REKAM MEDIK
ii
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
377/MenKes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Perekam
Medis Dan Informasi Kesehatan;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
828/MenKes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar
Teknis Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/
Kota;
13. Keputusan Dirjen Yanmed Nomor HK.00.05.1.400744 Tahun
1996 tentang Penggunaan ICD 10;
14. Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78/Yanmed/RS
Umdik /YMU/I/91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis
di Rumah Sakit;
15. Surat Edaran No. : Hk.00.06.1.5.01160 Tahun 1995 Tentang
Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar
Dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis Di Rumah Sakit;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
983/ MENKES/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 02 Tahun 2006
tentang Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Daerah;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
129/MENKES /SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
19. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
811/MENKES/SK/X/ 2006 Tanggal 03 Oktober 2006
tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Malang Milik Pemerintah Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur (Diktum ke 2 perihal peningkatan kelas
Rumah Sakit dari kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan).
20. Peraturan Bupati Malang Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pola
Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah “Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang.
21. Peraturan Bupati Malang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan:
Kesatu : Pedoman Pelayanan Rekam Medisdi Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kabupaten Malang;
Kedua : Pedoman Pelayanan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum
Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagaimana terlampir
dalam keputusan ini;
Ketiga : Dengan diberlakukannya Panduan Penggunaan Kode Diagnosa
dan Tindakan, Simbol, serta Singkatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang sebagaimana tercantum
dalam lampiran Keputusan ini, maka Keputusan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah “Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang
Nomor 180/201/Kep/421.215/2015 Tanggal 23 Juli 2015 tentang
Pedoman Pelayanan Rekam Medis dinyatakan dicabut dan tidak
berlaku lagi;
Keempat : Pedoman Pelayanan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kabupaten Malang ini harus dibahas sekurang-
kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan
dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang
ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kabupaten Malang;
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan
segala sesuatunya akan diubah dan diatur kembali sebagaimana
mestinya apabila kemudian terjadi kekeliruan dalam penetapan
ini.
Keenam : Pedoman Pelayanan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kabupaten Malang;
Ditetapkan di : Kepanjen
Pada Tanggal : 30 Nopember 2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2
D. Batasan Operasional...........................................................................2
E. Landasan Hukum 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN..........................................................................5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.......................................................5
B. Distribusi Ketenagaan.........................................................................6
C. Pengaturan Jaga 7
BAB III STANDAR FASILITAS................................................................................8
A. Denah Ruang 8
B. Standar Fasilitas 10
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...................................................................13
A. Aspek Hukum Rekam Medis..............................................................14
B. Sistem Rekam Medis.........................................................................20
C. Prosedur Rekam Medis......................................................................29
D. Kewenangan Pengisian Dokumen Rekam Medis................................48
E. Hak Akses Dokumen dan Informasi Rekam Medis.............................49
F. Penulisan dan Pembetulan Penulisan Dokumen................................51
Rekam Medis .......................................................................................
G. Proses Pengolahan Rekam Medis.......................................................52
H. Kegiatan Korespondensi Rekam Medis...............................................61
I. Pelaporan 62
BAB V LOGISTIK................................................................................................65
BAB VI KESELAMATAN PASIEN..........................................................................72
BAB VII KESELAMATAN KERJA...........................................................................74
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU...........................................................................76
BAB IX PENUTUP................................................................................................77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rekam medis berdasarkan sejarahnya selalu berkembang mengikuti
kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran. Sejak masa pra kemerdekaan rumah
sakit di Indonesia sudah melakukan pencatatan kegiatan medis, namun belum
dilaksanakan dengan baik atau belum mengikuti penataan sistem informasi
yang benar.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran, maka kepada semua petugas kesehatan
diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran termasuk dokumen rekam
medis. Kemudian pada tahun 1972 melalui SK. MenKes
RI.No.034/BIRHUP/1972 ada kejelasan bagi rumah sakit mengenai kewajiban
rumah sakit untuk menyelenggarakan rekam medis.
Disebutkan maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut
dibuat agar institusi pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, dapat
menyelenggarakan rekam medis dengan sebaik-baiknya. Demikian juga dengan
diberlakukannya Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis
yang merupakan landasan hukum bagi semua tenaga medis dan para medis
dan SK Dir Jen Yan Medik No.78/Yan.Med.RS.Um.Dik./YMU/I/1991 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis / Medical Record di
rumah sakit.
Rekam medis merupakan salah satu sumber data yang sangat vital
dalam penyelenggaraan sistem informasi manajemen di rumah sakit dan sangat
penting dalam proses pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.
Agar penyelenggaraan rekam medis dapat dilaksanakan dengan baik
maka harus dilengkapi dengan pedoman organisasi rekam medis yang nantinya
harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh tenaga kesehatan baik medis,
para medis maupun non medis yang bertugas di RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang.
