PED.001.00.01.2022
PEDOMAN
PELAYANAN BEDAH
DI RUMAH SAKIT MEDIKA BSD
Penyusun :
TIM POKJA SKP RS Medika BSD
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT MEDIKA BSD
NOMOR : 125d/DIR-RSMBSD/SK/XII/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN BEDAH
DI RUMAH SAKIT MEDIKA BSD
DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA BSD
ii
MEMUTUSKAN
PASAL 1
Memberlakukan Pedoman Pelayaan Bedah Rumah Sakit Medika BSD;
PASAL 2
PedomanPelayaanBedahdi Rumah Sakit Medika BSD sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini;
PASAL 3
Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan;
PASAL 4
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya.
iii
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Pelayanan Bedah
Rumah Sakit Medika BSD ini dapat selesai disusun.
Buku Panduan ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
menjalankan program Pelayanan Bedah di RS Medika BSD.
Dalam pedoman ini diuraikan tentang Pelayanan Bedah di Rumah Sakit Medika BSD.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Bedah Rumah Sakit
Medika BSD.
Tangerang Selatan,
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman......................................................................... 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan......................................................... 1
D. Batasan Operasional................................................................... 2
E. Landasan Hukum....................................................................... 2
BAB II STANDART KETENAGAAN ....................................................... 3
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................ 3
B. Distribusi Ketenagaan................................................................ 4
C. Pengaturan Jaga.......................................................................... 4
BAB III STANDART FASILITAS .............................................................. 6
A. Denah Ruang.............................................................................. 5
B. Standar Fasilitas......................................................................... 6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................. 7
BAB V LOGISTIK....................................................................................... 9
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ............................................................ 12
BAB VII KESELAMATAN KERJA ............................................................. 15
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................ 18
BAB IX PENUTUP......................................................................................... 19
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai
jasa palayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannva sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah menjadikan
pembedahan yang dahulunya sebagai usaha terakhir, sekarang menjadi sesuatu yang dapat
diterima secara umum.
Pelayanan profesional yang diberikan pada pasien di kamar bedah meliputi kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial pasien dan mengimplementasikan
asuhan yang bersifat individualistik, mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan dalam
rangka memulihkan dan mempertahankan derajat kesehatan, kesejahteraan pasien sebelum,
selama dan sesudah tindakan operasi.Penyusunan buku pedoman pelayanan bedah ini sangat
penting sehingga pada akhirnya dapat mengurangi atau menurunkan angka kematian,
kecacatan, infeksi luka operasi seminimal mungkin khususnya, dan peningkatan mutu
pelayanan di kamar operasi pada umumnya.
B. Tujuan Pedoman
1. Meningkatkan keamanan tindakan bedah dengan menciptakan standarisasi prosedur yang
aman.
2. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan disabilitas/kecacatan akibat komplikasi
prosedur bedah.
3. Me-recall memory, terutama pada hal-hal kecil yang gampang terabaikan pada keadaan
pasien yang kompleks.
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelengaraan pelayanan bedah di Instalasi
Kamar Bedah Rumah Sakit Medika BSD suatu bagian dari rumah sakit yaitu Instalasi yang
mempunyai staf khusus dengan peralatan yang khusus. Oleh sebab itu penyelenggaraan
instalasi kamar bedah Rumah Sakit Medika BSD sesuai dengan :
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran.
4. Peraturan pemerintah No 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 436/MenKes/SK/VI/1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Rumah
Sakit
6. Peraturan Pemerintah No 755/MenKes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit.
Jenis Tenaga
Tim bedah di Rumah Sakit Medika BSD, terdiri dari :
a. Ahli bedah
Adalah seorang dokter dengan sertifikat dan kemampuan sesuai dengan kompetensi
keahliannya yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan Rumah Sakit
Medika BSD.
B. Distribusi Ketenagaan
Jumlah ketenagaan di instalasi kamar bedah Rumah Sakit Medika BSD adalah sebanyak 7
orang perawat bedah dan 2 orang perawat anastesi. Yang terdiri dari kategori :
1. Kepala ruangan
Adalah seorang perawat lulusan sarjana keperawatan dengan yang mendapat tugas dan
wewenang jabatan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Medika
BSD.Kepala ruangan berkerja setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB.Hari
libur dan Hari besar libur.
2. Perawat pelaksana, terdiri dari :
Sejumlah 2 orang Pj Shift / perawat asisten, 2 orang perawat instrument, 2 orang
perawat sirkuler.
3. Perawat Anastesi
Adalah seorang perawat professional yang telah mengikuti pelatihan BTCLS, ACLS dan
Pelatihan khusus perawat anastesi.
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jadwal dinas perawat instalasi kamar bedah dibuat Kordinator keperawatan
instalasi kamar bedah.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksanabaik di instalasibedah.
3. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan cuti ke bagian kepegawaian.
A. Denah Ruangan
Denah ruang instalasi kamar bedah
B. Denah Ruang
Denah ruang instalasi kamar bedah RS Medika BSD
Ke ICU OT 1
Gudang
Ruang
alkes
OT 2
Nurse
statio
n
Ruang OT 3
Pulih Sadar
OT 4
Ru
an
g Ruang persiapan
ga CSS
nti D cssd
5. Mencegah kebakaran :
a. Persiapan pasien
b. Persiapan dan penggunaan alat-alat secara aman
c. Membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar
d. Mengkontrol gas-gas medis
e. Berupaya dalam penanggulangan pencegahan kebakaran
f. Komunikasi efektif dan kerja tim
g. Merespon bila terjadi kebakaran , cara pemadaman, penanganan pasien, memindahkan
pasien ke tempat yang aman evakuasi ruang operasi yang aman, cara mengaktivasi
system keamanan kebakaran, mencegah penyebaran asap, cara menemukan dan
menggunakan alat pemadam kebakaran, peran tim penangulangan kebakaran dari luar
4.6 DOKUMENTASI
Berikut ini adalah beberapa instrumen data dan sistem monitoring yang diimplementasikan
di Kamar operasi :
Keperluan logistik untuk tindakan bedah di suplai oleh depo farmasi yang berada di instalasi
bedah sentral maupun di instalasi kamar operasi emergensi di instalasi gawat darurat, petugas
bedah mengajukan permintaan keperluan logistik sesuai dengan tindakan pembedahan yang akan
di lakukan.
