BEDAH
1
KATA PENGANTAR
Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya, pedoman pelayanan anestesi Rumah Sakit Budi Asih ini dapat
diselesaikan. Rumah sakit merupakan salah satu sarana penyedia pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang sekaligus bertanggung jawab
memberikan perlindungan terhadap pasien.
Buku ini berguna bagi semua petugas dalam kegiatan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Budi Asih agar selaras dengan visi Rumah Sakit
Budi Asih, Maka dalam menjalankan kegiatannya seluruh pelayanan
berusaha memberikan pelayanan profesional, bermutu dan aman.
Harapan kami buku ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya sebagai
pedoman operasional bagi setiap pelayanan dan unit yang terkait dalam
melakukan pelayanan anestesi.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan moril dan materiil sehingga buku ini dapat
diselesaikan. Kami sadar bahwa dalam penyusunan pedoman ini banyak hal
yang masih perlu ditambahkan, diperbaiki, dan disempurnakan. Untuk itu
terbuka bagi siapapun pihak terkait untuk sumbang saran dan kritik demi
sempurnanya pedoman ini.
Sutrisno, A.Md.Kep
NRP 02.02.09.246
DAFTAR ISI
T R E N G G A L E K – 66312
TENTANG
Menimbang : a. bahwa Peraturan Direktur Rumah Sakit Budi Asih Nomor 02/ SK-
PAND/ IKO/ RSBA/ V/ 2019 tentang Panduan Pelayanan Bedah
masih belum memenuhi kebutuhan hukum di masyarakat sehingga
perlu dilakukan perubahan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, perlu menetapkan Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan
Bedah;
Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Keputusan Direktur Utama Perseroan Terbatas Zam Zam Shyfa Usaha
Nomor 001/ SK/ RSBA/ V/ 2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata
kerja Rumah Sakit Budi Asih;
5. Keputusan Direktur Utama Perseroan Terbatas Zam Zam Shyfa
UsahaNomor 01/ ZSU/ SK/ IV/ 2019 tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Budi Asih;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI ASIH
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN BEDAH
Pasal 1
(1) Asuhan setap pasien bedah direncanakan berdasar atas hasil
asesmen dan dicatat dalam rekam medis pasien.
(2) Pemilihan teknik operasi bergantung pada riwayat pasien, status
fisik, data diagnostik, serta manfaat dan risiko tndakan yang dipilih.
(3) Pemilihan tindakan mempertimbangkan asesmen waktu pasien
masuk dirawat inap, pemeriksaan diagnostik, dan sumber lainnya
(4) Proses asesmen dikerjakan segera pada pasien darurat.
Pasal 2
(1) Asesmen prabedah menggunakan asesmen awal
rawat inap, pada pasien yang diputuskan dilakukan
pembedahan dalam proses perawatan.
(2) Pasien yang dikonsultasikan di tengah perawatan
oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
lain dan diputuskan operasi maka asesmen prabedah
juga dicatat di rekam medis (dengan isi berbasis
IAR) sesuai dengan regulasi rumah sakit.
(3) Hasil asesmen yang digunakan untuk menentukan
rencana operasi dicatat oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP) di rekam medis pasien
sebelum operasi dimulai.
Pasal 3
(1) Pasien, keluarga, dan mereka yang memutuskan
diberikan edukasi tentang risiko, manfaat,
komplikasi serta dampak dan alternatif
prosedur/teknik terkait dengan rencana operasi.
(2) Edukasi memuat kebutuhan, risiko, manfaat, dan
alternatif penggunaan darah dan produk darah.
(3) Edukasi dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) dan dicatat pada bagian
pemberian informasi dalam form persetujuan
tindakan kedokteran.
Pasal 4
(1) Informasi yang terkait dengan operasi dicatat dalam
laporan operasi dan untuk menyusun rencana asuhan
lanjutan.
(2) Laporan operasi dicatat segera setelah operasi, sebelum
dipindah dari area pemulihan pasca-anestesi.
(3) Waktu selesai membuat laporan didefnisikan setelah
selesai operasi, sebelum pasien dipindah ke tempat
asuhan biasa.
(4) Laporan operasi dapat dicatat di area asuhan intensif
lanjutan apabila dokter bedah mendampingi pasien dari
ruang operasi ke ruangan intensif lanjutan (ICU).
Pasal 5
(1) Rencana asuhan pascaoperasi dibuat oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat, dan
profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya untuk
memenuhi kebutuhan segera pasien pascaoperasi.
(2) Rencana asuhan pascaoperasi dicatat di rekam
medis pasien dalam waktu 24 jam oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau
diverifikasi oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) bila ditulis oleh dokter bedah
yang didelegasikan.
