Anda di halaman 1dari 36

PEDOMAN PELAYANAN SANITASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN MAMUJU TENGAH

TAHUN 2022

1
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Tammauni Pue Ballung Kec. Tobadak Kab. Mamuju Tengah 91563
Telepon 081238269933 Email :rsud.mateng20@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN MAMUJU TENGAH
NOMOR 800/I.14.02/II/2022

TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT SANITASI
`
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAMUJU TENGAH,
Menimbang a. Bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
: member pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran
sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
b. Bahwa untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan maka
perlu adanya penyelenggaraan kesehatan lingkungan Rumah
Sakit yang sesui dengan persyaratan kesehatan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, perlu menetapkan
tentang Kebijakan Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2006 tentang kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(lembaga negara republic Indonesia 4438)
3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien.
5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2016 Tentang Akrteditasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH KABUPATEN


MAMUJU TENGAH TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI UNIT SANITASI

i
KESATU : Keputusan Direktur tentang Kebijakan Pedoman Pelayanan Instalasi
Sanitasi di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah.

Kebijakan yang dimaksud dalam poin kesatu

KEDUA tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak


terpisah kandari Keputusan Direktur ini.

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai pada


ketetapan selanjutnya.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan di
adakan perbaikan sebagai mana mestinya

Ditetapkan di : Tobadak
Pada tanggal : 20 Februari 2022
Plt.Direktur

dr. Hj. Nur Fitriana, Sp.GK


NIP. 19861231 201412 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Mamuju Tengah ini berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi rumah
sakit dalam penyediaan layanan dan fasilitas di Rumah Sakit Umum Kabupaten Mamuju Tengah
sehingga dapat mengurangi masalah kesehatan masyarakat dan meminimalkan resiko terhadap
kesehatan masyarakat, rumah sakit sebagai jasa pelayanan kesehatan berpotensi tinggi
menimbulkan infeksi bagi lingkungan sekitar. Pengelolaan sanitasi lingkungan rumah sakit yang
tidak tepat dan tidak memadai dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan dan pencemaran
lingkungan.Dengan demikian pengelolaan sanitasi rumah sakit harus dikelola dengan tepat,
sistematis serta dijadikan bagian integral dari program pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan Pedoman Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit ini dapat
sebagai acuan dan memberikan panduan bagi petugas sanitasi maupun petugas kesehatan
lainnya di rumah sakit dalam upaya menyelenggarakan program sanitasi rumah sakit. Kami
menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna untuk itu maka kami mengharapkan masukan
dan saran demi perbaikan pedoman sanitasi rumah sakit ini dari berbagai pihak.

Tobadak , 20 Februari 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Tujuan Pedoman ..........................................................................................1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ............................................................................2
D. Batasan Operasional ....................................................................................2
E. Landasan Hukum ..........................................................................................3

BAB II : STANDAR KETENAGAAN ....................................................................................

A. Kualifikasi SDM .............................................................................................5


B. Distribusi Ketenagaan ...................................................................................6
C. Pengaturan Jaga ..........................................................................................6

BAB III : STANDAR FASILITAS ..........................................................................................

A. Denah Ruangan ............................................................................................7


B. Standar Fasilitas ...........................................................................................8

BAB IV : TATA LAKSANA PELAYANAN .............................................................................

A. Kebersihan Ruangan,Bangunan, Dan Halaman ...........................................9


B. Fasilitas Kamar Mandi dan Toilet ..................................................................9
C. Pencahayaan ................................................................................................10
D. Kebisingan ....................................................................................................10
E. Penghawaan Ventilasi dan Pengaturan Udara .............................................10

BAB V : LOGISTIK ............................................................................................................. 24

BAB VI : KESELAMATAN KERJA .......................................................................................25

BAB VII : PENGENDALIAN MUTU .......................................................................................

A. Standar Input ................................................................................................28


B. Standar Proses .............................................................................................29
C. Standar Output .............................................................................................29

BAB VIII : PENUTUP ...............................................................................................................30

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, merupakan


tempat bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok pengunjung,
kelompok petugas kesehatan maupun kelompok lingkungan sekitar rumah sakit dimana terjadi
interaksi antara kelompok tersebut yang memungkinkan menyebarnya penyakit jika tidak
didukung oleh kondisi lingkungan rumah sakit yang baik dan saniter, juga memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Selain pengelolaan limbah padat medis dan non medis serta pengelolaan limbah cair
rumah sakit yang juga harus diperhatikan dalam program pelayanan sanitasi rumah sakit antara
lain pengelolaan kebersihan ruang dan bangunan, penyehatan dan pengawasan kualitas air
bersih dan air minum, penyehatan dan pengawasan kualitas makanan dan minuman,
pengendalian serangga dan binatang pengganggu, pengelolaan pertamanan, pencegahan
infeksi nosokomial, pengelolaan bahan berbahaya beracun serta upaya penyuluhan kesehatan
lingkungan rumah sakit.

A. Latar Belakang
Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya resiko gangguan kesehatan dan pencemaran
lingkungan rumah sakit maka perlu adanya dukungan dari pihak manajemen dalam
penyelenggaraan program sanitasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Mamuju Tengah yang
mengacu kepada Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Umum di Indonesia serta Peraturan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit yaitu meliputi:
1. Menyelenggarakan pengelolaan kebersihan ruang, bangunan, halaman rumah sakit
2. Menyelenggarakan pengeloaan limbah cair, pengelolaan limbah padat medis,
pengelolaan limbah padat non medis dan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
3. Menyelenggarakan pemantauan kualitas air bersih, air minum serta kualitas makanan/
minuman
4. Menyelenggarakan pemantauan pengendalian serangga dan binatang pengganggu
5. Menyelenggarakan pengelolaan petamanan
6. Menyelenggarakan pencegahan infeksi nosocomial
7. Menyelenggarakan pengawasan pengelolaan bahan berbahaya beracun
8. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan sanitasi dan kesehatan lingkungan
9. Menyelenggarakan pengembangan Sumber Daya Manusia.
B. Tujuan
Agar tersedianya pedoman atau panduan bagi Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum
Kabupaten Mamuju Tengah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian pengawasan serta pelaporan penyelenggaraan pelayanan sanitasi sehingga
dapat mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Mamuju Tengah secara menyeluruh melalui penyelenggaraan program pelayanan sanitasi
dan kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Mamuju Tengah.

1
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan di Instalasi Saniatsi Rumah
Sakit Umum Kabupaten Mamuju Tengah yaitu meliputi :
1. Pengelolaan kebersihan ruang, Bangunan dan halaman
2. Pengelolaan Limbah Padat Medis
3. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis
4. Pengelolaan Limbah Cair
5. Pengendalian Serangga Dan Binatang Pengganggu
6. Pengawasan kualitas Air Bersih dan Air Minum
7. Pengawasan kualitas makanan dan minuman
8. Pemeliharaan Taman
9. Penyuluhan kesehatan lingkungan
10. Pencegahan Infeksi Nosokomial
11. Pengelolaan Limbah Berbahaya Beracun
12. Pengembangan Sumber Daya Manusia
D. Batasan Operasional
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis dan pelayanan penunjang non medis.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan, misalnya menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah hygiene adalah
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu, misalnya
mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian makan yang rusak. Kebersihan dan
Sanitasi ruang bangunan adalah upaya pembersihan seluruh ruang bangunan, peralatan
medis dan non medis dan halaman rumah sakit sehingga menciptakan kondisi lingkungan
rumah sakit yang bersih, sehat dan nyaman bagi pasien, pengunjung dan petugas rumah
sakit.

