TAHUN 2022
i
Pedoman Pelayanan Instalasi Perawatan Intensif (Intensive Care Unit)
Rumah Sakit Larasati Pamekasan
Disusun oleh:
…………………………………
Disetujui oleh:
....................................
Ditetapkan oleh:
DIREKTUR
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Pedoman Pelayanan Instalasi
Perawatan Intensif (Intensive Care Unit) rumah sakit di Rumah Sakit Larasati
Paemkasan ini berhasil disusun. Hal ini karena penyelenggaraan pelayanan
intensif merupakan salah satu faktor yang mencerminkan baik atau buruknya
sebuah pelayanan kesehatan.
Akhirnya saran dan koreksi demi penyempurnaan buku pedoman ini sangat
kami harapkan.
ii
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT LARASATI
NOMOR : 00 / RSL/PER/DIR/I/2022
TENTANG
3
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perumahsakitan;
MEMUTUSKAN
Pasal 1
4
Pasal 2
a. Bab I : Pendahuluan
b. Bab II : Ruang Lingkup
c. Bab III : Standar Ketenagaan
d. Bab IV : Standar Fasilitas
e. Bab V : Kebijakan Pelayanan
f. Bab VI : Tata Laksana Pelayanan
g. Bab VII : Dokumen
h. Bab VIII : Penutup
Pasal 4
Ditetapkan di : Pamekasan
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I Pendahuluan........................................................................................ 1
A.Latar belakang............................................................................... 1
B. Tujuan pedoman............................................................................. 2
D. Batasan operasional....................................................................... 2
E. Landasan hukum............................................................................ 3
C. Pengaturan jaga.............................................................................. 5
D. Pelatihan........................................................................................ 6
B. Standar fasilitas............................................................................. 7
A. Tatalaksana pelayanan................................................................... 11
B. Prosedur pelayanan........................................................................ 12
6
C. Rekam medis.................................................................................. 16
BAB V Logistik.............................................................................................. 11
B. Perencanaan peralatan/peremajaan................................................ 17
C. Kalibrasi alat.................................................................................. 17
B. Prinsip K3RS…………………………………………………………… 18
BAB VI Penutup............................................................................................ 40
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan rawat intensive atau intensive care adalah suatu bagian dari
pelayanan rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,
cidera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia. Pelayanan intensive care menyediakan
kemamouan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan
staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut. Pada
saat ini, pelayanan intensive care modern tidak terbatas menangani pasien pasca
bedah atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu
intensive care medicine dimana ruang lingkup pelayanannya meliputi dukungan
fungsi organ-organ vital seperti pernafasan, kardiovaskuler, susunan syaraf pust,
ginjal dan lain-lainnya baik pada pasien dewasa atau anak-anak.
Rumah Sakit Larasati Pamekasan sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan merupakan salah satu Rumah sakit rujukan di Pamekasan yang harus
dapat memberikan pelayanan intensive care yang profesioanal dan berkualitas
dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada unit ini, perawatan untuk
pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional sebagai DPJP
pendamping yang terdiri dari multi disiplin ilmu yang dapat memberikan
kontribusi sesuai dengan bidang keahliannya dan mampu bekerjasama dalam satu
tim.
Selain SDM, dukungan sarana, dan prasarana serta peralatan juga diperlukan
dalam rangka meningkatkan pelayanan intensive care. Oleh karena itu mengingat
diperlukannya tenaga- tenaga khusus serta mahalnya peralatan, maka keberadaan
pelayanan intensive care perlu dikonsentrasikan pada tempat dan seleksi ketat
bagi pasien yang akan dirawat ditempat tersebut dengan menerapkan kriteria/
indikasi masuk pelayanan intensive care.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan di ruang intensive yang aman dan
bermutu serta memprioritaskan keselamatan pasien, maka perlu disusun buku
pedoman intensive care yang akan menjadi acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan rawat intensive di Rumah Sakit Larasati Pamekasan
1
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan pelayanan intensive care di
Rumah Sakit Larasati Pamekasan.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien pelayanan
intensive care di Rumah Sakit Larasati Pamekasan.
