Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN INTERNAL

PANDUAN TRIASE

UPT PUSKESMAS PANGGUNGREJO


KABUPATEN BLITAR
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

“Pedoman Panduan Tatalaksana Triase di UPT Puskesmas Panggungrejo”

Telah menyelesaikan laporan Pedoman Panduan Tatalaksana Triase sebagai pedoman


dan tata laksana pelayanan seluruhnya tercantum dalam pedoman ini

Panggungrejo, 22 Juli 2022


Penanggung Jawab UKP Pelaksana

…………………dengan gelar ……………………dengan gelar


NIP. ………………………. NIP. ……………………

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Panggungrejo

drg. YOSUA NUGROHO


NIP. 198606152015021002

ii
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR
DINAS KESEHATAN
Jln. Semeru No. 50 Blitar Telp. (0342) 801834 Fax. 808737
email : dinkes@blitarkab.go.id / website : dinkes.blitarkab.go.id

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN


NOMOR : T/188.3/ /409.11.18/KPTS/2022
TENTANG
PANDUAN TRIASE
TAHUN 2022

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatkan mutu dan kinerja,


UPT Puskesmas Panggungrejo dituntut untuk
memberi pelayanan Kesehatan yang bermutu
khususnya upaya kesehatan perorangan atau UKP;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, maka perlu
ditetapkan dengan keputusan kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Blitar tentang Panduan Triase;
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/1936/2022 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Hk.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN


BLITAR TENTANG PANDUAN TRIASE DI UPT PUSKESMAS
PANGGUNGREJO TAHUN 2022
Kesatu : Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera
(emergensi) harus diidentifikasi melalui proses triase.
Kedua : Proses triase sebagaimana dimaksud pada dictum kesatu
harus dilakukan sesuai dengan panduan triase.
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan
perhitungan kembali sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Blitar
pada tanggal …………………….
a.n. KEPALA DINAS KESEHATAN
SEKRETARIS
u.b.
KEPALA UPT PUSKESMAS
PANGGUNGREJO,

YOSUA NUGROHO
Penata / III c
NIP. 198606152015021002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Pedoman
Panduan Tatalaksana Triase dengan baik.
Pedoman ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan pedoman ini. Untuk itu kami
sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan pedoman ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki pedoman ini.
Akhir kata kami berharap semoga Pedoman Panduan Tatalaksana Triase ini dapat
bermanfaat bagi petugas dalam penyelenggaraan upaya Kesehatan Perseorangan di
UPT Puskesmas Panggungrejo

Hormat Kami,

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................ii
SK PEMBERLAKUAN.......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan Pedoman.....................................................................................................1
C. Ruang Lingkup Pelayanan......................................................................................1
D. Batasan Operasional...............................................................................................1
E. Landasan Hukum.....................................................................................................1
BAB II STANDART KETENAGAAN..................................................................................2
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia...........................................................................2
B. Distribusi Ketenagaan.............................................................................................2
C. Jadwal Kegiatan......................................................................................................2
BAB III STANDAR FASILITAS..........................................................................................3
A. Denah Ruang...........................................................................................................3
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN............................................................................4
BAB V LOGISTIK...............................................................................................................5
BAB VI KESELAMATAN SASARAN.................................................................................6
BAB VII KESELAMATAN KERJA......................................................................................7
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU....................................................................................8
BAB IX PENUTUP.............................................................................................................9

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Triase merupakan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganannya. Triase merupakan usaha pemilahan korban sebelum
ditangani berdasarkan tingkat kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada. Triase
adalah suatu sistem pembagian/ klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/ kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam
triase, perawat dan dokter di puskesmas mempunyai batasan waktu (respon time)
untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi yaitu < 5 menit.
B. Tujuan Pedoman
Triase memiliki tujuan sebagai pedoman bagi dokter dan perawat
puskesmas untuk mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani pasien
berdasarkan tingkat kegawat daruratan, trauma, atau penyakit dengan
mempertimbangkan penanganan dan sumber daya yang ada.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Triase diberlakukan sistem prioritas, penentuan/ penyeleksian mana yang
harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
a) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
b) Dapat mati dalam hitungan jam
c) Trauma ringan
d) Sudah meninggal

Pada umumnya penilaian pasien dalam triase di Puskesmas Ranugedang


dapat dilakukan dengan :

a) Menilai tanda vital dan kondisi umum korban


b) Menilai kebutuhan medis
c) Menilai kemungkinan bertahan hidup
d) Menilai bantuan yang memungkinkan
e) Memprioritaskan penanganan definitive
f) Tag warna

