PANDUAN SEDASI
tentang
PANDUAN SEDASI
10. Standar…..
10. Standar Asuhan Keperawatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 1997.
11. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1999.
12 .Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290/MENKES/PER/III? 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519 /Menkes/Per/III/2010
tentang pelayanan anestesiologi
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/251/2015 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Anestesiolagi dan Terapi Intensif
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Panduan Sedasi di Rumkit Bhayangkara Palu tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini
Pasal 2
Pasal 3
Ketentuan yang belum tercantum dalam lampiran Keputusan ini akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Pasal 4…..
Pasal 4
Ditetapkan di : Palu
pada tanggal : 10 Januari 2018
KEPALA RUMKIT BHAYANGKARA PALU
TENTANG
PANDUAN SEDASI
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ................................................................................................ iii
BAB I. DEFINISI ..................................................................................................... 1
PENGERTIAN ............................................................................................. 1
BAB II. RUANG LINGKUP ..................................................................................... 3
A. TUJUAN UMUM ................................................................................... 3
B. TUJUAN KHUSUS ............................................................................... 3
Bab III. TATA LAKSANA .......................................................................................... 5
A. KUALIFIKASI DAN KETRAMPILAN KHUSUS ...................................... 5
B. KONTRAINDIKASI ................................................................................ 6
C. PENGGUNAAN OBAT .......................................................................... 6
D. PEMULIHAN DAN REVERSAL ............................................................. 8
E. PEMBAGIAN PEDIATRI BERDASARKAN PERKEMBANGAN
BIOLOGIS ............................................................................................. 10
F. FREKUENSI DAN MONITORING ......................................................... 10
G. KUNJUNGAN PRA ANESTESI / PRA SEDASI .................................... 11
H. PEMERIKSAAN FISIK .......................................................................... 13
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN UJI LAIN ............................... 15
J. PERENCANAAN ANESTESI ................................................................ 17
K. MENENTUKAN PROGNOSIS............................................................... 17
L. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN ............................................. 18
M. INFORMED CONSENT ......................................................................... 20
N. PERALATAN ......................................................................................... 20
1. ALAT-ALAT ANESTHESIA ............................................................. 20
2. MESIN ANESTESI .......................................................................... 20
3. MONITOR ....................................................................................... 20
4. VENTILATOR ANESTESI ............................................................... 20
5. SISTEM SIRKULASI ....................................................................... 21
BAB IV. DOKUMENTASI ......................................................................................... 22
1
BAB I
DEFINISI
sulit …..
2
sulit untuk menentukan tingkat sedasi pada anak serta kemungkinan bahaya
teranestesi dapat terjadi.
Pedoman terbaru dari Department Of Health On General Anaesthesia And
Dentistry telah merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar
dan lokal anestesi, sisanya untuk keadaan yang sangat mutlak baru
menggunakan anestesi umum. Jika pemilihan pasien dilakukan secara cermat, dan
dengan proseduryang sesuai, penggunaan sedasi bisa sangat berhasil.
BAB II …..
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Jumlah prosedur non invasif dan invasif minimal di lakukan di luar ruang operasi
telah berkembang pesat selama beberapa dekade. Sedasi, analgesia atau
keduanya mungkin diperlukan untuk banyak prosedur intervensi dan diagnostik.
Perawatan individual penting ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi
analgesia prosedural (PSA). Pasien mungkin perlu obat anti kecemasan, obat nyeri,
imobilisasi. Manajemen sedasi dapat berkisar dari sedasi minimal, sampais anestesi
minimal.
Berbagai prosedur yang memerlukan sedasi prosedural dilayani lebih baik dengan
mempertimbangkan tujuan sedasi prosedural dan menentukan apakah pasien
tertentu memerlukan intervensi farmakologis untuk memenuhi tujuan selama prosedur.
A. Tujuan Umum :
Sebagai acuan pemberian sedasi untuk pasien yang akan menjalani prosedur di
IGD, radiologi, kedokteran gigi.
B. Tujuan Khusus :
Tingkatan …..
