PELAYANAN UNIT
REKAM MEDIS
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka
diperlukan penyelenggaraan pedoman pelayanan rekam medis yang
bermutu tinggi;
b. bahwa berdasarkan butir a, perlu menetapkan kebijakan tentang
Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Umum An-Nisaa’
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum An-Nisaa’.
SahabatTerdekatMenujuSehat
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AN-NISAA’
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS DI RUMAH
SAKIT UMUM AN-NISAA’.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan
dilakukan perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan atau kekurangan didalam keputusan ini.
Ditetapkan : di Blitar
Tanggal : 30 Juli 2019
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya, bahwa Pedoman Pelayanan Unit Rekam Medis di Rumah Sakit
Umum An-Nisaa’ telah dapat tersusun. Pedoman ini merupakan pedoman bagi unit rekam
medis serta semua petugas yang ada kaitannya dengan rekam medis dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan rekam medis di rumah sakit, sehingga segala bentuk kegiatan
memiliki acuan yang tetap dan sesuai standar yang telah ditentukan yang mengacu pada Buku
Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Revisi II tahun 2008 dari Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Tahun 1997 dan peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
Dengan sudah tersusunnya pedoman pelayanan ini, maka setiap petugas instalasi
rekam medis khususnya dan petugas rumah sakit pada umumnya harus mematuhi dan
melaksanakannya
Pedoman pelayanan Unit Rekam Medis ini bersifat dinamis, sehingga akan ditinjau
ulang secara berkala untuk disesuaikan dengan situasi dan perkembangan yang terjadi. Oleh
sebab itu saran dan masukan untuk perbaikan pedoman ini sangat kami harapkan.
Terima kasih
Penyusun
ii
Daftar Isi
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semenjak masa pra kemerdekaan, rumah sakit di Indonesia sudah melakukan
kegiatan pencatatan hanya saja masih belum dilaksankan dengan baik. Penataan masih
tergantung pada selera pemimpin masing-masing.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1960, kepada semua
petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas
rekam medis. Kemudian tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
034/Birhub/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan medical record. Bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang
terselenggaranya rencan induk (master plan) yang baik. Maka setiap rumah sakit
mempunyai dan merawat statistik yang up to date, membuat rekam medis yang
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Dangan adanya perkembangan akan kebutuhan data dan informasi maupun
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan penyempurnaan terhadap
petunjuk pengelolaan rekam medis rumah sakit yang ada tersebut menjadi Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Indonesia Revisi I yang diterbitkan oelh
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Tahun 1997.
Dan pada tahun 2008 pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III2008 tentang Rekam Medis dan mencabut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989, sehingga segala ketentuan yang mengatur
tentang Rekam Medis berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan ini.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan ini disusun sebagai acuan di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Umum
An-Nisaa’ dalam melakukan pelayanan.
D. Batasan Operasional
Rekam Medis
1
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Tenaga Medis
Tenaga medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pasien dan/ atau masyarakat.
Tenaga Kesehatan Tertentu
Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada pasien selain dokter dan dokter gigi
Pasien
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter dan dokter gigi.
Catatan
Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala tindakan
yang dilakukan pada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan
Dokumen
Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu,
laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan
semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan, dan rekaman
elektrodiagnostik.
E. Landasan Hukum
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Peratutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
Tentang Rekam Medis
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013 Tentang
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 377/MENKES/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan pada Unit Rekam medis Rumah Sakit Umum An-Nisaa’ dapat
dilihat pada tabel berikut :
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan dinas di Unit Rekam Medis dibagi menjadi dua jenis pekerjaan serta
tanggung jawab pelaksanaan tugas yaitu :
1. Jenis pekerjaan di pendaftaran pasien bertugas pada 2 jadwal jaga, shift pagi dan sore.
Untuk jadwal shift pagi dimana mulai jam 07.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB.
sedangkan untuk shifr sore dimulai pukul 13.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB.
untuk hari minggu tempat pendaftaran pasien hanya satu shift jaga yaitu pukul 09.00
WIB sampai pukul 16.00 WIB.
2. Jenis pekerjaan di bidang pengolahan berkas rekam medis hanya bertugas pada shift
pagi saja antara pukul 07.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
5
Unit Rekam Medis berdiri pada bangunan utama yang terdiri dari 2 ruangan, yaitu :
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas yang memerlukan sarana komputer
a. Pendaftaran pasien dan layanan informasi
b. Pengetikan kegiatan pelayanan data medis
c. Pembuatan etiket
2. Fasilitas lain – lain
a. Penerangan lampu yang cukup atau sinar matahari
b. Pekerjaan yang memerlukan penghitungan angka, dilengkapi dengan
mesin hitung atau program excel komputer
c. Sarana komunikasi : Pesawat Telepon, Handphone ( HP), dan HT
d. Ergonomis : Suatu sarana atau fasilitas dan alat kerja dikatakan
ergonomis apabila memenuhi kenyamanan dan keselamatan kerja
No Spesifikasi Barang
Unit/ Ruangan Keterangan
. Merk Barang/ type Jumlah
1 Kipas angin maspion 1 Baik
Tempat Pijakan tidak
2 sampah - 1 ada
3 Sapu + cikrak - 1 Baik
4 stapler - 1 Baik
5 apar - 1 Baik
6
Furniture
No Spesifikasi Barang
Unit/ Ruangan Keterangan
. Merk Barang/ type Jumlah
Rak
1 penyimpanan - 17 1 keropos
2 Meja kerja - 1 baik
3 Dispenser - 1 Baik
4 Almari buku - 1 Baik
5 kursi - 3 Baik
6 Rak sepatu - 1 Baik
Formulir cetakan
Barang inventaris tidak termasuk dalam persediaan , namun disesuaikan
dengan nilai ekonomi dan anggarannya
Kegiatan operasional adalah pengadaan pencatatan, penyimpanan,
pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan
Tujuannya adalah :
Mampu menyediakan barang sesuai dengan kebutuhan baik terkaut dengan
jenis, spesifikasi,jumlah, waktu, dan tempat
Mampu menyediakan barang (berkas rekam medis, formulir-formulir) yang
siap dipakai
Mampu menjaga kondisi barang tetap optimal
Mampu mencegah dan mngambil tindakan antisipasi terhadap berbagai
penyimpangan yang ada
Furniture
No Spesifikasi Barang Keteranga
Unit/ Ruangan
. Merk Barang/ type Jumlah n
1 TPP Meja pendaftaran 1 LEMOT
2 TPP Kursi pendaftaran 2 BAIK
3 TPP Kursi tunggu pasien 1 BAIK
4 TPP Almari sediaan 1 BAIK
5 TPP Meja printer 1 BAIK
6 TPP Meja resepsionis 1 BAIK
7 TPP Rak penyimpanan 1 BAIK
8 TPP & RM Rak dispenser 1 BAIK
8
BAB IV
9
Rumah Sakit) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan berikutnya dan
seterusnya.
Kepada petugas yang memberikan nomor rekam medis diperintahkan agar selalu
mengecek apakah seorang pengunjung sudah pernah berkunjung atau sudah pernah
mendapatkan pelayanan ataukah belum.
Sistem Penamaan
Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada seorang pasien
untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya, sehingga
mempermudah/ memperlancar didalam memberikan pelayanan rekam medis kepada
pasien yang datang berobat ke rumah sakit.
a) Nama pasien sendiri yang terdiri dari satu suku kata atau lebih
b) Penulisan nama sesuai dengan KTP / SIM / PASPOR / yang masih berlaku
c) Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang disempurnakan
d) Pemberian nama pada bayi yang baru lahir yang belum punya nama, maka
penulisa nama adalah Nama Ibu , By. Ny
Pada saat bayi telah diberi nama dan berkunjung ulang ke rumah sakit maka data
nama tersebut akan digantikan oleh petugas pendaftaran pasien dengan nomor
rekam medis yang sama.
10
medis baru yang akan dipakai untuk selamanya jika berobat atau rawat inap ke
Rumah Sakit Umum An-Nisaa’. Pendaftaran dilakukan dengan entry data pasien
ke dalam komputer SIMRS yang ada di tempat pendaftaran
- Pasien dibuatkan kartu berobat dengan cara manual ditulis pada kartu berobat
sesuai identitas dan nomor rekam medis pasien tersebut.
- Setiap pasien baru dibuatkan berkas rekam medis rawat jalan dengan ketentuan
warna pink untuk perempuan dan biru untuk laki-laki
- Petugas melengkapi data identitas pasien pada berkas rekam medis dapat dengan
diisi manual pada format yang tersedia.
Isi berkas rekam medis rawat jalan :
Nomor rekam medis
Nama pasien
Tanggal lahir
Alamat
Nomor telepon
Agama
Pekerjaan
- Pasien mendapat pelayanan medis dan keperawatan sesuai indikasi medisnya
- Setelah mendapatkan pelayanan yang cukup di poliklinik, ada beberapa dari setiap
pasien
Pasien boleh langsung pulang
Pasien harus kontrol ulang
Pasien dirujuk/ dikirim ke rumah sakit lain
Pasien harus dirawat
- Semua berkas rekam medis yang telah dilengkpai disimpan pada unit rekam
medis
Pendaftaran Pasien Lama
Pasien lama diterima di poliklinik yang dituju dengan menunjukan kartu
berobat yang telah diberikan pada kunjungan sebelumnya serta harus
memenuhi ketentuan persyaratan cara bayarnya yaitu:
- Pasien umum dengan membayar retribusi
- Pasien dengan penjaminan menunjukkan bukti penjaminannya
- Apabila kartu berobat pasien hilang atau ketinggalan maka petugas
meminjam bukti identitas dari pasien untuk mencari nomor rekam medis
yang pernah dimiliki pada kunjungan sebelumnya
- Secara manual data pasien ditulis di buku register pendaftaran dan akan
dicatat atau dimasukkan ke komputer SIMRS dengan memasukkan nomor
rekam medis pasien
11
- Berdasarkan nomor register yang telah diberikan pada kunjungan
sebelumnya, berkas rekam medis rawat jalan diambil dari rak penyimpanan
dengan memberikan tanda keluar pada tempat dimana berkas diambil untuk
melacak keberadaan berkas rekam medis dan untuk memudahkan
pengambalian berkas rekam medis tersebut
- Pasien mendapatkan pelayanan dan keperawatan sesuai indikasi medisnya
- Setelah mendapatkan pelayanan yang cukup di poliklinik, ada beberapa
kemungkinan dari setiap pasien
a. Pasien boleh langsung pulang
b. Pasien harus kontrol ulang
c. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain
d. Pasien harus rawat inap
- Semua berkas rekam medis yang lengkap disimpan kembali di unit rekam
medis
12
cara pendaftaran pasien harus wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin
meningkatnya jumlah pasien, pimpinan rumah sakit harus memberikan perhatian yang
konstan dalam membina sistem dan prosedur pendaftaran pasien yang sebaik-baiknya.
Pasien yang memerlukan perawatan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
- Pasien tidak urgen, penundaan perawatan pasien tersebut tidak akan menambah
penyakitnya
- Pasien urgen, tetapi tidak darurat, dapat dimasukkan ke dalam daftar tunggu
- Pasien gawat darurat langsung dirawat
Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan pendaftran pasien dengan baik menciptakan
tanggapan yang baik dari pasien yang baru masuk, menjamin kelancaran dan
kelengkapan catatan-catatan serta menghemat waktu dan tenaga.
