Status Revisi : 00
Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah
dikaruniakan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku Pedoman
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Waibakul.
Buku Pedoman Pelayanan Unit Rekam Medis ini merupakan pedoman
bagi pelaksana perekam medis dalam memberikan pelayanan pada Unit
Rekam Medis.
Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang standar ketenagaan,
standar fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien,
keselamatan kerja, pengendalian mutu di Unit Rekam Medis.
Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan mutu
pelayanan di Unit Rekam Medis dan digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan tugas pelayanan di Unit Rekam Medis.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman
Pelayanan Unit Rekam Medis.
Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus diperbaiki
sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan rumah sakit ini.
Tim Penyusun
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAIBAKUL
Jl. Raya Waihibur, No: -, Desa Umbu Mamijuk, Kecamatan Umbu
Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NTT
No. Telp: -, e-mail: rsud.waibakul@gmail.com
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Waibakul
Pada Tanggal : Januari 2023
DIREKTUR RSUD WAIBAKUL,
SAMPUL
HALAMAN JUDUL
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………..... 1
B. Ruang Lingkup ……………………………………………………………….. 2
C. Batasan Operasional ………………………………………………………... 5
D. Landasan Hukum ……………………………………………………………. 6
E. Aspek Persyaratan Hukum Tentang Rekam Medis ………………….. 7
F. Pemilikan Rekam Medis ……………………………………………………. 8
G. Kerahasiaan Rekam Medis ………………………………………………… 10
H. Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) ……………………. 13
I. Pemberian Informasi Kepada Orang/Badan Yang Mendapat
Kuasa …………………………………………………………………………… 15
J. Rekam Medis Di Pengadilan …………………………………………….... 20
BAB II STANDAR KETENAGAAN ……………………………………………….... 22
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (Sdm) ………………………………. 22
B. Distribusi Ketenagaan ………………………………………………………. 22
BAB III STANDAR FASILITAS …………………………………………………...... 25
A. Denah Ruang Rekam Medis ……………………………………………..... 25
B. Denah Ruang Tunggu Rawat Jalan ……………………………………… 25
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ………………………………………….... 26
A. Pelayanan Pendaftaran Pasien ……………………………………………. 26
B. Sistem Penamaan Dan Penomoran ……………………………………… 28
C. Singkatan, Simbol Dan Tanda Khusus …………………………………. 30
D. Penyimpanan Rekam Medis ……………………………………………….. 31
E. Penghapusan Rekam Medis ……………………………………………..... 34
F. Perekam/Pencatat Kegiatan Pelayanan Medis ………………………… 36
G. Penyediaan Rekam Medis ………………………………………………..... 50
BAB V LOGISTIK …………………………………………………………………….. 54
BAB VI KESELAMATAN KERJA ………………………………………............... 59
BAB VII PENGENDALIAN MUTU ……………………………………………….... 61
BAB VIII PENUTUP ………………………………………………………………….. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WAIBAKUL
TANGGAL : Januari 2023
NOMOR : RSUD.W//SK/PRW/53.17/I/2023
TENTANG : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT REKAM
MEDIS DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WAIBAKUL
BAB I
PENDAHULUAN
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Unit Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah
Waibakul meliputi:
1. Falsafah Rekam Medis
Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan
diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien,
hal ini merupakan cerminan kerjasama lebih dari satu orang tenaga
kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Bukti tertulis pelayanan
yang dilakukan setelah pemeriksaan tindakan, pengobatan sehingga
dapat dipertanggungjawabkan.
Proses pelayanan diawali dengan identifikasi pasien baik jati diri,
maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan
tindakan medis lainnya yang akan dijadikan dasar di dalam
menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun
tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seorang pasien yang
datang ke rumah sakit.. Jadi falsafah Rekam Medis mencantumkan
nilai Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumen,
Akurat, Informatif dan dapat dipertanggungjawabkan (ALFRED AIR).
