DAFTAR ISI
COVER................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
SK DIREKTUR TENTANG PEDOMAN HAK KEWAJIBAN PASIEN DAN
KELUARGA ............................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................. 2
B. Tujuan Pedoman............................................................... 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan................................................ 2
D. Batasan Operasional......................................................... 2
E. Landasan Hukum.............................................................. 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN........................................................ 2
A. Distribusi Ketenagaan....................................................... 2
B. Jadwal Kegiatan ............................................................... 2
BAB III STANDAR FASILITAS ............................................................ 2
A. DENAH RUANG................................................................ 2
B. STANDAR FASILITAS...................................................... 2
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN................................................. 14
BAB V LOGISTIK................................................................................. 14
BAB VI KESELAMATAN PASIEN........................................................ 14
BAB VII KESELAMATAN KERJA......................................................... 1
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU........................................................ 14
BAB IX PENUTUP................................................................................ 14
RUMAH SAKIT HARAPAN SEHAT PEMALANG
Jl. RE. Martadinata Pelutan Pemalang
Telp. (0284) 3291261, E-mail: rshs_pemalang@asia.com
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN SEHAT PEMALANG
NOMOR:
TENTANG
PEDOMAN HAK KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA
RUMAH SAKIT HARAPAN SEHAT PEMALANG
Ditetapkan di : Pemalang
Pada tanggal : 20 April 2022
Direktur RS Harapan Sehat Pemalang
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas Rahmat-
Nya maka Pedoman Hak Kewajiban Pasien dan Keluarga ini dapat
diselesaikan sesuai dengan kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit
Harapan Sehat Pemalang.
Pedoman Hak Kewajiban Pasien dan Keluarga ini disusun sebagai
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Harapan Sehat Pemalang dan sebagai acuan pelayanan di Unit Kerja
minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sekali.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan maka diperlukan suatu
Pedoman yang dapat dijadikan acuan bagi unit kerja yang bersangkutan
dan semua Sumber Daya Manusia (pemberi layanan) yang terkait dalam
melaksanakan kerja di Rumah Sakit Harapan Sehat sesuai dengan tugas,
fungsi dan standar pelayanan yang benar.
Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan
bila ditremukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi Rumah Sakit
Harapan Sehat Pemalang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Unit
Kerja/Pokja/Tim/Komite yang dengan segala upayanya telah berhasil
menyusun Pedoman Hak Kewajiban Pasien dan Keluarga yang
merupakan hasil kerja sama yang baik dari semua pihak yang telah
terlibat di dalamnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
rumah sakit dalam memenuhi hak-hak pasien.
B. TUJUAN
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan di Rumah sakit AKREDITASI
dalam melakukan pelayanan yang berhubungan dengan hak pasien dan
keluarga, meliputi :
Identitas, perlindungan dan peningkatan hak pasien
Pemberitahuan kepada pasien tentang hak mereka
Persetujuan tindakan ( Informed Consent )
Pendidikan kepada staf tentang hak pasien
3
barang milik pasien, mengambil alih tanggung jawab dalam keadaan
pasien tidak mampu
7. Hak perlindungan dari kekerasan fisik
8. Hak bebas dari rasa nyeri.
D. Batasan Operasional
Batasan operasional diperlukan untuk menghindari timbulnya salah
pengertian atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah. Oleh karena itu
penulis menggunakan penegasan istilah agar ruang lingkupnya tidak
terlalu luas dan terjadi persepsi serta pemahaman yang jelas.
Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh
seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau
memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Hak pasien menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di
luar Rumah Sakit;
4
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan
Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus
dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hukum.
Kewajiban pasien :
a) Mematuhi Peraturan yang berlaku di Rumah sakit
b) Menggunakan fasilitas rumah Sakit secara bertanggung jawab.
c) Menghormati hak pasien lain,pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas lainya yang bekerja di Rumah Sakit.
5
d) Memberikan informasi yang jujur,lengkap dan akurat sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuanya tentang masalah
kesehatanya.
e) Memberikan informasi mengenai kemampuan financial dan
jaminan kesehatan yang dimilikinya.
f) Mematuhi rencana terapi yang di rekomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Rumah sakit dan di setujui oleh pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
g) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan
oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatanya .
h) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang di terima.
Keluarga Pasien, adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
6
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketrgantungan. Keluarga
dekat adalah suami, istri, ayah, ibu kandung, anak kandung, saudara
kandung atau pengampunya.