Untuk lancarnya proses pendaftaran pasien 4 hal berikut ini perlu perhatian yaitu ;
- Petugas yang kopeten
- Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas
- Ruang kerja yang menyenangkan
- Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien
Untuk melancarkan tugas-tugas unit kerja lain yang erat hubungannya dengan proses
pendaftaran pasien, harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
- Bagian pendaftaran pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai pencatatan
seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang pasien di rumah sakit
- Sebaiknya penderita atau keluarga memberikan data secara tertulis berdasarkan bukti
diri yang dimiliki pasien melalalui formulir yang telah disediakan oleh rumah sakit,
hal penting ini karena untuk menghindari kesalahan dalam penulisan nama pasien
- Bila pada saat mendaftar pasien/ pengantar tidak membawa bukti diri pasien, maka
pendaftaran pasien tetap dilakukan sesuai yang ditulis oleh pasien/ pengantar pada
lembar pendaftaran rawat inap. Bila ternyata di kemudian hari ternyata penulisan nama
itu tidak sesuai dengan surat tanda bukti diri pasien maka keluarga dapat meminta
dilakukan pembetulan kepada rumah sakit melalui kepala ruang instalasi rekam medis
sesuai dengan prosedur yang berlaku
- Bagian pendaftaran pasien haru segera memberitahukan instalasi perawatan pasien,
setelah diterimanya seorang pasien untuk dirawat
- Semua instalasi perawatan pasien harus memberitahukan bagian tempat pendaftaran
apabila pasien diijinkan meninggalkan rumah sakit
- Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai dan yang
tersedia di rumah sakit berdasarkan informasi yang akurat dari unit perawatan pasien
- Rekam medis lengkap dan diserahkan ke unit perawatan pasien yang bersangkutan
- Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh semua bagian
selama pasien dirawat
13
- Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam proses
penerimaan pasien dan pemulangan pasien
Ketentuan umum penerimaan pendaftaran pasien rawat inap:
- Semua pasien menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan fasilitas yang
memadai tersedia dapat diterima di rumah sakit
- Sedapat mungkin pasien diterima pendaftaran rawat inap pada waktu yang telah
ditetapkan, kecuali kasus gawat darurat dapat langsung diterima setiap saat
- Tanpa indikasi rawat yang tercantum pada lembar rujukan pasien rawat inap tidak bisa
diterima. Hal ini diperuntukkan bagi peserta dengan kartu penjamin dengan prosedur
yang sudah ditentukan
- Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan biaya dilakukan di tempat pendaftaran
pasien
Prosedur pasien masuk untuk dirawat
- Setiap pasien yang membawa surat pengantar rawat inap dari unit rawat jalan atau
IGD menuju tempat pendaftaran pasien. Untuk pasien yang membawa rujukan dari
pelayanan kesehatan lainnya terlebih dahulu diperiksa oleh dokter jaga IGD
- Pasien atau keluarga mengisi dan melengkapi lembar identitas pasien serta surat
permohonan rawat inap
- Petugas pendaftaran pasien rawat inap menjelaskan tentang harga kamar yang akan
ditempati, dan juga apa saja yang menjadi hak dan kewajiban pasien selama dirawat di
Rumah Sakit Umum An-Nisaa’
- Petugas pendaftaran pasien rawat inap mencatat pedaftaran pasien pada buku register
pendaftaran pasien rawat inap
- Petugas menyiapkan rekam medis rawat inap pasien serta melengkapi isi rekam medis
rawat inap sesuai batas kewenangan
- Petugas pendaftaran pasien rawat inap menghubungi ruang perawatan pasien untuk
mengkonfirmasi adanya pasien yang hendak masuk untuk dirawat
- Setelah dipastikan ketersediaan kamar dan kamar sudah siap ditempati pasien, petugas
menyerahkan rekam medis pasien tersebut kepada petugas pengantar pasien
- Pasien dan berkas rekam medis dikirim ke instalasi perawatan untuk diserah terimakan
dengan petugas unit perawatan pasien
Prosedur selama pasien di ruang perawatan
- Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat, pasien diberi
tanda pengenal untuk pasien yang masuk dari poliklinik
- Untuk pasien yang masuk dari IGD, gelang dipasang oleh perawat IGD
- Perawat menambahkan formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter maupun
perawat sendiri
- Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang diberikan dari mulai
masuk ruangan sampai pasien tersebut diijinkan pulang, dipindahkan atau meninggal
14
Catatan :
Khusus untuk pasien rawat inap dengan fasilitas JKN-KIS, maka pengurusan SEP
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan SEP dan penjaminan pada hari kerja
sesuai jam pelayanan yang telah ditentukan 3x24 jam hari kerja sejak pasien masuk
rumah sakit
15
Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-
lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam harus ditulis dalam lembar rekam medis.
Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/ tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya dan diberi tanggal.
Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya
ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang membimbingnya
Catatan yang dibuat oleh dokter residens harus diketahui oleh dokter
pembimbingnya
Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya pada saat itu juga dibubuhi paraf.
Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
Setiap lembar/ pergantian Berkas rekam medis baru harus ditulis nama,
nomor rekam medis dan ruang perawatan. Hal ini untuk memudahkan
pengecekan.
3) Pencatatan
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sisten
penyelenggaraan ream medis. Sedangkan kegiatan pencatatan itu sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai
pada saat diterimanya pasien, diteruskan kegiatan pencatatan data medis pasien selama
pasien itu mendapatkan pelayanan medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan
serta pengeluaran berkas rekam medis dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan/ peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainya.
Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala bentuk informasi medis
seorang pasien ke dalam rekam medis. Pada dasarnya pendokumentasian memuat data,
yang akan menjadi bahan informasi. Data pasien dapat dikelompokkan kedalam 2
kelompok, yaitu data sosial dan data medis.
Data sosial didapatkan pada saat pasien mendaftrkan diri ke tempat penerimaan
pasien. Data medis baru diperoleh dari pasien apabila pasien telah memasuki unit
pelayanan kesehatan. Petugas unit pelayanan adalah dokter dan ahli-ahli profesi
kesehatan lainnya serta unit perawatan.
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya yaitu:
- Mencatat secara tepat waktu
- Up to date
- Cermat dan lengkap
- Dapat dipercaya dan menurut kenyataan
- Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak bertele-tele
16
- Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada pasien. Bentuk pencatatan dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu catatan yang bersifat obyektif dan catatan bersifat
individual
- Catatan yang bersifat obyektif
Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang datang ke unit pelayanan. Catatan
ini dalam bentuk buku yang sering disebut Buku Register. Buku Register ini merupakan
sumber utama data kegiatan rumah sakit. Pemakaian buku register ini perlu
dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap memperhatikan efisiensi di bidang
pengelolaan data medis
- Catatan yang bersifat individual
Catatan ini mendokumentasikan segala tindakan medis yang diberikan kepada seorang
pasien. Bentuk catatan ini berupa lembaran-lembaran yang dinamakan rekam medis.
Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang memberikan
pelanan atau tindakan kepada pasien, yaitu doker, perawat atau bidan. Tenaga kesehatan
lainnya yang memberikan pelayanan medis kepada pasien, serta petugas pencatatan
medis sendiri.
Formulir rekam medis ini meliputi formulir rawat inap maupun formlir rawat jalan
pasien yang berkunjung ke rumah sakit.
Formulir rekam medis pasien rawat jalan
Isi berkas rekam medis untuk pasien rawat jalan memuat identitas pasien,
anamnese, diagnosis dan tindakan/ pengobatan. Berkas yang digunakan dapat dalam
bentuk lembaran yaitu lembar pemeriksaan pasien dimana informasi mengenai
identitas pasien, diagnose dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien seperti
anamnese, terapi dicatat di dalam lembaran tersebut
Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita masuk yang akan dientry di
komputer, dimasukkan pada saat pasien registrasi. Penyimpanan identitas pasien ini
mutlak karena adalah salah satu cara untuk menunjang kelancaran pelayanan
terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka
dengan sistem komputerisasi akan membantu untuk mencarikan data pasien yang
diperlukan denga cepat.
Karena identitas pasien ini merupakan sumber data yang selamanya harus
disimpan, maka harus dibuat selengkap- lengkapnya dan sejelas mungkin. Data yang
disimpan harus dibuat secara terperinci dan lengkap yaitu :
Alamat, agama, jenis kelamin, umur (tanggal lahir), status perkawinan, pekerjaan,
nomor telepon yang bisa dihubungi.
17
Bila setelah menikah pasien pindah alamat, maka alamat lama dicoret dan
dicantumkan alamat baru pada tempat yang kosong dan tanggal perubahan berkas
rekam medis tersebut untuk memudahkan pencarian alamat terakhir.
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
269/MENKES/PER/III/2008 pasal 3 ayat 1, berkas rekam medis rawat jalan minimal
berisi :
Identitas pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan
Persetujuan tindakan bila diperlukan
Daftar formulir rawat jalan
SIFAT
SIMBOL
FORMULIR NAMA FORMULIR
FORMULIR
U K
RM 5g K ASSESMEN GIZI RAWAT JALAN DEWASA
RM 5h K ASSESMEN GIZI RAWAT JALAN ANAK
RM 11g K ASSESMEN MEDIS GIGI
RM 11h K ASSESMEN MEDIS MATA
RM 12a U ASSESMEN LANJUTAN RAWAT JALAN
RM 12b U PROFIL RINGKASAN MEDIS RAWAT JALAN
RM 13d U PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT JALAN
RM 16c U PENGKAJIAN DAN INTERVENSI RESIKO JATUH PASIEN RAWAT
JALAN
Identitas pasien,
Tanggal dan waktu,
Hasil pemeriksaan sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit,
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis,
Diagnosis,
Rencana penatalaksanaan,
18
Pengobatan dan/atau tindakan,
Persetujuan tindakan jika diperlukan,
Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan,
Ringkasan pulang (discharge summary ),
Nama dan tanda tangan dokter , dokter gigi , atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan,
Pelayanan lain yang diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu dan,
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
Berikut adalah daftar formulir yang diigunakan di Rumah Sakit Umum An-Nisaa’
SIFAT
NO SIMBOL
FORMULIR NAMA FORMULIR Hal
URUT FORMULIR
U K
1 RM.1 U DATA UMUM PASIEN 1
2 RM.2 U RINGKASAN MASUK DAN KELUAR 1
3 RM.3 U FORMULIR PERMINTAAN RAWAT INAP 2
4 RM.4 U FORMULIR GENERAL CONSENT 2
RM.5 ASSESMEN
5 5.a U ASSESMEN TRIAGE 3
6 5.b U ASSESMEN IGD 3
7 5.c K LEMBAR KONSULTASI 4
8 5.d K ASSESMEN MATERNAL IGD 4
9 5.e U ASSESMEN FARMASI 5
10 5.f U ASSESMEN GIZI 5
11 RM.6 K PERSETUJUAN TINDAKAN 6
12 6.a K PERSETUJUAN PEMASANGAN NGT 6
13 6.b K PERSETUJUAN PEMASANGAN KATETER 7
14 6.c K PERSETUJUAN FOTOTERAPI 7
15 6.d K PERSETUJUAN IMUNISASI HB 0 8
16 6.e K PERSETUJUAN DRIP OXYTOCIN 8
17 6.f K PERSETUJUAN RIPENING MESOPROSTOL 9
18 6.g K PERSETUJUAN PEMASANGAN LAMINARIA 9
RM.7 PERSETUJUAN TINDAKAN KHUSUS
19 7.a K PERSETUJUAN CURETTAGE 10
20 7.b K PERSETUJUAN PEMASANGAN IUD 10
21 7.c K PERSETUJUAN MOW 11
22 7.d K PERSETUJUAN PEMASANGAN IMPLANT 11
23 7.e K PERSETUJUAN ANESTESI DAN SEDASI 12
24 7.e.1 K ASSESMEN PRA ANESTESI 12
25 7.e.2 K LAPORAN ANESTESI 13
26 7.f K PERSETUJUAN PEMBEDAHAN 13
27 7.f.1 K ASSESMEN PRA BEDAH 14
28 7.f.2 K LAPORAN OPERASI 14
19
29 7.f.3 K SERAH TERIMA PASIEN PRA OPERASI 15
30 7.f.4 K DAFTAR TILIK PASIEN OPERASI 15
31 7.f.5 K LEMBAR TIME OUT 16
32 7.f.6 K SURGICAL SAFETY CHECKLIST 16
33 7.f.7 K SERAH TERIMA PASIEN PASCA OPERASI DARI OK KE RR KE 17
RUANGAN
34 7.g K PERSETUJUAN TRANFUSI 17
35 7.g.1 K OBSERVASI TRANSFUSI 18
36 RM.8 K PENOLAKAN TINDAKAN / PENGOBATAN 18
37 RM.9 U CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI 19
38 RM.10 U FORMULIR TRANSFER PASIEN INTERNAL 19
RM.11 ASSESMEN MEDIS RAWAT INAP
39 11.a K ASSESMEN MEDIS PARU 20
40 11.b K ASSESMEN MEDIS PENYAKIT DALAM 20
41 11.c K ASSESMEN MEDIS BEDAH 21