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair dan gas. Limbah padat medis adalah limbah padat yang dihasilkan dar
kegiatan pelayanan medis dan penunjang medis berupa limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
bukan medis seperti limbah dari pengolahan makanan dapur rumah sakit, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah
cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif.
Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasla dari kegiatan pembakaran
limbah padat medis di rumah sakit dengan Incinerator, proses memasak dari dapur rumah
sakit, operasional generator set, proses anastesi di ruang operasi dan pembuatan obat
sitotoksik. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu adalah upaya untuk

2
mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya sehingga
keberadaanya tidak menjadi vektor penularan penyakit. Air bersih adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi kualitas air bersih secara fisik,
kimia dan bakteeriologi sesuai Permenkes No. 416tahun 1990.

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang
memenuhi kualitas secara fisik, kimia dan bakteeriologi air minum sesuai Kepmenkes
No.907 tahun 2002.
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan petugas serta makanan dan minuman
yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
Penyuluhan dan sosialisasi kesehatan lingkungan RS adalah suatu prosedur penyampaian
pesan mengenai sanitasi/ kesehatan lingkungan RS baik secara langsung, melalui media
cetak maupun media elektronik.
Pemeliharaan tanaman dan taman RS adalah pemeliharaan tanaman dan taman RS untuk
menjaga agar tanaman dan taman di seluruh areal RS dalam keadaan terawat, bersih dan
indah.
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat penderita ketika sedang dirawat
di rumah sakit dengan ketentuan :
- Pada saat pasien masuk rumah sakit/ dirawat tidak didapatkan tanda-tanda klinisdan
tidak sedang dalam masa inkubasi penyakit tersebut
- Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 kali 24 jam sejak dirawat di rumah sakit
- Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari pada waktu inkubasi
penyakit tersebut.

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan / atau konsentrasinya
dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau
merusak lingkungan hidup dan dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun adalah suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengadaan, penyimpanan, pengemasan, penanggulangan, serta penanganan bahan berbahaya
dan beracun setelah tidak digunakan.

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup;
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular;
5. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan 1imbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

3
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah lampiran 44 Baku Mutu Air Limbah Bagi usaha dan atau kegiatan fasilitas
Pelayanan kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
9. Peraturan Bupati Mamuju Tengah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan Pada rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah.

4
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Kualifikasi dan Jumlah Tenaga


No Sarjana D III D III SMA / Jumlah
Jenis Tenaga
. Kesmas/Kesli Kesling Kebidanan Sederaj
ng at
1 Sanitarian Ahli 1 1
2 Sanitarian Terampil 3 2 5
Petugas Pengelolaan
3 3 2 1 6
dan Pengawasasn
4 Petugas Administrasi 1 1
Kebutuhan SDM 3 2 3 8

KETERANGAN:

1. Pimpinan
Pelaksanaan program sanitasi dan kesehatan lingkungan dikepalai oleh seorang Ahli
Madya jurusan Kebidanan dengan senagai penanggung jawab kesehatan lingkungan
Rumah Sakit.
2. Staf / Pelaksana
Pelaksanaan program sanitasi dan kesehatan lingkungan dilakukan oleh tenaga
pelaksana / staf dengan ijazah jurusan Kesehatan Lingkungan, Teknik Lingkungan, dan
jurusan Kebidanan yang telah mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan
lingkungan rumah sakit yaitu untuk :
a. Pelaksana kegiatan program sanitasi / Sanitarian Pelaksana / Teknik Lingkungan
Pelaksana / Pelaksana K3
b. Pelaksana teknis atau operator mesin IPAL
c. Pelaksana pengelolaan limbah padat medis dan limbah padat non medis
d. Pelaksana pengelolaan kebersihan
e. Pelaksana administrasi.
3. Jumlah SDM pada saat ini 4 orang yaitu :
1. Kepala Instalasi Sanitasi 1 orang
2. Pelaksana atau Staf Instalasi Sanitasi 3 orang yaitu :
- Sanitarian Terampil 3 orang sudah sesuai kualifikasi

5
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan Instalasi Sanitasi RSU Kabupaten Mamuju Tengah

No Nama Pendidikan Jabatan


1 Ilham Wahyudi D III Kesling Kepala Instalasi Sanitasi
2 Demmaraya, Skm S1 Kesmas Sanitarian Pelaksana
3 Hariana.Skm S1 Kesmas Sanitarian Pelaksana
4 Ahmad Kamal, A.Md. KL D III Kesling Sanitarian Pelaksana
Jumlah 4 Orang

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan Jadwal Jaga yang dibagi ke dalam 1 shift , yaitu :
1 Sift Jam Kerja 24 Jam

6
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Fasilitas dan peralatan di Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Mamuju Tengah
harus menciptakan kinerja efektif dan efisien
1. Fasilitas dan peralatan penanganan limbah padat medis 1 unit :
a. Pengangkutan dan pemusnahan limbah padat medis dengan mesin Incinerator oleh
pihak ke 3 outsourching yang telah memiliki ijin operasional dari Kementrian
Lingkungan Hidup
b. Plastik kuning besar ukuran 100 X 70cm
c. Plastik kuning kecil ukuran 70 X 50 cm
d. Safety box ukuran 12,5 liter dan ukuran 5 liter
e. Gerobak sampah medis
f. Kontainer sampah medis/bin ( dipinjamkan pihak ke-3)
g. TPS sampah medis/ TPS limbah B3 yang telah memiliki Ijin Pengumpulan Limbah
B3
h. Timbangan manual dan timbangan digital
i. APD pekerja/ masker, sarung tangan, baju kerja, helm dan sepatu bot
j. Bahan-bahan desinfektan seperti karbol/lysol dan sabun tangan
k. Alat-alat kebersihan seperti : sapu lidi, pengki, slang, serokan, air bersih
l. P3K seperti betadine, alkohol, verban, plester
m. APAR
2. Fasilitas dan peralatan penanganan limbah padat non medis 1 unit :
a. Plastik hitam besar/Polybag 100x70 cm
b. Plastik hitam kecil
c. Motor Gerobak sampah non medis/domestic
d. Gerobak dorong sampah non medis/domestic
e. Becak erobak sampah non medis/domestic
f. TPS sampah non medis/domestic
g. APD pekerja / masker, sarung tangan, baju kerja, helm, sepatu bot
h. Mobil pengangkut sampah domestic
i. Bahan-bahan desinfektan seperti karbol/Lysol
j. Alat-alat kebersihan seperti / sapu lidi, pengki, slang, serokan, air bersih.
3. Fasilitas dan peralatan penanganan limbah cair 1 unit :
a. IPAL 1 unit
b. Jaringan pipa limbah cair
c. Bak control
d. Bak pengumpul
e. Pompa submersible
f. Slang spiral & buah
g. Alat pengukur debit limbah cair/flowmeter
h. APD pekerja / masker, sarung tangan, baju kerja, sepatu bot, kaca mata, helm