1
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan buku pedoman ini adalah untuk menunjang
tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan
di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang yang didukung oleh suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang cepat, tepat, bernilai dan dapat
dipertanggung jawabkan.
D. Batasan Operasional
1. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain
identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
2. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi
mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka
pelayanan kesehatan.
E. Landasan Hukum
1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktek Kedokteran;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1171/Menkes/Per/VI/2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
377/MenKes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Perekam Medis Dan
Informasi Kesehatan;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
828/MenKes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Teknis
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota;
13. Keputusan Dirjen Yanmed Nomor HK.00.05.1.400744 Tahun 1996 tentang
Penggunaan ICD 10;
14. Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78/Yanmed/RS Umdik /YMU/I/91
Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit;
15. Surat Edaran No. : Hk.00.06.1.5.01160 Tahun 1995 Tentang Petunjuk
Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar Dan Pemusnahan Arsip
Rekam Medis Di Rumah Sakit;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 983/
MENKES/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum
Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 02 Tahun 2006 tentang
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/MENKES
/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
19. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 811/MENKES/SK/X/
2006 Tanggal 03 Oktober 2006 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Malang Milik Pemerintah Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur (Diktum ke 2 perihal peningkatan kelas Rumah Sakit
dari kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan).
20. Peraturan Bupati Malang Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pola Tata Kelola
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah “Kanjuruhan”
Kepanjen Kabupaten Malang.
21. Peraturan Bupati Malang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Jumlah
Kekurangan
No Nama Jabatan Penempatan
Tenaga
Tenaga
1 Kepala Sub Bagian Rekam Medik, 1 -
Evaluasi dan Pelaporan
4 Pendaftaran Pasien 10 -
Jumlah
Kekurangan
No Nama Jabatan Penempatan
Tenaga
Tenaga
5 Filing Rawat Jalan 5 -
Jumlah 28 2
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga petugas di Sub Bagian Rekam Medik, Evaluasi dan Pelaporan
dibagi menjadi 2 pengaturan. Pengaturan yang dimaksud meliputi :
1. Pengaturan Shift
Pengaturan ini diperuntukkan bagi petugas yang jaga di bagian Pendaftaran
Pasien. Pengaturan shift meliputi shift pagi (jam 07.00-14.00), shift siang
(jam 14.00-21.00) dan shift malam (Jam 21.00-07.00).
2. Pengaturan Dinas Pagi
Pengaturan ini diperuntukkan bagi petugas yang jaga dibagian Filing,
Pengolahan (assembling, koding, indeksing, ekspedisi) dan Evaluasi
pelaporan. Pengaturan dinas pagi sesuai aturan yang berlaku di rumah sakit
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
1. Denah Ruang Rekam Medis
Pintu Masuk
RAK
M
E
J
M
R EJ
A
A
A MEJA KERJA
M
EJ
A
MEJA KERJA
MEJA KERJA MEJA KERJA MEJA KERJA
R
A
KOMPUTER
Keterangan:
Denah ruang rekam medik di atas, dipakai untuk proses kegiatan ekspedisi,
register, assembling, koding dan indeksing, sensus harian dan pelaporan.
2. Denah Ruang Pendaftaran Pasien dan Penyimpanan Rekam Medis Rawat
Jalan
Keterangan:
a. Pendaftaran pasien
b. Rak Formulir - formulir
c. Penyimpanan Rekam Medis Rawat Jalan
DOKUMEN RM AKTIF
DOKUMEN RM AKTIF
DOKUMEN RM AKTIF
B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas di rekam medis
1. Standar fasilitas ruang kerja rekam medis
a. Meja Kursi Kerja Ka. Subbag Rekam Medis
MIRM 8
b. Meja Kursi Kerja Petugas Pelaporan
EP 3 c. Meja Kursi Kerja Petugas sensus harian
d. Meja Kursi Kerja Petugas Assembling
e. Meja Kursi Kerja Petugas Koding
f. Meja Kursi Kerja Petugas Pendaftaran Pasien
g. Meja Kursi Kerja Petugas Indeksing
h. Meja Kursi Kerja Petugas filing dan transporter
i. Almari Tempat menyimpan berkas surat menyurat
j. Rak Penyimpanan RM Aktif
k. Rak Penyimpanan RM In Aktif
l. Tangga aluminium
m. Mesin Ketik, Komputer, Printer, Telepon
n. Papan Tulis, Papan Statistik
o. Almari, Kursi lipat, Tempat istirahat piket petugas rekam medis
p. Jam Dinding, Kalkulator
q. dan Alat Tulis Kantor (ATK) yang lain
2. Standar fasilitas isi formulir rekam medis
Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Isirekammedissekurang-kurangnyamemuatcatatan/dokumen tentang :
Identitas Pasien
Tanggal dan waktu
Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
10
9) Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik dan
10) Persetujuan tindakan bila perlu
b. Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat :
1) Identitas Pasien
2) Tanggal dan waktu.
3) Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
4) Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan atau tindakan
8) Persetujuan tindakan bila perlu
9) Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
10) Ringkasan pulang (discharge summary)
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan ksehatan
12) Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu
13) Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik
c. Rekam Medis Pasien Gawat Darurat
1) Identitas Pasien
2) Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
3) Identitas pengantar pasien
4) Tanggal dan waktu
5) Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
6) Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis
7) Diagnosis
8) Pengobatan dan/atau tindakan
9) Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dan rencana tindak lanjut.
10) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.
11
Saranatransportasiyangdigunakanbagipasienyangakan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan
Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
3. Standar fasilitas fisik ruang penyimpanan
Alat penyimpanan yang baik, pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan
MIRM 8
ruangan,perhatianterhadapfaktorkeselamatan,bagisuatukamar
EP 3medis sangat membantu memelihara dan mendorong kegairahan kerja dan produktivitas pegawai-p
penyimpanan rekam
Alat penyimpanan rekam medis adalah :
12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
13
2. Kepemilikan Rekam Medis
a. Dokumen rekam medis baik pasien rawat jalan /gawat darurat maupun
rawat inap merupakan milik RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang;
b. Isi / informasi rekam medis merupakan milik penderita;
c. Isi rekam medis dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau
orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau
keluarga pasien yang berhak atas itu.
3. Kerahasiaan rekam medis
a. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga
kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu,
petugas pengelola dan pimpinan sarana kesehatan;
b. Rumah sakit tidak boleh menggunakan rekam medis dengan cara yang
dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit itu
menggunakan rekam medis untuk melindungi dirinya atau mewakilinya;
c. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan
asuransi atau badan lain untuk memperoleh rekam medis;
d. Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam medis,
apabila mempunyai alasan yang syah untuk memperoleh informasi;
e. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan
dirinya diserahkan kepada dokter yang merawatnya;
f. Semua permintaan informasi harus dilakukan secara tertulis;
g. Informasi rekam medis hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang
ditandatangani dan diberi tanggal oleh pasien (walinya, jika pasien
secara mental tidak kompeten), atau keluarga terdekat;
h. Informasi dalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada perwalian
rumah sakit yang sah untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam
hal-hal yang bersangkutan dengan pertanggungjawaban;
i. Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien
pada suatu rumah sakit harus memiliki surat kuasa dari pasien
tersebut;
j. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit;
k. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk
dibawa kebagian lain dari rumah sakit kecuali jika diperlukan untuk
transaksi dalam kegiatan rumah sakit tersebut;
l. Dengan persetujuan pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis
untuk keperluan riset diperbolehkan;
m. Bila rekam medis diminta untuk dibawa ke pengadilan, hendaklah
pengadilan menerima salinan fotokopi rekam medis yang dimaksud;
n. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui
untuk membayar ongkos rumah sakit bagi pegawainya, tidak dapat
dijadikan alasan bagi rumah sakit untuk memberikan informasi medis
pegawai tersebut tanpa surat kuasa/persetujuan tertulis dari
pasien/walinya yang sah.
4. Sanksi Hukum
Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat
sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan
UU Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI). Dalam
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006
tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI
dan MKDKIP, ada tiga alternatif sanksi disiplin yaitu :
a. Pemberian peringatan tertulis;
b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik;
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi
Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam
medis dapat dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi yaitu Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Gigi (MKEKG).
6. Pemberian Informasi Rekam Medis
a. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang merawat pasien;
b. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
- Untuk kepentingan kesehatan pasien;
- Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan;
- Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
- Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan;
- Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien
Hal ini hanya boleh dilakukan jika pihak yang meminta penjelasan isi
rekam medis tersebut mengajukan surat tertulis terlebih dahulu;
c. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam
medik selama tidak merugikan pasien dan sebaiknya dengan
sepengetahuan pasien.
7. Pembuatan Visum Et Repertum
a. Petugas rekam medis menerima surat permintaan Visum et Repertum
dari pihak kepolisian;
b. Petugas rekam medis menyiapkan rekam medis pasien yang dimaksud;
c. Petugas rekam medis mengajukan dokumen rekam medis pasien
tersebut kepada dokter yang merawat dengan dilampiri formulir visum;
d. Petugas rekam medis mengetik hasil visum dari dokter;
e. Petugas rekam medis mengajukan kembali hasil ketikan visum untuk
dikoreksi oleh dokter yang merawat;
f. Petugas rekam medis mencatat dan mengagendakan hasil visum ke
dalam buku ekspedisi visum;
g. Hasil ketikan visum rangkap dua oleh petugas rekam medis dikirim atau
diambil sendiri oleh pihak kepolisian;
h. Petugas rekam medis mengarsip tembusannya.