42 11.d K ASSESMEN MEDIS ORTHOPEDI 21
43 11.e K ASSESMEN MEDIS OBGYN 22
44 11.f K ASSESMEN MEDIS ANAK 22
47 RM.12 U LEMBAR CPPT 24
RM.13 PENGKAJIAN
48 13.a K PENGKAJIAN KEPERAWATAN DEWASA 24
49 13.b K PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK 25
50 13.c K PENGKAJIAN MATERNITAS 25
RM.14 DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
51 14.a K DIAGNOSA KEPERAWATAN INEFEKTIF POLA NAFAS 26
52 14.b K DIAGNOSA KEPERAWATAN CAIRAN ELEKTROLIT 26
53 14.c K DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN NYAMAN & NYERI 27
54 14.d K DIAGNOSA KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN 27
55 14.e K DIAGNOSA KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS 28
56 14.f K DIAGNOSA KEPERAWATAN OF 28
57 14.g K DIAGNOSA KEPERAWATAN PENURUNAN CARDIAC OUTPUT 29
58 14.h K DIAGNOSA KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI 29
59 14.i K DIAGNOSA KEPERAWATAN INTAKE INADEKUAT 30
60 14.j K DIAGNOSA KEPERAWATAN PERFUSI JARINGAN SELEBRAL 30
61 14.k K DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO SYOK 31
62 14.l K DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI 31
63 14.m K DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO KEJANG BERULANG 32
64 14.n K DIAGNOSA KEPERAWATAN KERUSAKAN MOBILITAS FISIK 32
65 14.o K DIAGNOSA KEPERAWATAN KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL 33
66 14.p K DIAGNOSA KEPERAWATAN ANSIETAS 33
67 14.q K DIAGNOSA KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS 34
68 14.r K DIAGNOSA KEPERAWATAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT 34
69 14.s K DIAGNOSA KEPERAWATAN PERFUSI JARINGAN INEFEKTIF 35
70 14.t K DIAGNOSA KEPERAWATAN ANSIETAS (TERMINAL) 35
71 14.u K DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO TRHDP DISTRES SPIRITUAL 36
20
72 14.v K DIAGNOSA KEPERAWATAN PRUBAHAN PROSES KELUARGA 36
73 14.w K DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDUKA 37
RM.15 ASSESMEN ULANG NYERI
74 15.a K ASSESMEN ULANG NYERI DEWASA 37
75 15.b K ASSESMEN ULANG NYERI ANAK 38
RM.16 ASSESMEN ULANG RESIKO JATUH
76 16.a K ASSESMEN ULANG RESIKO JATUH DEWASA 38
77 16.b K ASSESMEN ULANG RESIKO JATUH ANAK 39
78 RM.17 U CATATAN PEMBERIAN OBAT 39
79 RM.18 K PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT 40
80 RM.19 U OBSERVASI CAIRAN DAN TANDA VITAL 40
81 RM.20 U OBSERVASI SUHU NADI 41
RM.21 NEONATUS
82 21.a K LAPORAN NEONATUS 41
83 21.b K PERMINTAAN PEMBERIAN PASI 42
84 RM.22 U HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI 42
85 RM.23 K PERNYATAAN SECOND OPINION 43
86 RM.24 K PULANG APS 43
87 RM.25 K PERSETUJUAN PENUNDAAN PELAYANAN 44
88 RM.26 K ASSESMEN PASIEN TERMINAL 44
89 26.a K PEMBERIAN INFORMASI KONDISI KRITIS 45
90 26.b U PELAYANAN KEROHANIAN 45
91 26.c K PERMINTAAN PELAYANAN KEROHANIAN 46
92 26.d K PERNYATAAN DNR 46
93 26.e K KETERANGAN SEBAB KEMATIAN 47
94 26.f K KETERANGAN KEMATIAN 47
95 26.g K KETERANGAN SERAH TERIMA JENAZAH 48
96 RM.27 K DISCHARGE PLANNING 48
97 RM.28 K PERMINTAAN RESUME MEDIS 49
98 RM.29 K FORMULIR VERIFIKASI 49
99 RM.30 U RESUME MEDIS 50
100 RM.31 U CHECKLIST PASIEN 50
101 RM.32 K PELAYANAN KOMPLAIN 51
21
Diagnosis
Pengobatan dan/atau tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan gawat darurat dan
rencana tindak lanjut
Nama dan tanda tangan dokter, dookter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan berkunjung ke sarana
pelayanan kesehatan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
G. Klasifikasi Penyakit
Klasifikasi penyakit adalah pengelompokan ke dalam bentuk kode dengan
menggunakan huruf atau angka dan atau kombinasi huruf dan angka dalam rangka
mewakili komponen data penyakit.
Diagnosis dan prosedur/ tindakan yang ada didalam rekam medis harus diberi
kode dan selanjutnya di indeks agar mempermudah perencanaan menejemen dan riset
bidang kesehatan
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO bertujuan untuk menyeragamkan nama dan
golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yangmempengaruhi kesehatan. Sejak tahun
1993 WHO mengharuskan Negara anggotanya termasuk Indonesia menggunakan
klasifikasi penyakit Revisi – 10 International Classification of Disease and Related
Health Problem menggunakan kombinasi huruf dan angka.
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada
pelaksana yangmenangani rekam medis tersebut yaitu :
- Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
- Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
- Tenaga kesehatan lainnya
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kwajiban, hak dan tanggungjawab
dokter (tenaga medis) yang merawat pasien, oleh karenanya diagnosis yang ada dalam
rekam medis harus diisi dengan lengkap dan jelas sesuaii dengan ketentuan yang ada
pada buku ICD-10. Tenaga rekam medis sebagai seorang pemberi kode
bertanggungjawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh
tenaga medis. Oleh karenannya untuk hal yang kurang jelas atau kurang lengkap yang
membuat diagnosis tersebut.
Setiap pasien nselesai mendapatkan pelayanan baik rawat jalan maupun rawat
inap, maka dokter harus segera memberikan diagnosa akhir. Kelancaran dan kelengkapan
pengisian rekam medis di runag rawat inap atas kerja sama tenaga medis dan tenaga
kesehatan lainnya yang ada di masin- masing ruang rawat nap tersebut. Untuk lebih
meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam medis harus memberikan
koding sesuai dengan klasifikasi yang sesuai dengan klasifikasi yang tepat. Disamping
kode penyakit, sebagai tindakan lain juga harus di koding sesuai dengan klasifikasi
masing-masing
23
Fungsi ICD -10 sebagai sistem klasifikasi dan masalah kesehatan digunakan
untuk kepentingan informasi statistik morbiditas dan mortalitas
Penerapan pengkodean ICD -10 digunakan :
- Mengindeks pencatatan penyakit di sarana pelayanan kesehatan
- Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis
karakteristik pasien dari sarana pelayanan kesehatan
- Pelaporan nasional morbiditas dan mortalitas
- Tabulasi dan pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan pelayanan
kesehatan
- Analisa pembiayaan pelayanan kesehatan
- Untuk penelitian epidemiologi klinis
Penggunaan ICD- 10
Dalam penggunaan ICD-10 perlu diketahui dan dipahami bagaimana cara
pencarian dan pemilihan nomor kode yang diperlukan. Pengkodean dilakukan melalui
tahap pencarian istilah di buku ICD-10 volume 3, kemudian mencocokan kode yang
ditemukan dengan yang ada di buku ICD-10 volume 1. Petunjuk dan peraturan
morbiditas serta petunjuk dan peraturan kode mortalitas yang terdapat pada buku ICD-10
volume 2 hendaknya disesuaikan dengan benar. Secara garis besar proses pengkodean
dilakukan atanra lain sebagai berikut :
- Peraturan umum
Baca dan pahami berbagai macam konversi tanda baca di buku ICD-10 volume 2.
Adanya sistem klasifikasi ganda (system dagger = tanda sangkur, asterik = tanda
bintang ) adanya inclusion, exclusion, tanda baca titik-titik, titik garis, berbagai tanda
kurung (kurung biasa, kurung segi empat, dan kurung kurawal ), NOS, NEC, use
additional code dan lainnya yang harus dijalankan sesuai perintah tertulis di volume 1
dan 3.
Pada volume 3 banyak terdapat tanda kurung biasa, tanda tunjuk silang dan tanda
titik garis yang masing-masing mempunyai makna yang sangat berarti dandapat
mempengaruhi penentuan pilihan kode yang benar dan akurat, dan cenderung
menimbulkan kesalahan pemilihan kode apabila pengkode tidak mentaatinya.
- Sembilan langkah dasar dalam menentukan kode
Tentukan type pernyataan yang akan dikode dan buka buku ICD-10 volume
3 aplhanumerical index (kamus). Bila pertanyaan adalah istilah penyakit
atau cidera atau kondisi lain yang terdapat pada bab I-XIX dan XXI volume
1, gunakan ia sebagai leadterm untuk dimanfaatkan sebagai pandusan
menelusuri istilah yang dicari pada unit I indek (volume 3). Bila pertanyaan
adalah penyebab luar (eksternal cause) dari cidera (bukan nama penyakit)
yang ada di Bab XX (volume 1) lihat dan cari kodenya pada unit II di indek
(volume 3)
24
Leadterm (kata kunci ) untuk penyakit dan cidera biasanya merupakn kata
benda yang memaparkan kondisi patologisnya. Sebaiknya jangan
menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan
sebagai kata kunci atau panduan. Walaupun demikian, beberapa kondisi ada
yang diekspresikan sebagai kata sifat atau eponim (menggunakan kata
penemu ) yang tercantum di dalam index sebagai leadterm
Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul dibawah
istilah yang akan dipilih pada volume 3
Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah leadterm ( kata
dalam tanda kurung = modifer, tidak akanmempengaruhi kode). Istilah lain
yang ada dibawah leadterm (dengan tanda (-) minus = idem = indent 0 dapat
mempengaruhi nomor kode, sehingga semua kata-kata diagnostik harus
diperhitungkan
Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross reference) dan perintah see
dan see also yang terdapat dalam index
Lihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling
tepat. Lihat kode tiga karakter di index dengan tanda minus pada posisi
keempat yang berarti isian untuk posisi tambahan yang tidak ada dalam
volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam index
(volume 3) perhatikan juga untuk membubuhi kode tambahan (additional
code) serta aturan cara penulisan dan pemanfaatanya dalam pengembangan
index penyakit dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas
Ikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang dipilih atau bagian
bawah suatu bab (chapter), katagori atau sub katagori
Tentukan kode yang anda pilih
Lakukan analisa kuntitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode untuk
memastikan kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang diagnosis
utama diberbagai formulir rekam medis, guna menunjang aspek legal rekam
medis yang dikembangkan
- Perturan morbiditas
Kondisi utama/ Diagnosis utama
Kondisi utama adalah diagnosis/ kondisi kesehatan yang menyebabkan
pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan, yang ditegakkan pada
akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab atas kebutuhan sumber
daya pengobatannya. Pengkodean morbiditas sangat bergantung pada
diagnosis yang ditetapkan oleh dokter yang merawat pasien atau yang
bertanggung jawab menetapkan kondisi utama pasien, yang akan dijadikan
dasar pengukuran statistik mobiditas. Gejala, tanda, alasan kontak dengan
pelayanan kesehatan, kondisi ganda dapat dijadikan sebagai kondisi utama
25
apabila sampai akhir suatu episode suatu perawatan tidak dapat ditegakkan
diagnosis utama pasien. Hal yang perlu dicatat untuk pengkodean yang
spesifik yaitu kondisi suatu sekel (sequel, gejala sisa) penyakit, akut atau
kronis neoplasma, cidera dan penyebab eksternal. Apabila dokter yang
merawat atau bertanggung jawab tidak dapat menetapkan keadaan pasien
atau tidak mungkin memberikan penjelasan lebih lanjut, maka kondisi
utama baru dipilih melalui lima ketentuan/ aturan/ rules yang disediakan
dalam ICD-10 volume 2, pemilihan rule yang diterapkan harus menjamin
bahwa kondisi utama yang dipilih dan kode menggambarkan kondisi yang
dapat dipertanggung jawabkan dalam suatu episode pelayanan. Pengkodean
harus memahami dan terbiasa dengan ketentuan ini dan mampu
menggunakan ketentuan rules MB1-MB5 ini. Ada baiknya apabila dokter
sebagai provider asuhan medis klinis pasien juga memahami makna aturan
penggunaan peraturan (rule) terkait. Diagnosis sekunder, ko morbiditas,
diagnosis pengikut dan komplikasi
Diagnosis sekunder
Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada
saat pasien masuk atau terjadi selama episode pelayanan
ko morbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis atau kondisi lain
saat masuk dan membutuhkan pelayanan/ asuhan khusus setelah masuk dan
selama dirawat
Komplikasi
Komplikas adalah penyakit yang timbul dalam masa pengobatan dan
memerlukan pelayanan sewaktu episode pelayanan baik yang disebabkan
oleh kondisi pasien yang ada atau muncul sebagai akibat dari pelayanan
yang diberikan kepada pasien
Ketiga kondisi tersebut harus diberi kode untuk keperluan ruma sakit dan untuk
perencanaan dan penagihan biaya.
Untuk pelaporan secara kelompok bagi penyebab tunggal mobiditas yang
diambil adalah kondisi utama, sedangkan untuk mengindekkan kode semua
kondisi ini harus dicatat, dikode untuk kemudian disimpan agar memenuhi
kebutuhan yang lebih luas.