7
i. Sarana pengambilan sempel / jerigen, botol steril, imhof cone/tabung ukur, kerucut,
alat pengukur pH digital
j. Laboratorium lingkungan terakreditasi.
4. Fasilitas dan peralatan penanganan limbah gas/asap 1 unit:
a. Fentilasi ruangan
b. Exaust fan di setiap ruangan
c. Sungkup asap
d. Cerobong mesin genset
e. APD pekerja: masker, sarung tangan, baju kerja, penutup kepala
f. Laboratorium lingkungan terakreditasi.
5. Fasilitas penyediaan air bersih:
Penyediaan air bersih rumah sakit mencukupi yaitu menggunakan air PDAM rata-rata
pemakaian 500 m3/hari, penggunaan air bersih seuai persyaratan kesling rumah sakit
adalah 0,5 m3/TT/hari, sedangkan sisanya digunakan pelayanan seperti Instalasi Gizi,
Poliklinik, Perkantoran, kegiatan pembersihan di ruangan, penyiraman dll.
6. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi:
Toilet dan kamar mandi mencukupi sesuai standar persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit ( Kepmenkes 1204/2004 ) yaitu untuk pasien setiap 10 TT penyediaan 1
toilet/kamar mandi, untuk karyawan setiap 20 karyawan 1 toilet/kamar mandi,
untuk pengunjung perempuan setiap 20 pengunjung perempuan 1 toilet/kamar
mandi ,serta untuk pengunjung laki-laki setiap 30 pengunjung laki-laki 1 toilet/kamar
mandi.
7. Fasilitas Tempat Pembuangan Sampah:
Tempat pembuangan sampah mencukupi sesuai standar persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit yaitu terdapat minimal 1 buah tempat pembuangan sampah
untuk setiap kamar/ ruangan atau sesuai kebutuhan.
8. Fasilitas Pengendalian serangga dan binatang pengganggu/ Pengendalian serangga dan
binatang pengganggu menggunakan Jasa Pest control (pihak ke-3) yang telah
mendapatkan rekomendasi Ijin Operasional dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju
Tengah yaitu upaya mengurangi populasi serta pengendalian Serangga dan Binatang
Pengganggu.
9. Fasilitas TPS Limbah B3 TPS limbah B3 rumah sakit yang telah memiliki Ijin
penyimpanan dan pengumpulan sementara dari BPLH Kabupaten Mamuju Tengah dan
unit pengelola limbah B3 (pihak ke-3) yang telah memiliki ijin KLH.
B. Denah Ruangan

8
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana penyelenggaraan program sanitasi dan kesehatan lingkungan RS mengacu


kepada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan RS. Tujuannya adalah sebagai dasar untuk mencegah terjadinya resiko infeksi
silang/nosokomial, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Adapun ruang lingkup tata laksana pelayanan sanitasi adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Kebersihan Ruang, Bangunan, dan Halaman


A. Kebersihan ruang, bangunan dan halaman
a. Melaksanakan kegiatan kebersihan, di seluruh ruang, bangunan dan halaman RS
oleh pihak ke tiga/ outsourching, yaitu :
- Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore
- Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapihkan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan
dokter, kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan
- Harus dihindari cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
- Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel)
yang memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang tepat
- Perlengkapan kebersihan harus tersedia masing-masing di ruangan
- Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal & kali setahun dan di
cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar
- Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptic.
b. Melaksanakan pemantauan kebersihan diseluruh ruangan RS setiap hari
c. Melaksanakan pendistribusian kantong plastik hitam besar /polybag,plastik hitam
kecil dan karung goni
d. Melaksanakan pemantauan kebersihan seluruh ruangan, halaman, selasar, kamar
mandi dan toilet melalui cek list pemantauan kebersihan setiap bulan
e. Melakukan koordinasi pelaksanaan kebersihan dengan pihak ke tiga
f. Melaksanakan evaluasi hasil pemantauan pelaksanaan kebersihan.
B. Fasilitas kebersihan kamar mandi dan toilet/WC
- Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih
- Kegiatan pembersihan bak kamar mandi, WC, dinding dan plafon kamar mandi
minimal dilakukan pagi dan sore
- Pembersihan bak, lantai dan WC harus disikat dan diberi bahan desinfektan
- Pada setiap unit ruangan harus tersedia kamar mandi, toilet dan tempat cuci
tangan tersendiri khususnya untuk rawat inap dan kamar karyawan harus
mempunyai kamar mandi sendiri
- Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan
bau (water seal) dan harus dibersihkan

9
- Lubang penghawaan selalu dibersihkan dan harus berhubungan langsung
dengan hawa luar.
- Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan
kamar mandi dan toilet
- Hindari adanya genangan air
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan
- Dilarang membuang bahan desifektan kedalam lubang WC
- Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita maupun
karyawan dan pengunjung
- Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada
petunjuk arah
- Perbandingan toilet dengan pengunjung yaitu 1 toilet untuk 20 pengunjung
wanita dan 1 toilet untuk 30 pengunjung pria.
C. Pencahayaan
- Lingkungan RS baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya
- Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja maupun untuk menyimpan
barang/peralataan harus diberi pencahayaan
- Ruang pasien harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk
malam hari serta disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu
ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan gaduh.
D. Kebisingan
- Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar
mandi dan ruangan yang memerlukan Susana tenang terhindar dari kebisingan
- Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar
diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara :
1. Pada sumber bising di RS : peredaman, penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising
2. Pada sumber bising dari luar RS : penyekatan/penyerapan bising dengan
penanaman pohon (green belt), meninggikan tembok dan meninggikan
(bukit buatan).
E. Penghawaan/ Ventilasi dan Pengaturan Udara
- Penghawaan/ Ventilasi RS dengan menggunakan system pendingin
hendaknyaharus dipelihara dan diopersikan sesuai SOP, sehingga dapat
mengahasilkan suhu, aliran udara dan kelembaban nyaman bagi pasien dan
karyawan
- Penghawaan dengan menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus
diperhatikan cooling towernya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella
- Penghawaan dengan menggunakan AHU (Air Handling Unit ) harus dibersihkan
secara rutin filter udara dari debu, bakteri dan jamur
- Penghawaan dengan suplai udara dan exhaust fan hendaknya digerakan
secara mekanik dan diletakan pada ujung system ventilasi dengan
perbandingan setiap ruangan dengan volume 100 m3 minimal 1 exhaust fan

10
dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik dan frekuensi
pergantian udara 2-12 kali per jam
- Pengambialn supply udara dari luar hendaknya diletakan sejauh mungkin
minimal 7,5 m dari exhauster/perlengkapan pembakaran
- Tinggi intake minimal 0,9 m dari atap
- Suplai udara diatas lantai dengan system dibuat keseimbangan tekanan
- Suplai udara untuk daerah sensitif seperti ruang operasi, perawatan bayi
disediakan 2 exhaust fan yang diletakan dekat langit-langit dan exhaust dekat
lantai minimal 7,5 cm dari lantai
- Suplai udara koridor/selasar atau bangunan exhaust fan dari tiap ruang
hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke
WC, toilet dan gudang
- Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan system silang dan dijaga
agar aliran udara tidak terhalang
- Penghawaan mekanis dengan exhaust fan atau AC dopasang pada ketinggian
minimum 2 m diatas lantai atau 0,2 m dari langit-langit
- Untuk mengurangi kadar kuman dalam ruang 1 kali sebulan harus di desinfeksi
dengan menggunakan aerosol, disaring dengan electron presipitator atau
dengan menggunakan sinar ultra violet
- Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 kali setahun dilakukan dengan
pengambilan sampel dan pemeriksaan kualitas udara berupa kadar kuman,
debu dan gas.
2. Pengelolaan Limbah Padat Medis
a. Pemantauan pengelolaan limbah medis diruangan melalui pemisahan antara limbah
medis dan limbah non medis;domestik di ruangan serta pemisahan limbah medis
bersifat non tajam kedalam plastik kuning dan tajam dimasukan ke safety box
b. Penyediaan dan pembagian plastik kuning dan safety box
c. Pengangkutan limbah medis dari ruangan ke TPS limbah B3 RS oleh petugas
sanitasi menggunakan kontainer khusus limbah B3 serta pengangkutan limbah
medis dari TPS limbah B3 RS ke tempat pengolahan akhir oleh pihak ketiga yang
memliki ijin Pengolahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dengan menggunakan
mobil khusus pengangkut limbah B3 yang telah memiliki ijin Pengangkutan dari
Kementrian Perhubungan setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu
d. Melakukan pencatatan melalui pengisian dokumen manivest limbah B3
e. Melaksanakan kerjasama pemusnahan sampah medis dengan instansi pelayanan
kesehatan di Wilayah Mamuju Tengah dengan membuat MOU kerjasama dan
menampung sementara maximal 2x24 jam limbah medis di TPS limabah B3 RS
yang telah memiliki ijin Pengumpulan Sementara dari Badan Lingkungan Hidup
Mamuju Tengah
f. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah padat medis serta dokumentasi manivest
jumlah limbah medis yang dikelola
g. Minimisasi Limbah :
1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membeli
2. Menggunakan bahan-bahan sesuai kebutuhan