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan pelayanan intensive care di Rumah
Sakit Larasati Pamekasan.
D. BATASAN OPERASIONAL
Intensive care adalah pelayanan yang dikelola untuk merawat pasien secara
intensif pada pasien sakit berat dan kritis baik disebabkan karena penyakit
maupun cidera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia, dengan melibatkan tenaga kesehatan
yang terlatih, serta didukung dengan kemampuan, sarana dan prasarana serta
peralatan khusus.
E. LANDASAN HUKUM
1. Kepmenkes RI No 1778/Menkes/SK/XII/2001 tentang pedoman
penyelenggaraan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit
2. Peraturan Direktur Nomor : ..................................................tentang Pedoman
Pengorganisasian Rumah Sakit Larasati Pamekasan
2
3. Peraturan Direktur Nomor : ......................... tentang Pedoman Pelayanan
Rumah Sakit Larasati Pamekasan
BAB II
STANDART KETENAGAAN
Pengalaman di
ICU > 5 tahun
Pengalaman di
ICU > 3 tahun
Pengalaman di
ICU > 2 tahun
3
c. 1 ( satu ) orang Clinical Instruktur
d. 3 ( tiga) orang perawat pelaksana
2. Dinas Sore
a. 1 ( satu ) orang Ketua Tim/PJ Shift
b. 3 ( tiga ) orang perawat pelaksana
3. Dinas Malam
a. 1 ( satu ) orang Ketua Tim Keperawatan
b. 2 ( dua ) orang perawat pelaksana
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan jadwal di ICU dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh kepala
ruangan.
2. Bila ada pasien di ruangan ICU, maka koordinasi dilakukan dengan tim
intensive care.
3. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan.
4. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja yang
ada (apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan maka permintaan disetujui).
5. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penganggung jawab shift ( PJ) /
ketua tim dengan syarat pendidikan minimal S1+ Ners/ DIII Keperawatan,
pengalaman minimal 3 tahun di unit intensive care serta memiliki sertifikat
ICU.
6. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
7. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Kepala Ruangan atau wakil kepala ruangan :
1 hari sebelumnya. Sebelum memberitahu Kepala Ruangan, diharapkan
perawat yang bersangkutan sudah mencari pengganti. Apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala Ruangan
atau Wakil Kepala Ruangan akan mencari tenaga perawat pengganti yang pada
hari itu libur atau yang dinas shift sebelumnya
4
BAB III
STANDART FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
ICU Terletak di lantai 1
4.
5.
5
A. STANDART FASILITAS
DISAIN
Area Pasien
Area Kerja
Humiditas 50-70 %
Suhu 23-25°C
6
Jenis sarana/fasilitas Jumlah Keterangan
Laboratorium 24 Jam
Peralatan
Alat hisap/suction 1
portable
Peralatan monitor :
Suhu Ada/monitor
Defibrilator 1 bifasik
ECG report 1
7
Jenis sarana/fasilitas Jumlah Keterangan
Alat pengatur 1
suhu/blanket warm
Bronkoscopy Ada
Echocardiografi Ada
Mesin WSD 3
Blood warmer 3
Troley Emergency 1
Troley obat 1
Kasur angin 3
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2. Prioritas 2
Pasien-pasien pemantauan atau observasi intensif secara invasif atau non invasif
atas keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem
organ vital misalnya: Obsrvasi intensif pasca bedah ekstensif, Observasi intensif
pasca henti jantung (cardiac arrest) dalam keadaan stabil, Observasi intensif
pasien pasca bedah dengan penyakit jantung dan lain sejenisnya. Kelompok
pasien ini umumnya juga tidak ada pembatasan terhadap terapi yang diperlukan.
3. Prioritas 3
Pasien yanga dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil dan memiliki harapan
kecil untuk menyembuhkannya atau manfaat yang didapat dari tindakan-
tindakan di ICU kecil ( prognosis jelek). Pasien kelompok ini mungkin
memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak
dilakukan tindakan invasif seperti intubasi dan RKP/Resusitasi Kardio
Pulmoner.
