Beri Salam
Version [0.0]
b. Perkenalkan diri
c. Siapkan sarana dan prasarana untuk JUNE 1, 2016
edukasi
d. Tuliskan materi edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami
e. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya, memberi pendapat dan terlibat
dalam pengambilan keputusan
f. Pastikan bahwa pasien dan keluarga memahami apa yang telah diberikan oleh
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
edukator
g. Lakukan dan tulis evaluasi kepada pasien/keluarga tentang edukasi yang sudah
diberikan pada formulir identifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan pasien dan
keluarga terintergrasi
h. Beri reinforcement terhadap partisipasi pasien/keluarga dalam mengambil
keputusan
i. Tuliskan tanggal edukasi dilakukan
j. Tuliskan metode yang digunakan dalam edukasi dan durasi waktu pemberian
edukasi
dr.Herman Ramli
Direktur
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................5
B. TUJUAN PEDOMAN........................................................................................6
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN...................................................................6
D. BATASAN OPERASIONAL..............................................................................6
E. LANDASAN HUKUM......................................................................................9
BAB II STANDAR KETENAGAAN...........................................................................10
A. KUALIFIKASI SDM........................................................................................10
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN........................................................................10
C. PENGATURAN JAGA.....................................................................................11
BAB III STANDAR FASILITAS..................................................................................14
A. DENAH RUANGAN........................................................................................14
B. STANDAR FASILITAS....................................................................................14
C. STANDAR OBAT INSTALASI GAWAT DARURAT.....................................19
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...................................................................24
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN.................................................24
B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI INSTALASI GAWAT
DARURAT...................................................................................................................24
C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE......................................................25
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT...............................25
E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN.................................................26
F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY................................26
G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM............................27
H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )..................27
I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA
RUMAH SAKIT..........................................................................................................28
J. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN............................................................28
BAB V LOGISTIK........................................................................................................30
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.............................................................................31
A. PENGERTIAN..................................................................................................31
B. TUJUAN...........................................................................................................32
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN...........................................................32
D. TATA LAKSANA PENANGANAN KEJADIAN KESELAMATAN
PASIEN......................................................................................................................32
E. TATA LAKSANA SASARAN KESELAMATAN PASIEN.............................33
F. PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN.....................................37
BAB VII KESELAMATAN KERJA............................................................................41
A. PENDAHULUAN............................................................................................41
B. TUJUAN...........................................................................................................41
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN................................................42
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA................................................................42
E. PENGENDALIAN BAHAYA DI TEMPAT KERJA........................................42
F. PROMOSI KESEHATAN.................................................................................47
G. PENGOBATAN DAN REHABILITASI..........................................................48
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..........................................................................50
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
DIREKTUR RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
TENTANG PANDUAN TRIAGE DI LINGKUNGAN RUMAH
SAKIT EFARINA ETAHAM
KEDUA : Panduan Triage di lingkungan Rumah Sakit Efarina Etaham
sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.
KETIGA : Panduan Traige di lingkungan Rumah Sakit Efarina Etaham
digunakan dalam penapisan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Efarina Etaham.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Berastagi
Pada tanggal : 01 Juni 2016
Rumah Sakit Efarina Etaham
Direktur,
dr Herman Ramli
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham
Nomor : 673/RSEB/SK/DIR/VI/2016
Tanggal : 01 Juni 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
Gawat Darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat
menanggulangi pasien Gawat Darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam
keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita Gawat Darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan Gawat Darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian,
selama perjalanan ke Rumah Sakit, maupaun di Rumah Sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD Rumah Sakit Efarina
Etaham khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan Gawat Darurat di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Efarina Etaham harus berdasarkan standar
pelayanan Gawat Darurat Rumah Sakit Efarina Etaham.
5
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Memberikan standar pelayanan Gawat Darurat baku bagi seluruh staff di lingkungan
Instalasi Gawat Darurat dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan menjamin
keselamatan pasien.
2. Menjamin kontinuitas pelayanan pasien Gawat Darurat dalam mendapatkan
kesembuhan, baik yang membutuhkan pelayanan rawat inap, tindakan bedah, maupun
rujukan ke tempat lain.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
13. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
14. Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma / cedera
b. Infeksi
c. Keracunan ( poisoning )
d. Degerenerasi ( failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit )
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan sistim/organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
Kecepatan menemukan penderita Gawat Garurat
Kecepatan meminta pertolongan
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
Ditempat kejadian
Dalam perjalanan ke Rumah Sakit
Pertolongan selanjutnya secara mantap di Rumah Sakit
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Ri No 436 / Menkes / Sk / VI / 1993 Tentang
Berlakunya Standar Pelayanan Di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Ri No. 0701/Yanmed/RSKS/GDE/VII/1991
Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
Kualifikasi
No Nama Jabatan Keterangan
Formal
1. Ka Ru IGD D III Keperawatan Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
2. Ka Instalasi Gawat Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS
Darurat
3. Perawat Pelaksana D III Keperawatan Bersertifikat
IGD BLS/BTCLS/PPGD
4. Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS
5. TPK SMU -
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Dinas Pagi :
Jumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS.