11
3. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
4. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimia
5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbaya dan beracun (B3)
6. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa
7. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
8. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor
h. Pemilahan
Dilakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai dari sumber penghasil limbah
padat medis di ruangan khususnya ruang perawatan yaitu yang terdiri dari dari :
- Limbah infeksisius
- Limbah patologi
- Limbah benda tajam
- Limbah farmasi
- Limbah citotoksis
- Limbah kimiawi
- Limbah radioaktif
- Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
- Limbah kontainer bertekanan
i. Pewadahan
Tempat pewadahan Limbah Padat Medis yaitu :
- Tebuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya misalnya fiberglass
- Di setiap sumber penghasil limbah padat medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan pewadahan limbah padat non medis
- Di tempat pewadahan limbah padat medis non tajam harus dilapisi plastik
kuning sedangkan untuk pewadahan limbah pat medis tajam ditampung pada
tempat khusus seperti safety box yang terbuat dari karton yang kuat dan aman
atau botol
- Kantong plastic atau safety box yang sudah terisi 2/3 limbah medis harus
diangkat setiap hari atau kurang dari sehari
- Tempat pewadahan limbah padat medis khususnnya limbah infeksius dan
citotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan
dengan larutan desinfektan apabila akan digunakan kembali sedangkan kantung
plastic kuning yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut
tidak boleh digunakan lagi.
j. Pengangkutan
- Pengangkutan/transportasi dari sumber penghasil limbah/ruangan ke Tempat
penampungan Sementara/TPS RS
- Kantong limbah padat medis yang sudah terikat dimasukan dalam container
yang kuat dan tertutup dan diangkut dengan menggunakan gerobak / troli
khusus limbah padat medis

12
- Kantong limbah padat medis yang sudah terisi harus aman dari jangkauan
manusia maupun hewan
- Pengangkutan dari Tempat penampungan Sementara/TPS RS ke Tempat
Pengolahan/ Pemusnahan Akhir Limbah Padat Medis dengan menggunakan
kendaraan yang telah memiliki ijin Pengangkutan Limbah B3 Infeksius dari
Dishub.
k. Tempat Penyimpanan Sementara
- Penyimpanan limbah padat medis di TPS tidak boleh melebihi 2x24 jam dan
selanjutnya dilakukan pemusnahan
- TPS Limbah padat medis harus memiliki Ijin TPS Limbah B3/ Infeksius dari
badan Lingkungan Hidup Daerah
- Bagi RS yang memiliki mesin Incinerator yang memenuhi standar maka harus
membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam
- Bagi RS yang tidak mempunyai incinerator, maka limbah padat medis harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan pihak ke tiga yang memiliki ijin
pengangkutan, pengumpulan dan pemusnahan/pengolahan dari Kementrian
Lingkungan Hidup.
l. Pengamanan Petugas yang Menangani Limbah
Petugas yang menangani limbah harus menggunakan Alat Pelindung Diri/ APD yang
terdiri dari :
- Sarung tangan khusus
- Masker
- Pelindung Mata
- Pakaian Kerja/Wearpak
- Sepatu Boot
- Topi/helm

Penggunaan APD sesuai SOP penggunaan APD Petugas Pengelolaan Limbah RS.

m. Pengolahan, Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis Pengolahan


limbah padat medis sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah padat medis.
3. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis
a. Melaksanakan pengelolaan limbah padat non medis/domestik mulai dari pemisahan
sampah non medis dengan sampah medis di ruangan sampai pengangkutan ke TPS
limbah domestik RS
b. Melaksanakan penyediaan dan pendistribusian plastik hitam besar/polybag, plastik
hitam kecil dan karung goni
c. Melaksanakan pengawasan pengangkutan sampah non medis dari TPS limbah
domestik ke mobil pengangkut limbah domestic dari Dinas Kebersihan
d. Melakukan pembersihan TPS limbah padat non medis setelah selesai pengangkutan
e. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah padat non medis serta dokumentasi jumlah
limbah domestic yang dikelola
f. Pemilahan

13
- Pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat diman$aatkan
seperti kardus, botol dan gelas bekas air mineral, kertas dengan limbah yang
tidak dapat diman$aatkan kembali
- Pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan limbah kering
g. Pewadahan
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya
misalnya fiberglass
2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan
3. Terdapat minimal 1 buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Di tempat pewadahan limbah padat medis non medis harus dilapisi plastik hitam,
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah maka harus diangkut setiap
hari dan tidak boleh melebihi 3 x 24 jam sehingga tidak menjadi perindukan
vector penyakit dan binatang pengganggu
h. Pengangkutan
1. Kantong limbah padat non medis yang sudah terikat dimasukan dalam
container yang kuat dan tertutup dan diangkut dengan menggunakan gerobak
/troli khusus limbah padat non medis
2. Pengangkutan limbah padat non medis dari setiap ruangan ke Tempat
Penampungan Sementara/TPS limbah padat non medis dengan menggunakan
troli tertutup
3. Pengangkutan limbah padat non medis dari Tempat Penampungan
Sementara/TPS limbah padat non medis ke TPA dengan menggunakan
kendaraan/truk tertutup
i. Tempat Penampungan Sementara
1. Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan
antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali
2. Tidak merupakan sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi
saluran untuk cairan lindi
3. Harus kedap air, bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak
diisi serta mudah dibersihkan
4. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat
5. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam
j. Pengolahan Limbah Padat Non Medis
- Lakukan upaya mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan
limbah padat dilakukan pada sumbernya
- Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali
sedangkan limbah padat organic dapat diolah menjadi pupuk
- Limbah padat non medis yang dibuang ke lokasi atau Tempat Pembuangan
Akhir yang dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan lain sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku
4. Pengelolaan Limbah Cair