9
Pasien prioritas 1 harus didahulukan dari pasien prioritas 2 atau 3. Dan pasien-
pasien dibawah ini tidak memerlukan perawatan ICU :
a. Pasien mati batang otak (MBO) kecuali yang merupakan donor organ.
b. Pasien prioritas 1 dan 2 yang menolak perawatan atau tindakan agresif di ICU.
c. Pasien dalam keadaan vegetatif yang permanen
d. Pasien dalam keadaan stabil dengan resiko yang rendah untuk menjadi
berbahaya.
e. Pasien dalam stadium akhir (end stage) penyakit-penyakit.
10
d. Dokter jaga melakukan konsultasi kepada dokter senior yang bertanggung
jawab di instalasi atau dokter senior jaga, untuk mendapatkan persetujuan.
e. Dalam keadaan gawat yang mendesak, maka konsultasi dapat dilakukan
belakangan.
f. Bila kriteria pasien memenuhi kriteria pasien yang masuk ICU, dokter jaga
menghubungi ICU agar diadakan persiapan bed, peralatan, obat-obatan dan
lain-lain.
g. Setelah kondisi pasien transportable dan peralatan di ruangan ICU siap
pasien diantar ke ruang ICU oleh dokter jaga dan perawat ruangan.
2. Pasien dari luar RS
a. Konsultasi dilakukan dokter pengirim ke dokter jaga atau langsung ke
konsultan jaga.
b. Konsultan jaga menghubungi ke dokter jaga untuk memberitahu hal tersebut
dan untuk mempersiapkan tempat, obat maupun peralatan lainnya.
c. Dokter pengirim mempersiapkan (termasuk stabilisasi) pasien sebelum
transportasi.
d. Pasien dikirimkan oleh doker jaga dan perawat setelah stabilisasi dan
persiapan alat di ICU selesai dengan melakukan pemberitahuan sebelumnya
melalui telepon.
e. Persiapan di ICU
1) Tempat tidur, monitor, dan peralatan penunjang lannya seperti :
ventilator, syringe pump dan obat-obatan lainnya agar dipersiapkan dan
dijalankan test.
2) Stretcher/pedslide untuk penerimaan pasien dipersiapkan dengan
peralatan penunjangnya seperti : monitor potable, ventilator portable,
oksigen portable, bang and mask, tensimeter, pulse oximeter, dan lainnya
yang diperlukan.
11
4. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi ke tata usaha.
5. Perawat ICU menelpon ruangan yang akan dituju.
6. Perawat ICU mencatat alat, obat, hasil foto rontgen, kelengkapan status di form
serah terima pasien pindahan.
7. Perawat ruangan menelpon perawat ICU, bahwa petugas ruangan siap
menjemput.
E. MONITORING PASIEN
1. Setiap pasien yang dirawat di ruang rawat intensif dilakukan/pemantauan
monitoring tanda-tanda vital selama 24 jam dengan menggunakan bed sid
monitor/vital sign monitor.
2. Dokumentasi hasil pemantauan dilakukan setiap jam pada lembar observasi ICU
bila kondisi pasien stabil, bila kondisi pasien tidak stabil maka
pendokumentasian dilakukan lebih sering sesuai derajat kegawatan pasien
(setiap 30 menit, 15 menit atau 5 menit).
3. Bila ada kelainan pada tanda-tanda vital, perawat intensif menginformasikan
kepada DPJP/dokter jaga.
12
b. Keluarga pasien/penanggung jawab pasien menandatangani informed
consent pemasangan ETT.
c. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan pemasangan ETT
4. Extubasi
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan indikasi
extubasi kepada keluarga pasien/penanggung jawab pasien
b. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan extubasi.
5. Balans Cairan
a. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan balans cairan dan
didokumentasikan di lembar observasi ICU
b. Balans cairan dilakukan setiap 3 jam/6 jam/12 jam/24 jam sesuai kondisi
pasien
c. Kondisi pasien yang terkait dengan balans cairan dilaporkan kepada DPJP
(sesuai kondisi umum pasien)
d. Instruksi yang terkait dengan balans cairan didokumentasikan dan
diinformasikan sewaktu serah terima dengan shift berikutnya.