26
urutan sesuai kebutuhan masing-masing sebagaimana tersebut dalam lampiran 1 pedoman
pelayanan ini tentang jenis formulir rekam medis yang digunakan.
Selain itu bagian assembling juga melakukan penganalisaan mutu terhadap rekam
medis yaitu dengan memeriksa isi rekam medis yang mengandung unsur
ketidaklengkapan pengisian maupun jumlah lembaran-lembaran rekam medis.
Catatan – catatan yang digunakan :
Buku catatan ketepatan dan kelengkapan pengisian RM
Buku Ekspedisi pengembalian RM yang tidak lengkap
Jaringan prosedur yangmembentuk sistem
Prosedur assembling
Prosedur pengembalian RM revisi
Prosedur peminjaman dan pengembalian RM
Unsur – unsur pengendalian
RM harus terisi lengkap maksimal 1x24 jam sejak pasien KRS
Pengembalian RM rawat inap paling lambat 2x24 jam setelah pasien KRS
Apabila dokumen rekam medis tidak lengkap batas waktu pengisian adalaha 14 ahru
terhitung sejak pasien dinyatakan pulang, dan tuntuk pasien yang dilakukan
pemeriksaan PA batas waktu melengkapi adalah 30 hari
Pengembalian menggunakan buku / lembar ekspedisi
Setiap peminjaman harus menggunakan buku ekspedisi dan tracer sebagai petunjuk RM
yang keluar
RM yang telah diproses assembling dan coding dan indeksing harus segera
dimasukkan / disimpan di rak penyimpanan
27
Prosedur assembling
Prosedur coding dan indeksing
Prosedur pengunaan buku ICD-10
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam
indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi). Di dalam kartu
indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien.
Jenis- jenis indeks
Indeks pasien (KIUP)
Indeks penyakit
Indeks dokter
Indeks kematian
28
Terkirimnya laporan sesuai dengan jadwal pengiriman laporan
Pelaporan rumah sakit merupakan alat organisasi yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan laporan segera, cepat, tepat, dan akurat guna menunjang proses
menejemen serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan.
- Analisa
Analisa Mutu Rekam Medis
Melakukan analisam utu terhadap rekam medis dengan dua cara yaitu analisa
kuantitatif (jumlah) dan analisa kualitatif (mutu). Dalam rekam medis mengandung
unsur mutu.
Mutu dalam pengisian rekam medis menjadi tanggung jawab para tenaga kesehatan, sebab
merekalah yang melaksanakan perekaman medis.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, disebutkan:
Pasal (2)
Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik
Pasal (6)
Dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu bertanggungjawab atas catatan
dan /atau dokumen yang dibuat pada rekam medis
Pasal (5)
Setiap pencatatan kedalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan
tenaga dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
secara langsung
Tujuan analisa mutu rekam medis
Agar rekam medis lengkap dan dapat digunakan bagi refrensi pelayanan kesehatan,
melindungi minat hukum, sesuai peraturan yang ada
Menunjang informasi untuk aktifitas penjamin mutu (quality assurance)
Membantu penetapan pengkodean diagnosis dan tindakan
Bagi riset medis, studi administrasi dan penggantian biaya
Penanggung jawab terhadap mutu rekam medis
Pihak medis yang melaksanakan rekaman medis harus mengisi formulir rekam medis
dengan jelas, benar dan tepat waktu. Perawat yangmenyatukan lembaran-lembaran
formulir sesuai kronologi jangan sampai ada formulit yang terlepas atau berceceran
Petugas rekam medis berkewajiban menemukan hal-hal yang kurang dalam
perekaman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
Analisa Mortalitas dan Operasi
Analisa Morbiditas
29
Analisa morbiditas merupakan analisa data dengan diagnosis yang normal yang
dapat dipergunakan untuk menilai efisiensi dan efektifitas utilitas fasilitas
pelayanan dan pengkajian pembiayaan pelayanan yang dapat dipakai untuk
perencanaan menejemen dan riset. Proses tersebut diawali dengan dilakukannya
koding terhadap diagnosa dengan menggunakan ICD-10. Hasil dari koding
tersebut merupakan data tabulasi yang digunakan untuk menampilkan data
sepuluh penyakit terbanyak dari masing-masing unti pelayanan.
Analisa Kualitatif dan kuantitatif
Analisa kualitatif
Analisa yang ditujukan kepad mutu dari setiap lemabaran rekam medis.
Petugas akan mengadili dan menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan. Analisa kualitatif melitpui penelitian
terhadap pengisian lembar rekam medis yung diisi oleh tenaga medis,
paramedis dan unit penunjang lainnya. Ketidak lengkapan pengisian rekam
medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis, mutu rekam medis
mencerminkan baik tidakknya mutu pelayanan di rumah sakit, dokter,
perawat, dan tenaga kesehatan lain yang menangani pasien wajib melengkapi
rekam medis sesuai ketentuan yang berlaku.
Analisa kuantitatif
Analisa yang ditujukan kepada jumlah lembaran –lembaran rekam medis
sesuai dengan lamanya perawatan meliputi kelengkapan lembaran medis,
paramedis, dan penunjang medis sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Petugas akan menganalisa setiap berkas yang diterima apakah lembaran rekam
medis yang seharusnya ada pada berkas seorang pasien sudah ada atau belum.
Ketidaklengkapan rekam medis pasien dari lembaran-lembaran tertentu agar
segera menghubungi ke ruangan dimana pasien tersebut dirawat
I. Penyelesaian dan Pengembalian Rekam Medis
Pengendalian rekam medis
Permintaan terhadap rekam medis untuk kepentingan pasien berobat kembali,
maka petugas penyimpanan membuat tracer sebagai bukti permintaan berkas rekam
medis yang dimaksudkan untuk dikeluarkan dari rak penyimpanan oelh petugas
filling. Selanjutnya dicatat dalam buku ekspedisi peminjaman berkas rekam medis.
Permintaan untuk kepentingan administrasi keuangan (asuransi) makan harus mengisi
bon permintaan dan waktu yang diberlakukan selama 2x24 jam berkas harus
dikembalikan ke ruang penyimpanan
Permintaan tidak langsung atau melalui telepon hanya sebagai informasi untuk
disiapkan, tetapi pengambilan berkas tetap diambil sendiri oleh petugas yang
meminjam atau yang diberi kuasa.
Penyimpanan rekam medis
30
Berkas rekam medis atau rekam kesehatan elektronik adalah untuk menyimpan
data dan informasi pelayanan pasien. Agar fungsi tercapai, beragam metode
dikembangkan secara efektif seperti dengan melaksanakan ataupun mengembangkan
sejumlah sistem, kebijakan dan proses pengumpulan, termasuk menyimpannya secara
mudah diakses disertai dengan keamanan yang baik.
Kegiatan penyimpanan data/ informasi harus disertai dengan upaya perbaikan
kinerja menejemen secara sehat. Menjaga keamanan dalam menyimpan data/
informasi, unsur keakuratan data dan kemudahan akses menjadi tuntutan pihak
organisasi pelayanan kesehatan. Praktisi kesehatan serta pihak ketiga yang berwenang.
Sedangkan pihak yang membutuhkan data/ informasi harus senantiasa menghormati
privasi pasien. Secara keseluruhan, keamanan, privasi, kerahasiaan, dan keselamatan
adalah yang membentengi data/ informasi dalam rekam medis kertas maupun
elektronik. Dengan demikian berbagai pihak yang berwenang yang membutuhkan
data/ informasi lebih rinci sesuai dengan tugasnya harus senantiasa menjaga empat
unsur tersebut.
Dalam konsep pelayanan kesehatan dikenal istilah privasi, kerahasiaan dan
keamanan yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Privasi adalah hak seseorang untuk mengontrol akses informasi atas rekam medis
kesehatan pribadinya
Kerahasiaan adalah proteksi terhadap rekam medis dan informasi lain pasien dengan
cara menjaga informasi pribadi pasien dan pelayanannya. Dalam pelayanan kesehatan
informasi itu hanya diperuntukkan bagi pihak tenaga kesehatan yang berwenang.
Keamanan adalah perlindungan privasi seseorang dan kerahasiaan rekam
medisnya. Dengan kata lain keamanannya memperbolehkan pengguna yang berhak
untuk membukan rekam kesehatan. Dalam pengertian yanglebih luas keamanan juga
termasuk proteksi informasi pelayanan kesehatan dari rusak, hilang atau pengubahan
data akibat ulah yang tidak berhak.
Agar rekam medis sesuai dengan tujuan terdapat beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Terutama tentang bagaimana rekam medis tersedia bagi pengguna yang
berwenang dan data disimpan dan ditangani. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu untuk perihal akses, fleksibilitas, terhubung dengan berbagai
sumber dan efisien. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 pasal (8) :
Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib simpan sekurang-kurangnya
untuk jangka waktu lima (5) tahun terhitung dari tanggal terakhir kunjungan atau
dipulangkan
Setelah batas waktu lima (5) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medis
31
Ringkasan pulang dan persetujuan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus disimpan untuk jangka waktu (10) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya
ringkasan tersebut
Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2), dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana
pelayanan kesehatan
Rekam medis pada sarana pelayanan non rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu (2) tahun terhitung dari tanggan terakhir pasien
berobat
Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dilampaui rekam medis
dapat dimusnahkan.
Penerapan sistem penyimpanan rekam medis/ kesehatan adalah menggunakan
sistem sentralisasi dimana tempat penyimpanan berkas rekam medis rawat inap
dan rawat jalan menjadi satu tempat yaitu di unit rekam medis.
Sistem penjajaran rekam medis
Sistem penjajaran yang digunakan alah sistem angka akhir. Disini menggunakan 6
digit angka yang dikelompokkan masing-masing dari 2 angka. Angak pertama adalah
2 angka yang paling akhir yaitu bagian kanan, kemudian 2 angka yang terletak
dibagian tengah, dan 2 angka yang terletak paling kiri.
Fasilitas fisik ruang penyimpanan
Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu yang baik,
pemeliharaan ruangan, perhatian terhadap faktor keselamatan bagi suatu ruang
penyimpanan rekam medis sangat membantu memlihara dan mendorong semangat
kerja dan produktifitas petugas.
Alat penyimpanan rekam medis yang dipakai :
Rak rekam medis
Sampul pelindung rekam medis
Ketentuan dasar yang membantu memperlancar pekerjaan pengelolaan rekam medis
Pada saat rekam medis dikembalikan ke unit rekam medis harus dilakukan
kegiatan cek kelengkapan lembar rekam medisnya, termasuk sampulnya bila
rusak harus diganti.
Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis
Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik untuk
menemukan salah simpan dan menemukan treser/ bon peminjaman untuk yang
rekam medisnya belum dikembalikan
Rekam medis yang berkenaan dengan proses hukum tidak disimpan ditempat
penyimpanan biasa harus disimpan di ruangan kepala instalasi rekam medis dan
ditempat penyimpanan bisa diberi petunjuk/ outgide
32
Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan teraturnya rak–rak
penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya
Rekam medis yang dalam proses/ dipakai oleh petugas rekam medis harus
diletakkan di meja/ rak khusus dengan maksud rekam medis tersebut setiap saat
dapat dipergunakan
Rekam medis yang tepat dijadikan 2 atau 3 jilid
Petugas yang bertanggung jawab terhadap kegiatan penyimpanan harus membuat
laporan kegiatan secara periodik meliputi jumlah rekam medis yang keluar dari
rak, jumlah rekam medis yang tidak ditemukan, jumlah rekam medis yang salah
simpan
Pendistribusian berkas rekam medis
Pendistribusian berkas rekam medis untuk memenuhi permintaan untuk kepentingan
her opname, diambil oleh petugas runagan yang meminjam dengan tanda tangan
langsung ke unit rekam medis
Tata cara pengambilan kembali rekam medis
Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang rekam medis, tanpa tanda
keluar/ kartu peminjaman. Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang
diluar rekam medis tatapi juga bagi petugas rekam medis itu sendiri
Sesorang yang menerima/ meminjam berkas rekam medis berkewajiban untuk
mengambalikan dalam keadaan baik dan tepat waktu
Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit, kecuali atas perintah
pengadilan
Dokter-dokter atau pegawai rumah sakit yang berkepentingan dapat
meminjamkan rekam medis, untuk dibawa keruang kerjannya selama jam kerja,
tetapi semua rekam medis harus dikembalikan ke ruang kerja rekam medis pada
akhir jam kerja
J. Pemusnahan Rekam Medis
Landasan hukum yang digunakan dalam penyelenggaraan sistem pengabadian dan
pemusnahan dokumen rekam medis adalah Permenkes 269 tahun 2008 tentang rekam
medis dan surat edaran direktorat jendral pelayanan medik No.HK.00.06.1.5.01160 tahun
1995 tentang petunjuk teknis pengadaan formulir dasar rekkam medis dan pemusnahan
rekam medis di rumah sakit.