14
a. Perencanaan biaya rutin bahan-bahan untuk pengoperasian dan pemeliharaan
mesin IPAL
b. Kegiatan pengolahan limbah cair melalui pengoperasian dan pemeliharaan
preventif dan reaktif terhadap sarana dan instrument IPAL system SBR dan IPAL
Sistem Biofilter Aerob dan An aerob melalui :
1. Pengecekan secara visual terhadap suara setiap alat yang bekerja
2. Pengecekan level buffer tank, apabila limbah cair cukup untuk proses atau tidak
3. Pengecekan filter pada spiral screen dari kotoran atau benda-benda lain yang
menyumbat
4. Pengecekan permukaan air pada SBR, apabila ada benda terapung serta
bersihkan dengan fishing net
5. Pengecekan proses biologis (proses di SBR)
6. Pengukuran pH pada Inlet dan outlet
7. Pengukuran lumpur/sludge volume pada waktu proses aerasi
c. Pemantauan terhadap kualitas limbah cair melalui pengambilan dan pemeriksaan
sample setiap 1 bulan sekali
d. Menganalisa dan hasil pemeriksaan limbah cair terhadap pengoperasian mesin
pengolahan limbah cair
e. Kerjasama pengolahan limbah cair dengan instansi pelayanan kesehatan di
Wilayah Mamuju Tengah
f. Evaluasi kegiatan pengelolaan limbah cair setiap bulan, triwulan dan tahun
g. Pelaporan pembuangan limbah cair serta hasil pemeriksaan kualitas limbah cair
sebelum dan sesudah proses pengolahan di IPAL setiap bulan ke Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten, Badan Lingkungan Hidup Provinsi dan Kementrian
Lingkungan Hidup Kehutanan
h. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap
air, dan limbah harus mengalir dengan lancer serta terpisah dengan saluran air
hujan
i. Rumah Sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri atau
bersamasama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau dapat melalui sistem
pengolahan air limbah perkotaan
j. Harus dipasang alat pengukur debit limbah cair/flowmeter untuk mengetahui debit
harian limbah yang dihasilkan dan diolah
k. Air limbah yang bersumber dari dapur harus dilengkapi dengan bak penangkap
lemak/grease trap
l. Seluruh limbah cair yang dihasilkan oleh RS harus diolah di IPAL RS
m. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah dilakukan setiap bulan sekali
untuk swapantau dan minimal 2 bulan sekali uji petik seuai dengan ketentuan yang
berlaku
n. Limbah cair berupa bahan kimia berbahaya dikumpulkan dalam container sesuai
dengan prosedur penanganan dan penyimpanan limbah B3
o. Rumah Sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena Cat
radioaktif pengelolaanya dilakukan sesuai ketentuan BATAN

15
5. Pengelolaan Limbah Gas
a. Bagi RS yang memiliki mesin Incinerator monitoring limbah gas berupa NO2, SO2,
logam berat dan dioksin minimal 1 tahun sekali, suhu pembakaran minimal 1000℃
serta dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu
b. Monitoring dan pemeriksaan kualitas udara emisi genset minimal 1 tahun sekali dan
kualitas udara ambient minimal 6 bulan sekali
c. Monitoring dan memastikan sungkup asap dan blower untuk mengalirkan asap dari
proses masak di dapur rumah sakit ke udara luar dapat berperasional dengan baik
d. Monitoring dan memastikan exaust fan dan blower kamar operasi untuk
mengalirkan udara ruang operasi yang mengandung gas anastesi untuk dialirkan ke
udara luar dapat berperasional dengan baik
e. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu
6. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu
a. Melaksanakan inspeksi tempat/ruangan yang akan dikendalikan
b. Melakukan pengawasan pengendalian serangga dan binatang pengganggu oleh
pihak ke tiga/outsorching di dalam ruang dan diluar ruangan dengan menggunakan
teknik pengendalian sesuai jenis serangga dan bintang pengganggu yang akan
dikendalikan yaitu :
1) Secara fisik atau mekanis
a) Memasang perangkap atau membunuh langsung dengan alat pemukul
seperti tikus
b) Menutup dan membersihkan celah-celah dinding, lemari dan peralatan di
ruangan untuk pengendalian nyamuk, lalat, kecoa dan semut
c) Menangkap dan memindahkan binatang pengganggu seperti kucing
2) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida
a) Residual Spraying/Penyemprotan nyamuk, lalat, kecoa dan semut
b) Cold Fogging/Pengasapan nyamuk
c) Mist Blowing/Pengembunan lalat, kecoa
d) Rat Baiting/umpan makanan Tikus
e) Insect Baiting/umpan makanan Serangga
c. Melakukan Special Treatment dan Thermal Fogging diseluruh areal rumah sakit
terutama areal luar rumah sakit setiap dua minggu sekali
d. Melakukan koordinasi pengendalian dengan pihak ke tiga
e. Membuat laporan evaluasi treatment;pengendalian serangga dan binatang
pengganggu
f. Pengendalian serangga dan binatang penggangu dapat dilaksanakan oleh RS
sendiri atau dengan jasa pihak ke 3/ pest control yaitu dapat melalui survailans,
pencegahan maupun pemberantasan. Untuk RS biasanya dilakukan dengan
metode pemberantasan, yaitu :
1) Nyamuk
a) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk terutama jenis
Aedes sp >0 dengan cara abatisasi, atau dengan menggunakan predator
b) Pemberantasan larva jenis culex dapat dilakukan denagn oiling

16
c) Bila ada kasus demam berdarah yang tertular di RS maka perlu dilakukan
pengasapan/Foging di RS
2) Kecoa
Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis yaitu pembersihan celah celah
dinding, lemari, peralatan kemudian telur kecoa tersebut dimusnahkan/dibakar.
Pemberantasan dapat dilakukan secara fisik/mekanis dan kimia yaitu:
a) Secara fisik/mekanis
- Membunuh langsung dengan alat pemukul
- Menyiram tempat perindukan dengan air panas
- Menutup celah-celah dinding
b) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan,
bubuk, semprotan dan umpan
3) Tikus
Pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap, pemukulan
sertaalternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan umpan beracun
4) Lalat
Pengendalian lalat dapat secara fisik, biologi dan kimia terutama di tempat
sampah jika melebihi 2 ekor per blok gril
5) Binatang pengganggu lainnya Bila terdapat kucing maupun anjing maka
dilakukan :
a) Penangkapan kemudian dibuang jauh dari RS
b) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing
atau anjing
7. Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Air Minum
a. Melakukan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih m inimal 6 bulan sekali
b. Melakukan pencatatan debit penggunaan air bersih setiap hari
c. Menentukan titik pengambilan sampel air bersih dan air minum :
1) Untuk pemeriksaan kimia air bersih pengambilan sampel masing - masing
ditempat reservoir dan kran terjauh dari reservoir
2) Untuk pemeriksaan mikrobiologi air bersih titik sampel diambil pada air kran
diruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi dan ruang makan
3) Untuk pemeriksaan kimia dan bakterioligi air minum secara uji petik di Instalasi
Gizi, ruang perawatan dan perkantoran
d. Melakukan pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air bersih dan air
minum ke laboratorium kesling terakreditasi
e. Melakukan evaluasi hasil inspeksi jaringan pipa dan penampungan air bersih serta
hasil pemeriksaan kualitas air bersih dan air minum di Instalasi Gizi
f. Harus tersedia air minum sesuai kebutuhan
g. Harus tersedia air bersih minimum 500 liter/TT/hari
h. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan
secara berkesinambungan
i. Distribusi air bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan perpipaan yang
mengalir dengan tekanan positif, sedangkan air minum dapat disediakan melalui
dapur RS