Ayah : Ayah kandung, Termasuk “ayah” adalah ayah angkat yang
ditetapkan berdasarkan penetapan pangadilan atau hukum adat.
Ibu :
• Ibu kandung;
• Termasuk “ibu” adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pangadilan atau hukum adat.
Suami : Seorang laki – laki yang dalam suatu ikatan perkawinan dengan
seorang perempuan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
Istri:
• Seorang perempuan yang dalam suatu ikatan perkawinan dengan
seorang laki–laki berdasarkan peraturan perundang – undangan yang
berlaku;
• Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari satu istri, persetujuan
atau penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
Wali :
• Orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau
orang yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
IndukSemang
• Orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertanggungjawab
terhadap prbadi orang lain, seperti pimpinan asrama dari anak perantauan
atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang
belum dewasa.
7
penyakit yang dilengkapi dengan peralatan medis, lengkap dengan dokter
atau perawatnya.
a) Hak rumah sakit :
1) Rumah Sakit berhak menentukan jumlah, jenis dan
kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi
Rumah Sakit.
2) Rumah sakit berhak menerima imbalan jasa pelayanan seta
menentukan remunerasi, insentif dan penghargaab sesuai
dengan ketentuan perundang – undangan.
3) Rumah sakit berhak melakukan kerjasama dengan pihak lain
dalam rangka mengembangkan pelayanan
4) Rumah sakit berhak menerima bantuan dari pihak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perudang – undangan yang
berlaku.
5) Rumah Sakit berhak menggugat pihak yang mengakibatkan
kerugian.
6) Rumah sakit berhak mendapat perlindungan hukum dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan.
7) Rumah Sakit berhak mempromosikan layanan kesehatan
yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan.
8) Rumah Sakit berhak untuk mendapatkan insentif pajak bagi
Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan
sebagai Rumah Sakit pendidikan.
9) Rumah Sakit wajib melaksanakan sistem rujukan.
10) Rumah Sakit wajib menolak keinginan pasien yang
bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang – undangan.
11) Rumah Sakit wajib memberikan informasi yang benar, jelas
dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien.
8
12) Rumah Sakit wajib menghormati dan melindungi hak – hak
pasien.
m. Rumah Sakit wajib melaksanakan etika Rumah Sakit.
13) Rumah Sakit wajib memiliki sistem pencegahan kecelakan
dan penanggulangan bencana.
14) Rumah sakit wajib melaksanakan program pemerintah di
bidang kesehatan baik secara regional masupun nasional.
15) Rumah Sakit membuat daftar tenaga medis yang melakukan
praktik kedokteran.
16) Rumah Sakit wajib melindungi dan memberikan bantuan
hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas.
17) Rumah Sakit memberlakukan seluruh lingkungan Rumah
Sakit sebagai kawasan tanpa rokok.
Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter Spesialis, dokter gigi dan
dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
baik di dalam maupun di luar negri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan perudang – undangan.
Hak dokter :
1. Dokter berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Dokter berhak untuk bekerja menurut standar pelayanan serta
berdasarkan hak otonomi.
3. Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan
dengan perundang – undangan, profesi dan etika.
4. Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien
apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu
buruk sehingga kerja sama yang baik tidak mungin diteruskan lagi,
kecuali untuk pasien gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien
kepada orang lain.
9
5. Dokter berhak atas privasi
6. Dokter berhak mendapat informasi lengkap dari pasien yang
dirawatnnya atau dari keluarganya.
7. Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam
menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanan.
8. Dokter berhak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh Rumah
Sakit maupun oleh pasien.
9. Dokter berhak untuk mendapat imbalan atas jasa profesi yang
diberikannya berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit.
Kewajiban dokter :
1. Dokter wajib mematuhi peraturan Rumah Sakit sesuai dengan
hubungan hukum antara dokter dengan Rumah Sakit.
2. Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
pelayanan kedokteran dan menghormati hak – hak pasien.
3. Doketr wajib merujuk pasien ke dokter lain atau Rumah Sakit lain
yang mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.
4. Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan kelaurga dan dapat menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya.
5. Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
6. Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.
7. Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya
tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat
ditmbulkannya.
10
8. Dokter wajib membuat rekam medis secara lengkap dan
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
9. Dokter wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/kedoketean gigi.
10. Dokter wajib mematuhi hal – hal yang telah disepakati/perjanjian yang
telah dibuatnya
11. Doketr wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien
12. Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak Rumah
Sakit.