6. Rehabilitasi Medis
a. DPJP menginstruksikan untuk dilakukan rehabilitasi medis dan tertulis pada
rekam medis pasien.
b. DPJP menginformasikan kepada keluarga pasien/penanggung jawab pasien
terkait tindakan rehabilitasi medis.
c. Keluarga pasien/penanggung jawab pasien menandatangani informed
consent rehabilitasi medis.
d. Perawat ruang intensif menghubungi bagian rehabilitasi medis untuk
konfirmasi terkait rehabilitasi medis pasien
7. Penilaian Kematian Batang Otak
a. DPJP menginformasikan kepada keluarga pasien/penanggung jawab tentang
kondisi kematian batang otak.
b. DPJP menulis pada rekam medis pasien terkait kondisi kematian batang otak
c. Perawat ruang intensif menindaklanjuti instruksi DPJP.
8. PDT (Percutaneous Dilatation Tracheostomy )
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan indikasi
pemasangan PDT kepada keluarga pasien/penanggung jawab pasien
b. Keluarga pasien/penanggung jawab pasien menandatangani informed
consent pemasangan PDT.
c. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan pemasangan PDT
13
G. INDIKASI PENGGUNAAN DAN PENGHENTIAN VENTILATOR
MEKANIK
1. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan kepada keluarga
pasien/penanggung jawab pasien terkait indikasi penggunaan dan penghentian
ventilator mekanik dan menuliskan di rekam medis pasien.
2. Keluarga pasien/penanggung jawab pasien menandatangani informed consent
penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
3. Perawat ruang intensif menindak lanjuti instruksi DPJP.
I. KONSULTASI
1. DPJP menginformasikan kepada keluarga pasien/penanggung jawab pasien
terkait dengan konsultasi ke dokter spesialis lain.
2. DPJP menulis pada rekam medis pasien pada lembar konsultasi.
3. Keluarga pasien/penanggung jawab pasien menandatangani informed consent .
4. Perawat ruang intensif menghubungi dokter spesialis yang dikonsulkan.
5. Keluarga pasien/penanggung jawab pasien diinformasikan tentang hasil
konsultasi oleh dokter konsultan.
14
1. DPJP menginformasikan indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi
kepada penanggung jawab pasien.
2. Keluarga pasien/penanggung jawab pasien menandatangani informed consent
pemeriksaan.
3. Perawat ruang intensif menentukan apakah pasien bayar sendiri, BPJS atau
menggunakan asuransi yang lain.
4. Perawat ruang intensif/petugas laboratorium mengambil bahan pemeriksaan
darah, sputum, atau urine sesuai permintaan dokter.
5. Perawat ruang intensif memberi label pada bahan pemeriksaan meliputi :
a. Nama
b. Umur
c. Register
d. Jenis pemeriksaan
6. Perawat mengisi formulir pemeriksaan.
7. Bahan pemeriksaan dan formulir laboratorium diserahkan kepada keluarga
pasien untuk diperiksakan ke laboratorium.
8. Hasil pemeriksaan diambil oleh keluarga pasien, kemudian diberikan kepada
petugas ICU (dokter/perawat), kemudia dicatat pada lembar observasi dan
berkasnya ditempelkan pada lembar laborat pada file/status pasien.
L. REKAM MEDIS
1. Rekam medis pasien yang pindah/pulang/meninggal dilengkapi oleh DPJP.
2. Setelah dilengkapi dikirim ke bagian rekam medis disertai buku ekspedisi 2x24
jam.
M. PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN PELAYANAN
1. Kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien ditulis pada flow sheet yang
tersedia untuk masing-masing pasien.
2. Informasi pasien yang tertulis di dalam flow sheet , dirangkum oleh penanggung
jawab shift.