D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat

1
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu
dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat )
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah

2
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan
nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water
and electrolit )
7. Dan lain-lain.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia


dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan

sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)


dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian

3
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/1936/2022 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor Hk.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

4
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


Formal
1 Penanggung jawab Pelayanan SKp / SKM / Bersertifikat
Keperawatan IGD Setingkat BLS/BTCLS/PPGD
2 Ka Ru IGD D III Keperawatan Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD
3 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

4 Perawat Pelaksana IGD D III Keperawatan Bersertifikat


BLS/BTCLS/PPGD
5 Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

6 TPK SMU -

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
a) Untuk Dinas Pagi :
Sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori : 1 orang Ka Ru + 1 orang Pelaksana
b) Untuk Dinas Sore :
Sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori : 1 orang Penanggung Jawab Shift + 1 orang Pelaksana
c) Untuk Dinas Sore :
Sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori : 1 orang Penanggung Jawab Shift + 1 orang Pelaksana

C. Jadwal Kegiatan

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

AREA CUCI KAMAR


TANGAN MANDI

NURSE STATION

LEMARI
OBAT
TRIASE

TROLLEY LEMARI
EMERGENCYLINEN
EKG
RSI
KU

NG
GU
TU

BED I BED II BED III

TROLLEY
TINDAKAN

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD Puskesmas Panggungrejo, perawat
memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian
serta pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab pasien. Perawat
dan dokter bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat.
Tanpa memikirkan dimana pasien pertamakali ditempatkan setelah triase, setiap pasien
tersebut harus dikaji ulang oleh perawat sedikitnya setiap 30 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam
rekam medis. Informasi baru akan mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di
area pengobatan.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien
mengalami gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani
dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder
dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian
dilengkapi dengan data subyektif yang berasal langsung dari pasien.

Kategori kegawatan pasien berdasarkan skala triase :


1. Segera - Immediate
2. Tunda - Delayed
3. Minimal
4. Expectant

7
Segera - Immediate
Pasien mengalami cedera mengancam kiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
Tunda - Delayed
Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera.
Minimal
Pasien mendapat c edera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan.

Expectant
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal
meskipun mendapat pertolongan.

Alur Proses Triase


a. Pasien datang diterima petugas UGD
b. Penilaian kondisi dan dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat
dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh
perawat dan mencatat waktu dating pasien.
c. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan UGD, maka
triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan UGD)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan
prioritas pelayanan dengan urutan warna merah, kuning, hijau dan
hitam
e. Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di
ruang Tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih
lanjut pasien dapat dirujuk ke rumah sakit setelah dilakukan stabilisasi.
f. Pasien kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran
setelah pasien kategori triage merah selesai ditangani.
g. Pasien kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.
h. Pasien kategori triage hitam jika sudah dinyatakan meninggal
dikembalikan keluarga.