8. Informed Consent
a. Pengertian Informed Concent
Persetujuan tindakan medis (informed consent) adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan pasien
tersebut. Di dalam informed consent tercantum keterangan yang
menyebutkan bahwa kepadanya telah dijelaskan suatu informasi
terhadap apa yang akan dilakukan oleh tim medis, risiko dan akibat
yang akan terjadi bilamana suatu tindakan diambil. Adapun tujuan dari
informed consent ini adalah sebagai bukti bagi rumah sakit, dokter dan
pasien atas pemberian persetujuan atau penolakan pasien/walinya
terhadap perlakuan yang akan diambil.
Informasi dan penjelasan yang berkaitan dengan informed consent
disampaikan secara lisan. Sementara informasi dan penjelasan secara
tertulis dilakukan sebagai pelengkap penjelasan yang telah disampaikan
secara lisan.
Informasi dan penjelasan dianggap cukup jika menyampaikan enam hal
pokok di bawah ini, yaitu :
1) Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan
tindakan medis yang akan dilakukan (purpose of medical procedure);
2) Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang
akan dilakukan (contemplated medical procedure);
3) Informasi dan penjelasan tentang risiko (risk inherent in such medical
procedures) dan komplikasi yang mungkin terjadi;
4) Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain yang
tersedia dan serta risikonya masing-masing (alternative medical
procedure and risk);
5) Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila
tindakan medis tersebut dilakukan (Prognosis with and without
medical procedure);
6) Diagnosis.
b. Pelaksanaan Informed Concent
Pelaksanaan informed consent dianggap benar jika memenuhi ketentuan
di bawah ini :
1) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk
tindakan medis yang dinyatakan secara spesifik (the consent must be
for what will be actually performed);
2) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan
(voluntary);
3) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang
(pasien) yang sehat mental dan memang berhak memberikannya dari
hukum;
4) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan setelah cukup
(adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan.
Adapun pihak-pihak yang berhak menyatakan persetujuan, yaitu :
1) Pasien sendiri yaitu apabila pasien telah berumur 18 tahun atau
telah menikah.
2) Bagi pasien dibawah 18 tahun, persetujuan atau penolakan tindakan
medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
a) Ayah/ ibu kandung
b) Saudara-saudara kandung
3) Bagi pasien dibawah 18 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau
orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan dan penolakan
tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai
berikut:
a) Wali yang sah
b) Saudara-saudara kandung
4) Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan
hak sebagai berikut:
a) Ayah/ ibu kandung;
b) Wali yang sah;
c) Saudara-saudara kandung.
5) Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle)
persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hal
tersebut:
Wali;
Curator.
6) Bagi pasien dewasa yang telah menikah persetujuan atau penolakan
tindakan medis diberikan menurut urutan:
a. Suami/ istri;
b. Ayah/ ibu kandung;
c. Anak-anak kandung;
d. Saudara-saudara kandung.
Sedangkan cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara
tertulis maupun lisan (expres). Persetujuan secara tertulis mutlak
diperlukan pada tindakan medis yang mengandung risiko tinggi,
sedangkan persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis
yang tidak mengandung risiko tinggi.
Tindakan medis yang mengandung risiko tinggi: harus disertai informed
consent. Jenis tindakan medis yang memerlukan informed consent telah
disusun oleh Komite Medik dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Disamping beberapa hal diatas, ada beberapa ketentuan tambahan yang
berkaitan dengan informed consent, antara lain :
1) Perluasan tindakan medis selain tindakan medis yang telah disetujui
tidak dibenarkan dilakukan dengan alasan apapun, kecuali apabila
perluasan tindakan medis tersebut terpaksa dilakukan untuk
menyelamatkan pasien;
2) Tindakan medis tertentu, misalnya tubektomi atau vasektomi yang
berkaitan dengan program keluarga berencana, harus dirujuk pada
ketentuan lain melalui konsultasi dengan perhimpunan profesi yang
terkait;
3) Bagi pasien gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak
didampingi oleh keluarga pasien (yang berhak memberikan
persetujuan atau penolakan tindakan medis), demi kepentingan
pasien, dibuatkan informed consent dalam bentuk keterangan gawat
darurat.
13 THT 5 th 5 th 2 th 2 th
14 Paru 5 th 5 th 2 th 2 th
15 Kulit dan 5 th 5 th 2 th 2 th
kelamin
2) IUP disimpan pada komputer dan secara periodik dilakukan back up
data pada CD.