Kategori :
1 orang Ka Ru
1 orang Pelaksana
2. Dinas Sore :
Jumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS.
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Pelaksana
3. Dinas Malam :
Jumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS.
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
1 orang Pelaksana
C. PENGATURAN JAGA
1. PENGATURAN JAGA PERAWAT IGD
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten Manajer Pelayanan
Keperawatan
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan..
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas
sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat
yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu IGD akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat
IGD yang tinggal di asrama.
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka KaRu IGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama. Apabila perawat
pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai
SPO terlampir).
2. PENGATURAN JAGA DOKTER IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat
Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di
mulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta
dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk mencarikan
dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu
libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti
tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SOP
terlampir).
3) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk mencarikan
dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu
libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti
tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SPO
terlampir).
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
1. FASILITAS & SARANA
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Efarina Etaham berlokasi di lantai I gedung
utama yang terdiri dari ruangan Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah ,
ruangan tindakan non bedah dan ruangan observasi. Ruangan resusitasi terdiri dari 1
( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah terdiri dari satu (1 ) tempat tidur,
ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur, ruangan observasi
terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur
2. PERALATAN
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Kementerian Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defribrilator.
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction ( 1 set )
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3) Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4) Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
5) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6) Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang ( 1 buah )
8) Gunting besar (1 buah )
9) Defribrilator ( 1 buah )
10) Monitor EKG ( 1 buah )
11) Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah )
12) Papan resusitasi ( 1 buah )
13) Ambu bag ( 1 buah )
14) Stetoskop ( 1 buah )
15) Tensi meter ( 1 buah )
16) Thermometer ( 1 buah )
17) Tiang Infus ( 1 buah )
3. AMBULANCE
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit saat ini memiliki 2 (dua)
unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
a. Perlengkapan Ambulance
1) AC
2) Sirine
3) Lampu rotater
4) Sabuk pengaman
5) Sumber listrik / stop kontak
6) Lemari untuk alat medis
7) Lampu ruangan
8) Wastafel
b. Alat & Obat
1) Tabung Oksigen ( 1 buah )
2) Mesin suction ( 1 buah )
3) Monitor EKG 1 buah )
4) Stretcher ( 1 buah )
5) Scope ( 2 buah )
6) Piala ginjal ( 5 buah )
7) Tas Emergency yang berisi :
Obat – obat untuk life saving (
Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
Senter ( 2 buah )
Stetoskop ( 3 buah )
Tensimeter ( 1 buah )
Piala ginjal ( 5 buah )
Oropharingeal air way
Gunting verban ( 2 buah )
Tongue Spatel ( 1 buah )
Reflex hummer ( 2 buah )
Infus set ( 1 buah )
IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
b. Tablet
N NAMA OBAT SATU JUMLA JENIS OBAT
O AN H
1. Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/
Betabloker
2. Adalat 10 mg Tablet 10 Anti hypertensi /
Betabloker
3. Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal
4. Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida
c. Cairan Infus
N NAMA OBAT SATU JUMLA JENIS OBAT
O AN H
1. Asering Kolf 4
2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
4 Dextrose 10 % Kolf 5
500ml
5. Dextrose In Saline Kolf 2
0,225
6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf 3
7. Kaen 3 B Kolf 1
8. Kaen 3 A Kolf 1
9. Larutan 2 A Kolf 7
10. Manitol 250 cc Kolf 2
11. Nacl 0,9 % 250 ml Kolf 1
12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
13. Nacl 3 % Kolf 1
14. Ringer Dextrose Kolf 6
15 Ringer Lactat Kolf 13
16. Ringer Solution Kolf 2
17. Dex 40 % 25 ml Flalon 6
d. Suppositoria
N NAMA OBAT SATU JUMLA JENIS OBAT
O AN H
1. Amicain Supp Supp 2 Anti emetik
2. Primperan sup Child Supp 3 Anti emetik
3. Primperan Sup Adult Supp 1 Anti emetik
4. Paracetamol Sup Supp 1 Anti piretik, Analgetik
5. Propyretic 160 mg Supp 1 Anti piretik, Analgetik
6. Proris Sup Supp 6 Anti piretik , Analgetik
7. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif
8. Stesolid 10 mg rect Tube 7 Sedatif
2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
N NAMA OBAT SATU JUMLA JENIS OBAT
O AN H
1. Cedantron Ampul 5 Antiemetik
2. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Ampul 5 Antasida
4. Lanoxin Ampul 2 Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin
6. Papaverin Ampul 12 Anti spasmudics
7. Sotatik Ampul 8 Anti emetik
8 Cortison Asetat Flacon 4 Anti inflamasi
9. Kanamycin 1 gr Flacon 10 Antibiotik
10. Procain Penicillin Flacon 2 Antibiotik
b. Obat tablet
N NAMA OBAT SATU JUMLA JENIS OBAT
O AN H
1. Aspilet Tablet 7 Anti coagulans, anti
trombotics