Tujuan utamanya yaitu mengurangi beban penyimpanan dokumen rekam medis dan
mengabadikan formulir-formulir rekam medis yang memiliki nilai guna. Untuk itu
dilakukan kegiatan penyisiran dokumen rekam medis, retensi dokumen rekam medis,
Penilaian guna rekam medis, pengabadian dan pemusnahan formulir-formulir rekam
medis.
Perencanaan terhadap rekam medis tidak aktif
33
Unit rekam medis tidak memiliki ruang penyimpanan yang cukup luas. Sebagian
mengalami keterbatasan ruang penyimpanan. Suatu rencana yang pasti tentang
pengelolaan rekam medis yang tidak aktif harus ditetapkan sehingga tersedia ruang
penyimpanan untuk rekam medis yang baru.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
269/MENKES/PER/III/2008, maka kegiatan penyusutan berkas rekam medis
dilakukan untuk menentukan berkas rekam medis aktif yang masih harus disimpan dan
berkas rekam medis yang tidak aktif untuk disusutkan/ dikeluarkan dari ruang
penyimpanan. Dan selanjutnya disimpan dalam media elektronik.
Penyusutan
Penyusutan adalah suatu kegiatan pengurangan arsip dari rak penyimpanan dengan
cara :
Memindahkan berkas rekam medis tidak aktif dari rak ke rak tidak aktif atau alih
medis elektronik
Mengahapuskan berkas rekam medis yang telah dialih mediakan dengan cara
tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Tujuan kegiatan penyusutan adalah :
Mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin bertambah
Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat penyimpanan berkas
rekam medis yang baru
Tetap menjaga kualitas pelayanan denan mempercepat penyiapan berkas rekam
medis jika sewaktu-waktu diperlukan
Menyelamatkan berkas rekam medis yang bernilai guna tinggi serta mengurangi
yang tidak bernilai guna
34
Penyakit jiwa, ketergantungan obat, orthopedic, kusta dan mata
Perkoasaan, HIV, penyesuaian kelamin, pasien orang asing, kasus adopsi, bayi
tabung, cangkok organ dan plastik rekonstruksi
Proses selanjutnya setelah berkas rekam medis sekurang-kurangnya untuk jangka
waktu 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan,
dilakukan pemilahan terhadap data yang mempunyai nilai guna yang
dikelompokkan seperti :
a. Data administrasi : identitas pasien , formulir pengesahan untuk pelepasan
informasi, korespodensi yang berkaitan dengan permintaan rekaman izin,
otorisasi (pemberian hak kuasa).
b. Data klinis : resume medis, laporan dan hasil prosedur diagnostik dan
terapeutik termasuk laporan pembedahan, anastesi, dan identitas bayi.
Jadwal retensi berkas rekam medis
Salah satu kegiatan yang diperlukan dalam penyusutan dalah jadwal retensi aktif.
Jadwal retensi merupakan daftar berisikan sekurang-kurangnya jenis arsip dan jangka
waktu penyimpanannya sesuai Permenkes No. 269?MENKES/PER/III/2008.
Penghapusan berkas rekam medis
Penghapusan berkas rekam medis adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara
fisik arsip/ rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran
harus dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau daur ulang
sehingga tidak dapat dikenali lagi isi maupun bentuknya. Kegiatan ini bisa dilakukan
oleh pihak ke tiga namun tetap memgang ketentuan yang ditetapkan.
Dibentuk tim pemusnah arsip dengan surat keputusan direktur yang
beranggotakan sekurang-kurangnya : Bagian umum dan humas, unti pelayanan,
instalasi rekam medis dan komite medis
Berkas rekam medis mempunyai nilai guna tertentu tidak dimusnahkan tetapi
disimpan dalam jangka waktu tertentu
Membuat pertelaan arsip bagi arsip / berkas rekam medis yang telah dinilai
Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirim ke pemilik rumah sakit dan Dirjen
Yanmed Depkes RI
K. Pelepasan Informasi
Dalam kaitan kegiatan pelepasan informasi, pengungkapan informasi terdapat 3 masalah
etik :
Pelanggaran prinsip kebutuhan untuk mengetahui (need to know principle )
Penyalahgunaan surat persetujuan atau otorisasi yang tidak tertentu (lanket
authorization)
Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai akibat dari prosedur pengungkapan sekunder
(secondary release)
35
Secara traditional standar pengungkapan informasi adalah kebutuhan untuk mengetahui.
Apabila suatu asuransi menerima permintaan bayar dari seorang pasien abgi operasi yang
dijalaninya, maka surat permintaan informasi dikirimkan kerumah sakit dan professional
rekam medis/ petugas yang ditunjuk memeriksan legitimasi secara seksama :
Membandingkan tanda tangan pasien pada surat tersebut dengan tanda tangan yang
telah diperolehnya saat perawatan
Meneliti tanggalnya untuk memastikan, sehingga dapat dipastikan bahwa pasien
menyadari atas informasi apa yang di otorisasikannya untuk diungkapkan
Meneliti kebenaran bahwa perusahaan asuransi tersebut adalah perusahaan yang sesuai
dengan polis asuransi yang dimiliki pasien
Meneliti tentang informasi apakah yang diminta dan apakah peminta memang
berwenang meminta informasi tersebut.
36
Penyalahgunaan otorisasi yang tidak tertentu. Pasien kadangkala menandatangani otorisasi
yang tidak tertentu tanpa memahami implikasinya. Permintaan informasi kemudiaan dapat
menggunakan untuk bertahun-tahun. Masalah pada kasus demikian adalah bahwa pasien
tidak dapat mengantisipasi penggunaan otorisasi tersebut dikemudian hari.
Pelepasan informasi kepada pihak lain muncul semakin sering sejak era komputerisasi
informasi kesehatan. Suatu permintaan yang sah dapat diproses untuk pembayaran tagihan
asuransi, tetapi mungkin tidak menjamin keamanan di kemudian hari. Permintaan pertama
dapat meneruskan informasi kepadap ihak lain tanpa otorisasi pasien lagi
Dalam kaitanyya dengan pengungkapan informasi pasien. Peran kaidah dasar moral sebagai
berikut :
L. Informed Consent
Setiap pasien yang datang ke rumah sakit harus mengikuti peraturan yang berlaku di
rumah sakit. Jika pasien hanya datang untuk berobat jalan, maka aspek hukum yang
37
diterimanya relatif lebih sederhana daripada pasien yang harus rawat inap. Dari hubungan
ini terlihat bahwa setiap pasien yang dapat pelayanan tersebut mempunyai hak
unutkmemperoleh atau menolak pengobatan.
Bila pasien dalam perwalian maka walilah yang mengatas namakan keputusan hak
tersebut kepada pasien.
Didalam rumah sakit hal mengenai keputusan pasien dikemukakan dengan dua cara, yang
lazim dikenal dengan persetujuan yang meliputi :
Persetujuan langsung yang berarti pasien atau wali segera menyetujuai usulan
pengobatan yang ditawarkan pihak rumah sakit. Persetujuan dalam bentuk lisan atau
tulisan
Persetujuan secara tidak lengsung, tindakan pengobatan dilakukan dalam keadaan
darurat atau ketidakmampuan mengingat ancaman terhadap nyawa pasien
Dokter yang menangani pasien harus menjelaskan hal-hal yang dilakukan secara
jelas. Dalam hal ini dokter jangan sekali-kali memberi garansi kesembuhan kepada pasien,
tetapi diskusikan dan jelaskan keuntungan yang diharapkan sehingga dapat berfikir dan
menetapkan keputusan dokter dapat meminta persetujuan.
Penatalaksanaan pemberian persetujuan tindakan kedokteran di jadikan sebagai acuan bagi
seluruh dokter, dokter gigi dan seluruh tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum An – Nisaa’
dalam melaksanakan ketentuan tentang persetujuan tindakan kedokteran.
1. Mengucapkan salam
2. DPJP menjelaskan rencana tindakan medis yang akan dilakukan secara lengkap
dengan bahasa yang mudah dimengerti. Penjelasan tersebut dicatat dan
didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang
memberikan penjelasan.
3. Dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat
dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
4. Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
b. Dasar Diagnosis
c. Tindakan Kedokteran yang akan dilakukan
d. Indikasi Tindakan
e. Tatacara melakukan tindakan
f. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
g. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
h. Komplikasi
i. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
j. Alternatif tindakan lain dan resikonya
38
5. Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan
penjelasan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada
dokter atau dokter gigi lain yang kompeten.
6. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai dengan
kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kesehatan yang ikut
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.
7. Persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam
keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak
memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.
8. Pasien menandatangani surat persetujuan tindakan medis atau perawatan yang
disaksikan oleh saksi dan dokter.
9. Mengucapkan terimakasih pada pasien dan keluarga.
M. Informed Consent Bila Pasien tidak Kompeten
Satu dari banyak upaya membuat pasien terlibat dalam pengambilan keputusan dalam
proses asuhan/ tindakan adalah dengan jalan memberikan persetujuan untuk dapat
memberikan persetujuan, seorang pasien menerima penjelasan tentang faktor-faktor
terkait dengan rencana asuhan yang pelaksanaanya harus ada persetujuan khusus
(informed consent).
Persetujuan khusus harus diperoleh sebelum di lakukan prosedur atau tindakan tertentu
yang beresiko tinggi. Proses pemberian persetujuan khusus diatur oleh Rumah Sakit
melalui regulasi yang jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait.
Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
1. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung atau saudara-saudara kandung.
2. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostic, terapiutik
atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
3. Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.
4. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan.
5. Dokter atau dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun
di luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
39
6. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
a. Ayah :
- Ayah Kandung
- Termasuk “Ayah” adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
b. Ibu :
- Ibu Kandung
- Termasuk “Ibu” adalah Ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat
c. Suami :
Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Istri :
- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri
persetujuan/penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
e. Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang
belum dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau
orang yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
f. Induk Semang, adalah orang yang berkewajiban untuk mangawasi serta ikut
bertangung jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari
anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah
tangga yang belum dewasa.
g. Gangguan Mental, adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang
secara klinis menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi
kehidupan seseorang, mencakup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental
Sedang, Retardasi Mental Berat, Dementia Senilis.
h. Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Tujuan
a) Melaksanakan persetujuan tindakan kedokteran sesuai dengan Undang-Undang dan
Permenkes yang berlaku.
b) Sebagai dasar dalam pendokumentasian persetujuan tindakan kedokteran dalam rekam
medik pasien.
Hal-hal yang diperhatikan di dalam Persetujuan Tindakan Kedokteran
40
a) Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu proses
yang ditetapkan Rumah Sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa
yang dipahami pasien.
b) Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau produk
darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.
c) Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau keluarga
setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan tersebut dari Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP).
Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah:
1. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
2. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed consent) atau Penolakan
Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1. Ayah/ Ibu Kandung
2. Saudara – saudara kandung
3. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya
berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan Tindakan medis
diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :
a. Ayah/ Ibu Adopsi
b. Saudara – saudara Kandung
c. Induk Semang
4. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
a. Ayah/ Ibu kandung
b. Wali yang sah
c. Saudara – Saudara Kandung
5. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
a. Wali
b. Curator
6. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau penolakan
tindakan medic diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut.
a. Suami/ Istri
b. Ayah/ Ibu Kandung
c. Anak- anak Kandung
d. Saudara – saudara Kandung
Yang berhak menandatangani informed consent adalah :
1. Pasien dewasa 21 tahun atau sudah menikah dalam keadaan sehat
2. Keluarga pasien bila umur pasien 21, pasien dengan gangguan jiwa, tidak sadar, atau
pingsan.
41
3. Pasien ≤21 tahun/ sudah menikah dibawah pengampuan dan gangguan mental,
persetujuan diberikan pada wali.
4. Pasien <21 tahun atau belum menikah dan tidak punya wali/ wali berhalangan,
persetujuan diberikan pada keluarga atau induk semang/ yang bertanggung jawab pada
pasien.
5. Dalam keadaan pasien tidak sadar dan tidak ada wali/keluarga terdekat dan dalam
keadaan darurat yang perlu tindakan medik segera tidak dibutuhkan informed consent
dari siapa pun.
Informed Consent Menginformasikan Tentang :
Diagnosis (Working Diagnosis/ WD & Differential Diagnosis/ DD), dasar diagnosis,
tindakan kedokteran, indikasi tindakan, tatacara, tujuan, risiko, komplikasi, prognosis,
alternatif & risiko.