17
j. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan survailance kualitas air
antara lain meliputi :
1) Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
2) Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
3) Melakukan analsis hasil inspeksi sanitsi pemeriksaan laboratorium serta tindak
lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air
k. Melaksanakan enspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih RS minimal 1
tahun sekali
l. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan atau air bersih utk
untuk pemeriksaan mikrobiologi minimal 1 bulan sekali sedangkan pemeriksaan
kimia minimal 3 bulan sekali
m. Titik pengambilan sampel untuk pemeriksaan kimia terutama pada tempat
penamupungan reservoir sedangkan pemeriksaan mikrobiologi terutama pada air
kran dari dapur, ruang operasi, kamar bayi, tempat penampungan air, secara acak
pada kran-kran sepanjang system distribusi, pada sumber air dantitik lain rawan
pencemaran
n. Pemeriksaan sampel air minum maupun air bersih dilaksanakan di Laboratorium
terakreditasi yang ditetapkan Mentri Kesehatan atau Pemerintah Daerah setempat
o. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh RS
maupun oleh pihak ke 3 yang telah direkomendasikan Dinas Kesehatan atau
sewaktu-waktu dinas kesehatan Propinsi, Kab./Kota dalam rangka pengawasan (uji
petik) penyehatan lingkungan RS dapat mengambil langsung sampel air minum
atau air bersih RS utk pemeriksaan di laboratorium
p. Setiap 24 jam RS harus memeriksakan kualitas air untuk pengukuran sisa Chlor bila
air bersih menggunakan desinfektan kaporit, pengukuran pH dan kekeruhan pada
system perpipaan
q. Apabila hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang tidak memenuhi
standar baku mutu air bersih maupun air minum maka harus dilakukan optimalisasi
pengolahan samapi sesuai dengan baku mutu air tersebut serta bila menunjukan
tingkat resiko pencemaran sangat tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.
8. Pengawasan Kualitas Makanan dan Minuman
a. Melakukan pemeriksaan sampel makanan dan minuman siap saji oleh Instalasi Gizi
setiap hari
b. Melakukan pengawasan secara berkala pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan
sample makanan dan minuman di laboratorium kesehatan lingkungan minimal
dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun
c. Melakukan pemeriksaan parameter mikrobiologi, dilakukan dengan pengambilan
sample makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan minuman yang
mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat makanan dan
masak serta usap dubur penjamah makanan
d. Melakukan pemeriksaan parameter kimiawi, dilakukan pengambilan sampel
minuman berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut

18
e. Melakukan pengambilan dan pengiriman sampel makanan dan minuman sewaktu -
waktu bersifat insidentil bila terjadi keracunan makanan dan minuman di rumah
sakit
f. Melakukan evaluasi dan analisa hasil kualitas makanan dan minuman
1) Internal/Pengawasan oleh petugas sanitasi RS
a) Melakukan penga%asan secara berkala pengambilan sample minimal
dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun
b) Melakukan pemeriksaan parameter mikrobiologi, dilakukan dengan
pengambilan sample makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan
minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air bersih,
alat makanan dan masak serta usap dubur penjamah makanan
c) Melakukan pemeriksaan parameter kimiawi, dilakukan pengambilan sample
minuman berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut
d) Pengawasan 1 porsi makanan lengkap (meal) yang disimpan dalam lemari
es pada suhu dibawah 4⁰c selama 1 x 24 jam setelah itu boleh dibuang
e) Melakukan pengambilan sample makanan dan minuman untuk di periksa di
laboratorium bila terjadi keracunan makanan dan minuman di rumah sakit
f) Menganalisa data hasil pemeriksaan sampel dan upaya tindak lanjut kepada
unit pengelola makanan dan minuman RS
2) Eksternal/Pengawasan oleh Instansi terkait melakukan uji petik yang dilakukan
oleh Instansi Kesehatan secara insidentil/mendadak untuk menilai kualitas
makanan dan minuman.
9. Pemeliharaan Taman
a. Membuat jadwal pemeliharaan taman seluruh areal rumah sakit
b. Pengadaan tanaman dan taman setiap 6 bulan
c. Pemeliharaan tanaman pot, taman dan rumput rumah sakit setiap hari di setiap titik
area taman dan halaman rumput secara bergantian oleh pekerja harian meliputi :
1) Tanaman dan rumput disiram kecuali bila turun hujan
2) Dahan dan ranting yang kering dipotong
3) Rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman dicabut
4) Memotong rumput yang mulai meninggi
5) Pemberian pupuk pada tanaman
6) Penyemaian tanaman dalam pot
7) Pemangkasan ranting pohon
8) Pengemburan tanah tanaman
9) Penggantian tanaman yang layu atau mati baik di indoor maupun outdor dengan
tanaman yang baru
10) Daun dan ranting disapu dan dikumpulkan dalam kantong plastik hitam/polybag
kemudian diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh petugas
kebersihan dan sebagian rumput dimasukan dalam lubang biopori dan
membuat pupuk kompos
d. Melakukan evaluasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman, taman dan rumput
rumah.
10. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan

19
a. Penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit secara langsung melalui pengeras
suara dilaksanakan oleh Instalasi Hukum Publik dan Informasi setiap hari dengan
materi yang disampaikan seperti dilarang membuang sampah sembarangan,
menggunakan sarana sanitasi seperti kamar mandi dan toilet dengan bersih dan
tertib, dilarang meludah sembarangan, dilarang merokok
b. Penyuluhan dengan media cetak seperti pemasangan leaflet tentang
pemberitahuan dilarang membuang sampah sembarangan, dilarang membuang
sampah padat ke dalam saluran kamar mandi dan toilet.
11. Pengendalian Pencegahan Infeksi Nosokomial
Faktor paling penting dalam upaya pencegahan in$eksi nosokomial adalah pengelolaan
lingkungan melalui hygiene dan kebersihan perorangan maupun rumah sakit yaitu :
Lingkungan berdasarkan tempatnya,meliputi antara lain / disain ruang penderita yang
memenuhi standar persyaratan , penyedian air bersih , fasilitas cuci tangan ,desinfeksi
dan sterilisasi, pembuangan limbah padat dan cair, sanitasi dapur, sanitasi laundry,
pengendalian serangga dan tikus dan binatang pengganggu , alur lalu lintas orang.
Lingkungan berdasarkan media: kualitas air, kualitas udara, bunga dan tanaman.
a. Lingkungan Berdasarkan Tempatnya
1) Tata Ruang Penderita
Ruang perawatan, ruang tindakan medik, rawat jalan, rawat inap, rumah tangga
dan ruang administrasi sebaiknya saling terpisah. Peletakan masing-masing
ruang disesuaikan dengan lalu lintas penderita, pengunjung dan para petugas
rumah sakit. Pengaturan ruangan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Cara penularan penyakit (Made of Transmision)
b) Arus lalu lintas pasien ( Patient Trafic)
c) Ruang depan isolasi
d) Ruangan dengan bangunan lain

Prioritas penempatan ruangan adalah pada ruang operasi dan ruang isolasi
penyakit menular. Bila ventilasi yang baik sukar diperoleh dengan peralatan
modern maka ruang operasi diletakkan sejauh mungkin dari tempat yang
kemungkinan udaranya tercemar, sedangkan ruang isolasi diletakkan
sedemikian tidak mencemari udara sekitarnya. Bebas dari gangguan serangga,
binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.

2) Pemeliharaan Ruang dan Bangunan


a) Kegiatan pembersih ruang minimal dilakukan 2 kali sehari ( pagi dan sore)
b) Pembersihan lantai diruang perawatan dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, setelah jam makan, setelah
kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu bila diperlukan
c) Cara pembersihan ruang yang dapat menebarkan debu harus dihindari
d) Masing-masing ruang mempunyai perlengkapan pembersihan tersendiri
e) Pembersihan lantai dimulai dari bagian dalam menuju kearah luar
f) Setiap percikan ludah,darah, eksudat luka pada dinding/lantai harus segera
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan

20
g) Surface Contamination pada kereta dorong, kursi dorong, mobil jenazah
dapat dihilangkan dengan mencuci dan memakai detergen
h) Tingkat kebersihan lantai untuk ruang operasi adalah 0-5 koloni kuman per
cm2 untuk ruang perawatan 5-10 koloni per cm2
i) Mutu udara dipertahankan untuk ruang operasi <350 koloni kuman per cm3
udara dan bebas kuman patogen khususnya alpha streptococcus
haemoliticus dan spora gas ganggren, untuk ruang perawatan dan isolasi
angka kuman <700 koloni kuman per m3 udara dan bebas kuman pathogen
khususnya alpha streptococcus haemoliticus
j) Tersedia tempat sampah yang sesuia dengan jenis sampahnya
k) Apabila ruang dilengkapi dengan ventilasi mekanisme (AC) maka filter AC
dari semua unit harus sering dikontrol, dibersihkan dan diganti jika system
ventilasi menggunakan AC sentral. Maka air pendingin system AC tersebut
sering diganti.
3) Hubungan Antara Ruang/Bangunan
a) Ruang bedah untuk penderita penyakit menular harus dipisah dengan ruang
bedah pusat
b) Ruang bedah penyakit menular terletak pada lokasi yang berdekatan
dengan bagian rawat tinggal penderita penyakit menular.
4) Konstruksi Bangunan
a) Ruang Perawatan
1) Ruang perawatan pasien tanpa infeksi
- Harus selalu dalam keadaan bersih dan mudah dibersihkan, tersedia
tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya serta tersedia
fasilitas sanitasi sesuai dengan kebutuhan
- Bebas dari gangguan serangga, binatang pengerat dan binatang
pengganggu lainnya
- Lantai harus selalu bersih, tingkat kebersihan lantai untuk ruang
operasi 0-5 kuman/cm2
- Mutu udara memenuhi persyaratan seperti: Tidak berbau terutama
H2S dan NH3 dan Kadar debu <140 ug/M3 udara dalam rata-rata
pengukuran 24 jam
- Tingkat kebisingan disetiap kamar/ruang harus sesuai dengan
fungsinya dan harus memenuhi persyaratan kesehatan.
2) Ruang perawatan pasien dengan infeksi
a) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi ruang perawatan pasien dan ruang khusus
lainnya
b) Ruang perawatan untuk pasien penyakit tetanus dengan persyaratan
sebagai barikut :
- Dinding dilapisi sound proof
- Dinding berwarna gelap
- Pintu harus terawat baik sehingga tidak bunyi kalau dibuka

21
- Hindari masuknya cahaya sekecil mungkin (lubang exhauster
dilengkapi dengan penangkal cahaya).
c) Ruang perawatan untuk pasien penyakit saluran pencemaran
dengan persyaratan sebagai berikut : Dinding dilapisi porselin/bahan
yang mudah dicuci, Kemiringan lantai ½% kearah saluran
pembuangan limbah, Letak exhauster/ventilasi pada dinding dengan
ketinggian 40 cm dari lantai.
d) Ruang perawatan untuk pasien/penderita penyakit pernafasan dan
diphteria dengan persyaratan sebagai berikut: Dinding dilapisi
porselin/bahan yang mudah dicuci, Exhauster/ventilasi harus
dipasang terletak pada plafond, Pintu harus selalu dalam keadaan
tertutup.
e) Ruang Rawat Jalan (Poli Umum dan Poli Spesialis) dengan
persyaratan seperti : Pencahayaan umum minimal 200 lux, Suhu 26-
27 ⁰C , kelembaban 50-60 % RH, Angka kuman kurang dari 700
koloni/m3 udara, bebas kuman alpha streptococcus haemoliticus dan
spora gas ganggren, Penempatan sampah infeksius/medis terpisah
dengan sampah umum, sampah benda tajam.
f) Ruang Operasi : Dinding terbuat dari bahan porselin atau vynil
setinggi langit-langit atau di cat dengan cat tembok yang
mengandung weather shield, Berwarna putih dan terang, Langit-
langit terbuat dari bahan multiplek, dipasang rapat. Tinggi langit-
langit antara 2,70 – 3,30 m dari lantai. Lebar pintu minimal 1.20 m
dan tinggi minimal 2,10. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap
air, mudah dibersihkan da berwarna terang. Semua stop kontak dan
saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lantai. Suhu
antara 22 s/d 25⁰C dan kelembaban 50 s/d 60 RH. Pencahayaan
antara 300-500 lux, pada meja operasi 10.000 – 20.000 lux. Fentilasi
sebaiknya menggunakan AC Window dengan pemasangan minimal
2m dari lantai, arah udara bersih yang masuk kedalam ruang operasi
dari atas ke bawah. Semua pintu harus selalu dalam keadaan
tertutup. Angka kuman minimal 350 koloni kuman per m3 udara.
Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah
lantai atau diatas langit-langit.
g) Instalasi Gizi/Dapur : Pencahayaan minimal 200 lux, Perencanaan
sistim ventilasi yang memenuhi syarat dapat mencegah terjadinya
kondensasi diruangan, mengurangi pertumbuhan jamur dan bakteri.
Sisa-sisa makanan dari ruang perawatan pasien penyakit menular
tidak boleh dibawa ke dapur, akan tetapi dibersihkan/dibuang
ketempat sampah yang ada diruang perawatan tersebut.
h) Laundry/Pencucian Linen : Diruang cuci harus ada ruang yang
terpisah untuk linen bersih dan linen kotor, tekanan udara pada
ruang linen kotor harus negatif (untuk mencegah sirkulasi udara
menuju ruang linen bersih). Pekerja yang menangani linen bersih

22
harus berpakaian seragam, bersih dan memakai tutup kepala. Angka
kuman linen bersih tidak mengandung 6x103 spora species bacillus
per inci persegi.

Faktor lainnya yang harus dipersiapkan dalan pengendalian infeksi


nosokomial adanya Spill kit yaitu alat atau bahan yang disediakan untuk
mengatasi iniden atau kegawatdaruratan. Spill kit harus trsedia di seluruh
ruangan khususnya ruangan yang melakukan tindakan medis atau yeng
menyimpan bhan berbahaya beracun. Adapaun pembagian jenis spill kit
yaitu:

a. Spill Kit Bahan Infeksius:


1. Alat Pelindung Diri (APD)
- Apron
- Sarung tangan
- Masker N95
- Sepatu both/sepatu tertutup
2. Kertas penyerap/Tissu/ koran bekas
3. Lap kanebo
4. Larutan Na. Hipoklorit 0,5%
5. Aquadest
6. Pinset plastik
7. Plastik Limbah
8. Plastik khusus pincet
9. Plastik khusus APD
10. Label tanda bahaya
11. Kontainer uk 30-40 cm
5) Pengembangan SDM Instalasi Sanitasi
Salah satu upaya untuk meningkatkan dan menunjang program pelayanan
sanitasi adalah melalui kegiatan pengembangan SDM melalui Pendidikan formal
di bidang kesehatan lingkungan maupun teknik lingkungan serta pendidikan non
formal melalui:
- Pelatihan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
- Pelatihan Operator dan Pemeliharaan Mesin IPAL Rumah Sakit
- Pelatihan Manajemen Pengelolaan Limbah Medis/Infeksius
- Pelatihan Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit
- Pelatihan Program Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper ) Rumah Sakit
- Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial
- Pelatihan Kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit

23
BAB V

LOGISTIK

 Seluruh barang operasional Instalasi Sanitasi yang telah dilakukan pengadaan oleh Unit
Layanan pengadaan RSU Kabupaten Mamuju Tengah maka dilakukan pemeriksaan
oleh Bagian Logistik RSU Kabupaten Mamuju Tengah.
 Permintaan barang Instalasi Sanitasi diajukan ke gudang induk RSU Kabupaten Mamuju
Tengah melalui Formulir permintaan barang yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi
dan mengetahui Kepala Seksi Sarana Penunjang Non Medik
 Pengangkutan barang dari ruang logistik ke gudang atau lemari tempat penyimpanan
bahan atau barang Instalasi Sanitasi kemudian disimpan di dipergunakan sesuai
kebutuhan
 Membuat Berita Acara serah terima barang investasi/modal
 Tidak melakukan anfrah barang pada saat stok opname di gudang logistik
 Penganfrahan barang (ATK dan barang operasional) Sanitasi ke Gudang Induk secara
on-line dengan melakukan pendataan stok awal barang yang ada di Instalasi Sanitasi
 Membuat laporan tahunan barang inventaris Instalasi Sanitasi kepada Pengurus Barang
RSU Kabupaten Mamuju Tengah.