3) Retensi dokumen rekam medis abadi misal :
a) HIV
b) Adopsi anak
4) Retensi berdasarkan diagnosa :
RSUD Kanjuruhan Kepanjen berdasarkan keputusan Panitia Rekam
Medis menetapkan jadwal retensi dari diagnosa tertentu, bila lebih
dari ketentuan umum dengan pertimbangan nilai guna, yaitu:
a) Nilai Guna Primer, meliputi : Administrasi, Hukum, Keuangan,
dan IPTEK.
b) Nilai Guna Sekunder, meliputi : Pembuktian dan Sejarah.
b. Tata cara penilaian dokumen rekam medis dalam proses pemusnahan
1) Alur Proses
Dokumen RM Aktif Dokumen RM In Aktif
Pemindahan
Penyusutan Dokumen RM
RM ada nilai guna RM Tidak ada nilai guna
Dokumen RM Dilestarikan
tertentu
4. Ringkasan Masuk
5. Ringkasan Keluar
6. Lembar Operasi
7. Lembar Informed Consent
Kasus Abadi 8. Identifikasi Bayi Lahir Hidup
Dilestarikan
Kasus Umum (P.Dalam,Bedah, Anak,Obsgyn dsb) 9. Lembar Kematian
Dokumen RM
Ketentuan tertentu di RSUD Kanjuruhan
Lembar RM sisa setelah Dimusnahkan
diambil lembar tersebut
Dokumen RM tertentu
Tim Retensi
Dokumen RM rusak dan
d) Lembar rekam medis yang dipilah:
tidak terbaca
Ringkasan Masuk
Ringkasan Pulang
Lembar Operasi
Identifikasi Bayi Lahir Hidup
Lembar Kematian
Lembar persetujuan
e) Dokumen rekam medis tertentu disimpan di ruang dokumen
rekam medis inaktif
f) Lembar rekam medis sisa dan dokumen rekam medis rusak
tidak terbaca disiapkan untuk dimusnahkan
g) Tim penilai dibentuk dengan SK Direktur beranggotakan Panitia
Rekam Medis, petugas rekam medis senior, unsur tata usaha
dan unit terkait
4) Tata cara pemusnahan
a) Pembentukan Tim Tim Penghapusan Barang/ Habis Pakai/
Dokumen atau Arsip dengan SK Direktur;
b) Pencatatan meliputi:
Jangka Waktu Diagnosis
No No RM Tahun
Penyimpanan Akhir
c) Pelaksanaan pemusnahan :
Dibakar : menggunakan incenerator, dibakar biasa
Dicacah, dibuat bubur
Pihak ketiga disaksikan Tim Pemusnah
d) Tim pemusnah membuat Berita Acara Pemusnahan yang
ditandatangani Ketua dan Sekretaris dan diketahui Direktur
Rumah Sakit
e) Berita Acara Pemusnahan dokumen rekam medis disimpan di
RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.
2 8
7
1 3 7
4
5 7
3 4 6
5
8
KETERANGAN :
: Garis pelayanan rawat jalan, IGD, dan pelayanan penunjang
: Garis pasien Masuk Rumah Sakit (MRS) atau rawat inap
: Garis pasien Keluar Rumah Sakit/ pulang (sembuh/ rujuk/ meninggal)
: Garis pasien dengan tindakan bedah atau hemodialisis
38
Keterangan Alur Pendaftaran dan Pelayanan Pasien :
1. Pasien (datang sendiri/ rujukan/ BPJS/ asuransi lainnya) mendaftar di PAT
(Pelayanan Administrasi Terpadu), khusus pasien IGD, pasien ditangani terbih
dahulu setelah itu keluarga pasien diarahkan untuk melakukan pendaftaran di
PAT;
2. Pasien diarahkan untuk menuju di poliklinik yang dituju untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan;
3. Jika diperlukan, pasien akan diminta untuk melakukan pemeriksaan
penunjang (Laboratorium dan Radiologi), selanjutnya hasil pemeriksaan
dikonsulkan kembali ke dokter poliklinik/ IGD untuk menentukan apakah
pasien memerlukan untuk rawat inap atau cukup rawat jalan;
4. Pasien rawat jalan/ IGD yang memerlukan rawat jalan mengambil obat ke
Instalasi Farmasi;
5. Pasien rawat jalan/ IGD yang memerlukan rawat inap akan disarankan untuk
MRS (Masuk Rumah Sakit) di ruang rawat inap, khusus pasien IGD dapat
langsung dirawat di ICU (Intensive Care Unit).
6. Pasien rawat jalan/ IGD yang memerlukan rawat jalan, setelah menerima obat
dari Instalasi Farmasi dapat langsung pulang (keluar dari rumah sakit);
7. Pasien rawat inap/ ICU setelah dinyatakan sembuh/rujuk/meninggal dapat
keluar rumah sakit;
8. Pasien rawat jalan/ IGD/ rawat inap/ ICU yang memerlukan tindakan
pembedahan atau hemodialisis.
39
b. Alur Dokumen Rekam Medis
1) Alur Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan
Pasien Datang
Baru Lama
Jenis
Pasien ?
Peminjaman
Keterangan :
1. Pasien datang mendaftar di tempat pendaftaran pasien rawat
jalan.
2. Petugas pendaftaran pasien rawat jalan :
a) Mencatat identitas pasien pada buku register pendaftaran
pasien rawat jalan, dokumen rekam medis rawat jalan dan
kartu indek berobat baru.
b) Kartu indek berobat diberikan kepada pasien yang harus
dibawa apabila pasien tersebut berobat ulang.
c) Bagi pasien ulang harus menunjukkan kartu berobat kepada
petugas pendaftaran. Petugas akan mengambil dokumen
rekam medis rawat jalan ulang tersebut.