(3) Pelaksanaan rencana asuhan pascaoperasi termasuk
rencana asuhan medis, keperawatan, dan PPA
lainnya berdasar atas kebutuhan pasien.
(4) Pelaksanaan rencana asuhan pascaoperasi diubah
berdasar atas asesmen ulang pasien.
Pasal 6
(1) Asuhan pasien operasi yang menggunakan implan
memperhatikan pertimbangan khusus tentang tindakan
yang dimodifikasi.
(2) Penggunaan implant harus sesuai dengan daftar alat
implan yang tetapkan di rumah sakit.
(3) Penempelan barcode alat di rekam medis
memudahkan penelusuran (traceability) alat jika
terjadi penarikan kembali (recall) alat implant
Pasal 8
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Trenggalek
Pada tanggal 02 Januari 2023
Direktur Rumah Sakit Budi Asih
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Manfaat
a. Terselenggaranya pelayanan bedah yang optimal baik dalam
keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan
keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.
b. Terselenggaranya kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur bedah dan etik profesi.
c. Melindungi pasien dari risiko salah pasien, salah posisi dan salah
prosedur operasi dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
D. Batasan Operasional
Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan
terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau
melalui operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan
kata “Chirurgia” (dibaca: KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir”
artinya tangan; dan “ergon” artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya
dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006). Perkembangan baru juga
terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah
sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat
inap (outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
1. Jenis Pembedahan
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif
dilakukan secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa
pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya,
seperti: membuka abses superficial, pembersihan luka.
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih
sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan
waktu, melibatkan risiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan
bantuan asisten, seperti: bedah caesar
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan
terhadap penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol
kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan
berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh
yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada
melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur
pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal
untuk neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.
f. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah
dilakukan pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan
terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami
kontraksi.
g. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan
setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya.
2. Sifat Operasi:
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan
penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam
keadaan sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari
proses penyakit atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.
E. Landasan Hukum
Penyelenggaraan pelayanan Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit “BUDI
ASIH” sesuai dengan:
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Standar, Pedoman dan Pernyataan, Perhimpunan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia (IDSAI) Jaya tahun 2003.
4. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 1993.
BAB II
5. Laporan Operasi
Dokter operator harus mendokumentasi semua tindakan bedah dan
kejadian-kejadian yang terjadi selama pembedahan. Dokter bedah
mencatat laporan operasi yang harus memuat minimal :
a. Tanggal dan jam waktu operasi dimulai dan selesai.
b. Diagnosa pre dan pasca bedah.
c. Dokter operator dan asisten.
d. Nama prosedur bedah.
e. Spesimen bedah untuk pemeriksaan.
f. Catatan spesifik yang terjadi selama pembedahan, termasuk ada
tidaknya komplikasi yang terjadi, dan jumlah perdarahan.
g. Instruksi Pasca Bedah
h. Tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
b. Memasukkan Obat
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko:
a. Mengidentifikasi pasien dan mengkonfirmasi alergi obat
yang dimiliki
b. Memverifikasi obat sebelum pemberian obat
c. Menggunakan perintah verbal terstruktur
d. Mengidentifikasi penggunaan obat-obatan high-alert,
menstandardisasi preparasi obat-obat yang dilarutkan agar
siap digunakan
e. Menghindari pelarutan obat di lapangan operasi, pelarutan
obat obat sebisa mungkin digunakan oleh apoteker terdaftar
f. Menggunakan hanya larutan premixed
g. Klinisi di ruang operasi harus mengkomunikasikan semua
dosis
h. Obat yang akan dimasukkan dan mengklarifikasi dosis
maksimal dengan dokter anestesi dan dokter bedah
i. Mengedukasi perawat dan anggota lain yang bekerja di
ruang operasi tentang penanganan dan pemberian obat-obat
high alert
j. Mengkaji dan memvalidasi kompetensi klinis tentang
penggunaan dan pemberian obat-obat high alert
LOGISTIK
A. Logistik farmasi.
1. Perencanaan
Kamar bedah merencanakan kebutuhan alkes disposible dan obat-obatan
pada setiap semester pertama dan kedua, yang kemudian dirangkum
dalam kebutuhan setahun, yaitu :
a. Barang habis pakai farmasi ditentukan jumlah stocknya. Jumlah stock
yang terpakai dilakukan penggantian dua hari sekali.
b. Barang depo farmasi pengadaannya dilakukan dengan pengajuan
permintaan seminggu sekali.
c. Apabila IBS membutuhkan barang farmasi di luar perencanaan dapat
mengajukan permintaan cito ke Direktur Medik dan Keperawatan
dengan tembusan ke Instalasi Farmasi.