24
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan
peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan :
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan:
a. Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamtan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengna hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
b. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit.
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit
harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi
personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah
Sakit).
e. Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berlaka
sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan
dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi
standar pelayanan persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan laik pakai.
g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan
kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh balai pengujian fasilitas
kesehatan dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan
dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyeuaian peralatan kerja terhadap SDM Rumah
sakit.
a. Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan
SDM Rumah Sakit.

25
b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan resiko
ergonomic.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik , kimia, biologi, ergonomidan psikososial secara rutin dan berkala
b. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair:
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi, sarana dan prasarana
sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi:
a. Penyehatan makanan dan minuman
b. Penyehatan Air
c. Penyehatan tempat pencucian
d. Penanganan sampah dan limbah
e. Pengendalian serangga dan tikus
f. Sterilisasi/desinfeksi
g. Perlindungan radiasi
h. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatankerja :
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat perlindung diri (APD)
c. Membuat SP peralatan keselamatan kerja dan APD
d. Melakukan Pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan perlatan
keselamatan dan APD.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhankeselamatan kerja untuk semua SDM Rumah Sakit :
a. Sosialisasi dan penyuluhankeselamatan kerja bagi seluruh SDM Rumah Sakit
b. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada petugas K3 Rumah
Sakit
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan desain/lay out pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaanya terkait keselamatan dan keamanan :
a. Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam perencanaan , desain/layout
pembuatan tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana dan prasarana dan
peralatan keselamatan kerja
b. Mengevaluasi dan mendokumentasi kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang
berlaku dan standar keamanan dan keselamatan
8. Membuat system pelaporan kejadian dan tindak selanjutnya:
a. Membuat alur pelapor kejadian Nyaris celaka dan celaka
b. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka dan
celaka
9. Pembinaan dan pengawasan terhadap manajemen system pencegahan dan
penanggulangan kebakaran:
a. Menejemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran

26
c. Membuat SOP
d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan pennggulangan kebakaran
e. Melakukan audit internal terhadap system pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja
yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit terkait di wilayah kerja rumah
sakit.
Untuk terlaksananya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Instalasi
Sanitasi secara optimal maka perlu dilakukan tahapan sebagai berikut :
a. Identifikasi, Pengukuran ddan Analisa
Identifikasi, pengukuran dan analisa sumber-sumber yang dapat menimbulkan resiko
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja, seperti:
1) Kondisi fisik pekerja hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai
berikut:
a) Sebelum diterima menjadi karyawan
b) Secara berkala, paling sedikit setahun sekali
c) Secara khusus, seperti karyawan yang akan bertugas pada pengolahan
limbah.
2) Beban Kerja
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja
dalam melalukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak
mendukung merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
3) Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan kegiatan Instalasi Sanitasi dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dalam 2 (dua) bentuk yaitu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Rumah
Sakit.
b. Pengendalian
1) Legislatif Control: Dibuat kebijakan yang menjamin kesehatan dan keselamatan
kerja di Instalasi Sanitasi dapat terlaksana dengan baik
2) Administratif Control: Dibuat laporan pada setiap kejadian kecelakaan kerja
untuk mencegah terjadinya hal yang sama
3) Medical Control: Dilaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala
4) Enginnering Control: Dilakukan pemeliharaan preventif dan kuratif secara berkala
terhadap mesin IPAL.

27
BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan sanitasi adalah pencapaian kinerja yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan sanitasi dimana disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan kepada
masyarakat di rumah sakit sesuai dengan tingkat kepuasaan masyarakat tersebut serta di pihak
lain tata cara penyelenggaraan sesuai standar yang ditetapkan. Mutu pelayanan sanitasi rumah
sakit adalah bagian dari peningkatan mutu pelayanan rumah sakit secara menyeluruh di bawah
jajaran Wakil Direktur Pelayanan Penunjang. Pengendalian mutu pelayanan sanitasi rumah sakit
dapat dilakukan melalui Standar Pelayanan minimal rumah sakit maupun dalam elemen
penilaian akreditasi rumah sakit dalam kelompok kerja Kanajemen Fasilitas Kesehatan dan
Pengendalian Pencegahan Infeksi Rumah Sakit.

Realisasi mutu pelayanan sanitasi dapat diketahui melalui evaluasi program sanitasi
dilaksanakan setiap bulan, tigas bulan, enam bulan dan tahun yang dilaporkan kepada unit
internal yaitu kepada Direktur melalui Wakil Direktur Pelayanan Penunjang sedangkan evaluasi
program sanitasi dan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan rumah sakit ditujukan
kepada instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah, Badan lingkungan
hidup Kabupaten Mamuju Tengah, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, Kementrian
Kesehatan dan Kementrian Lingkungan Hidup.

Sedangkan penilaian kualitas lingkungan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten


Mamuju Tengah melalui Program Inspeksi Sanitasi Rumah Sakit serta oleh Kementrian
Lingkungan Hidup melalui Program Proper (Program Peringkat Kinerja Perusahaan) dalam
pengelolaan dan pematauan lingkungan Rumah Sakit.

Untuk memenuhi standar mutu, aspek yang harus diperhatikan:

A. Standar Input
1. Tersedia kebijakan, pedoman pelayanan sanitasi dan standar operasional prosedur
yang mencakup semua pelayanan sanitasi
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang meliputi:
a. Gedung Kantor Sanitasi dan Perlengkapannya
b. Mesin IPAL
c. TPS Limbah Domestik dan Limbah B3
d. Peralatan pendukung Pelayanan Sanitasi
e. Sistem Informasi Manajemen

28
f. Perlengkapan Administrasi Lainnya
3. Tersediannya SDM meliputi tenaga kesehatan lingkungan atau teknik lingkungan,
teknisi mesin serta tenaga fungsional umum lainnya dengan kualifikasi yang
dipersyaratkan
4. Adanya program kerja
5. Adanya sasaran mutu yang dicapai secara bertahap dan monitoring pencapaiannya
6. Adanya program pengembangan dan pelatihan berkelanjutan

B. Standar Proses
1. Dilaksanakannya kegiatan pelayanan sanitasi sesuai kebijakan, pedoman, dan standar
operasional yang sudah ditetapkan
2. Dilaksanakannya mutu pelayanan sanitasi secara berkesinambungan
3. Dilaksanakannya evaluasi terhadap imput,proses dan output yang disertai dengan
analisa dan tindak lanjut.
C. Standar Output
Terselenggaranya pelayanan sanitasi yang bermutu sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No.1204/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

29
BAB VIII

PENUTUP

Diharapkan dengan adanya pedoman pelayanan sanitasi ini, pelaksanaaan dan program
pelayanan sanitasi yang selama ini sudah dijalankan oleh Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum
Kabupaten Mamuju Tengah dan pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah
serta Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Mamuju Tengah dapat ditingkatkan hasilnya.

Dengan keterbatasan Sumber Daya Manusia di Instalasi Sanitasi maka diharapkan


kedepannya dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia di
Instalasi melalui pengembangan ilmu berupa training maupun pelatihan teknis serta menambah
jumlah Sumber Daya Manusia sesuai dengan kualifikasi ketenagaan di Instalasi Sanitasi
sehingga dapat meningkatkan upaya pengelolan sanitasi dan kesehatan lingkungan lebih baik
dan optimal.

Tentu saja pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kepada seluruh
pembaca diharapkan bantuan dan masukan berharga bagi penyempurnaan pedoman
pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan ini dimasa mendatang.

30

Anda mungkin juga menyukai