3. Dokumen rekam medis rawat jalan dikirim ke poliklinik / unit
gawat darurat.
4. Petugas klinik / unit gawat darurat melakukan anamnesa pasien
5. Petugas mengantar pasien apabila memerlukan pemeriksaan
penunjang( laboratorium, foto rontgen, ECG, USG dll ).
6. Dokter memeriksa, mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan,
diagnosis, terapi yang ada hubungan dengan penyakitnya pada
dokumen rekam medis.
7. Petugas klinik / Instalasi gawat darurat mencatat pada buku
register: nama, nomor rekam medis, jenis kunjungan,
tindakan/pelayanan yang diberikan, dsb.
8. Petugas poliklinik / Instalasi gawat darurat membuat laporan /
rekapitulasi harian pasien rawat jalan
9. Setelah pelayanan di klinik / Instalasi gawat darurat selesai
dilaksanakan, petugas klinik / Instalasi gawat darurat
mengirimkan seluruh dokumen rekam medis pasien rawat jalan
beserta rekapitulasi harian pasien rawat jalan ke tempat
pendaftaran pasien rawat jalan
10. Petugas pendaftaran pasien rawat jalan memeriksa kelengkapan
rekam medis, dan untuk yang belum lengkap segera diupayakan
kelengkapannya.
11. Petugas pendaftaran pasien rawat jalan mengelola rekam medis
yang sudah lengkap, memberikan kode penyakit sesuai dengan
diagnosa, mencatat idetitas pasien pada buku indek pasien, entry
data pasien ke komputer dan menyimpan dokumen rekam medis
rawat jalan menurut nomor rekam medisnya
12. Petugas pendaftaran pasien rawat jalan membuat rekapitulasi
pasien rawat jalan harian sebagai bahan laporan dan statistik
rumah sakit dan menyerahkan ke pelaksana pelaporan.
13. Petugas pendaftaran mengeluarkan rekam medis apabila ada
permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau
keperluan lain.
14. Rekam medis pasien yang tidak pernah berobat lagi selama 5
( lima ) tahun terakhir dinyatakan sebagai rekam medis in aktif.
15. Dokumen rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai in aktif
dikeluarkan dari rak penyimpanan aktif dan disimpan di ruang
penyimpanan dokumen rekam medis in aktif untuk
dimusnahkan.
2) Alur Dokumen Rekam Medis Rawat Inap
Poliklinik
IGD
Tempat Pendaftaran
Pasien Rawat Inap
Poliklinik
IGD
Peminjaman
Pasien Datang
Baru Lama
Jenis
Pasien ?
Peminjaman
Keterangan :
1. Keluarga pasien datang mendaftar di tempat pendaftaran pasien
rawat jalan.
2. Petugas pendaftaran pasien rawat jalan :
a. Mencatat identitas pasien pada buku register pendaftaran
pasien rawat jalan, dokumen rekam medis rawat jalan dan
kartu indek berobat baru.
b. Kartu indek berobat diberikan kepada pasien yang harus
dibawa apabila pasien tersebut berobat ulang.
c. Bagi pasien ulang harus menunjukkan kartu berobat kepada
petugas pendaftaran. Petugas akan mengambil dokumen rekam
medis rawat jalan ulang tersebut.
3. Dokumen rekam medis rawat jalan dikirim ke Instalasi Gawat
Darurat.
4. Petugas Instalasi Gawat Darurat melakukan anamnesa pasien.
5. Petugas Instalasi Gawat Darurat mengantar pasien apabila
memerlukan pemeriksaan penunjang ( laboratorium, foto rontgen,
ECG, USG dll )
6. Dokter memeriksa, mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan,
diagnosis, terapi yang ada hubungan dengan penyakitnya pada
dokumen rekam medis.
7. Petugas Instalasi Gawat Darurat mencatat pada buku register :
nama, nomor rekam medis, jenis kunjungan, tindakan/pelayanan
yang diberikan, dsb.
8. Petugas Instalasi Gawat Darurat membuat laporan / rekapitulasi
harian pasien Unit Gawat Darurat.
9. Setelah pelayanan di Gawat Darurat selesai dilaksanakan, petugas
poliklinik / unit gawat darurat mengirimkan seluruh dokumen
rekam medis pasien rawat jalan beserta rekapitulasi harian pasien
Instalasi Gawat Darurat ke Sub Bagian Rekam Medik dan Evapor.
10. Petugas Sub Bagian Rekam Medik dan Evapor memeriksa
kelengkapan rekam medis, dan untuk yang belum lengkap segera
diupayakan kelengkapanya.