4
SEDASI
SEDASI SEDASI ANESTESI
TINGKATAN RINGAN/MINIMAL
SEDANG BERAT/DALAM UMUM
(ANXIOLYSIS )
Respons normal Merespons Merespons Tidak sadar,
terhadap stimulus terhadap setelah meskipun
RESPONS verbal stimulus diberikan dengan
sentuhan stimulus stimulus
Tidak perlu Mungkin
berulang/stimulu Sering
nyeri
JALAN NAPAS Tidak terpengaruh intervensi perlu
s Memerlukan
intervensi
nyeri Intervensi
BAB III
TATA LAKSANA
B. KONTRAINDIKASI …..
6
B. KONTRAINDIKASI.
C. PENGGUNAAN OBAT.
sangatlah …..
7
sangatlah penting, dan terapi pengalihan perhatian juga sangat berguna untuk anak
anak. Orang tua sering dihadirkan, dimana hal ini sangat membantu dalam menjaga
kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah tertentu, dapat
beresiko menghasilkan ketidaksadaran pada anak.Hal ini dapat menyebabkan
hipoksia, hiperkapnia dan berpotensi terjadi aspirasi. Untuk itu pada penggunaan
tehnik sedasi non-anestesi, maka harus mempunyai margin of safety lebar.
Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang pesat.
Beberapa pusat pediatrik melatih sedationists yang biasanya berasal dari perawat
spesialis (nurse-lead sedation). Namun, tanggung jawab untuk pelatihan dan
pengembangan idealnya harus terletak pada departemen penanggung jawab
pelayanan anestesi dengan konsultan yang membawahi layanan.
Pasien harus dipersiapkan seolah-olah mereka akan mengalami anestesi umum.
Mereka harus:
1. Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan
persetujuan tindakan.
2. Dipuasakan.
3. Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir, dan diidentifikasi faktor-
faktor risiko potensial seperti alergi atau kondisi medis lainnya.
Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit, dimana
kemungkinan akan meningkatkansedasi yang efektif tetapi juga berpotensi
meningkatkan kejadian efek samping.
Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan
ginjal, hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi.
NAMA …..
8
Catatan : pada anak lebih besar dosis tidak boleh melebihi dosis dewasa normal
SKOR …..
9
Catatan :
1. Light Sedation :
a. Disuruh buka mata respon positif
b. Dicubit respon positif
2. Deep Sedation :
a. Disuruh buka mata, respon negatif
b. Dicubit, respon positif
3. Light Sedation dapat menjadi deep sedation pada keadaan :
a. Gizi jelek
b. Critical ill. Dll
Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesia pada orang
dewasa, karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini. Seperti pada
anestesia untuk orang yang dewasa anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus
ditangani oleh dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang sudah berpengalaman.
E.PEMBAGIAN …..
10
Pertimbangan …..
11
selama …..
12
H. PEMERIKSAAN …..
13
H. PEMERIKSAAN FISIK.
Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan napas, jantung, paru-
paru dan pemeriksaan neurologik .Jika ingin melaksanakan teknik anestesi
regional maka perlu dilakukan pemeriksaan extremitas dan punggung.
Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri dari :
1. Keadaan umum : gelisah, takut, kesakitan, malnutrisi, obesitas.
2. Tanda-tanda vital
a. Tinggi dan berat badan perlu untuk penentuan dosis obat terapeutik dan
pengeluaran urine yang adekuat selama operasi .
b. Tekanan darah sebaiknya diukur dari kedua lengan dan tungkai
(perbedaan bermakna mungkin memberikan gambaran mengenai penyakit
aorta thoracic atau cabang-cabang besarnya).
c. Denyut nadi pada saat istirahat dicatat ritmenya, perfusinya (berisi) dan jumlah
denyutnya. Denyutan ini mungkin lambat pada pasien dengan pemberian beta
blok dan cepat pada pasien dengan demam, regurgitasi aorta atau sepsis.