C. Batasan Operasional
a. Pengeloaan Rekam Medis
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di RSUD Waibakul
yang terdiri dari assembling, coding, indeksing, Filing, dan
reporting/analising rekam medis.
b. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang
identitas, anamnese, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala
pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan
pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat.
c. Pendaftaran pasien
Adalah tempat pendaftaran pasien rawat jalan, gawat darurat, rawat
inap dan penunjang medis.
d. Tracer
Adalah bukti pengganti posisi penjajaran dokumen rekam medis di
rak penyimpanan untuk keperluan peminjaman.
e. ICD X (Classification of Disease Ten Revision)
Adalah sistem tabulasi penyakit yang dibuat oleh WHO yang
digunakan untuk pengkodean diagnosa penyakit, obat dan bahan
kimia lain, dan sebab luar cedera.
f. ICD 9-CM (International Classification of Disease Nine revision Clinical
Modification).
Adalah sistem tabulasi tindakan/operatif medik yang digunakan
untuk pengkodean tindakan atau operasi medik pasien.
g. Kartu Identitas Berobat
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien sebagai identitas berobat
yang berisi nomor rekam medis , nama pasien dan kode barcode.
Kartu tersebut digunakan untuk selamanya oleh pasien sebagai
bukti identitas berobat.
D. Landasan Hukum
Unit Rekam Medis di RSUD Waibakul adalah merupakan bagian yang
harus terselenggara sesuai peraturan perundangan yang berlaku yaitu
sebagai berikut :
1. Undang-undang Tenaga Kesehatan pasal 2 (Lembaran Negara Tahun
1963 No. 78).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1966 tentang wajib simpan
rahasia kedokteran.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga rekam
medis.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
034/BIRHUP/1972. Ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut
kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis dengan kegiatannya
menunjang pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, meliputi
membuat rekam medis berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan, serta merawat statistik yang telah up to date. Melalui
peraturan-peraturan tentang rekam medis, diharapkan rumah sakit
dapat menyelenggarakan rekam medis berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/MENKES/PER/XII/1989
tentang rekam medis merupakan landasan hokum yang harus
dipedomani bagi semua tenaga medis dan para medis serta tenaga
kesehatan lainnya yang terlibat di dalam penyelenggaraan rekam
medis.
6. SK Dir Jen Yan Medik tahun 1991, Nomor:
78/Yan.Med/RS.Um.Dik/YMU/I/91 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
575/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2022 tentang Rekam Medis
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
B. Distribusi Ketenagaan
SDM unit rekam medis RSUD Waibakul berjumlah 6 orang dan
sesuai dengan struktur organisasi unit rekam medis terbagi menjadi 5
bagian yaitu Pendaftaran, Assembling, Koding dan Indeksing, Filing dan
pelaporan.
Unit rekam medis RSUD Waibakul dikepalai oleh seorang kepala
unit dengan pendidikan D3 Rekam Medis yang sudah berpengalaman
minimal 2 tahun, dan bersertifikat. Adapun pendistribusian SDM unit
rekam medis adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran
Tabel 2.1
Distribusi SDM Pendaftaran
Nama Jabatan Kualifikasi Formal & Informal Waktu Jumlah
Kerja SDM
Koordinator
DIII Perekam Medis ( Pelatihan
Pendaftaran 1 Shift
Rekam Medis)
Rawat Jalan
Staf Pendaftaran DIII Perekam Medis / SLTA (
1 Shift
Rawat Jalan Pelatihan Rekam Medis)
Koordinator
Pendaftaran DIII Perekam Medis / SLTA (
1 Shift
Rawat Inap dan Pelatihan Rekam Medis)
Gawat Darurat
Staf Pendaftaran
DIII Perekam Medis / SLTA (
Rawat Inap dan 3 Shift
Pelatihan Rekam Medis)
Gawat Darurat
Jumlah
b. Assembling
Tabel 2.2
Distribusi SDM Assembling
Nama Jabatan Kualifikasi Formal & Informal Waktu Jumlah
Kerja SDM
Koordinator DIII Perekam Medis / SLTA (
1 Shift
Assembling Pelatihan Rekam Medis)
Jumlah
d. Filing
Tabel 2.4
Distribusi SDM Filing
Nama Jabatan Kualifikasi Formal & Informal Waktu Jumlah
Kerja SDM
DIII Perekam Medis ( Pelatihan 1
Koordinator Filing
Rekam Medis) Shift
DIII Perekam Medis ( Pelatihan 1
Staf Filing
Rekam Medis) Shift
Jumlah
2. Sistem Penomoran
Rekam medis pada RSUD Waibakul disimpan berdasarkan
nomor rekam medis dengan menggunakan sistem pejajaran “ Unit
Numbering System “. Nomor rekam medis hanya diberikan sekali saat
pasien berobat pertama kali di rumah sakit di RSUD Waibakul Dan
nomor rekam medis tersebut akan dipakai selamanya untuk kunjungan
seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan
di dalam satu dokumen rekam medis.