11. Petugas Sub Bagian Rekam Medik dan Evapor mengelola rekam
medis yang sudah lengkap, memberikan kode penyakit sesuai
dengan diagnosa, mencatat idetitas pasien pada buku indek
pasien, entry data pasien ke komputer dan menyimpan dokumen
rekam medis rawat jalan menurut nomor rekam medisnya.
12. Petugas Sub Bagian Rekam Medik dan Evapor membuat
rekapitulasi pasien rawat jalan harian sebagai bahan laporan dan
statistik rumah sakit dan menyerahkan ke pelaksana pelaporan.
B
:HEPATITIS B
C
:HEPATITS C
E
:HEPATITIS E
K
:RM UNTUK PASIEN BERMASALAH
D
:DEMAM BERDARAH DENGUE
I
:AVIAN INFLUENZA / FLU BURUNG
P
:ACUTE FLACCID PARALYSIS / POLIO
S
: SARS
: KASUS ISTIMEWA
: ALERGI OBAT
ALERGI
I. Pelaporan
Data yang telah selesai diolah, selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk narasi
/ deskriptif, tabel maunpun grafik. Pelaporan rumah sakit merupakan suatu
alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat,
tepat dan akurat yang secara garis besar jenis pelaporan rumah sakit dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Laporan internal
Laporan kegiatan pelayanan rumah sakit yang dibutuhkan oleh pihak
manajemen rumah sakit, periodik baik secara harian, mingguan, bulanan,
triwulanan, semesteran, tahunan untuk menilai :
a. Tingkat efisiensi pengelolaan RS
1) Bed Occupancy rate ( BOR )
2) Length of Stay ( LOS )
3) Bed Turn Over ( BTO )
4) Turn Over Interval ( TOI )
b. Mutu pelayanan Rumah Sakit
1) Nett Death Rate ( NDR )
2) Gross Death Rate ( GDR )
c. Tingkat produktivitas (Cakupan)
1) Rata-rata kunjungan baru / hari
2) Data Morbiditas . Data yang dapat disajikan diantaranya
a) Pola 10 besar peringkat penyakit Rawat Jalan
b) Pola 10 besar peringkat penyakit Rawat Inap
d. Laporan Indikator mutu, yang meliputi :
1) Kelengkapan pengisian rekam medik lengkap 24 jam setelah selesai
pelayanan
2) Kelengkapan informed consent setelah pasien/ keluarga
mendapatkan informasi mengenai tindakan medik (pasien operasi)
3) Kecepatan penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan
tiba di klinik (sampling)
4) Kecepatan penyediaan dokumen rekam medis pada saat mulai
diputuskan rawat inap sampai dengan tiba di bangsal
5) Gambaran tentang penyakit terbanyak berdasarkan umur dan jenis
kelamin
2. Laporan Ekstern
Sifat pelaporan SIRS sebagaimana dimaksud pada PERMENKES RI NOMOR
1171/MENKES/PER/VI/2011 ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan. Formulir pelaporan SIRS terdiri dari 5 (lima) Rekapitulasi
Laporan (RL), diantaranya :
a. RL 1 berisikan Data Dasar Rumah Sakit yang dilaporkan setiap waktu
apabila terdapat perubahan data dasar dari rumah sakit sehingga data
ini dapat dikatakan data yang yang bersifat terbarukan setiap saat
(updated)
b. RL 2 berisikan Data Ketenagaan yang dilaporkan periodik setiap tahun
c. RL 3 berisikan Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit yang dilaporkan
periodik setiap tahun
d. RL 4 berisikan Data Morbiditas/Mortalitas Pasien yang dilaporkan
periodik setiap tahun
e. RL 5 yang merupakan Data Bulanan yang dilaporkan secara periodik
setiap bulan, berisikan data kunjungan dan data 10 (sepuluh) besar
penyakit.
64
BAB V
LOGISTIK
C. Assembling
Merupakan tempat penerimaan sensus harian dan dokumen RM dari unit diluar
unit rekam medis. Formulir-formulir yang digunakan:
1. Kartu kendali
Mengendalikan dokumen rekam medis yang belum lengkap. Dokumen yang
tidak lengkap dikembalikan ke unit kerja pencatat data rekam medis.
Isi kartu kendali:
a. Tanggal penerimaan dan penyerahan dokumen rekam medis
b. Nomor rekam medis dan identitas pasien
c. Tanggal masuk, tanggal keluar dan lama dirawat (untuk pasien rawat
inap)
d. Ruang dan kelas perawatan
e. Kartu BPJS atau non Kartu BPJS
f. Keadaan keluar dan sebab kematian
g. Diagnosis utama dan komplikasi dengan nomor kode ICD
h. Tindakan atau operasi dengan nomor ICOPIM
i. Dokter yang bertanggung jawab
j. Ketidak lengkapan isi dokumen rekam medis
Selain digunakan untuk mengendalikan dokumen yang tidak lengkap, kartu
kendali digunakan pula untuk:
a. Membuat indeks penyakit, indeks operasi, indeks kematian dan indeks
dokter
b. Melacak kehilangan dokumen
c. Membuat laporan ketidak lengkapan isi dokumen
d. Bila sudah tidak digunakan, sisi belakang dapat digunakan untuk tracer
2. Formulir-formulir rekam medis sebagai persediaan untuk keperluan unit
pengguna formulir rekam medis
Catatan-catatan yang digunakan:
a. Catatan penggunaan dokumen/formulir rekam medis
Karena assembling sebagai distributor formulir rekam medis, maka setiap
penggunaan formulir harus dicatat unit pengguna, jenis dan jumlahnya.