Sebuah tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus mendapatkan
persetujuan secara tertulis dan ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Dalam keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/ atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran. Keputusan untuk melakukan
tindakan kedokteran pada saat gawat darurat dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang
dicatat di dalam rekam medik.
Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran saat gawat darurat, dokter atau dokter
gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau
kepada keluarga terdekat. Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik
kembali oleh yang memberi persetujuan sebelum dimulainya tindakan. Pembatalan
persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi
persetujuan. Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran
menjadi tenggung jawab yang membatalkan persetujuan. Pemberian persetujuan tindakan
kedokteran tidak menghapuskan tanggung gugat hukum dalam hal terbukti adanya kelalaian
dalam melakukan tindakan kedokteran yang mengakibatkan kerugian pada pasien.
42
Penjelasan tentang diagnosa dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :
a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis
b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurangkurangnya
diagnosis kerja dan diagnosis banding
c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran
d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabia tidak dilakukan tindakan
Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan
komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali :
a. Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat ringan
c. Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)
43
d. Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau
keluarga pasien setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
yang akan dilakukan terhadap pasien.
e. Formulir Informed Consent adalah suatu dokumen persetujuan tindakan medis yang harus
diisi serta ditandatangani, setelah diberi penjelasan oleh pihak rumah sakit dan diterima
dengan pengertian yang tepat dan benar oleh pihak pasien/keluarga pasien.
f. Yang berhak memberikan persetujuan :
1. Pasien yang kompeten dalam memberikan keputusan adalah pasien dewasa atau bukan
anak menurut peraturan perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak
terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami
kemunduran perkembangan (retardasi) mental, sehingga mampu membuat keputusan
secara bebas.
2. Bila pasien tidak kompeten dalam memberikan keputusan mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya, maka keputusan dapat diberikan oleh
keluarga pasien yaitu suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung,
saudara-saudara kandung atau wali/ induk semang.
Tindakan kedokteran yang memerlukan Informed Consent adalah tindakan medis preventif,
diagnostik, terapeutik, rehabilitatif; tindakan invasif dan non invasif yang berisiko tinggi.
44
lisan dan meminta persetujuan kepada pasien/keluarga pasien untuk tindakan diagnostik yang
akan dilakukan seperti: IVP dengan kontras, CT Scanning dengan kontras, dan lain-lain.
Dokter anestesi harus memberikan informasi secara lisan dan meminta persetujuan tertulis
kepada pasien/keluarga pasien, apabila akan dilakukan tindakan diagnostik invasif yang
memerlukan anestesi.
a. Informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan operasi dan anestesi
b. Informasi harus jelas disertai dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
c. Persetujuan pasien/keluarga pasien harus diberikan secara tertulis dengan
menandatangani formulir Informed Consent
d. Dokter yang akan melakukan tindakan operatif dan dokter anestesi harus menandatangani
formulir Informed Consent sebagai bukti telah memberikan informasi dan penjelasan
secukupnya disertai tanda tangan 2 (dua) orang saksi yang salah seorang diantaranya
adalah perawat. Sebagai ganti tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf
harus membubuhkan cap jempol /ibu jari tangan kanan
e. Formulir harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien
N. Visum et Repertum
Adalah bukti tertulis sebagai hasil laporan pemeriksaan kedokteran yang disediakan untuk
keperluan pidana, yang dapat digunakan untuk keterangan ahli penyidik atau penuntut
umum, sesuai dengan permintaan pihak yang berwenang.
45
institusi/lembaga sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Permintaan tersebut harus
disampaikan secara tertulis kepada pimpinan rumah sakit.
Selain itu, permenkes ini juga mengatur mengenai kepemilikan, manfaat dan tanggung
jawab dalam mengelola Rekam Medis. Berkas rekam medis adalah milik sarana pelayanan
kesehatan dan isinya yang berupa ringkasan rekam medis merupakan milik pasien.
Dokumen rekam medis tidak boleh dipinjamkan kepada siapapun kecuali petugas yang
berwenang serta tidak boleh dibawa pulang kecuali salinan rekam medis atas ijin tertulis
dari direktur Rumah Sakit Umum An-Nisaa’. Rumah sakit mengatur hak terhadap
informasi sesuai dengan jabatan dan wewenang setiap petugas. Permenkes No. 36 tahun
2012 tentang Rahasia Kedokteran mengatur bahwa semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan kedokteran dan atau menggunakan data dan informasi tentang pasien wajib
menyimpan rahasia kedokteran, dimana kewajiban ini tetap berlaku meskipun pasien sudah
meninggal dunia. Pihak-pihak yang wajib menjaga rahasia kedokteran menurut permenkes
ini adalah 1) dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memiliki akses
terhadap data dan informasi kesehatan 2) pimpinan fasilitas kesehatan 3) tenaga yang
berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan, 4) tenaga lainnya yang memiliki akses
terhadap data dan informasi kesehatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan, 5) badan
hukum/ korporasi dan atau fasilitas pelayann kesehatan, 6) mahsiswa/ siswa yang bertugas
dalam pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan atau menejemen informasi di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Prosedur akses rekam medis bagi petugas yang berwenang berdasarkan regulasi
tersebut di Indonesia sebagaimana telah dijelaskan di atas, berkas rekam medis tidak bisa
dibuka atau ditunjukkan pada pihak-pihak yang tidak berwenang karena akan menyalahi
perundang-undangan.
Dengan demikian hak akses terhadap informasi rekam medis pasien dapat diberikan
kepada :
Pasien dan atau orang yang telah diberikan wewenang oleh pasien untuk mengetahui
informasi rekam medis pasien
Semua petugas yang turut memberikan asuhan pelayanan kepada pasien. Hak akses
informasi ini hanya terbatas pada pasien yang pernah diberikan pelayanan oleh petugas
tersebut
Aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan
sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku
Institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Informasi rekam medis dapat diakses terkait dengan pengurusan administrasi dan
pembiayaan pelayanan kesehatan pasien serta kepentingan teknologi informasi guna
pengembangan menejemen informasi rumah sakit
Pengungkapan informasi kesehatan secara terbatas yaitu :
Untuk kepentingan kesehatan pasien
46
Untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka memenuhi
permintaan pengadilan
Permintaan pasien sendiri
Untuk tenaga kesehatan yang mempunyai akses terhadap rekam medis:
PPA (Profesional Pemberi Asuhan)
Tenaga Kesehatan Lain
Dan staf Non Medis yang telah disumpah untuk menjaga rahasia kedokteran
Demi kerahasiaan informasi di dalam rekam medis pasien maka akses untuk memperoleh
data tersebut juga turut dibatasi hanya kepada pihak yang berwenang atau yang mempunyai
hak akses informasi tersebut. Untuk hak akses ke ruang rekam medis adalah para petugas
kesehatan yang mempunyai kewajiban simpan rahasia kedokteran, pemilik rumah sakit,
direktur, dan petugas yang mempunyai ijin dari direktur Rumah Sakit Umum An-Nisaa’ dan
petugas non medis yang telah disumpah umtuk simpan rahasia kedokteran atau simpan
rahasia medis.
48
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian Logistik
Logistik disini dimaksudkan sebagai segala kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan, pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan yang terkait barang. Yang
dilakukan secara efektif dan efisian untuk mencapai tujuan organisasi
Atas dasar tersebut logistik di instalasi rekam medis pada prinsipnya dapat dibagi
menjadi 4 hal:
Daftar Inventaris di Instalasi Rekam Medis
Alat tulis kantor
Buku tulis
Stapler
Penggaris
Tipe X
Isolasi
Perforator
Formulir cetakan
Barang inventaris
Almari penyimpanan dokumen rekam medis
Almari stok formulir rekam medis
Barang inventaris tidak termasuk dalam persediaan , namun disesuaikan dengan nilai
ekonomi dan anggarannya
Kegiatan operasional adalah pengadaan pencatatan, penyimpanan, pendistribusian,
pemeliharaan dan penghapusan
Tujuannya adalah :
Mampu menyediakan barang sesuai dengan kebutuhan baik terkaut dengan jenis,
spesifikasi,jumlah, waktu, dan tempat
Mampu menyediakan barang (berkas rekam medis, formulir-formulir) yang siap dipakai
Mampu menjaga kondisi barang tetap optimal
Mampu mencegah dan mngambil tindakan antisipasi terhadap berbagai penyimpangan
yang ada barang Inventaris tempat pendaftaran pasien
Alat tulis
Bolpoin
Penggaris
Pensil
Tipe X
Stepler
49
Penghapus pensil
Barang inventaris
Meja computer
2 Personal Computer
Meja admission
Pesawat telepon
HP
HT
B. Persediaan
Persediaan barang yang dibutuhkan untuk kegiatan pelayanan rekam medis diawali
dengan pengadaan kebutuhan barang. Diajukan setiap saat terutama saat persediaan sudah
hampir habis. Persediaan tersebut dapat berupa kebutuhan operasional pelayanan seperti
alat tulis kantor, lembar rekam medis, formulir, kartu pasien, dll.
C. Pencatatan
Pencatatan yang dilakukan adalah semua barang yang diterima dicatat dalam buku barang
masuk/ buku realisasi barang terhadap jenis barang, jumlah barang yang tersedia, jumlah
barang yang dibutuhkan dan jumlah pemakaian barang serta sisa barang yang tidak dapat
digunakan.
D. Pendistribusian
Pendistribusian dilakukan tiap hari di awal kerja, berdasarkan permintaan yang diajukan
dari unit kerja kebutuhan barang.
E. Penyimpanan
Penyimpanan adalah menyimpan barang yang diterima di suatu tempat yang aman tertat
dan mudah untuk diperoleh kembali
F. Pemeliharaan
Pemelihaan dilakukan terhadap barang yang tersimpan ditujuakn untuk tetap dipakai
dengan optimal terhadap barang yang disimpan/ stock
G. Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan menghilangkan terhadap barang yang sudah tidak digunakn
lagi dengan menyisihkan/ mengeluarkan dari tempat penyimpanan untuk selanjutnya
dikirim ke unit pengelolaan barang
50
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Bagian Radiologi berusaha
meminimalkan kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan
radiologi digunakan secara ekstentif dalam pemeriksaan pasien, sehingga kesalahan
radiologi memiliki dampak yang luar biasa terhadap keselamatan pasien.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial
Cedera.
- Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD, adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
- Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC, adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
- Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC, adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
- Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC, adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
- Kejadian Sentinel, adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius.
Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan
insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan
pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran.
B. Tujuan
Tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah:
1. Mengetahui penatalaksanaan, hambatan serta harapan yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Patient Safety.
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit umumnya, khususnya di
bagian radiologi.
3. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
5. Memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
51
Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit diharapkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu
keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Menurut permenkes RI No 269 tentang rekam medis pasal 10 hal yang harus diperhatikan
dalam pengeloaan informasi pasien adalah :
1. Informasi tentang identitas , diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,
tenaga kesehatan tertent, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan
2. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
Kepentingan kesehatan pasien
Memenuhi permintaan aparatur negara penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum
Permintaan atau persetujuan pasien sendiri
Permintaan institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan perundang- undangan
52
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
53
Tidak tersedia alat atau pengaman / pelindung diri
Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya termasuk kebakaran
54
3 Pengolahan data / a. kelelahan mata a. penempatan
pelaporan b. tensio neck komputer yang tepat
c. carpal tunnel b. istirahat selingan
syndrome sambil
d. tringger finger menggerakkan leher
e. low back pain c. posisi jari sejajar
keyboard
d. posisi siku setinggi
meja / keyboard
e. penyediaan kursi
ergonomis atau
dapat diatur
D. Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah gangguan kesehtan dan
kecelakaan kerja
Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas di ruang penyimpanan
Harus dicegah jangan sampai terjadi seorang petugas terjatuh ketika mengerjakan
penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letakknya diatas harus tersedia tangga anti
slip
Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rak rak
penyimpanan
Penerapan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan penglihatan petugas
Perlu pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegaha debu dan pencegahan dari
masuknya binatang pengerat, rayap
Pencegahan terhadap bahaya kebakaran
55
56
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
57
Definisi Operasional : Rekam medis yang lengkap, adalah rekam medis
yang telah diisi lengkap dalam waktu ≤24 jam
setelah pasien selesai dari pelayanan rawat jalan
maupun pasien rawat inap diputuskan untuk
pulang, yang meliputi identitas pasien, anamnesa,
rencana asuhan, pelaksanan asuhan, tindak lanjut
dan resume
Numerator :
Jumlah rekam medis yang diisi lengkap dalam
periode waktu
Denumerator :
Jumlah rekam medis dalam periode waktu
Standar :
100%
Rekam medis merupakan bukti dokumentasi semua upaya pelayanan di rumah sakit.
