Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN INTERNAL

KESELAMATAN PASIEN

UPT PUSKESMAS PANGGUNGREJO

KABUPATEN BLITAR

TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

“Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di UPT Puskesmas Panggungrejo”

Telah menyelesaikan laporan Pedoman Penyelenggaraan UKM sebagai pedoman dan


tata laksana pelayanan seluruhnya tercantum dalam pedoman ini

Panggungrejo, 22 Juli 2022

Penanggung Jawab UKM Esensial Pelaksana

…………………dengan gelar ……………………dengan gelar

NIP. ………………………. NIP. ……………………

Mengetahui,

Kepala UPT Puskesmas Panggungrejo

drg. YOSUA NUGROHO

NIP. 198606152015021002

ii
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR
DINAS KESEHATAN
Jln. Semeru No. 50 Blitar Telp. (0342) 801834 Fax. 808737
email : dinkes@blitarkab.go.id / website : dinkes.blitarkab.go.id

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN

NOMOR : T/188.3/ /409.11.18/KPTS/2023

TENTANG

KESELAMATAN PASIEN

TAHUN 2023

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan, dibutuhkan tindakan yang
komprehensif dan responsif terhadap kejadian tidak
diinginkan di fasilitas pelayanan kesehatan agar
kejadian serupa tidak terulang kembali;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, maka perlu
ditetapkan dengan keputusan kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Blitar tentang Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien Puskesmas;

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun


2019 tentang Puskesmas;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN


BLITAR TENTANG KESELAMATAN PASIEN DI UPT
PUSKESMAS PANGGUNGREJO TAHUN 2023

Kesatu : Menetapkan keselamatan pasien Puskesmas dari setiap


unit sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

Kedua : Penyusunan keselamatan pasien Puskesmas


dilaksanakan dengan melibatkan tenaga klinis.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat perubahan
akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan


dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan
perhitungan kembali sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Blitar

pada tanggal …………………….

a.n. KEPALA DINAS KESEHATAN


SEKRETARIS
u.b.
KEPALA UPT PUSKESMAS
PANGGUNGREJO,

YOSUA NUGROHO

Penata / III c

NIP. 198606152015021002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Pedoman Keselamatan pasien dengan baik.
Pedoman ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan pedoman ini. Untuk
itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan pedoman ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki pedoman ini.
Akhir kata kami berharap semoga Pedoman Keselamatan pasien ini dapat
bermanfaat bagi petugas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Keselamatan
pasien di UPT Puskesmas Panggungrejo

Hormat Kami,

Penyusun

5
DAFTAR ISI

SURAT KEPUTUSAN
......................................................................................................................................
ii

LEMBAR PENGESAHAN
......................................................................................................................................
iv

KATA PENGANTAR
......................................................................................................................................
v

DAFTAR ISI
......................................................................................................................................
vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................
7
B. Tujuan.............................................................................................................
8
C.Sasaran...........................................................................................................
8
D.Ruang Lingkup................................................................................................
8
E. Batasan Operasional......................................................................................
9

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A.Kualifikasi Sumber Daya Manusia...................................................................


10
B.Distribusi Ketenagaan......................................................................................
10
C.Jadwal Kegiatan..............................................................................................
11

BAB III STANDAR FASILITAS

A.Denah Ruang...................................................................................................
12
B.Standar Fasilitas..............................................................................................
13

6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A.Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat................................................


14
B.Mekanisme Pelayan Kesehatan Kerja.............................................................
15
C.Permasalahan Kesehatan Kerja......................................................................
16
D.Pembinaan Kesehatan Kerja...........................................................................
16

BAB V LOGISTIK
......................................................................................................................................
21

BAB VI KESELAMATAN SASARAN


......................................................................................................................................
22

BAB VII KESELAMATAN KERJA


......................................................................................................................................
27

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


......................................................................................................................................
30

BAB IX PENUTUP
......................................................................................................................................
31

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya


jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf
Puskesmas yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine Kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan

7
untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan
perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera
serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan
overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu
kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnosa, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai,
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak
atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada
prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap
preventif seperti tidak memberikan terapi profilaktik serta monitor dan follow up
yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan
kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi
umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja.
Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru
luput dari perhatian kita semua. Mempertimbangkan betapa pentingnya misi
Puskesmas untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
terhadap pasien mengharuskan Puskesmas untuk berusaha mengurangi medical
error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab
permasalahan yang ada.

B. Tujuan Umum dan Khusus

Tujuan Umum
Meningkatkan derajat keselamatan pasien secara optimal dengan tidak adanya
kejadian yang tidak diharapkan (KTD).