2. Inderal Tablet 5 Beta –Blockers
3. Inopamil Tablet 5
4. Isorbid Tablet 2 Cardiac drugs
5. Merislon Tablet 2 Anti vertigo
6. Propanolol Tablet 3 Beta Blockers
7. Strocain Tablet 5 Antacid& Antiulcerant
8. Norit Tablet 15
9. Ponstan Tablet 2 Analgetic& Antipiretic
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENGERTIAN
1. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi:
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh:
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
2. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)/ADVERSE EVENT
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cidera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cidera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah
3. KTD YANG TIDAK DAPAT DICEGAH/UNPREVENTABLE ADVERSE EVENT
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
4. KEJADIAN NYARIS CIDERA (KNC)/NEAR MISS
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat menciderai
pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi :
Karena “ keberuntungan”
Karena “ pencegahan ”
Karena “ peringanan ”
5. KESALAHAN MEDIS/MEDICAL ERRORS
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien
6. KEJADIAN SENTINEL/SENTINEL EVENT
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cidera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
K. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
A. PENDAHULUAN
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI
angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998
dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%.
Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan
gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal
Precaution”.
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
karyawan Rumah Sakit dilakukan dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
F. PROMOSI KESEHATAN
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit:
a. Pemeriksaan fisik lengkap
b. Kesegaran jasmani;
c. Rontgen paru-paru (bilamana mungkin);
d. Laboratorium rutin;
e. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
f. Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
g. Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan
oleh dokter (pemeriksaan berkala), tidak ada keragu-raguan maka
tidak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
a. Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaanpemeriksaan lain yang dianggap perlu;
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-
kurangnya 1 tahun.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
1) SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau
penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu;
2) SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun
atau SDM Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat
serta SDM Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan
pekerjaan tertentu;
3) SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan
khusus sesuai dengan kebutuhan;
4) Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula apabila
terdapat keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas
pengamatan dari Organisasi Pelaksana K3RS.
d. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan
kerja dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental.
Yang diperlukan antara lain:
1) Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait
dengan K3;
2) Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya;
3) SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung
diri dan kewajibannya;
4) Orientasi K3 di tempat kerja;
5) Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan
kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai
kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3.
e. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik SDM Rumah Sakit :
1) Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk
SDM Rumah Sakit yang dinas malam, petugas radiologi, petugas lab,
petugas kesling dll;
2) Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
3) Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
4) Pembinaan mental/rohani.
Pengendalian mutu (quality control) adalah proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan
atau perubahan segera setelah terjadi dalam rangka mempertahankan mutu.
Indikator mutu adalah variabel mutu yang dapat digunakan sebagai pengukuran terhadap
pencapaian standar, dapat dievaluasi dari waktu ke waktu dan dapat dipakai sebagai tolok
ukur prestasi kuantitatif/kualitatif terhadap perubahan dari standar atau target yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan selalu memperhatikan hubungan kerjasama para pelaksanan
pelayanan dari dokter, tenaga kesehatan dan tenaga lain yang bekerja di rumah sakit.
PENGUMPULAN
EKSKLUSI
STANDAR ≤ 2 perseribu
JAWAB
dokter (menit)
PENGUMPULAN
JAWAB
PENGUMPULAN
= 50)
SUMBER DATA Survey
STANDAR ≥ 70%
JAWAB
BAB IX PENUTUP
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat
dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat
ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat
darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini diharapkan dapat mengatasi berbagai
kendala, antara lain sumber daya manusia, kebijakan manajemen rumah sakit serta pihak-
pihak terkait yang umumnya masih dengan paradigma lama yang “melihat” pelayanan
Gawat Darurat di rumah sakit “hanya” mengurusi masalah penanganan pasien secara medis
saja, melainkan juga memperhatikan kepuasan pasien dan keluarga pasien terhadap
pelayanan medis.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Buku Pedoman ini diperlukan komitmen dan kerjasama
yang lebih baik antara berbagai unit terkait, sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya
akan semakin optimal, dan khususnya pelayanan Instalasi Gawat Darurat dan akan dirasakan
oleh pasien dan masyarakat.