Kelengkapan rekam medis menitik beratkan pada 4 kriteria :
Kelengkapan data sosial pasien (demografi), meliputi informasi tentang :
Nama lengkap yang merupakan nama pasien sendiri
Tanggal lahir
Nomor rekam medis pasien
Alamat lengkap
Orang yang dapat dihubungi
Tanda tangan persetujuan
Kelengkapan bukti rekaman yang ada, yang dapat dipertanggung jawabkan secara
lengkap yaitu adanya :
Data / informasi kunjungan yang memuat alasan
Keluhan pasien
Riwayat pemeriksaan
Data tambahan (lab, usg, ekg, dll)
Diagnosis / kondisi
Rujukan (jika ada)
Keabsahan rekaman, dikatakan memiliki keabsahan jika tenaga kesehatan yang
memeriksa pasien atau surat persetujuan diberikan pasien / wali dalam rekam medis
diakhiri dengan membubuhkan / mengabsahkan tanda tangan
Tata cara mencatat adalah aturan rekaman yang harus ditaati dan berdasarkan atas 4 hal,
yaitu:
Pemberian tanggal
Keterangan waktu
Baris tetap
Koreksi
58
C. Analisa Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam Medis
Penilaian mutu dokumen rekam medis salah satunya dapat dilakukan melalui analisa
kuantitatif. Ketidaklengkapan pengisian dokumen rekam medis sering terjadi pada
pengisian nama dan nomor rekam medis. Dengan tidak adanya nama dan nomor rekam
medis akan menyulitkan petugas rekam medis dalam menggabungkan dokumen rekam
medis dengan dokumen rekam medis yang lain jika tercecer atau terlepas dari mapnya.
Mutu dalam pengisian dokumen rekam medis memang menjadi tanggung jawab para
tenaga kesehatan. Hal ini dijelaskan dalam UU Praktik Kedokteran No.29 tahun 2004 pasal
46 ayat (1) :”setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek wajib membuat
rekam medis”. Selanjtunya dalam ayat (2) disebutkan bahwa “Rekam medis sebagaimana
dimaksud ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan
kesehatan”. Dalam ayat (3) disebutkan bahwa, “setiap pencatatan rekam medis harus
dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau
tindakan”.
Analisa kuantitatif adalah telaah atau review bagian tertentu dari isi rekam medis
dengan maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan dengan
pendokumentasian (pencatatan) rekam medis. Dalam pelaksanaan review dokumen
rekam medis dilakukan oleh tenaga yang tahu tentang : 1. Jenis formulir yang
digunakan 2. Jenis formulir yang harus ada 3. Orang yang berhak mengisi formulir 4.
Orang yang harus melegalisasi penulisan
Waktu pelaksanaan analisis kuantitatif :
I. Concurrent Analisys yaitu analisis dilakukan bersamaa saat pelayanan pasien terkait
sedang berjalan atau pasien masih dirawat. Cara ini memudahkan koreksi dan akan
mengurangi salah tafsir dikemudian hari. Keuntungan yang lain yaitu terjaganya
kualitas kelengkapan data/informasi klinis dan pengesahannya (adanya nama
lengkap, waktu pemberian pelayanan dan lainya) dalam rekam medis
II. Retrospective Analysis yaitu analisis dilakukan pada saat perawatan kepada pasien
telah selesai dilaksanakn yang memungkinkan telaah secara menyeluruh walaupun
hal ini memperlambat proses melengkapi yang kurang.
Telaah rekam medis secara kuantitatif dilaksanakan dengan mengevaluasi kelengkapan
berbagai jenis formulir dan data/informasi (manual kertas maupun elektronik) seperti pada:
a) Semua laporan yang dianggap penting, bentuk entry data atau tampilan layar (pada
ERM)
b) Semua laporan dan bentuk entry data atau tampilan layar, termasuk keakuratan
informasi identitas pasien (nama lengkap, nomor rekam medis pasien, jenis kelamin,
dokter yang merawat dan lainnya)
c) Semua jenis perijinan yang diperlukan pasien, ragam otoritas atau pengesahan yang
telah ditandatangani pasien atau wali pasien yang berwenang
59
d) Semua jenis tes diagnostik yang diinstruksikan oleh dokter dan laporan konsultasi
e) Pelaksanaan semua konsultasi medis yang diinstruksikan oleh dokter dan laporan
konsultasi
f) Semua masukan dan laporan harus diberi tanggal sesuai dengan kebijakan sarana
pelanan kesehatan
g) Riwayat dan laporan pemeriksaan fisik terisi dengan lengkap, termasuk
pendokumentasian diagnosis saat mendaftar
h) Ringkasan riwayat pulang (resume) tercatat dengan lengkap
i) Untuk pasien bedah, selain kelengkapan data di atas juga ditelaah kelengkapan: semua
anastesi saat pra dan pasca operasi. Semua laporan operasi, laporan patologi dan
catatan perkembangan pasca operasi. Semua laporan ruang pemulihan ( recovery
room)
j) Untuk pasien yang meninggal saat dirawat dan diautopsi harus memiliki laporan awal
dan akhir autopsi.
60
lompatan yang seharusnya diberi garis untuk mencegah penambahan, kemudian pada
perbaikan kesalahan merupakan aspek yang sangat penting dalam pendokumentasian.
Singkatan tidak diperbolehkan. Bila ada salah pencatatan maka bagian yang salah
digaris dan catatan tersebut masih terbaca, kemudian diberi keterangan disampingnya
bahwa catatan tersebut salah menulis rekam medis pasien lain.
61
- Masukan konsisten
- Adanya hubungan antara data dalam rekam medis dengan informasi tentang kondisi
pasien
- Alasan pelayanan
Setiap pelayanan yang diberikan harus jelas alasan yang mendasarinya.
1. informed consent, diberikan bila ada tindakan medis khusus yang memerlukan
alternatif lain dan jelaskan secara tertulis. Alternatif yang diambil ditandatangani
pasien atau keluarga.
2. telaah rekaman, dilakukan untuk menjamin bahwa rekaman yang dihasilkan
mempunyai kondisi yang baik, meliputi :
mutakhir
Informasi dalam rekam medis dicatat segera, tidak ditunda hingga ke hari
berikutnya. Bila ada korespondensi medis untuk pihak luar dikerjakan dalam
waktu kurang dari 7 hari
Tulisan terbaca
Dapat terbacanya masukan informasi berupa abjad dan angka yang ditulis dalam
rekam medis
Singkatan baku
Penggunaan peristilahan medis yang sudah disepakati dalam dunia kesehatan dan
atau sarana pelayanan kesehatan
Menghindari sindiran
Tulisan medis dalam rekam medis tidak saling menjatuhkan sesama rekanan
Pengisian tidak senjang
Pencatatan dilakkan setiap pasien ke klinik tanpa adanya kekosongan meski dalam
keadaan darurat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
Tinta
Rekam medis hanya menggunakan tinta warna hitam dan biru dalam penulisan.
Khusus untuk suhu, nadi, pernafasan (grafik) boleh menggunakan warna merah
atau hijau.
Catatan jelas
Kelengkapan informasi rekam medis berdasarkan urutan kronologis sesuai
tahapan kunjungan dan pemberian pelayanan kesehatan, sehingga informasi medis
jelas dan mudah dipahami
Informasi ganti rugi
Sebagai informasi penanggung biaya perawatan pasien
62
c. Menemukan kekurangan yang terjadi pada asuhan pasien yang dapat mengakibatkan
adanya tuntutan ganti rugi
d. Menemukan isi rekam medis yang ditulis ualang atau diubah
Implementasi analisis
Implementasi analisis pada saat pelayanan sedang berjalan perlu dievaluasi karena
menyangkut cost & benefit, oleh karena itu memerlukan personil dan material serta tempat
kerja. Dengan dilakukan analisis kualitatif ini maka akan menghasilkan peningkatan
presentase kelengkapan rekam medis, sehingga akan meningkatkan kualitas informasi ke
penanggung biaya yang juga akan meningkatkan income.
63
BAB IX
ASPEK ETIK DAN HUKUM MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN
(REKAM MEDIS)
65
Pendokumentasian
Praktik pendokumentasian yang tidak dapat diterima adalah pencatatan mundur dan
pengubahan catatan disesuaikan dengan hasil layanan yang terjadi. Adalah tanggung
jawab profesi MIK dalam bekerja dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
memastikan bahwa pendokumentasian catatan pasien dilaksanakan dengan jujur,
akurat dan tepat waktu
Pengkodean
Pengkodean dilakukan hampir secara eksklusif untuk studi klinis kedepan dan proses
kendali mutu. Dan muali digunakan untuk tujuan penggantian pembayaran, maka
timbul dorongan terjadinya fraud dan abuse seperti dengan cara mengkode agar
jumlah penggantian menjadi lebih besar, atau untuk tujuan menghindari konflik
Pengungkapan informasi kesehatan
Dalam kaitan dengan pengungkapan informasi terdapat 3 masalah etik :
Pelanggaran prinsip kebutuhan untuk mengetahui (need to know principle)
Penyalahgunaan surat persetujuan atau otorisasi yang tidak tertentu (blanked
authorization)
Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai akibat dari prosedur pengungkapan
sekunder (secondary release)
Secara trasional standar pengungkapan informasi adalah kebutuhan untuk
mengetahui. Apabila perusahaan asuransi menerima permintaan bayar dari seseorang
pasien bagi operasi yang telah dijalaninya, maka surat permintaan informasi dikirim
ke saran kesehatan terkait dan profesional MIK memeriksa legitimasinya secara
seksama dengan :
Membandingkan tanda tangan pasien secara seksama pada surat tersebut sengan
tanda tangan yang telah diperolehnya pada saat perawatan
Meneliti tanggalnya untuk memastikan bahwa surat permintaan bertanggal
sesudah perawatan, sehingga dapat dipastikan bahwa pasien menyadari atas
informasi apa yang diotorisasikannya untuk diungkapkan
Meneliti kebenaran bahwa perusahan asuransi tersebut adalah perusahaan sesuai
dengan polis asuransi yang dimiliki oleh pasien
Meneliti tentang informasi apakah yang diminta dan apakah peminta memang
berwenang meminta informasi tersebut
Profesional rekam medis / MIK kemudianmelihat dokumentas dan memberikan
informasi yang diminta sebagai contoh, informasi tentang : tanggal masuk dan
keluar perawatan , diagnosis “cholesystitis” dan cholelitiasis, tindakan bedah
“cholecystectomy” diserahkan kepada perusahaan asuransi agar tagihan dapat
dibayar
Penyalahgunaan otorisasi yang tidak tertentu (blanket authorizator)
66
Pasien kadangkala menandatangani otorisasi yangtidak berlaku tanpa memahami
implikasi. Peminta informasi kemudian dapat menggunakan untuk bertahun-tahun.
Masalah pada kasus demikian adalah bahwa pasien tidak dapay mengantisipasi
penggunaan otorisasi tersebut dikemudian hari
Pelepasan informasi kepada pihak lain
Masalah ini muncul semakin sering sejak era komputerisasi informasi kesehatan.
Suatu permintaan yang sah dapat diproses untuk pembayaran tagihan asuransi, tetapi
mungkin tidak menjamin keamanan di kemudian hari. Peminta dapat meneruskan
informasikepada pihak lain tanpa otorisasi pasien lagi
70
dilakukan, sehingga baik atau buruknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh suatu
instansi pelayanan kesehatan dapat tercermin di dalamnya.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh petugas pelayanan kesehatan yang
terlibat didalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien yaitu:
Tidak dibenarkan membawa rekam medis keluar dari instansi pelayanan kesehatan,
kecuali atas izin pimpinan serta dengan sepengetahuan kepala unit rekam medis yang
peraturannya telah digariskan oleh rumah sait
Petugas unit rekam medis bertanggung jawab penuh terhadap kelengkapan berkas
rekam medis yang sewaktu-waktu dapat dibutuhkan oleh pasien
Petugas rekam medis harus menhaga agar rekam medis tersebut disimpan dan ditata
dengan baik sehingga terlindungi dari kemungkinan pencurian berkas atau
pembocoran isi rekam medis
Petugas rekam medis harus mengerti dan memahami bagaimana prosedur
penyelesaian serta pengisian rekam medis yang dilaksanakan oleh para pemberi
pelayanan kesehatan. Serta tata cara pengelolaan rekam medis, sehingga rekam medis
dapat diberikan perlindungan hukum bagi rumah sakit, petugas pelayanan kesehatan
maupun pasien
Dalam hal ini boleh atau tidaknya pasienmengerti akan isi rekam medis tergantung
pada kesanggupan pasien itu sendiri untuk mengetahui informasi mengenai penyakitnya
yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya. Hal ini tidak berarti pasien diperkenankan
untum membawa rekam medisnya pulang. Jika pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain,
maka rumah sakit sebelumnya hanya mengeluarkan resume akhir pasien yan dibuat oleh
dokter yang merawat untuk diteruskan kepada dokter/ rumah sakit rujukan yang dianggap
akan lebih membantu proses penyembuhan pasien. Apabila dokter/ rumah sait rujukan
menghendaki informasi mengenai penyakit pasien yang lebih terperinci maka pihat rumah
sakit diperkenankan untuk memfotocopy dan melegalisir halaman-halaman yang diperlukan
dan diteruskan kepada dokter/rumah sakit rujukan tersebut.