Tujuan Khusus

8
1. Tersedianya pedoman pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru.
2. Terlaksananya Program Keselamatan Pasien di Puskesmas secara
sistematis dan terintegrasi
3. Terlaksananya pencatatan terjadinya insiden di Puskesmas dan
pelaporannya, sehingga tersedia data untuk perbaikan keselamatan pasien

C. Sasaran

1. Setiap Puskesmas wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan


Pasien.
2. Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi
tercapainya hal-hal sebagai berikut:
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
b. Komunikasi efektif dengan metode SBAR TbaK
c. Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai (High Alert)
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi bedah minor
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Assesment resiko jatuh pada saat kajian awal di ruang IGD, Rawat Inap
dan Rawat Jalan

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman keselamatan pasien Puskesmas Sutojayan meliputi :


a. Keselamatan Pasien Puskesmas
b. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas
c. Enam Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas

E. Batasan Operasional

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Program keselamatan pasien puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru
meliputi keselamatan pasien di pelayanan rawat jalan, rumah bersalin, serta
pelayanan 24 jam, pelaksanaan program di masyarakat & Rawat Inap.

F. Landasan Hukum

9
a. Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien

10
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kepala Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru membentuk Keselamatan


Pasien Puskesmas, merupakan Tim kerja dibawah langsung dan
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.
2. Tim Keselamatan Pasien Puskesmas bertugas memberikan saran/
pertimbangan strategis mengenai upaya peningkatan mutu Puskesmas,
upaya menerapkan budaya keselamatan pasien
3. Upaya peningkatan budaya keselamatan pasien dilakukan oleh semua
unit/poli/program dengan melaksanakan standar keselamatan pasien, tujuh
langkah menuju keselamatan pasien dan sasaran keselamatan pasien.
4. Tim Keselamatan Pasien Puskesmas melakukan koordinasi dengan semua
satuan kerja pelayanan terkait keselamatan pasien, bila terjadi insiden
terhadap pasien dilaporkan kepada Tim Keselamatan Pasien dan tindak
lanjut sesuai aturan yang telah ditetapkan.

Berikut standar kualifikasi Tim Keselamatan Pasien Puskesmas Sutojayan :

No. Jenis Tenaga Kualifikasi Pelatihan Jumlah


a. Pelatihan Mutu
Koordinator b. Pelatihan
Minimal D III
1. Keselamatan Manajemen Risiko 1
Pasien & Keselamatan
Pasien
Anggota a. Pelatihan Mutu
Tim b. Pelatihan
Minimal D III
2. Keselama Manajemen Risiko 4
tan & Keselamatan
Pasien Pasien

B. Distribusi Ketenagaan

a. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien


 Menentukan sasaran keselamatan pasien
 Mengkoodinir pelaporan keselamatan pasien
 Melakukan analisa dan evaluasi hasil pelaporan keselamatan pasien
 Membuat usulan perbaikan ke Penanggungjawab mutu
b. Anggota Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
 Melakukan pengukuran indikator keselamatan pasien
 Melaporkan hasil ke ketua tim keselamatan pasien

11
Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas Sutojayan
bekerja secara purna waktu sesuai dengan jam dinas dan bilamana diperlukan dapat
bekerja diluar jam dinas

C. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan Jadwal


1 Pertemuan Tribulan Mengikuti jadwal rapat Maret, Juni, September,
tim Keselamatan rutin Tim Mutu dan Desember
pasien Lokmin
2 Monitoring dan Kegiatan/pertemuan tanpa Setiap bulan
evaluasi terkait anggaran
pelaksanaan
Keselamatan Pasien
3 Melakukan Kegiatan/pertemuan tanpa Juni, Desember
pengukuran Budaya anggaran
keselamatan pasien
4 Peningkatan Kondisional mengikuti
pengetahuan dan jadwal
kemampuan SDM Pelatihan/Workshop dan
anggaran
melalui
Pelatihan/Whorkshop
Tim Keselamatan
Pasien
5 Sosialisasi dan Kegiatan/pertemuan tanpa Maret, Agustus
Edukasi Sasaran anggaran
Keselamatan Pasien
6 Penyedian sarana Sarpras tersedia untuk Januari
prasarana kegiatan kegiatan monitoring
Keselamatan Pasien Keselamatan Pasien