Pasien yang cemas dan dehidrasi sering mempunyai denyut nadi yang cepat
tetapi lemah.
d. Respirasi diobservasi mengenai frekwensi pernapasannya , dalamnya dan
pola pernapasannya selama istirahat.
e. Suhu tubuh (Febris/ hipotermi).
f. Visual Analog Scale (VAS). Skala untuk menilai tingkat nyeri
3. Kepala dan leher
a. Mata : anemis, ikteric, pupil (ukuran, isokor/anisokor, reflek cahaya)
b. Hidung : polip, septum deviasi, perdarahan
c. Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan tambahan pada gigi,
kelainan ortodontik lainnya
d. Mulut : Lidah pendek/besar, TMJ (buka mulut … jari), Pergerakan (baik/kurang
baik), sikatrik, fraktur, trismus, dagu kecil
e. Tonsil : ukuran (T1-T3), hiperemis, perdarahan
f. Leher : ukuran (panjang/pendek), sikatrik, masa tumor, pergerakan leher
(mobilitas)…..
14
(mobilitas sendi servical) pada fleksi ektensi dan ritasi, TMD, trakea (deviasi),
karotik bruit, kelenjar getah bening.
g. Dalam prediksi kesulitan intubasi sering di pakai 8T yaitu : Teet, Tongue,
Temporo mandibula joint, Tonsil, Torticolis, Tiroid notch/TMD, Tumor,
Trakea.
4. Thoraks
a. Precardial. Auskultasi jantung mungkin ditemukan murmurs (bising
katup), irama gallop atau perikardial rub.
b. Paru-paru.
c. Inspeksi : Bentuk dada (Barrel chest, pigeon chest, pectus excavatum,
kifosis, skoliosis) Frekwensi (bradipnue/takipnue) Sifat pernafasan ( torakal,
torako abdominal/abdominal torako), irama pernafasan (reguler/ireguler, cheyne
stokes, biot), Sputum (purulen, pink frothy), Kelainan lain (stridor,
hoarseness/serak, sindroma pancoas)
d. Palpasi : Premitus (normal, mengeras, melemah)
e. Auskulatasi : Bunyi nafas pokok ( vesikuler, bronchial, bronkovesikuler,
amporik), bunyi nafas tambahan (ronchi kering/wheezing, ronchi basah/rales,
bunyi gesekan pleura, hippocrates succussion)
f. Perkusi : sonor, hipersonor, pekak, redup
5. Abdomen. Pristaltik (kesan normal/meningkat/meenurun), Hati dan limpa
(teraba/tidak, batas, ukuran, per-mukaan), distensi, massa atau asites
(dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi).
6. Urogenitalia. Kateter (terpasang/tidak), urin [volume : cukup (0,5-1 cc/jam),
anuria (< 20 cc/24 jam), oliguria (25 cc/jam atau 400 cc/24jam), Poliuria (> 2500
cc/24 jam)], kwalitas (BJ, sedimen), tanda tanda sumbatan saluran kemih
(seperti kolik renal).
7. Muskulo Skletal - Extremitas. Edema tungkai, fraktur, gangguan neurologik
/kelemahan otot (parese, paralisis, neuropati perifer, distropi otot), perfusi ke
distal (perabaan hangat/dingin, cafilay refil time, keringat) , Clubbing fingger,
sianosis, anemia, dan deformitas, infeksi kutaneus (terutama rencana canulasi
vaskuler atau blok saraf regional)
I. PEMERIKSAAN …..
15
Kondisi …..
16
X
PT / E
Hb -
Lek APT PLT Elekt BUN/ Gula SGOT/ K
Kondisi preo ra
P W osit T / BT rolit Creat darah Al.Ph G Preg T/S
Perative y
Operasi X X X
dengan
perdarahan
Operasi
tanpa
perdarahan
Neonatus X X
Umur < 40 X
Umur40-49 X M
Umur50-64 X X
Umur > 65 X X X X + X
Peny. X X X
Kardiovas
Kular
Penyakit paru X X
Keganasan X X X
Terapi X X X
Radiasi
Penyakit hati X X
Terpapar X
Hepatitis
Penyakit X X X X
Ginjal
Gangguan X X
Perdarahan
Diabetes X X X X
Merokok X X X
Kehamilan X X X
Pemakaian
diuretic
Pemakaian
digoksin
Pemakaian
X X
steroid
Pemak.antiko
X X X
agulan
Penyakit SSP X X X X X
Tidak …..
