KESELAMATAN PASIEN
KABUPATEN BLITAR
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
NIP. 198606152015021002
ii
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR
DINAS KESEHATAN
Jln. Semeru No. 50 Blitar Telp. (0342) 801834 Fax. 808737
email : dinkes@blitarkab.go.id / website : dinkes.blitarkab.go.id
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN
TAHUN 2023
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Blitar
YOSUA NUGROHO
Penata / III c
NIP. 198606152015021002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Pedoman Keselamatan pasien dengan baik.
Pedoman ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan pedoman ini. Untuk
itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan pedoman ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki pedoman ini.
Akhir kata kami berharap semoga Pedoman Keselamatan pasien ini dapat
bermanfaat bagi petugas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Keselamatan
pasien di UPT Puskesmas Panggungrejo
Hormat Kami,
Penyusun
5
DAFTAR ISI
SURAT KEPUTUSAN
......................................................................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN
......................................................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR
......................................................................................................................................
v
DAFTAR ISI
......................................................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
7
B. Tujuan.............................................................................................................
8
C.Sasaran...........................................................................................................
8
D.Ruang Lingkup................................................................................................
8
E. Batasan Operasional......................................................................................
9
A.Denah Ruang...................................................................................................
12
B.Standar Fasilitas..............................................................................................
13
6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
BAB V LOGISTIK
......................................................................................................................................
21
BAB IX PENUTUP
......................................................................................................................................
31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
7
untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan
perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera
serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan
overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu
kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnosa, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai,
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak
atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada
prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap
preventif seperti tidak memberikan terapi profilaktik serta monitor dan follow up
yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan
kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi
umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja.
Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru
luput dari perhatian kita semua. Mempertimbangkan betapa pentingnya misi
Puskesmas untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
terhadap pasien mengharuskan Puskesmas untuk berusaha mengurangi medical
error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab
permasalahan yang ada.
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat keselamatan pasien secara optimal dengan tidak adanya
kejadian yang tidak diharapkan (KTD).
Tujuan Khusus
8
1. Tersedianya pedoman pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru.
2. Terlaksananya Program Keselamatan Pasien di Puskesmas secara
sistematis dan terintegrasi
3. Terlaksananya pencatatan terjadinya insiden di Puskesmas dan
pelaporannya, sehingga tersedia data untuk perbaikan keselamatan pasien
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
F. Landasan Hukum
9
a. Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien
10
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
11
Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas Sutojayan
bekerja secara purna waktu sesuai dengan jam dinas dan bilamana diperlukan dapat
bekerja diluar jam dinas
C. Jadwal Kegiatan
12
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
13
B. Standar Fasilitas
14
BAB IV
TATA LAKSANAN PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
15
6. Assesment resiko jatuh pada saat kajian awal di ruang IGD, Rawat
Inap dan Rawat Jalan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan
16
Ketua Tim PMKP, Tim PMKP, dan Petugas di Unit Layanan yang terkait
dengan Insiden Keselamatan Pasien. Analisis cara RCA jika hasil grading
merah atau kuning.
6. Penyusunan rencana tindak lanjut oleh Tim PMKP untuk mencegah
terulangnya Insiden Keselamatan Pasien di Puskesmas.
7. Pelaporan kasus Insiden Kejadian yang telah dianalisa dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
8. Entry pelaporan pada aplikasi INM untuk insiden Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).
9. Implementasi / Pelaksanaan Perbaikan pada Mutu Keselamatan Pasien
oleh semua tenaga klinis di Puskesmas
17
Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar : Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unitpelayanan.
Kriteria :
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan,diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dariPuskesmas.
Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan
sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar.
Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif.
4. Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi danprogram peningkatan keselamatan pasien.
Standar : Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan,
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Kriteria :
Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini,praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas”.
Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
18
Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukanperubahan sistem yang diperlukan,
agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
5. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasidalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas
”.
Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasiendan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitandengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkankinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”
(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse
event).
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas
untuk keperluan analisis.
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera”
(Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan
pasien mulai dilaksanakan.
19
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanismeuntuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupansumber daya
tersebut.
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.
6. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkandan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservicetraining dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork)guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untukmemenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
20
Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
21
BAB V
LOGISTIK
22
BAB VI
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
23
individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan
lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal
lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien
atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur
juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
Puskesmas, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, termasuk
identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan
untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua
kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
24
dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian
juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali
(read back).
Elemen Penilaian Sasaran :
1. Perintah lengkap secara lisan ataupun melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
keomunikasi lisan atau melalui telepon seluler.
5. Komunikasi efektif dengan formula SBAR, ditulis dalam format SBAR yang
dicantumkan di Rekam Medis pasien.
25
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).
26
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di
Puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
28
b. Perlindungan Kesehatan Karyawan
a. Imunisasi Tenaga pelayanan Perkesmas harus diberikan imunisasi
atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus,
difteri, poliomyelitis, tifoid, meningococcal, hepatitis A, hepatitis B,
rubella, tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps. dan
mencatat/mendokumentasikan imunisasi yang telah dilakukan.
b. Manajemen pasca pajanan
c. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya
Tempatkan limbah tajam dalam kontainer tahan tusuk, tahan air,
dan anti bocor
Jangan memanipulasi jarum syringe atau benda tajam setelah
digunakan
Jangan membengkokkan, mematahkan atau melepas jarum
setelah digunakan
Gunakan tehnik satu tangan atau peralatan lain jika harus
menutup kembali jarum setelah digunakan
Jangan pernah menerima limbah jarum atau benda tajam dari
orang lain
d. Pencegahan Kecelakaan kerja Instrumen tajam yang digunakan dalam
memberikan pelayanan Perkesmas (misalnya:sonde, jarum dan ampul
anestesi yang telah digunakan) memiliki potensi mengakibatkan luka
dan menyebarkan penyakit menular:
Penanganan minimal jarum, syringe dan instrumen tajam lainnya
setelah penggunaan
Tangani instrumen tajam dengan hati-hati
Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat
robek segera setelah digunakan. Apabila wadah tersebut penuh,
keluarkan isinya dan bakar atau diisi dengan semen selanjutnya
dikubur
Selalu gunakan utility gloves ketika mencuci instrumen yang
tajam
Apabila instrumen tajam harus diberikan dari aisten ke operator
selama perawatan maka instrumen tersebut tidak boleh
dipegang secara bersamaan oleh keduanya. Asisten meletakkan
instrumen tajam dalam baskom atau baki yang telah didisinfeksi,
beritahukan pada operator bahwa instrumen tersebut telah siap
untuk digunakan.
Gunakan “tehnik satu-tangan” apabila perlu menutup kembali
jarum suntik. Letakkan tutup jarum suntik di atas permukaan
datar. Dengan satu tangan memegang syringe dan jarum
dimasukkan ke tutupnya. Apabila tutup jarum suntik telah
menutup jarum, tekan tutup jarum suntik pada permukaan datar
29
jangan menggunakan tangan yang lainnya untuk
mengencangkan tutup.
30
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
31
BAB IX
PENUTUP
32