E. Landasan Hukum
A. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
B. Undang Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
C. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
D. Peraturan Menteri Kesehatan Republik No. 03 tahun 2020 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik No. 129 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal RS;
F. Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2020 tentang Akreditasi
Rumah Sakit;
G. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 Tentang Standar Akreditasi Rumah
Sakit;
H. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
I. Undang-undang Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah
Sakit Dan Kewajiban Pasien;
J. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien;
11
K. SK Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-
2441171.AH.01.01 Tahun 2015 tentang Pengesahan Pendirian Badan
Hukum Perseroan Terbatas PT. Ati Sri Subekti Harapan Sehat;
L. SK Direktur PT. Ati Sri Subekti Harapan Sehat Nomor: 001/PT-
ASSH/SK/III/201 tertanggal 06 Maret 2021 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Harapan Sehat Pemalang periode 06 Maret
2021;
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Distribusi Ketenagaan
1. Ketenagaan Program Kerja Hak Kewajiban Pasien dan
Keluarga terdiri dari :
a) Ketua 1 orang
b) Wakil 1 orang
c) Anggota 4 orang
KETUA
WAKIL
12
b) Ketenagaan di Instalasi Gawat Darurat
1) Perawat dan Bidan
Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan
standar minimal bersertifikat PPGD. Kategori :
-1 orang Kepala Ruang
-1 perawat penanggung jawab
-2 orang Pelaksana
Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar
minimal bersertifikat BLS. Kategori :
-1 perawat penanggung jawab
-1 orang Pelaksana
Untuk Dinas Malam :
yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar
minimal bersertifikat BLS. Kategori :
-1 menjadi penanggung jawab
-1 orang Pelaksana
13
B. Jadwal Kegiatan dan Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
a) Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di per-
tanggung jawabkan oleh Kepala Ruang (KaRu) IGD dan
disetujui oleh Kepala Keperawatan.
b) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan di-
realisasikan ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan.
c) Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting
pada hari tertentu, maka perawat tersebut dapat menga-
jukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan
akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada
(apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak meng-
ganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
d) Setiap tugas jaga/ shift harus ada perawat penanggung
jawab shift (PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D
III Keperawatan, serta memiliki sertifikat tentang kegawat-
daruratan.
e) Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas
malam, lepas malam, libur dan cuti.
f) Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal se-
hingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetap-
kan (terencana), maka perawat yang bersangkutan harus
memberitahu Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberi-
tahu Karu IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan su-
dah mencari perawat pengganti, apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka
KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal
paling dekat di rumah sakit.
14
g) Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana),
maka Kepala Ruang IGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal paling
dekat di rumah sakit. Apabila perawat pengganti tidak di
dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelum-
nya wajib untuk menggantikan.
15
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD
a) Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung
jawab Ka Instalasi Gawat Darurat dan disetujui oleh Mana-
jer Pelayanan.
b) Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan
serta sudah diedarkan ke Instalasi terkait dan dokter jaga
yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c) Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan
maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling
lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter terse-
but wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat
dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak di-
dapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh
dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh
dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti
tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.
16
3) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat
dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak di-
dapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan
oleh dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap
oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga peng-
ganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelum-
nya wajib untuk menggantikan.
17
3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
a) Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung
jawab Manager Pelayanan.
b) Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3
bulan serta sudah diedarkan ke Instalasi terkait dan dokter
konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di
mulai.
c) Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetap-
kan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Manager Pelayanan atau
ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk
dokter jaga konsulen pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Manager Pelayanan atau
ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut
sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apa-
bila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka
Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter
jaga konsulen pengganti.
18
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Pendaftaran loket 1 dan 2, kasir
26
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
27
c) Pasien Tuna Rungu dan Tuna Wicara pemberian informasi HPK akan
dilaksanakan oleh petugas khusus.
d) Selama dalam proses perawatan dan pengobatan, keterlibatan keluarga sangat
diutamakan diantaranya :
1) Keterlibatan pasien dalam proses persetujuan tindakan (Informed Consent)
2) Keterlibatan keluarga terhadap pengambilan second opinion
3) Keterlibatan keluarga dalam keadaan darurat, kritis, DNR (Do Not
Resusitation)
28
dan pasien dapat diberikan informasi nomor urut dan perkiraan jam
kedatangannya sehingga pasien tidak menunggu lama di ruang tunggu.