2. Pengadaan
Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang dan obat-
obatan logistik farmasi yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan
Kamar bedah melakukan penyimpanan barang-barang atau obat-obatan
berdasarkan pada :
1) Obat-obatan narkotik disimpan dalam lemari yang khusus double lock
dengan kunci dipegang oleh dua petugas
2) Obat-obatan larutan pekat dikunci dilemari yang telah diberi tanda.
3) Obat-obatan yang digunakan untuk emergency disimpan dalam trolley
emergency.
4) Alkes disposable dan alat-alat penunjang disposable dipisahkan dan
disimpan di lemari kaca.
5) Obat-obatan yang perlu disimpan pada suhu tertentu, maka disimpan
dalam lemari kulkas.
4. Pendistribusian
Setiap petugas kamar bedah bertanggung jawab dalam hal pencatatan
pemakaian yang telah dipakai operasi di setiap kamar operasi kemudian
diberikan ke petugas depo farmasi IBS yang bertugas.
5. Penghapusan
Penghapusan barang dan alat -alat di kamar bedah dilakukan apabila
terjadi :
1) Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2) Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk
diatur ulang
3) Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expire date)
4) Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain
B. Logistik umum
1. Perencanaan
Kamar bedah merencanakan kebutuhan rumah tangga, alat tulis kantor,
dan dilakukan setiap semester pertama dan kedua, selanjutnya
perencanaaan kebutuhan disesuaikan dengan jadwal logistic umum
dimana permintaan barang kebutuhan rumah tangga, alat tulis kantor dan
biomedic dilakukan seminggu dua kali.
2. Pengadaan
Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik
umum yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan
Barang-barang logistik disimpan dalam lemari sesuai dengan jenis barang,
mudah terjangkau.
4. Pendistribusian
Semua barang yang ada dilakukan inventaris dan pencatatan barang yang
terpakai.
C. Logistik Linen
1. Perencanaan
Kamar bedah merencanakan kebutuhan linen hal ini dilakukan setahun
sekali, selanjutnya perencanaaan disesuaikan kebutuhan dan permintaan
sesuaikan dengan jadwal dari logistik linen.
2. Pengadaan
Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik
linen yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan
Linen baju operasi (pakaian dasar kamar bedah) disimpan di lemari linen
dan linen baju ganti pasien di ruang pre operasi
Dalam fungsi penyimpanan logistik ada beberapa hal yang menjadi alasan
dan perlu perhatian adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaaan yang fluktuatif, karena sering terjadi
kesulitan memperkirakan kebutuhan secara tepat dan akurant.
2. Untuk menghindari kekosongan barang (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta menggantisipasi fluktuasi kenaikan harga
bahan.
4. Untuk menjaga agar kualiitas bahan dalam keadaan siap pakai.
Untuk mempercepat pendistribusian
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RS Budi
Asih melalui program sasaran keselamatan pasien rumah
sakit,makakeselamatan pasien diupayakan terlaksana secara optimal dan
berkesinambungan.
Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong
peningkatan keselamatan pasien dengan harapan pelayanan kesehatan di RS
Budi Asihdapat berjalan dengan lebih baik dan aman dan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat luas.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Pada Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral ini, keselamatan
pasien terdiri dari keselamatan pasien yang dilakukan operasi. Maka setiap
tindakan dan pelayanan yang diberikan harus mempertimbangkan terhadap
kesejahteraan pasien tersebut.
B. Tujuan
a. Tercapainya kesejahteraan dan keamanan pada pasien selama dalam
proses pemberian pelayanan di Instalasi Bedah Sentral dengan program
keselamatan pasien yang terdapat di pelayanan Instalasi Bedah Sentral
b. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
Tatalaksana Keselamatan Pasien
Untuk mengimplementasikan kegiatan keselamatan pasien maka RS
mengadopsi pada International Patient Safety Goals (IPSG) / Sasaran
Keselamatan Pasien , yaitu :
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar
b. Meningkatkan komunikasI yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
e. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
f. Mengurangi risiko cedera akibat terjatuh
tahan air dengan memberi tanda “O” pada daerah yang tidak
memungkinkan memberi tanda garis insisi. Libatkan pasien dan
keluarga. Yang memberi tanda adalah dokter bedah yang akan
melakukan operasi di Ruang Rawat, IGD, di Ruang Pre-op jika pasien
ODC di formulir penandaan lokasi operasi
d. Pemberian Tanda tidak dilakukan pada operasi yang hanya :
1) Mencakup satu organ, Contoh : Sectio Caesarea, Bedah Jantung,
Appendictomy, Hysterektomi, Laparatomy, laparascopy
2) Prosedur Invasif : Kateterisasi Jantung, Venaseksi, NGT, Venocath,
Gigi (penendaan dilakukan pada foto gigi/diagram gigi)
3) Lain-lain : Tonsilectomy, Hemmorhoidectomy, Operasi pada
genitalia.