Petugas pendaftaran diharuskan untuk menanyakan kepada
pasien atau keluarga apakah “PASIEN PERNAH BEROBAT KE RSUD
WAIBAKUL”. Seorang pasien yang sudah pernah berkunjung ke RSUD
Waibakul sebelumnya tidak akan diberikan nomor rekam medis baru.
Sistem nomor unit yang digunakan mempengaruhi rencana
perkembangan ruang tempat penyimpanan. Perlu sekali ruang lowong
pada rak penyimpanan sebesar 25 % karena tempat tersebut berguna
untuk menyimpan rekam medis yang makin tebal.
Satu kendala yang biasa timbul adalah bertambahnya satu rekam
medis menjadi berjilid-jilid, karena seringnya pasien tersebut mendapat
pelayanan (dirawat) di RSUD Waibakul Kadang-kadang begitu seringnya
seorang penderita di rawat sehingga rekam medisnya harus dibuat jilid
yang baru, karena terlalu tebal jika hanya satu jilid saja. Untuk
mengingatkan petugas penyimpanan tentang hal ini, maka pada setiap
jilid harus dibuat catatan nomor jilid dan jumlah jilidnya, misalnya :
Jilid 1 dari 2; Jilid 2 dari 2.
Untuk pengambilan rekam medis yang tidak aktif dari rak
penyimpanan untuk dimusnahkan atau untuk dibuat microfilm, karena
menggunakan sistem unit, nomor-nomor rekam medis tidak
menunjukkan tua atau mudanya satu rekam medis sehingga untuk
memilih rekam medis yang tidak aktif harus dilihat satu persatu, tahun
berapa seorang penderita terakhir dirawat atau berkunjung ke poliklinik.
Untuk sumber nomor RSUD Waibakul membuat satu “ bank
nomor” terdiri dari enam angka, menggunakan sistem angka akhir
(terminal digit) dengan menentukan nomor awal dimulai dari 000001
sampai dengan 999999. Bank nomor dikeluarkan oleh sistem komputer
yang secara otomatis akan mengeluarkan satu nomor baru setiap entry
data pasien.
Berikut ini adalah kebijakan direktur RSUD Waibakul yang
berkaitan dengan penomoran:
a) Penomoran yang di terapkan adalah menggunakan Unit Numbering
System.
b) Nomor rekam medis diberikan pada saat pasien mendaftar di loket
pendaftaran baik Rawat Jalan, Rawat Inap, UGD atau untuk bayi
baru lahir .
c) Nomor rekam medis yang diberikan kepada pasien tercetak di Kartu
Identitas Berobat (KIB)
d) Bank nomor rekam medis diterbitkan terpusat dan terintegrasi dari
Unit Rekam Medis untuk seluruh pelayanan di Waibakul melalui SIM
RS.
e) Satu nomor rekam medis hanya diberikan untuk satu pasien dan
berlaku untuk kunjungan seterusnya di RSUD Waibakul
f) Nomor rekam medis pasien meninggal dan nomor rekam medis yang
sudah non aktif tidak diterbitkan/diberikan lagi untuk pasien lain.
g) Nomor rekam medis bayi lahir kembar diberikan berurut sesuai
urutan kelahiran bayi tersebut.
4. Pemusnahan Arsip
Adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip
rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya.
Penghancuran harus dilakukan secara total dengan cara membakar
habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat lagi dikenal isi
maupun bentuknya.