Dengan adanya pelayanan perjanjian rawat jalan diharapkan semua pasien
dapat melakukan perjanjian dengan mudah dan dapat meningkatkan
kepuasan dokter dan pasien. Hal ini telah diatur dalam Pedoman perjanjian
rawat jalan.
Dengan adanya pelayanan perjanjian rawat jalan ini diharapkan semua
pasien dapat melakukan perjanjian dengan mudah dan dapat meningkatkan
kepuasan dokter dan pasien.
29
seperti itu seseorang cenderung bertindak emosional. Bayangkan
kita berada dalam posisi klien yang lelah, gelisah, sakit, khawatir
akan vonis dokter, dll.
Biarkan klien melepaskan kemarahannya. Cari fakta inti
permasalahannya, jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan
dengan perasaan dan emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi
selalu menutupi maksud klien yang sesungguhnya. Ulangi setiap
fakta yang dikemukakan klien, sebagai tanda kita benar-benar
mendengarkan mereka.
Tatap mata klien dan fokus, jauhkan semua hal yang merintangi
konsentrasi kita pada klien (telepon, tamu lain, dll).
Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan
menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara klien yang cenderung
tinggi dan cepat. Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-
pelan.
Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas
masukannya, dan sebut klien dengan namanya.
2) Berusaha sependapat dengan klien.
Bukan berarti kita selalu membenarkan klien, kita mencari point-point
dalam pernyataan yang bisa kita setujui.
3) Selalu peka dan bertindak dengan cepat.
4) Kesabaran pasien terbatas.
Pasien akan mengekspresikan ketidakpuasannya dengan cara lain yang
tidak menguntungkan bagi rumah sakit apabila dirasakan penanganan
keluhan dirasakan lambat.
5) Mengakui kemarahan klien
Gunakan kata-kata seperti, ”Saya mengerti kalau ibu menjadi marah.
Ibu benar, kalau saya jadi ibu mungkin saya juga akan marah. Saya
berjanji hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di kemudian hari”.
6) Meminta Maaf.
30
Terkadang komplain yang terlihat rumit dapat selesai hanya dengan
sebuah permintaan maaf yang tulus. Terlepas dari apakah komplain
pasien berdasar atau tidak, meminta maaf atas pengalaman yang
dirasakan oleh pasien seringkali efektif dalam memberikan efek
positif serta meredakan kemarahan pasien.
Dalam rangka meredamkan marah kita harus meminta maaf apapun
yang terjadi.
Permohonan maaf dapat disampaikan tanpa harus mengakui
kesalahan, karena sering kali terjadi kesalahan justru ada pada klien
yang belum memahami peraturan.
7) Berempati.
Hal ini penting sebagai awal untuk membangun kepercayaan antara
kedua pihak.
Pahami persepsi klien dan tempatkan pada posisi klien.
8) Jangan defensif.
Kebanyakan penyedia jasa dalam menghadapi komplain sejak awal
sudah bertindak defensif serta berargumentasi sekan-akan kesalahan
tidak mungkin dilakukan oleh pihak penyedia jasa. Hal ini tentu saja
bukan penanganan komplain yang diinginkan oleh pasien.
9) Jelaskan langkah-langkah penyelesaian komplain dan berikan
timeframe.
Kebanyakan komplain yang terjadi di rumah sakit membutuhkan
investigasi yang lebih mendalam. Sampaikan rencana penyelesaian
masalah berikut perkiraan waktu yang dibutuhkan kepada pasien.
10) Beritahu pasien setiap perkembangan penanganan komplainnya.
Pasien tidak akan suka dibiarkan menunggu dalam ketidakpastian.
Untuk itu pastikan pasien mendapatkan informasi terkait perkembangan
penanganan komplainnya.
11) Gunakan pendekatan problem solving dalam penyelesaian komplain.
12) Pertimbangkan kompensasi.
31
Memberikan kompensasi sebagai bagian dari strategi service recovery
terhadap pasien yang telah merasa dirugikan baik waktu maupun biaya.
Pendekatan kompensasi juga untuk mereduksi risiko pasien melakukan
upaya hukum atau upaya lain yang berpotensi membahayakan image
rumah sakit.
13) Petugas membuat laporan dan melakukan evaluasi perbaikan mutu
layanan.
e) Pasien yang menyampaikan keluhan di luar jam kerja, memperhatikan
langkah-langkah berikut:
1) Keluhan pasien disampaikan langsung atau melalui telepon kepada
petugas yang sedang jaga.