12
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

13
B. Standar Fasilitas

Puskesmas Sutojayan belum mempunyai ruangan, peralatan yang khusus


untuk Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien. Ruangan yang biasa
digunakan oleh Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien dalam kegiatannya
adalah di ruang pertemuan puskesmas.
Puskesmas Sutojayan menyediakan fasitas yang aman, berfungsi, dan
supportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini
maka dari itu diterapkan terdapat 7 standar yang membahas tentang keselamatan
pasien yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

14
BAB IV
TATA LAKSANAN PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

a. Pelaporan insiden kejadian


Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera, Kejadian Potensial
Cedera dan Kejadian Sentinel.
Kejadian yang harus dilaporan internal adalah :
1. Kejadian Nyaris Cedera selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
2. Kejadian Tidak Cedera. KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.
3. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
4. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pasien.
Sentinel adalah suatu kejadian tidak diharapkan (unexpected occurrence) yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Kejadian sentinel dapat
berupa :
a) Kematian yang tidak diduga, termasuk dan tidak terbatas hanya pada
kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit atau kondisi
pasien (contoh: kematian akibat proses transfer yang terlambat), tetapi juga
pada kematian bayi aterm dan bunuh diri.
b) Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit atau kondisi
pasien.
c) Tindakan salah sisi, salah prosedur, dan salah pasien.
d) Penculikan anak, termasuk bayi atau anak dikirim ke rumah yang bukan
rumah orang tuanya.
e) Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat
kematian atau kehilangan fungsi secara permanen) atau pembunuhan
(yang disengaja) atas pasien, anggota keluarga, staf, dokter, pengunjung,
atau vendor/pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan Puskesmas.

b. Monitoring Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi :


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
2. Komunikasi efektif dengan metode SBAR TbaK
3. Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai (High Alert)
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi bedah
minor
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

15
6. Assesment resiko jatuh pada saat kajian awal di ruang IGD, Rawat
Inap dan Rawat Jalan

B. Metode

a. Pelaporan Insiden Kejadian


Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan
insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan
pasien. Pelaporan insiden terdiri atas laporan insiden internal dan laporan insiden
eksternal.
Pelaporan digunakan untuk memantau upaya pencegahan terjadinya
kesalahan (error) sehingga dapat mendorong dilakukannya investigasi. Di sisi lain,
pelaporan akan menjadi awal proses belajar untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
Selanjutnya setelah adanya pelaporan insiden, dilakukan analisis dengan
menggunakan matriks pemeringkatan (grading) risiko yang akan menentukan jenis
investigasi insiden yang dilakukan setelah laporan insiden internal. Investigasi terdiri
atas investigasi sederhana dan investigasi dengan Root Cause Analysis (RCA).
Investigasi menggunakan analisis akar masalah (RCA) terdiri atas investigasi
sederhana (untuk grading risiko warna hijau dan biru) dan investigasi komprehensif
(untuk grading risiko warna merah dan kuning). Pada kejadian sentinel tidak perlu
mempertimbangkan warna grading.

b. Sasaran Keselamatan Pasien


Dilakukan monitoring sasaran keselamatan di tiap unit pelayanan sesuai dengan
indikator sasaran keselamatan pasien setiap bulan.

C. Langkah Kegiatan

a. Langkah Kegiatan Pelaporan Insiden Kejadian


1. Identifikasi kasus KTD, KTC, KPC dan KNC.
2. Pelaporan insiden kepada penanggung jawab ruangan atau unit
pelayanan yang selanjutnya akan diteruskan pada tim Keselamatan
Pasien. Setiap Insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim
Keselamatan Pasien dalam waktu paling lambat 2x24 (dua kali dua puluh
empat) jam.
3. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
memberikan arahan kepada penanggung jawab ruangan untuk menangani
kasus yang terjadi.
4. Tim PMKP melakukan grading kejadian. Analisis sederhana jika hasil
grading biru atau hijau sedangkan jika hasil grading merah atau kuning
menggunakan analisis RCA.
5. Analisis kasus dengan cara RCA oleh tim RCA yang akan dibentuk secara
insidentil tiap terjadi kasus insiden keselamatan pasien yang terdiri dari