Tata cara pemusnahan rekam medis:
1) Rekam medis yang telah memenuhi syarat untuk dimusnahkan
dilaporkan kepada Direktur RSUD Waibakul
2) Direktur RSUD Waibakul membuat Surat Keputusan tentang
Pemusnahan Rekam Medis dan menunjuk tim pemusnah, sekurang-
kurangnya beranggotakan: Ketua Usahaan, Unit Penyelenggara
Rekam Medis, Unit Pelayanan, Komite Medik.
3) Tim pemusnah melaksanakan dan membuat Berita Acara
Pemusnahan yang disahkan Direktur RSUD Waibakul.
2. Pencatatan (Recording)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak
hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian
sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan
kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan
dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan
yang dimulai pada saat diterimanya pasien di Waibakul diteruskan
kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan
pelayanan medis di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan
Dokumen rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan
serta pengeluaran Dokumen dari tempat penyimpanan serta
pengeluaran Dokumen dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan
lainnya.
Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala
informasi medis seorang pasien ke dalam Rekam Medis. Pada dasarnya
pendokumentasian memuat data, yang akan menjadi bahan informasi.
Data pasien dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu data
sosial dan data medis. Data sosial didapatkan pada saat pasien
mendaftarkan diri ke tempat penerimaan pasien. Data medis baru
diperoleh dari pasien, apabila pasien telah memasuki unit pelayanan
kesehatan. Petugas di unit pelayanan adalah dokter dan ahli-ahli profesi
kesehatan lainnya (termasuk penunjangnya, seperti radiologi,
laboratorium, dan lain-lain) serta unit perawatan.
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di
bidang kesehatan lainnya, yaitu:
- Mencatat secara tepat waktu;
- Up to date;
- Cermat dan lengkap
- Dapat dipercaya dan menurut kenyataan
- Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak
bertele-tele;
- Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas.
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di
rumah sakit yang memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada
pasien. Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu
catatan yang bersifat kolektif dan catatan yang bersifat individual.
1. Catatan yang Bersifat Kolektif
Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang dating ke
unit pelayanan. Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut
“Buku Register”. Buku Register ini merupakan sumber utama data
kegiatan rumah sakit. Pemakaian buku register ini perlu
dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap memperhatikan
efisiensi di bidang pengelolaan data medis.
Buku register yang biasa diperlukan, diantaranya:
- Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Jalan;
- Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Jalan;
- Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Inap;
- Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Inap;
- Buku Register Persalinan/Abortus;
- Buku Register Pembedahan;
- Buku Register Tindakan/Terapi/Diagnostik;
- Buku Register Pemeriksaan Laboratorium.
Buku-buku register tersebut dikerjakan oleh petugas-petugas di
masing-masing unit pelayanannya.
Setiap hari petugas di unit pelayanan menyiapkan rekapitulasi yang
seiring disebut sensus harian. Sensus ini sangat berguna di dalam
pengolahan data medis selanjutnya yang digunakan sebagai bahan
laporan rumah sakit.
b) Koding (coding)
Kegiatan koding adalah penterjemahan diagnosa penyakit,
tindakan/operasi medis dan kodefikasi lainnya berdasarkan sistem
tabulasi kodefikasi yang ditentukan. Kegiatan ini bertujuan untuk
menyamakan intepretasi pada data diagnosa, tindakan/operasi
medik dan data kebutuhan lainnya sehingga memudahkan untuk
proses pengolahan data rekam medis dan menghindari adanya bias
statistik pelaporan.
Kodefikasi pada diagnosa penyakit telah menggunakan
sistem klasifikasi penyakit terbitan WHO ( World Health
Organization) yaitu ICD 10 edisi 2010. Sejak tahun 1993 WHO
mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia
menggunakan International Statical Clasification Deseasses and
Health Problems-10 Revision (ICD 10). Sistem nomencluture ini
menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka
(alpha numeric). Sedangkan kodefikasi pada tindakan/operasi medik
menggunakan sistem kaslifikasi ICD-9 CM). Berbeda dengan ICD X,
ICD -9 CM menggunakan kode numerik seluruhnya. Dalam
aplikasinya proses kodefikasi di unit rekam medis telah
menggunakan ICD X dan ICD-9 CM menggunakan media aplikasi
off line sehingga memudahkan dan mempercepat proses kodefikasi.