8
BAB V
LOGISTIK

Standar Obat IGD


1. Obat Emergensi
No Jumlah
Nama Obat Satuan Jenis Obat

1. 6
Adona AC 10 ml Ampul Haemostatic

2. 2
Alupent Ampul Anti asthmatic dan COPD
preparations

3. 14
Aminophilin Ampul Anti asmatic dan COPD
preparations

4 125
Atropin sulfat Ampul Anti spasmodics

5. 14
Buscopan Ampul Anti spasmodics

6 3
Catapres Ampul Other Anti hypertensives

7 5
Cedation Ampul Anti emetics

8 6
Cortidex Ampul Corticosteroid Hormones

9 5
Diazepam Ampul Minor Transquillizer

10 5
Dicynone Ampul Haemostatics

11
Dormicum Asmpul Hypnotics dan sedatives

12 2
Ephinephrin Ampul Asnastetic lokal & general

13 16
Lasik Ampul Diuretics

14 94
Lidocain Ampul Anastetic lokal

15 5
Metro clopramide Ampul Anti emetik

16 2
Nicholin 250 mg Ampul Neuroprotector

17 2
Nicholin 100 mg Ampul Neoroprotector

9
18 5
Naotropil 1 gr Ampul Neuroprotector

19 5
Novalgin Ampul Analgetik

20 4
Orodexon Ampul Anti inflamasi

21 2
Phenobarbital Ampul Sedatif

22 2
Pethidine Ampul Sedatif

23 8
Pulmicortn Naspv Ampul Broncodilator

24 5
Ranitidine Ampul Antacida

25 5
Remopain Ampul Analgetik

26 2
Renatoc Ampul Antacida

27 1
Toradol 50 mg Ampul Analgetik

28 5
Panadol Ampul Analgetik

29 7
Transamin Ampul Haemostatics

30 14
Valium Ampul Sedatif

31 2
Vit k Ampul Anti perdarahan

32 1
Tramal 100 mg Ampul Analgetik

33 10
ATS 1500 u Ampul Anti tetanus

34 3
Vaksin Engerik B-In- Tube Vaksinasi hepatitis
1

35 2
Vaccin Engerik o,5 Tube Vaksinasi hepatitis
ml

36 6
Kallium clorida Flacon Elektrolit

37 9
Meylon 25 ml Flacon

38 1
Meylon 100 ml Flacon

10
No Nama Obat Satua Jumla Jenis Obat
n h
1. Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/
Betabloker
2. Adalat 10 mg Tablet 10 Anti hypertensi /
Betabloker
3. Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal
4. Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida

2. Cairan Infus
No Nama Obat Satua Jumla Jenis Obat
n h
1. Asering 4
Kolf

2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2


3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
4 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2
6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf 3
7. Kaen 3 B Kolf 1
8. Kaen 3 A Kolf 1
9. Larutan 2 A Kolf 7
10. Manitol 250 cc Kolf 2
11. Nacl 0,9 % 250 ml Kolf 1
12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
13. Nacl 3 % Kolf 1
14. Ringer Dextrose Kolf 6
15 Ringer Lactat Kolf 13
16. Ringer Solution Kolf 2
17. Dex 40 % 25 ml Flalon 6

3. Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumlah
Jenis Obat

1. Amicain Supp Supp 2 Anti emetik

11
2. Primperan sup Child Supp 3 Anti emetik
3. Primperan Sup Adult Supp 1 Anti emetik
4. Paracetamol Sup Supp 1 Anti piretik,
Analgetik
5. Propyretic 160 mg Supp 1 Anti piretik,
Analgetik
6. Proris Sup Supp 6 Anti piretik ,
Analgetik
7. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif
8. Stesolid 10 mg rect Tube 7 Sedatif

4. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No Nama Obat Satua Jumla Jenis Obat
n h
1. Cedantron Ampul 5 Antiemetik
2. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Ampul 5 Antasida
4. Lanoxin Ampul 2 Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin
6. Papaverin Ampul 12 Anti spasmudics
7. Sotatik Ampul 8 Anti emetik
8 Cortison Asetat Flacon 4 Anti inflamasi
9. Kanamycin 1 gr Flacon 10 Antibiotik
10. Procain Penicillin Flacon 2 Antibiotik

b. Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
h
1. Aspilet 7 Anti coagulans, anti
Tablet
trombotics
2. Inderal Tablet 5 Beta –Blockers
3. Inopamil Tablet 5
4. Isorbid Tablet 2 Cardiac drugs
5. Merislon Tablet 2 Anti vertigo
6. Propanolol Tablet 3 Beta Blockers
7. Strocain Tablet 5 Antacid&

12
Antiulcerant
8. Norit Tablet 15
9. Ponstan Tablet 2 Analgetic&
Antipiretic

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Farmasi. Kebutuhan obat, alat medis dan bahan
habis pakai dihitung tiap dua minggu berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis pakai dua minggu yang
lalu dengan cadangan 10 %, diajukan kepada Panitia pengadaan obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat
dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari direktur. Distribusi obat, alat
medis dan bahan habis pakai dari Instalasi Farmasi dilakukan tiap tiga hari sekali pada hari Senin dan hari Kamis
berdasarkan permintaan dari IGD. Pendistribusian obat dilaksanakan tidak lebih dari 3 jam sesudah order diterima
oleh Farmasi

13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN

Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TUJUAN
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

D. KLASIFIKASI
I. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang
mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

14
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya
atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah adalah Suatu KTD yang terjadi akibat
komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir

II. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (
commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ),
yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”
Medical Errors Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

III. KEJADIAN SENTINEL


Sentinel Event Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
IV. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang
terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “
Pelaporan Insiden Keselamatan”

15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena
pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000
penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna.
Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk
migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan
baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada pelayanan
kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia
pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut
perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution”
yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat
bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri,
pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi
penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
III. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene
sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi
5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

16
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

18
BAB IX
PENUTUP

…………..

19

Anda mungkin juga menyukai