17
Tidak semua penyakit termasuk dalam table ini. Simbol : + mungkin dilakukan; *
hanya untuk leukemia; X dilakukan; M dilakukan hanya untuk pria.
J. PERENCANAAN SEDASI.
Rencana sedasi diperlukan untuk menyampaikan strategi penanganan sedasi
secara umum.
Secara garis besar komponen dari rencana sedasi adalah :
1. Ringkasan tentang anamnesis pasien atau asesmen pra sedasi yaitu hasil-hasil
pemeriksaan fisik sehubungan dengan penatalaksanaan sedasi, buat dalam
daftar masalah, satukan bersamaan dengan beberapa daftar masalah yang
digunakan oleh dokter yang merawat (DPJP).
2. Perencanaan teknik sedasi yang akan digunakan termasuk tehnik
berbagai modus sedasi.
3. Perencanaan penanganan nyeri post tindakan bila perlu.
4. Monitoring selama sedasi dan pasca sedasi di Recovery Room (RR).
5. Setelah tindakan khusus misalnya di Radiologi, IGD sebelum ke unit rawat inap
atau ICU pasien di monitor di RR.
6. Pernyataan tentang resiko-resiko yang ada , informed consent, dan pernyataan
bahwa semua pertanyaan telah dijawab dituliskan di form Informed consent
Anesthesi bila perlu.
7. Persiapan peralatan spesialistik
8. Dibuat dan didokumentasi criteria untuk pemulihan dan discharge dari sedasi di
form sedasi
9. Klasifikasi status fisik dan penilaian singkat.
K. MENENTUKAN PROGNOSIS.
Pada kesimpulan evaluasi pra sedasi setiap pasien ditentukan kalsifikasi status
fisik menurut American Society of Anestesiologist (ASA).Hal ini merupakan ukuran
umum keadaan pasien.
Klasifikasi status fisik menurut ASA adalah sebagai berikut :
1. ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit
yang akan dioperasi.
2. ASA 2 : Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang
selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang
terkontrol atau hipertensi ringan
3. ASA 3 …..
18
3. ASA 3 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan
dioperasi, tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak
terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol
4. ASA 4 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain
penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma
diabetikum
5. ASA 5 : Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin
saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar.
Misalnya operasi pada pasien koma berat
6. ASA 6 : Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya
akan diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang
membutuhkan. Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E
(emergency) atau D (darurat), mis: operasi apendiks tanpa komplikasi diberi kode
ASA 1 E
Tingkat kesadaran dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Penilaian ini
harus dilakukan secara periodik untuk menulai apakah keadaan penderita semakin
membaik atau memburuk.
GCS terendah jumlahnya adalah 3 (koma dalam atau mati), sementara yang
tertinggi adalah 15 (sadar penuh). Dari ketiga komponen GCS tersebut motorik
merupakan komponen yang paling objektif. Dan sebaiknnya penilaian untuk satu
penderita senantiasa dilakukan oleh orang yang sama. Untuk penderita dengan
hematoma periorbita yang besar, penilaian komponen mata harus disesuaikan
dengan respon motorik.Demikian pula untuk penderita yang afasia, atau
terintubasi, konponen verbalnya harus disesuaikan dengan respon motorik.Dan
untuk itu perlu latihan dan pengalaman yang berulang-ulang.
Sebagaimana disebutkan oleh Plum dan Postner, tingkat kesadaran tidak
akan terganggu jika cedera hanya terbatas pada satu hemisper saja, tetapi
menjadi progresif memburuk jika kedua hemisfer mulai terlibat, atau jika ada
proses patologis akibat penekanan atau cedera pada batang otak.
