Anda di halaman 1dari 4

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya yang dilakukan pada Rumah Sakit Al Islam Bandung mengenai

peranan audit operasional dan efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS, maka

penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan audit operasional pada Rumah Sakit Al Islam Bandung

dikatakan efektif/memadai. Hal tersebut dapat terlihat dari struktur

organisasi Rumah Sakit Al Islam bahwa kedudukan audit operasional yang

dilaksanakan ketua SPI beserta staf fungsional SPI terpisah dari unit kerja

yang lainnya dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit

Al Islam, Tahapan-tahapan audit operasional di Rumah Sakit Al Islam sudah

sesuai dengan indikator yang telah di tetapkan yaitu audit pendahuluan,

review dan pengujian pengendalian manajemen, audit lanjutan, pelaporan,

tindak lanjut. Program audit di Rumah Sakit Al Islam Bandung dibuat pada

periode 6 bulan sekali. Pada tahap persiapan audit operasional ditetapkan

objek pelaksanaan audit, ruang lingkup audit, tujuan audit dan juga di

dukung oleh jawaban responden melalui kuesioner, dimana nilai persentase

yang dihasilkan sebesar 83,56% termasuk dalam kategori efektif, yang

berarti bahwa pelaksanaan audit operasional di Rumah Sakit Al Islam

Bandung efektif/memadai.

94
95

2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan JKN/BPJS pada Rumah Sakit Al Islam

Bandung sudah efektif/memadai. Indikator-indikator dari pelayanan

kesehatan seperti asas pelayanan,prinsip pelayanan dan efektivitas pelayanan

telah terpenuhi dan di dukung juga oleh jawaban responden melalui

kuesioner, dimana nilai persentase yang dihasilkan sebesar 80,89%

termasuk dalam kategori efektif, yang berarti bahwa pelayanan kesehatan

JKN/BPJS di Rumah Sakit Al Islam Bandung efektif/memadai.

3. Audit operasional dalam meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan

JKN/BPJS pada Rumah Sakit Al Islam Bandung yang terdiri dari indikator

menilai kinerja, mengidentifikasi peluang perbaikan, dan membuat

rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut dikatakan berperan,

dengan nilai persentase yang dihasilkan sebesar 83,00% termasuk kedalam

kategori berperan, yang berarti bahwa audit operasional di Rumah Sakit Al

Islam Bandung berperan terhadap efektivitas pelayanan kesehatan

JKN/BPJS.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti

mengajukan saran sebagai berikut :

1. Saran untuk peneliti yang akan datang antara lain :

a. Hasil penelitian ini hanya menunjukkan kondisi audit operasional dan

pelayanan kesehatan JKN/BPJS pada Rumah Sakit Al Islam Bandung saja.

Untuk peneliti selanjutnya hendaknya memperluas subjek penelitian, seperti


96

pada rumah sakit besar sekelas Rumah Sakit Hasan Sadikin Kota Bandung,

puskesmas, maupun rumah sakit negeri dan swasta lainnya.

b. Variabel dapat ditambahkan untuk melihat peranannya terhadap efektivitas

pelayanan kesehatan JKN/BPJS, seperti pengendalian internal maupun

auditor internal.

2. Saran untuk Rumah Sakit Rumah Sakit Al Islam Bandung adalah :

Mengingat hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa audit operasional berperan

terhadap efektivitas pelayanan kesehatan JKN/BPJS, maka sebaiknya Rumah

Sakit Al Islam Bandung terus meningkatkan pelaksanaan audit operasional dan

pelayanan kesehatan JKN/BPJS yang berkualitas dan efektif. Manajemen

beserta direksi RSAI perlu mengadakan pelatihan khusus dan program

pendidikan bagi SPI untuk meningkatkan fungsi dan tugasnya sebagai bagian

dari auditor operasional agar menghasilkan sumber daya manusia yang

kompeten di bidangnya. Semakin besar peranan audit operasional maka

pelayanan kesehatan akan semakin efektif. Walaupun pelayanan kesehatan

JKN/BPJS di Rumah Sakit Al Islam Bandung sudah efektif, masih terdapat

kendala-kendala yang dirasakan oleh Rumah Sakit Al Islam Bandung yaitu :

1. Keterbatasan sarana dan prasarana termasuk ruang perawatan khusus untuk

pasien pemilik kartu JKN/BPJS seringkali penuh dan membuat Rumah

Sakit Al Islam Bandung seringkali kesulitan jika pasien yang datang ke

membeludak.

2. Keterbatasan kapasitas SDM. Termasuk diantaranya kemampuan setiap

dokter untuk dapat menerima sejumlah pasien setiap harinya.


97

3. Terbatasnya ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan untuk pasien

pemilik kartu JKN/BPJS.

4. Masih banyak pasien yang belum memahami prosedur JKN/BPJS sehingga

membuat pelayanan kesehatan JKN/BPJS di Rumah Sakit Al Islam

Bandung terhambat.

Dengan adanya kendala-kendala tersebut, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut :

1. Diperlukannya peranan dari Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) sesuai

dengan amanat Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, untuk dapat memetakan permasalahan terkait sarana ruang perawatan

untuk dapat mendiskusikan solusi dari permasalahan tersebut.

2. Untuk menggatasi terbatasnya SDM tenaga kesehatan di rumah sakit

seharusnya mengusulkan formasi tenaga medis jika ada penerimaan. Karena

jika tidak ada penambahan tenaga medis, maka akan terjadi penurunan

kualitas dan standar dan hal itu tentu saja akan berimbas kepada pasien yang

memperoleh pelayanan kesehatan.

3. Perlu adanya komunikasi atau koordinasi dari Rumah Sakit Al Islam

Bandung kepada pihak terkait seperti kepada pihak BPJS atau Kementerian

Kesehatan terkait ketersediaan obat-obatan generik.

4. Rumah Sakit Al Islam Bandung kembali mensosialisasikan prosedur

pelayanan JKN/BPJS melalui simulasi yang tertuang pada media cetak

seperti poster-poster yang ditempel disekitar rumah sakit dan juga brosur.

Anda mungkin juga menyukai