Kecepatan dan ketepatan koding diagnosis dan
tindakan/operasi medik sangat tergantung kepada pelaksana yang
menangani rekam medis tersebut yaitu:
Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
Tenaga kesehatan lainnya.
Penetapan diagnosis pasien merupakan kewajiban dan
tanggung jawab dokter (tenaga medis), keakuratan dan kejelasan
penulisan diagnosa akan mempengaruhi proses kodefikasi dan
keakuratan kode yang ditetapkan nantinya oleh petugas koding.
Apalagi dalam penerapan sistem paket pada pelayanan kesehatan,
dokter dituntut untuk lebih disiplin dan lebih akurat dalam
penentuan diagnosa utama dan diagnosa lainnya selama temuan
pemeriksaan riwayat penyakit pasien. Dan perlu diingat bahwa
hanya ada satu diagnosa utama yang ditetapkan oleh dokter.
Sedangkan tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang
sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenanya untuk hal
yang kurang jelas atau yang tidak lengkap, sebelum koding
ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang
membuat diagnosis tersebut.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis,
petugas rekam medis harus membuat koding sesuai dengan
klasifikasi yang tepat. Disamping kode penyakit, berbagai tindakan
lain juga harus dikoding sesuai klasifikasi masing-masing.
Koding Penyakit (ICD-10)
Pembedahan/Tindakan (ICD 9 CM)
Koding Obat-obatan
Laboratorium
Radiologi
Dokter (pemberi pelayanan)
Alat-alat
Dan lain-lain
Cara Penggunaan ICD – 10 :
1) Menggunakan buku ICD - 10 Volume I berisi tentang :
o Intruduction ( pendahuluan )
o Kelompok daftar tabulasi
o Kode kondisi tertentu.
o Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi
o Kategori karakteristik perintah
2) Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang :
o Penggunaan Index Alfabetic
o Susunan
o Kode angka
o Tanda perintah yang ada dalam buku ICD - 10 Volume I
3) Petunjuk dasar koding
o Indentifikasi tipe panyakit/luka atau kondisi lain di dalam buku
ICD-10 Vol. I.
o Cari kata dasar ( Lead term )
o Baca dan catat petunjuk kata dasar (di garis bawahi).
o Rujuk di buku ICD - 10 Volume III
o Rujuk di buku ICD - 10 Volume I
4) Tentukan kode penyakit tersebut
Sedangkan cara Penggunaan ICD– 9 CM adalah dengan cara:
1) Susunan buku ICD – 9 CM terdiri dari :
o Introduction ( pendahuluan )
o daftar tabulasi prosedur numerik.
o Daftar indek prosedur
2) Indentifikasi keterangan tindakan/operasi medik pada daftar indek
prosedur.
3) Cari kata dasar ( Lead term )
4) Baca dan catat petunjuk kata dasar (di garis bawahi).
5) Rujuk ke daftar tabulasi prosedur numerik
6) Tentukan kode penyakit tersebut
Pemakaian ICD-9 CM pada prinsipnya sama dengan penggunaan
ICD-10 namun yang membedakan adalah ICD-9 CM hanya ada 1
buah buku sedangkan ICD X terdiri dari 3 buah buku.
c) Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang
sudah dibuat kedalam indeks-indeks menggunakan kartu indeks.
Didalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien.
Jenis indeks yang dibuat:
1) Indeks Pasien
Pengertian:
Adalah data base komputer yang berisi nama semua pasien yang
pernah berobat di RSUD Waibakul
Informasi yang ada di dalam data base ini adalah:
Nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, tempat dan tgl
lahir, pekerjaan.
Tanggal berobat jalan maupun rawat inap.
Kegunaan:
Data base ini adalah kunci untuk menemukan Dokumen
rekam medis pasien.
Cara Penyampaian :
- Data base tersusun secara alphabet seperti susunan kata-kata
dalam kamus.