Penilaian …..
19
Penilaian GCS berdasarkan reaksi yang didapatkan sesuai dengan umur penderita.
Mata ≥ 1 tahun 0 - 1 tahun
4 Membuka mata spontan Membuka mata spontan
3 Membuka mata oleh perintah Membuka mata oleh teriakan
2 Membuka mata oleh nyeri Membuka mata oleh nyeri
1 Tidak membuka mata Tidak membuka mata
Motorik ≥ 1 tahun 0 - 1 tahun
6 Mengikuti perintah Belum dapat dinilai
5 Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri
4 Menghindari nyeri Menghindari nyeri
3 Fleksi Abnormal (dekortikasi) Fleksi Abnormal (dekortikasi)
2 Ektensi abnormal Ektensi abnormal (deserebrasi)
(deserebrasi)
1 Tidak ada respon Tidak ada respon
Verbal >5 tahun 2-5 tahun 0-2 tahun
5 Orientasi baik dan mampu Menyebutkan kata Menagis kuat
ber- yang sesuai
komunikasi
4 Disorientasi tapi mampu Menyebutkan kata Menagis lemah
ber- yang tidak sesuai
komunikasi
3 Menyebutkan kata-kata Menagis dan Kadang
yang menjerit menagis /
tidak sesuai menjerit lemah
2 Mengeluarkan suara Mengeluarkan suara Mengeluarkan
lemah suara
lemah
1 Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon
Sesuai dengan umur penderita
M. INFORMED …..
20
M. INFORMED CONSENT.
Pasien, anggota keluarga atau wali pasien harus diberitahu tentang intervensi
anestesi maupun sedasi dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul. Kapasitas
putusan merupakan prasyarat untuk suatu informed consent yang sesuai dengan
hukum dan moral. Pasien usia lanjut mungkin tidak sepenuhnya memahami
intervensi yang direncanakan, sehingga kerabat terdekat harus terlibat untuk
memperoleh informed consent yang terperinci. Status mental dan kognitif pasien harus
dipertimbangkan dan didokumentasikan.
N. PERALATAN.
1. ALAT-ALAT ANESTHESIA.
- Mesin anestesi
- Circuit/breathing anestesi
- Ventilator anestesi
- Monitor
2. MESIN ANESTESI.
1. Gas supplies
O2 dan N2O
O2 : warna hijau
N2O : warna biru
2. Pressure regulator
Reduce the high pressure --> 45 psi --> 350 - 500 kpa, 50 - 70 psi, 3 1/2 - 5 atm --
> constant low pressure.
< 25 psi --> automatically shut off
3. MONITOR.
a. Blood pressure (noninvasive or invasive)
b. ECG (electrocardiograf)
c. Pulse oxymeter
d. Caphinograf
4. VENTILATOR …..
21
4.VENTILATOR ANESTESI.
5. SISTEM SIRKULASI.
a. One way value (inspiratory dan ekspiratory)
b. Canister with CO2 absorber (sodalyme or baralyme)
- Ca(OH)2 + NaOH + KOH + Silica
- Ba(OH)2 + Ca(OH)2
c. Oxygen analyzer sensor
BAB IV …..
22
BAB IV
DOKUMENTASI
Gambar 1 …..
23
Gambar 1
Gambar 2 …..
24
Gambar 2
25
Gambar 3
26
Gambar 4
27
Gambar 5
28
Gambar 6
29
Gambar 7
30
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan
ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum
dan merupakan prosedur yang kompleks di rumah sakit. Tindakan - tindakan ini
membutuhkan asesmen pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan
asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria
transfer untuk pelayanan berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun
pemulangan pasien.
Dengan adanya panduan sedasi tahun 2018 di harapkan dapat menjadi acuan atau
pedoman untuk melaksanakan perbaikan dalam rangka peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dalam hal pelayanan sedasi di Rumkit Bhayangkara Palu.
Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal : 10 Januari 2018
KARUMKIT BHAYANGKARA PALU