16
Ketua Tim PMKP, Tim PMKP, dan Petugas di Unit Layanan yang terkait
dengan Insiden Keselamatan Pasien. Analisis cara RCA jika hasil grading
merah atau kuning.
6. Penyusunan rencana tindak lanjut oleh Tim PMKP untuk mencegah
terulangnya Insiden Keselamatan Pasien di Puskesmas.
7. Pelaporan kasus Insiden Kejadian yang telah dianalisa dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
8. Entry pelaporan pada aplikasi INM untuk insiden Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).
9. Implementasi / Pelaksanaan Perbaikan pada Mutu Keselamatan Pasien
oleh semua tenaga klinis di Puskesmas

b. Langkah Kegiatan Pelaporan Insiden Kejadian


1. Menyiapkan form monitoring
2. Dilakukan monitoring tiap unit setiap bulan sesuai dengan indikator terpilih.
3. Pelaporan hasil monitoring ke koordinator tim keselamatan pasien
4. Koordinator keselamatan pasien melakukan analisis dan rencana tindak
lanjut
5. Selanjutnya laporan disampaikan ke penanggungjawab mutu

D. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Standar I. Hak pasien
Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Standar : Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan
dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
 Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

17
 Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
 Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
 Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
 Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
 Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar : Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unitpelayanan.
Kriteria :
 Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan,diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dariPuskesmas.
 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan
sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar.
 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif.
4. Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi danprogram peningkatan keselamatan pasien.
Standar : Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan,
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Kriteria :
 Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini,praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas”.
 Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.

18
 Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
 Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukanperubahan sistem yang diperlukan,
agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
5. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
 Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasidalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas
”.
 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasiendan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
 Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitandengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
 Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkankinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
 Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”
(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse
event).
 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas
untuk keperluan analisis.
 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera”
(Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan
pasien mulai dilaksanakan.

19
 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanismeuntuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.
 Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupansumber daya
tersebut.
 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.
6. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
 Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
 Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkandan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
 Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
 Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservicetraining dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
 Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork)guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar :
 Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untukmemenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
 Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :

20
 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

21
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien


dibuat Rencana Usulan Kegiatan (RUK) berasal dari dana BLUD yang
direncanakan dalam pertemuan mini lintas program dan lintas sektor dengan
tahapan kegiatan dan metode pemberdayaan yang akan dilaksanakan, kemudian
dihasilkan kesepakatan dalam bentuk rencana pelaksanaan.

22
BAB VI
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua


Puskesmas yang sudah di SK kan oleh Kepala Puskesmas. Maksud dari Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan
keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara
intrinsik adalah untuk pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat
mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Departemen kesehatan RI telah membuat dan menerbitkan satu buku Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) yang di dalamnya
terdapat 7 standar yang membahas tentang keselamatan pasien yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Puskesmas Sutojayan menetapkan 6 Sasaran Keselamatan Pasien :


a. Ketepatan Identifikasi Pasien
b. Komunikasi efektif dengan metode SBAR TbaK
c. Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai (High Alert)
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi bedah minor
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Assesment resiko jatuh pada saat kajian awal di ruang IGD, Rawat Inap dan
Rawat Jalan

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di
hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi
pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di Puskesmas, adanya
kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk
melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai

23
individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan
lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal
lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien
atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur
juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
Puskesmas, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, termasuk
identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan
untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua
kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.

SASARAN II : KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN METODE SBAR TBAK


Standar SKP II
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada
saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik melalui telepon ke unit
pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan
ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima
perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah
atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan

24
dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian
juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali
(read back).
Elemen Penilaian Sasaran :
1. Perintah lengkap secara lisan ataupun melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
keomunikasi lisan atau melalui telepon seluler.
5. Komunikasi efektif dengan formula SBAR, ditulis dalam format SBAR yang
dicantumkan di Rekam Medis pasien.

SASARAN III : PENGELOLAAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH ALERT)


Standar SKP III
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
Maksud dan Tujuan Sasaran
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-
obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila
perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau
pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses
pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit
konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.Puskesmas secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-
obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di Puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.

25
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN


OPERASI BEDAH MINOR
Standar SKP IV
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat jadwal- pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada tindakan, adalah sesuatu
yang menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di Puskesmas. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim
bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam identifikasi pasien. Di samping itu,
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota unit di puskesmas,
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible
handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering
terjadi. Puskesmas perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini.

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan
keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca
kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional.

26
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di
Puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.

SASARAN VI : ASSESMENT RESIKO JATUH PADA SAAT KAJIAN AWAL DI


RUANG IGD, RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN
Standar SKP VI
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi
pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan
yang disediakan, dan fasilitasnya, Puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien
jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan Puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap
risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh
di Puskesmas.