Berikut daftar logistik yang di sediakan oleh depo farmasi yang berada di kamar operasi :
NO PENE
NAMA PENGELUA SIS KE
SAT AWAL RIMA
OBAT/ ALAT RAN A T
AN
1 Kassa 10x10 Lembar
1
2 Kassa 6 x 6 Lembar
3 Bethadine Cc
4 Anios Cc
5 Dermanios Cc
6 Presept Tablet
7 Alcohol Cc
9 H2O2 Cc
Handscoend Biji
10
6,5
11 Handscoend 7 Biji
Handscoend Biji
12
7,5
13 Handscoend 8 Biji
14 Spongostan Biji
15 Jelly Biji
16 Sofsilk 0 Biji
17 Sofsilk 1.0 Biji
18 Sofsilk 2.0 Biji
19 Sofsilk 3.0 Biji
20 Sofsilk 4.0 Biji
21 Cromic 2.0 Biji
22 Cromic 3.0 Biji
23 Cromic 1.0 Biji
24 Cromic 4.0 Biji
25 Polysorb 1.0 Biji
26 Polysorb 2.0 Biji
27 Polysorb 3.0 Biji
28 Polysorb 4.0 Biji
29 Vicryl 1 Biji
30 Vicryl 2.0 Biji
31 Vicryl 3.0 Biji
32 Bonewax Biji
33 Surgicel Biji
34 Surgipro 1.0 Biji
35 Surgipro 2.0 Biji
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien dalam pelayanan bedah di instalasi kamar bedah Rumah Sakit
Medika BSD dalam pelaksanaan kegiatan menggunakan lembar surgical safety checklist.
Surgical Safety Checklist
SIGN IN
(Dilakukan sebelum induksi anestesi di ruang persiapan / ruang prosedur, minimalnya
oleh perawat & dokter anestesi)
1. Apakah pasien sudah dikonfirmasi mengenai identitasnya, bagian tubuh (situs) yang akan
dioperasi, prosedurnya, dan persetujuan tindakan operasi?
o Ya
2. Apakah bagian tubuh yang akan dioperasi telah ditandai?
o Ya
SIGN OUT
(dilakukan sebelum pasien meninggalkan ruang prosedur, dipandu oleh perawat
sirkuler dan diikuti oleh perawat, dokter anestesi, dan operator)
1. Perawat (secara verbal) mengkonfirmasi:
o Nama/jenis prosedur
o Tuntas menghitung alat, kassa, dan jarum
o Label spesimen (membaca lantang label spesimennya, termasuk nama pasien)
o Ada tidaknya masalah peralatan yang perlu disebutkan
2. Untuk dokter bedah, penata/dokter anestesi, dan perawat:
o Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk recovery dan penalalaksanaan
pasien ini
3. Untuk penata/ dokter anestesi, dan perawat :
o Cek ulang sebelum pasien dipindah ke ruangan pulih sadar
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung
ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan di masyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit
ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial
yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.Tenaga kesehatan sebagai ujung
tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam
secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
Pengendalian mutu di instalasikamar bedah Rumah Sakit Medika BSD memiliki program
jaminan mutu yaitu :
1. Melaksanakan evaluasi pelayanan dikamar operasi melalui macam-macam audit.
2. Melakukan survey infeksi nosokomial secara periodik dan berkesinambungan.
3. Melakukan surgical survey checklist
4. Menempel label indicator steril alat ke form pemakaian alat / instrument bedah dan disimpan
di status pasien.
5. Mendokumentasikan indicator internal pada buku mampu telusur pemakaian alat untuk
operasi pasien.
6. Melakukan evaluasi site marking sebelum di lakukan tindakan pembedahan.
7. Melakukan evaluasi pemulangan pasien sesuai dengan kriteria pemulangan pasien yang di
tetapkan oleh rumah sakit.
Peningkatan Mutu Pelayanan Medik
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan pembedahan maka setiap kasus yang penanganannya
sulit, dan melibatkan beberapa bidang Spesialisasi perlu dilakukan pertemuan multidisiplin
untuk membahas kasus tersebut.
2. Penanganan kasus yang melibatkan beberapa dokter spesialis, harus dikoordinasi oleh
seorang dokter spesialis.
3. Pasien/keluarga yang membutuhkan informasi menyeluruh dan komprehensif berkaitan
dengan diagnosa, penanganan dan prognosa harus mendapatkan pelayanan tersebut melalui
pertemuan antara pasien/keluarganya dengan tim dokter yang menangani.
Rancangan pedoman pelayanan bedah ini mempunyai peranan penting karena bermanfaat
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan perioperatif di rumah sakit. Hendaknya pedoman
pelayanan bedah kamar operasi yang bersifat teknis dan praktis, ini dapat dimanfaatkan serta
berfungsi sebagai pedoman pelayanan bedah bagi tenaga perawat di kamar operasi. Penyusunan
rancangan pedoman pelayanan bedah kamar operasi ini adalah langkah awal suatu proses yang
panjang. Sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam
penerapannya untuk mencapai tujuan.