Nama Pasien : ................... No. RM :
Tgl. ...................................
JenisKelamin : ...................... :
Lahir .............
Rumah Sakit
Tgl. Masuk : .................... Umur : ................. Thn/ Bln/ Hr
BUDI ASIH
FORMULIR PENANDAAN AREA OPERASI
Tanggal Operasi: Prosedur Operasi : Operator:
Laki-Laki Perempuan
Trenggalek,
............................................................
Pasien / KeluargaPasien DokterBedah
( .......................................................... ) ( …............................................. )
BAB V
KESELAMATAN KERJA
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit yang begitu pesat, didorong oleh
perkembangan penyakit yang beraneka ragam, serta semakin tingginya bahaya penularan
penyakit yang dapat ditimbulkannya. Mendorong rumah sakit untuk menggunakan
peralatan kerja disertai penerapan teknik dan teknologi dari berbagai tingkatan di segenap
sektor kegiatan, khususnya di kamar bedah yang merupakan jantungnya sebuah rumah
sakit.
Kemajuan ilmu dan teknologi tersebut disatu pihak akan memberikan kemudahan
dalam operasional tetapi dilain pihak cenderung menimbulkan resiko kecelakaan akibat
kerja yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat yang berteknologi tinggi tersebut, terutama bila
petugas yang bekerja di kamar bedah kurang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
keterampilan, khususnya pelatihan yang berhubungan dengan penggunaan alat-alat serta
penanganan bahaya infeksi nosokomial yang dapat ditimbulkannya dikamar bedah.
Salah satu cara mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang tidak terduga
tersebut, yaitu dengan jalan menurunkan dan mengendalikan sumber bahaya tersebut,
melalui penyediaan dan penggunaan APD. Akan tetapi walaupun telah disediakan pihak
rumah sakit, namun efektivitas penggunaan APD tergantung pada faktor pemakainya.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu di tingkatkan upaya dan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) antara lain, peningkatan kesadaran, kedisiplinan K3
terutama lingkungan kamar bedah di rumah sakit. Dan melakukan upaya pencegahan
terjadinya kecelakaan dengan menutupi sumber bahaya bila memungkinkan, akan tetapi
sering keadaan bahaya tersebut belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Untuk itu perlu
dilakukan usaha pencegahan dengan cara menggunakan alat pelindung diri (Personal
Protective Devices) yang umum sering disingkat dengan APD (Kusuma,S.P, 1986).
Resiko infeksi nosokomial dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari
petugas ke pasien dan antar petugas. Berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan
petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh
pada mutu pelayanan karena para petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani
pasien, dengan demikian penggunaan alat pelindung diri sangat tepat agar dapat membatasi
penyebaran infeksi nosokomial tersebut. Salah satu langkah dari pengendalian infeksi
nosokomial adalah dengan menerapkan Kewaspadaan Universal atau sering di sebut
Universal Precautions.
Personil di kamar operasi terbagi dalam beberapa bagian, sedangkan kegiatan operasi
terdiri dari berbagai spesialisasi. Melihat dari jenis operasi yang ada, dengan penggunaan
alat berteknologi tinggi dan dapat menimbulkan tingkat bahaya penularan yang cukup
tinggi baik melalui udara (air borne) maupun melalui darah (blood borne) ataupun cairan
tubuh lainnya. Petugas kamar bedah mempunyai resiko penularan penyakit yang cukup
tinggi.
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap jenis pelayanan
haruslah mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian pengguna jasa dapat
membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indikator dan standarnya.
Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga
kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen.
Pengendalian mutu pelayanan bedah di Instalasi Bedah Sentral disusun berdasarkan
Kepmenkes No.126 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, meliputi :
a. Waktu tunggu Operasi elektif ≤ 2 hari
b. Kejadian Kematian di meja operasi ≤ 1 %
c. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Salah insisi 100%
d. Tidak adanya kejadian operasi salah orang 100%
e. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi 100%
f. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelahoperasi
100%
g. Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi, dan salah penempatan endotracheal
tube ≤ 6 %
Pelaksanaan Pengendalian Mutu di Instalasi Bedah Sentral setiap bulan dilaporkan ke
Bidang PelayananRS Budi Asih
BAB VII
PENUTUP
Ditetapkan di Trenggalek
Pada tanggal 02 Januari 2023
Penyusun, Menetapkan,
Kepala Unit Kamar Operasi Direktur Rumah Sakit Budi Asih