- Data base ini digunakan untuk mencari Dokumen rekam
medis pasien yang tidak membawa kartu berobat sehingga
dapat dicari berdasarkan nama pasien.
- Data base di kontrol setiap hari oleh Petugas di Unit Rekam
Medis sehingga data selalu up to date.
2) Indeks Penyakit (Diagnosis) dan Operasi/tindakan medik
Pengertian :
Indeks penyakit dan indeks operasi adalah suatu data base
yang menyimpan kode diagnosa penyakit maupun tindakan
operasi setiap pasien yang berobat di RSUD Waibakul.
Informasi yang ada didalam data base ini adalah:
- Nomor Kode Diagnosa penyakit atau tindakan operasi.
- Judul, Bulan, Tahun
- Nomor Penderita
- Jenis Kelamin
- Umur.
Kegunaan :
Data base ini dapat untuk mengindeks penyakit maupun
tindakan operasi sesuai dengan informasi yang diinginkan untuk
keperluan sbb:
- Mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu penyakit untuk
memperoleh pengertian tentang penanggulangan terhadap
penyakit-penyakit/masalah-masalah kesehatan pada saat ini.
- Untuk menguji teori-teori membandingkan data-data tentang
penyakit/pengobatan dalam rangka penyuguhan tulisan-
tulisan ilmiah
- Menyuguhkan data untuk menyusun keperluan alat-alat baru,
tempat tidur dan lain-lain.
- Menilai kualitas pelayanan di RSUD Waibakul
- Menyuguhkan data pelayanan yang diperlukan dalam survey
kemampuan RSUD Waibakul
- Menemukan rekam medis dimana dokternya hanya ingat
diagnosa atau operasinya, sedangkan nama pasien yangn
bersangkutan lupa.
- Menyediakan materi pendidikan untuk mahasiswa kedokteran,
perawat, dll.
Cara penyimpanan:
Dengan sistem komputerisasi yang diback up setiap waktu
tertentu secara periodik sehingga data rusak atau hilang dapat
dicegah.
3) Indeks Dokter
Pengertian :
Adalah data base yang berisi nama dokter yang memberikan
pelayanan medik kepada pasien.
Kegunaan :
- Untuk menilai pekerjaan dokter.
- Bank data dokter bagi RSUD Waibakul
4) Indeks Kematian
Informasi yang tetap dalam indeks kematian:
- Nama penderita
- Nomor RM
- Jenis Kelamin
- Umur
- Kematian : kurang dari sejam post operasi
- Dokter yang merawat
- Hari Perawatan
- Wilayah.
Kegunaan :
Statistik menilai mutu pelayanan dasar menambah dan
meningkatkan peralatan/tenaga.
Cara penyimpanan indeks kematian : Dalam sistem
komputerisasi.
3. Buku Ekspedisi
Buku ekspedisi adalah buku bantu yang dibuat untuk
mengendalikan peminjaman dan monitoring dan kewenangan serah
terima rekam medis dari ruang penyimpanan ke pihak peminjam atau
sebaliknya. Buku ekspedisi wajib diisi dan ditandatangani oleh
peminjam rekam medis saat diserahkan oleh petugas penyimpanan.
Penulisan dan penandatangan buku ekspedisi dilakukan oleh pihak
peminjam dengan menuliskan identitas dokumen, tanggal peminjaman,
tanda tangan dan nama peminjam, maksud dan tujuan peminjaman,
tanggal pengembalian, tanda tangan dan nama peminjam saat
mengembalikan. Data peminjaman rekam medis harus selalu dievaluasi
dari ekspedisi untuk mengecek dokumen mana yang belum
dikembalikan untuk jangka waktu yang ditentukan.
Jenis buku ekspedisi yang ada di unit rekam medis terdiri dari
buku ekspedisi ke poliklinik (per klinik satu buku ekspedisi), buku
ekspedisi pasien rawat inap, buku ekspedisi kebutuhan permintaan
bagian klaim, buku ekspedisi bagian permintaan bagian keuangan dan
pelayanan. Buku ekspedisi pengembalian rekam medis tidak lengkap ke
bagian asembling.
* Formulir Terlampir
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
71