Berhubungan dengan bagian pengadaan barang (logistik).
b. Buku catatan pengendalian nomor rekam medis
D. Filing
Unit rekam medis yang menyimpan dan menyediakan dokumen RM yang telah
lengkap isinya. Formulir-formulir yang digunakan:
1. Tracer
2. Buku ekspedisi
Catatan-catatan yang digunakan:
1. Buku catatan peminjaman dokumen rekam medis
Catatan ini digunakan untuk mencatat dokumen-dokumen rekam medis
yang dipinjam untuk keperluan penelitian, pengadilan dan pendidikan,
meskipun untuk keperluan tersebut harus ijin direktur rumah sakit. Khusus
untuk penelitian dan pendidikan penggunaannya harus dilakukan di dalam
kantor unit rekam medis agar bila sewaktu-waktu dokumen tersebut
digunakan oleh pasien atau dokter yang merawat dapat segera tersedia.
E. Koding & Indeksing
Formulir-formulir yang digunakan:
1. INDEKS PENYAKIT
Isinya:
- Diagnose dengan kode ICD X
- Identitas pasien
- Nomor rekam medis
- Komplikasi
- Hasil pelayanan
2. INDEKS DOKTER
Isinya:
- Kode dan nama dokter yang merawat
- Identitas pasien
- Nomor rekam medis
- Hasil pelayanan yang berguna untuk mengetahui jumlah pasien yang
dirawat dan hasilnya serta untuk keperluan audit medik
3. INDEKS OPERASI
Isinya:
- Nama jenis operasi
- Kode ICD-CM
- Identitas pasien
- Nomor rekam medis
- Dokter yang mengoperasi
- Hasil operasi atau tindakan (berguna untuk mengetahui jenis operasi
sehingga dapat untuk merencanakan kebutuhan alat kesehatan serta
untuk keperluan audit medik)
4. INDEKS KEMATIAN
Isinya:
- Sebab kematian
- Identitas pasien
- Nomor rekam medis
- Mati <48 jam dan >48 jam
- Dokter yang bertanggung jawab
71
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial
Cedera.
Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat
KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Kejadian
Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat
KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang
selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk
pembelajaran.
Standar Keselamatan Pasien meliputi:
a. Hak pasien;
b. Mendidik pasien dan keluarga;
c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi, dan
program peningkatan keselamatan pasien;
72
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan;
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit terdiri
dari:
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
b. Memimpin dan mendukung staf;
c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
d. Mengembangkan sistem pelaporan;
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Keterkaitan rekam medis dengan keselamatan pasien adalam kerahasiaan
rekam medis. perkembangan rekam medis selain manual juga terdapat
komputerisasi. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berkembang begitu
pesat di berbagai sektor, termasuk di sektor kesehatan. Salah satu
pengaplikasiannya adalah rekam medis terkomputerisasi atau Rekam Kesehatan
Elektronik (RKE). Kegiatannya mencakup komputerisasi isi rekam kesehatan dan
proses yang berhubungan dengannya.
RKE mempunyai banyak manfaat,di antaranya memudahkan penelusuran
dan pengiriman informasi dan membuat penyimpanan lebih ringkas. Dengan
demikian, data dapat ditampilkan dengan cepat sesuai kebutuhan. Pencatatan
rekaman medis secara digital harus diketahui cara sistem pencatatannya dan perlu
dikembangkan demi memajukan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien
sehingga dapat menurunkan angka kesalahan kerja medis. Peningkatan
keselamatan pasien (patient safety) adalah manfaat utama yang hendak dicapai
rumah sakit bila mereka mengadopsi RKE.
RKE dapat menyimpan data dengan kapasitas yang besar, sehingga dokter
dan staf medis mengetahui rekam jejak dari kondisi pasien berupa riwayat
kesehatan sebelumnya, tekanan darah, obat yang telah diminum dan tindakan
sebelumnya sehingga tindakan lanjutan dapat dilakukan dengan tepat dan
berpotensi menghindari medical error.
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA
74
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan umum petugas rekam medis
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
A. Petugas rekam medis yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Meliputi: Pendaftaran pasien, filing, assembling, koding, entry INA CBGs,
indeks, register, sensus, pelaporan
B. Petugas rekam medis yang berhubungan langsung dengan pasien.
Meliputi: pendaftaran, filing, sensus, permintaan visum dan keterangan medis.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
77