27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan Keselamatan Pasien yang dilakukan dapat menimbulkan


bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam ruang maupun lingkungan
sekitarnya. Untuk mengurangi / mencegah bahaya yang terjadi, setiap Tim
Keselamatan Pasien harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Di tempat kerja dan lingkungan kerja
 Desain tempat kerja yang menunjang K3
o Ruang pelayanan Perkesmas dalam gedung dirancang khusus
untuk memudahkan proses kerja.
o Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja
o Pencahayaan cukup dan nyaman
o Ventilasi cukup dan sesuai
o Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah di jangkau
jika diperlukan.
 Sanitasi lingkungan
o Semua ruangan harus bersih
o Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi
dengan kantong plastik dan diberi tanda khusus.
o Tata ruang pelayanan Perkesmas dalam gedung harus baik
sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi sarang serangga atau
binatang pengerat.
o Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur.
o Pengelolaan bahan kimia yang benar
 Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan
bahan kimia yang benar (antara lain penggolongan
bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh tercampur,
efek toksik dan persyaratan penyimpanannya)
 Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan
mempunyai pengetahuan serta ketrampilan untuk
menangani kecelakaan.
 Semua bahan kimia yang ada, harus diberi label/etiket
dan tanda limbah cair Limbah cair terdiri dari limbah cair
umum/domestik, limbah cair infeksius dan limbah cair
kimia. Cara menangani limbah cair :
 Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke
dalam septik tank
 Limbah cair infeksius dan kimia dikelola sesuai
dengan prosedur dan peraturan yang berlaku

28
b. Perlindungan Kesehatan Karyawan
a. Imunisasi Tenaga pelayanan Perkesmas harus diberikan imunisasi
atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus,
difteri, poliomyelitis, tifoid, meningococcal, hepatitis A, hepatitis B,
rubella, tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps. dan
mencatat/mendokumentasikan imunisasi yang telah dilakukan.
b. Manajemen pasca pajanan
c. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya
 Tempatkan limbah tajam dalam kontainer tahan tusuk, tahan air,
dan anti bocor
 Jangan memanipulasi jarum syringe atau benda tajam setelah
digunakan
 Jangan membengkokkan, mematahkan atau melepas jarum
setelah digunakan
 Gunakan tehnik satu tangan atau peralatan lain jika harus
menutup kembali jarum setelah digunakan
 Jangan pernah menerima limbah jarum atau benda tajam dari
orang lain
d. Pencegahan Kecelakaan kerja Instrumen tajam yang digunakan dalam
memberikan pelayanan Perkesmas (misalnya:sonde, jarum dan ampul
anestesi yang telah digunakan) memiliki potensi mengakibatkan luka
dan menyebarkan penyakit menular:
 Penanganan minimal jarum, syringe dan instrumen tajam lainnya
setelah penggunaan
 Tangani instrumen tajam dengan hati-hati
 Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat
robek segera setelah digunakan. Apabila wadah tersebut penuh,
keluarkan isinya dan bakar atau diisi dengan semen selanjutnya
dikubur
 Selalu gunakan utility gloves ketika mencuci instrumen yang
tajam
 Apabila instrumen tajam harus diberikan dari aisten ke operator
selama perawatan maka instrumen tersebut tidak boleh
dipegang secara bersamaan oleh keduanya. Asisten meletakkan
instrumen tajam dalam baskom atau baki yang telah didisinfeksi,
beritahukan pada operator bahwa instrumen tersebut telah siap
untuk digunakan.
 Gunakan “tehnik satu-tangan” apabila perlu menutup kembali
jarum suntik. Letakkan tutup jarum suntik di atas permukaan
datar. Dengan satu tangan memegang syringe dan jarum
dimasukkan ke tutupnya. Apabila tutup jarum suntik telah
menutup jarum, tekan tutup jarum suntik pada permukaan datar

29
jangan menggunakan tangan yang lainnya untuk
mengencangkan tutup.

30
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada sasaran. Pengendalian mutu
pada unit pelayanan Perkesmas UPT Puskesmas Kampung Telengdiperlukan agar
terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai sasaran. Penjaminan
mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model
manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan
adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan
pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu
pelayanan promosi kesehatan. Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy"
mutu dan mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses
untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi
perbedaan antara kinerja aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk
melaksanakan peningkatan mutu. Setiap kegiatan dijabarkan dalam
langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya peningkatan
mutu.

31
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan Pasien ini, diharapkan dapat


memandu berbagai pihak terkait dalam menerapkan upaya Perkesmas sebagai
upaya yang terintegrasi dalam kegiatan Puskesmas maupun sebagai upaya
pengembangan.

Untuk terimplementasinya pedoman ini, diperlukan adanya kerjasama,


keterpaduan, dukungan baik lintas program, lintas sektor serta masyarakat untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan professional.

32

Anda mungkin juga menyukai