulang gizi lanjut dan tindak lanjut
Status nutrisi dengan menggunakan kriteria Malnutrition Universal
Screening Tool (MUST), yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menata laksana pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi,
atau obesitas. Untuk pasien anak > 5 tahun menggunakan grafik CDC dan
< 5 tahun dengan grafik Z- Score ( WHO, 2005).Skrining status gizi
dilakukan oleh perawat pada saat melakukan asesmen awal keperawatan.
1. Asesmen Gizi Pasien Dewasa
Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut:
Pengukuran altematif:
Pengukuran Alternative
Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran
lingkar lengan atas (LLA).
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90° terhadap siku,
dengan lengan atas parallel disisi tubuh. Ukur jarak antara
2) Langkah 2
Nilai prosentase kehilangan berat badan yang tak direncanakan ini
dan diberikan score.
Tabel 3
Kategori dan Ambang batas Status Gizi Berdasarkan Indeks
AMBANG
JENIS KATEGORI
INDEKS BATAS
PENGUKURAN STATUS GIZI
(Z – SCORE)
Gizi buruk < -3 SD
Gizi kurang -3 SD sampai
Berat Badan
Anak Usia 0 – 60 dengan 2 SD
Menurut Umur
Bulan Gizi baik -2 SD sampai
(BB/U)
dengan 2 SD
Gizi lebih < -3 SD
Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai
dengan < -2 SD
Indeks masa
Anak Usia 5 – 18 Normal -2 SD sampai
Tubuh Menurut
Tahun dengan 1 SD
Umur (IMT/U)
Gemuk >1 SD sampai
dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Untuk menghitung IMT pada anak menggunakan rumus :
IMT = BB (dalam kg)
E. Asesmen Individual
1. Asesmen Risiko Jatuh
a. Risiko Jatuh pada pasien dewasa
Kategori Pasien dengan Risiko Tinggi
1) Memastikan tempat tidur/brankard dalam posrsi rendah dan roda
terkunci
2) Menutup pagar tempat tidur/brankard
3) Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan
4) Letakkan tanda "Kewaspadaan Jatuh” pada panel informasi
pasien
5) Pastikan pasien memiliki stiker wama kuning penanda risiko
tinggi jatuh pada gelang identifikasi
6) Lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan dengan
persetujuan keluarga.
Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse
Fall Scale (Skala jatuh morse) sebagai berikut:
Nilai
Parameter Kriteria Nilai
Anak
Usia a. 21 hari-< 3 tahun 4
b. ≥ 3-7 tahun 3
c. ≥ 7-13 tahun 2
d. ≥ 13 tahun 1
Jenis Kelamin a. Laki-laki 2
b. Perempuan 1
Diagnosis a. Diagnosis neurologi 4
b. Perubahan oksigenasi 3
c. Gangguan perilaku 2
d. Diagnosa lainnya 1
Gangguan a. Tidak menyadari 3
Kognitif keterbatasan dirinya
b. Lupa akan keterbatasan 2
dirinya 1
c. Orientasi baik terhadap
diri sendiri
Faktor a. Riwayat jatuh 4
Lingkungan b. Pasien menggunakan 3
alat bantu 2
c. Pasien diletakkan di 1
tempat tidur
d. Area d luar rumah sakit
2. Asesmen Nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
mengakibatkan adaya kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi,
ata pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah
terjadi kerusakan jaringan. (International Association for the Study of
Pain)
Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang
terbatas, memiliki hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera
ataupenyakit.
Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu
yang lama. Nyeri kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun terjadi
proses penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya
yang pasti.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
1. Tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh.
2. Ukurlah berat badan dan tinggi badan pasien.
3. Periksa apakah terdapat lesi / luka di kulit seperti jaringan parut akibat
operasi, hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas jarum suntik.
4. Perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang (malalignment), atrofi
otot, fasikulasi, diskolorasi, dan edema.
b. Status Mental
1. Nilai orientasi pasien.
2. Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek, dan segera.
e. Pemeriksaan Sensorik
Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum – pin prick),
getaran, dan suhu.
f. Pemeriksaan Neurologis lainnya
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Asesmen nyeri
Ya
Tidak Ya
Tidak
Lihat manajemen
nyeri kronik
Tentukan mekanisme Pertimbangakan
nyeri (pasien dapat untuk merujuk ke
memahami >1 jenis spesiali yang sesuai
nyeri)
Prinsip Level 1
Manajemen Level 2
Tujuan terpenuhi? Telah melakukan
manajemen level a. Rujuk ke tim
Tidak Ya
a. Fungsi 1 dengan interdisiplin,
b. Kenyamanan adekuat? atau
c. Hambatan b. Rujuk ke klinik
khusus
manajemen
Ya nyeri
Asesmen hasil
Pilih alternatif
terapi yang lainnya Pecegahan
Edukasi pasien
Terapi farmakologi
Lihat menajemen Konsultasi (jika perlu)
nyeri kronik Tidak Prosedur pembedahan
Non farmakologis
Pertimbangkan Ya
untuk merujuk ke
spesialis yang Apakah nyeri >6
sesuai minggu
Tidak
Ya
Analgetik
Kembali ke kotak Pilih alterntif
adekuat?
temukan terapi
mekanisme nyeri
Ya Ya
Follow up /nilai
ulang
G. Asesmen Khusus
Asesmen khusus yaitu asesmen untuk tipe-tipe pasien atau populasi
pasien tertentu yang didasari atas karakteristik yang unik atau menentukan
setiap populasi pasien, yaitu pada pasien-pasien :
a. Anak-anak
b. Usia lanjut
c. Wanita hamil
d. Sakit terminal
e. Pasien dengan rasa nyeri yang kronis dan intens
f. Pasien dengan kelainan emosional atau gangguan jiwa
g. Pasien diduga ketergantungan obat atau alcohol
h. Korban kekerasan atau terlantar
i. Pasien dengan infeksi atau penyakit menular
j. Pasien yang mendapatkan kemoterapi atau radiasi
k. Pasien yang daya imunnya direndahkan
Asesmen khusus yang dilaksanakan di RS Intan Medika adalah
asesmen pada pasien anak-anak, usia lanjut, wanita hamil dan pada pasien
terminal.
Hasil asesmen pasien di catat pada form rekam medis sebagai berikut:
1. Form asesmen rawat jalan terdiri dari :
a. Pasien dewasa dicatat pada form asesmen awal medis rawat jalan, form
asesmen awal keperawatan rawat jalan.
b. Pasien anak dicatat pada form asesmen awal medis anak rawat jalan, form
asesmen awal keperawatan anak rawat jalan.
c. Pasien wanita hamil dicatat pada form asesmen awal medis kandungan
rawat jalan, form asesmen awal kebidanan rawat jalan
Untuk asesmen ulang rawat jalan di catat pada form asesmen ulang rawat jalan
2. Form asesmen rawat inap terdiri dari:
a. Pada pasien dewasa dicatat pada form asesmen awal medis rawat inap dan
form asesmen awal keperawatan rawat inap.
b. Untuk asesmen pra bedah di catat pada asesmen awal medis rawat inap,
sedangkan pasien pra bedah yang ditentukan setelah pasien masuk rawat
ianp lebih dari 1x24 jam di catat pada form catatan perkembangan pasien
terintegrasi. Pada pasien bedah ada form pra anastesi dan form pasca
anastesi
c. Pada pasien wanita hamil di catat pada form asesmen awal medis obgyn
rawat inap dan asesmen awal kebidanan rawat inap.
d. Pada pasien anak rawat inap dicatat pada form asesmen awal medis anak
rawat inap dan asesmen awal keperawatan anak rawat inap,
e. pada pasien neonatus dicatat pada form awal medis neonatus rawat inap
dan asesmen awal keperawatan neonatus rawat inap.
f. Pada pasien terminal di catat pada form asemen terminal
Semua pasien rawat inap untuk asesmen ulangnya di catat pada form catatan
perkembangan pasien terintegrasi.
3. Form Asesmen Gawat Darurat terdiri dari:
Asesmen medis gawat darurat dan form asesmen keperawatan gawat darurat.