3. Setiap shift jaga melaporkan pelaporan dan serah terima dengan perawat yang
bertugas pada shift berikutnya.
15
BAB V
LOGISTIK
16
B. PERENCANAAN PERALATAN/PEREMAJAAN
1. Inventarisasi alat-alat yang masih berfungsi dan ada yang sudah rusak
2. Menentukan jenis dan jumlah alat yang dibutuhkan di masing-masing unit
3. Mengajukan permintaan alat untuk mengganti yang rusak/peremajaan.
C. KALIBRASI ALAT
17
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. DEFINISI
B. TUJUAN
1. Hak Pasien.
18
diajarkan cara mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial seperti
mencuci tangan.
D. PROGRAM PENGAMANAN
19
alat ini harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin pemeliharaan
oleh ahli teknik atau konsultan dan luar rumah sakit.
E. TATA LAKSANA
20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. TUJUAN :
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
risiko terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindari paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “universal
precaution”
3. Menyiapkan ruang intensif bila terjadi kebakaran dan kewaspadaan bencana
4. Setiap petugas yang ada diruang intensif dapat bertindak dengan cepat dan tepat
bila terjadi kebakaran dan kewaspadaan bencana
5. Menjamin keselamatan pasien yang sedang dirawat diruang intensif
21
d. Tidak menarungkan kembali jarum yang dipakai
e. Buang jarum bekas pakai pada kontainer khusus sampah medis tajam yang
telah disediakan
f. Jangan tinggalkan jarum sembarangan
g. Jangan memberikan jarum bekas pakai kepada orang untuk dibuang
h. Buang sampah sesuai tempatnya
i. Jaga kebersihan lingkungan
j. Jaga lantai tetap kering dan licin
22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
23
Judul Pemberi pelayanan unit intensif
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Tujuan Tersedianya pelayanan intensif tenaga yang
kompeten
Definisi operasional Pemberi pelayanan intensif adalah dokter
Sp.An dan dokter spesialis sesuai dengan
kasus yang ditangani, perawat D3 dengan
sertifikat perawat mahir ICU/setara
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah tenaga dokter Sp.An dan spesialis
yang sesuai dengan kasus yang ditangani,
perawat D3 dengan sertifikat perawat mahir
ICU/setara yang melayani pelayanan
perawatan intensif
Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat
yang melayani perawatan intensif
Sumber data Kepegawaian
Standar 100%
Penanggung jawab Komite medik/mutu
2. Pneumonia
a. Pneumonia nosokomial (HAP) adalah infeksi saluran nafas bawah, mengenai
parenkim paru tidak di intubasi dan terjadi >48 jam hari rawat dan tidak dalam
masa inkubasi
b. Ventilator aquaired pneumonia (VAP) adalah pneumonia didapat bila lebih
dari 48 jam setelah menggunakan ventilasi mekanik
Faktor resiko HAP dan VAP:
1) Faktor intrinsik/faktor penderita:
24
2) Faktor ekstrinsik/rumah sakit:
3) Peralatan medis yang dipakai, terutama
4) Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya aspirasi:
Insiden HAP:
Ʃ kasus HAP/bulan
x 100 %
Ʃ hr rawat seluruh pasien beresiko HAP /bulan
Surveilen HAP:
Semua pasien rawat inap yang memiliki faktor resiko HAP dirawat setelah
2X24 jam
Insiden VAP:
25
2) Kriteria 2:
a) Satu dari tanda/gejala sebagai berikut: demam (380c), mengigil, hipotensi
b) Tidak berkaitan dengan infeksi dilokasi lain
c) Terdapat kuman yang dikenal pada salah satu atau lebih kultur darah pada
waktu yang berbeda
3) Kriteria 3 (Usia <1 Tahun):
a) Satu dari tanda/gejala sbb: demam (>380c), hipotermi, apnea, bradikardi
b) Tidak berkaitan dengan infeksi dilokasi lain
c) Terdapat kuman yang dikenal apda salah satu atau lebih kultur darah pada
waktu yang berbeda
Insiden IADP:
26
BAB IX
PENUTUP
27
28