Dan perlu diingat bahwa rumah sakit senantiasa wajib memegang rekam medis asli,
kecuali resep dokter. Dengan adanya kepentingan dari pihak kepentingan dari pihak ketiga
seperti badan-badan asuransi, polisi, pengadilan dan lainsebagainya terhadap si dari berkas
rekam medis seorang pasien, makan tampak jelas bahwa rekam medis telah menjadi milik
umum. Namun pengertian umum disini bukanlah dalam arti bebas dibaca oleh masyarakat,
karena untuk kepentingan yang berdasarkan otoritas pemerintah/badan yang berwenang
secara hukum serta dapat dipertanggungjawabkan.
Jika belum terdapat peraturan khusus, maka pengumuman ataupun penerusan infomasi
kepada pasien, dokter, orang lain yang ditunjuk bersifat administratif, rumah sakit harus
memperhatikan berbagai kemungkinan faktor sebelum menjawab permohonan pasien atau
pihak lain yang berkepentigan untuk melihat rekam medis.
71
Dalam hal ini rumah sakit bertanggung jawab secara moral dan hukum dan berupaya
agar informasi rekam medis seorang pasien tidak jatuh kepada orang yang tidak berwenang.
Sistem pengamanan terhadap informasi medis seorang pasien harus dimulai sejak pasien
masuk, selama dirawat dan sesudah pasien pulang.
G. Kerahasiaan Rekam Medis
Secara umum informasi rekam medis bersifat rahasia. Tetai jika dianalisa, konsep
kerahasiaan ini maka akan banyak ditemui pengecualian. Dan yang terjadi masalah disini
ialah: Bagi siapa rekam medis itu dirahasiakan, dan dalam keadaan bagaimana rekam
medis dirahasiakan. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini
menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari
pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundang-perundangan
yang berlaku.
Pada dasarnya terdapat dua kategori informasi yang bersumber dari rekam medis:
Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan
Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam rekam medis sebagai hasil
pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. Informasi ini
tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang karena
menyangkut informasi pribadi individu si pasien.
Pemberitahuan/ informasi mengenai kondisi kesehatan/ penyakit yang di derita
pasien serta resiko atau kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari pasien
menjadi tanggung jawab dokter yang merawat pasien tersebut
Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal indentitas (nama,alamat, dan lain-lain)
serta informasi lain yang tidak mengandung nilai medis. Biasanya informasi ini
terdapat dalam lembaran paling depan rekam medis rawat jalan maupun rawat inap.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa diagnosa akhir pasien mengandung nilai medis
maka lembaran tersebut tetap tidak boleh disebarluaskan kepada pihak lain yang
tidak berwenang. Walau demikian perlu diingatkan kepada para petugas medis
maupun non medis di rumah sakit, harus berhati-hati karena ada kalanya identitas
pasienpun dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan, misal pasien tersebut
adalah seorang tanggungan polisi (buronan). Hal ini dilakukan demi ketenangan si
pasien dan demi tertibnya keamanan di rumah sakit dari pihak-pihak yang tidak
berwenang.
Oleh karena itu dimanapun petugas kesehatan itu bertugas tetap harus memiliki
kewaspadaan yang tinggi agar terhindar dari kemungkinan tuntutan ke pengadilan.
Sumber hukum yang dapat dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu informasi
medis yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada pasal 48 UU RI No.29
tentang Praktik Kedokteran yaitu mengenai “Rahasia Kedokteran” pada ayat (1) bahwa
72
“setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran”. Sedangkan pada ayat (2) menyatakan bahwa”rahasia kedokteran
dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau
berdasarkan ketentuan perundang-undangan”.
Dengan adanya undang-undang yang mengatur mengenai hal tersebut maka siapapun
yang bekerja di rumah sakit, khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan rekam
medis wajib memperhatikan ketentuan tersebut.
Meskipun kita ketahui bahwa pada dasarnya pasien dapat mengetahui tentang
keadaan sakitnya melalui dokter, dan pasien berkewajiban untuk memberikan izin/kuasa
kepada pihak ke tiga yang ingin mengetahui keadaan sakitnya, kecuali berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun satu hal yang harus dilakukan
petugas rekam medis dalam menjalankan tugasnya terhadap pembukaan informasi medis
pasien yaitu melaksanakan dengan teliti dan hati-hati.
Ketelitian dan sifat hati-hati ini membuat petugas rekam medis untuk memperhatikan:
Memastikan secara pasti informasi apa yang sekiranya dapat memnuhi kebutuhan si-
penanya dan hanya informasi tersebut yang hanya diberikan/ dikirimkan
Bila ada pertanyaan tentang kebenaran atau syah tidaknya tanda tangan pada surat
kuasa pasien di surat izin, lakukan pengecekan dan pencocokan dengan tanda tangan
lain pada saat pasien dirawat dan surat izin lalinnya yang ada dalam rekam medis
Bila tidak ada tanda tangan sebagai pembandingan dan ada keraguan tentang syah
tidaknya tanda tangan itu, maka orang itu harus mengesahkan tanda tanganya
dinotariskan dahulu. Demikian pula terjadi perubahan bila tanda tangan dari masa
gadis kemasa nikah (nona menjadi nyonya)
Resume medis akhirnya pasien cukup digunakan sebagai penjelas informasi yang
diinginkan, kecuali apabila telah ditentukan lebih dari pada itu (misal seluruh berkas).
73
berada dibawah pengampunan (under curatele) persetujuan atau penolakan tindakan
medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu kandung,
anak-anak kandung atau saudara-saudara kandung
Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak perlu
persetujuan. Namun, setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan,
segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan. Dalam hal pasien adalah anak-anak
atau orang yang tidak sadar, maka penjelasan diberikan kepada keluarganya atau yang
mengantar. Apabila tidak ada yang mengantar dan tidak ada keluarganya sedangkan
tindakan medis harus dilakukan maka penjelasan diberikan kepada anak yang
bersangkutan atau pada kesempatan pertama pasien sudah sadar.
Demi menjaga kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul maka sebaiknya
rumah sakit melakukan dua kali pengambilan persetujuan, yaitu:
Disaat pasien akan dirawat
Penanda tanganan dilakukan setelah pasien mendapat penjelasan dari petugas
penerimaan pasien di tempat pendaftaran. Penandatanganan persetujuan disini adalah
untuk pemberian persetujuan dalam pelaksanaan prosedur dan tata tertib rawat inap,
diagnostik, pelayanan rutin rumah sakit dan pengobatan medis umum.
Persetujuan khusus (informed consent)
Penandatanganan informed consent dilakuakn seorang pasien dinyatakan harus
mendapatkan suatu tindakan medis pembedahan. Dokter yang menangani pasien
tersebut harus menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan secara jelas. Dalam hal ini,
dokter jangan sekali-kali memberiakn garansi kesembuhan kepada pasien, tetapi
diskusikan dan jelaskan keuntungan yang diharapkan serta resiko atau kemungkinan
yang akan terjadi apabila pasien melaksanakan tindakan tersebut, sehingga pasien
dapat berfikir dan menetapkan keputusan.
Apabila penyakit yang diderita pasien mempengaruhi fungsi seksual atau
reproduksi atau tindakan yang dapat mengakibatkan kematian janin dalam kendungan,
maka dokter dapat meminta persetujuan kepada suami/istri pasien. Keputusan ini
diambil sebagai upaya hubungan kemanusiaan dan tidak untuk mengobati pasien.
Dalam kenyataanya dilapangan rumah sakit sering menghadapi masalah dalam
persetujuan mengenai penanda tanganan informed consent ini, permasalahan yang
muncul seperti untuk kasus otopsi dan adopsi. Pada dasarnya otorisasi dan otopsi,
adopsi adalah sama seperti untuk operasi/pembedahan.
74
BAB X
PENUTUP
75
medis/ MIK, pihak menejemen Rumah Sakit Umum An-Nisaa’ dan tenaga kesehatan lainya.
Masukan positif demi penyempurnaan pedoman ini di masa mendatang sangat diharapkan.
Ditetapkan : di Blitar
Tanggal : 01 Agustus 2019
Lampiran
1. Istilah Umum
APS Atas Permintaan Sendiri
76
BAB Buang Air Besar
BB Berat Badan
BU Bising Usus
Cap Capsul
DC Dower Catheter
Dx Diagnosis
Ext Extremitas
Fr Fracture
Gr Gram
HR Hate rate
Hub Hubungi
Inf Infus
Inj Injeksi
IVFD Infus
Kg Kilo gram
KU Keadaan Umum
Mnt Menit
N Nadi
O2 Oksigen
Obs Observasi
Op Operasi
77
OS Orang Sakit
PB Pasien Baru
PF Pemeriksaan Fisik
Rh Rhonchi
RR Respiratory Rate
S Suhu
St Status
Supp Suppositoris
Susp Suspect
Tab Tablet
TB Tinggi Badan
TD Tekanan Darah
Th Therapy
Whe Wheezing
2. Unit / Bagian
Fisio Fisioterapi
FO Front Office
HD Hemodialisa
IF Instalasi Farmasi
78
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
IT Information Technologi
Lab Laboratorium
MR Medical Record
OK Operatie Kamer
RS Rumah Sakit
RT Rumah Tangga
3. Sistem Cardiovascular
HT Hypertension I10
79
LDL Low Density Lipoprotein E78.6
RBBB Right Bundle Branch Block (L for left, R for Right) I45.1
4. Sistem Respiratory
BP Bronchopneumoniea J18.0
5. Penyakit Dalam
BP Bronchopneumoniea J18.0
GE Gastroenteritis A09.0
80
HCV Hepatitis C Virus B18.2
TB Tuberculosis A16
6. Sistem Endrokrin
T3 Triiodothyronine
T4 Thyroxine
8. Sistem Reproduksi
AB Abortion O02
81
CPD Cephalopelvic Disproportion O33.9
9. Sistem Syaraf
OD Right Eye
OS Left Eye
Cardiopulmonary Jantung
CPR Resuscitation
82
ECHO Echocardiogram Jantung
IV Intravenous Jantung
O2 Oxigen Paru-paru
83
AGD Analisa Gas Darah
AU Asam Urat
basos Basophils
BILL Bilirubin
BJ Berat Jenis
BT Blooding Time
Ca Calcium
Chol Cholesterol
CK Creatine Kinase
Cl Clorida
Cr Creatin
CT Clooting Time
diff Differential
Erit Eritosit
Fe Ferum
Hb Hemoglobin
84
HCT Hematocrit
HT Hematokrit
Ig Immunoglobulin
K Kalium
Leko Leukosit
Lymphs Lymphocytes
Mg Magnesium
Monos Monocytes
Na Natrium
P Phospor
PA Patologi Anatomi
PT Protrombin Time
85
2. QOD, qod, Q.O.D , Setiap Disalah artikan Secara
q.o.d keesokan sebagai frekuensi internasional
hari penggunaan obat berarti setiap
untuk 4x sehari atau 48 jam
5x sehari sedangkan di
Indonesia
setiap 4x
sehari atau
5x sehari
(guart, quint).
3. U atau u Unit (s) Terbaca sebagai nol “Unit”
(0) atau empat (4) jika dilarang
digunakan untuk 10 disingkat dan
atau yanglebih besar harus ditulis
(4U terbaca “40” atau lengkap
4u terbaca sebagai “unit”
“44”)
4. cc Cubic Disalah artikan dengan Sebaiknya
centimeter u (unit) jika ditulis gunakan ml
tidak jelas
5. Angka nol setelah 1.0 mg Salah baca menjadi 10 Untuk
titik desimal mg jika tanda titik desimal
tidak terbaca jangan
gunakan
angka 0
6. MgsSO4, MS Morphine, Dapat berarti “Morfin Morphine,
Megnesium sulfat” atau Megnesium
Sulfate magnesium sulfat” Sulfate
86