2) Data-data pasien (nama, nomor telepon, masalah) dicatat dalam buku
laporan komplain pasien.
3) Komplain pasien yang belum dapat diatasi oleh petugas dan perlu
ditindaklanjuti, segera dilaporkan kepada Supervisor.
f) Pasien yang menyampaikan keluhan langsung kepada Manajemen/ Direktur,
memperhatikan langkah-langkah berikut:
1) Tim Humas/petugas mendampingi pasien menghadap kepada
Manajemen/ Direktur.
2) Manajemen/Direktur menerima komplain pasien yang dicatat oleh
Petugas dan langsung menindaklanjutinya dengan unit terkait dan
segera memberikan solusi.
3) Petugas membuat laporan dan melakukan evaluasi perbaikan mutu
layanan.
g) Pasien yang menyampaikan keluhan melalui email dan website,
memperhatikan langkah-langkah berikut:
1) Bagian Humas menerima keluhan pelanggan melalui email dan
web site dan mempelajarinya kemudian melaporkannya kepada Kepala
Manajemen Bisnis.
32
2) Petugas mengolah komplain dan melakukan klarifikasi dengan unit
terkait dan melakukan koordinasi untuk memberikan solusi melalui
email dan website kepada pasien.
3) Petugas memastikan pelanggan telah menerima dan puas dengan
jawaban terhadap komplain tersebut.
4) Petugas membuat laporan dan melakukan evaluasi perbaikan mutu
layanan.
h) Setiap keluhan atau komplain yang tidak dapat terselesaikan di unit
pelayanan akan di tindak lanjuti oleh Bagian Humas RS dengan tugas
menerima komplain dari pelanggan dan kemudian dilakukan analisa serta
penyelesaiannya.
i) Bagian Humas RS juga mempunyai tugas untuk melaporkan serta
menganalisa semua komplain yang masuk ke Direktur Rumah Sakit secara
berkala.
j) Apabila keluhan tidak terselesaikan oleh Bagian Humas akan ditindaklanjuti
oleh Direktur RS dan bila tidak terselesaikan oleh Direktur RS akan di bawa
ke Konsultan Hukum dan Pengadilan
k) Penanganan komplain dapat diselesaikan dengan alur sebagai berikut :
1) Pengadu Eksternal/Internal menyampaikan komplain. Bisa secara
langsung maupun tidak langsung, menulisnya pada Lembar Keluhan
dan Saran yang sudah disediakan;
2) Unit kerja yang menerima komplain menerima kembali Lembar
Keluhan dan Saran dari Pengadu dan menyerahkannya ke Kabid
Pelayanan;
3) Kabid pelayanan menindaklanjuti komplain dengan unit terkait dan jika
komplain tidak terselesaikan maka komplain akan diselesaikan dengan
melibatkan manajemen.
33
RS Harapan Sehat Pemalang menyediakan leaflet jadwal praktik dokter yang
mudah terlihat oleh pasien dan pada saat pasien melakukan pendaftaran, petugas
pendaftaran selalu menanyakan nama dokter yang diinginkan dan kelas
perawatannya sehingga pasien bebas untuk menentukan dokter yang akan
merawatnya dan kelas perawatan yang diinginkan.
34
akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda
ketika hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi
perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan
keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang
merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang
perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion (terdapat dalam
panduan ini). Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka
formulir Permintaan Pendapat lain (second opinion) diisi oleh pasien atau walinya
dan diketahui oleh Dokter (DPJP) serta saksi.
35
untuk melakukan sumpah yang diselenggarakan oleh RS Harapan Sehat
Pemalang.
2) Setiap pasien yang menjalankan perawatan kesehatannya di RS Harapan
Sehat Pemalang wajib mengisi formulir pelepasan rahasia kedokteran
dimana pasien tersebut menunjuk 2 (dua) orang yang dipercayainya untuk
menerima informasi kesehatannya.
3) RS Harapan Sehat Pemalang menerapkan aturan hak akses kepada berkas
rekam medis pasien. Hal ini telah diatur dalam pedoman pelayanan
instalasi rekam medis.
10. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata
cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
Pengelolaan kegiatan pemberian informasi dan edukasi pasien dan
keluarga di Rumah Sakit dilaksanakan didalam dan diluar gedung Rumah Sakit.
Informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga dilakukan sejak pertama kali
pasien datang ke rumah sakit dan bertemu dengan petugas mulai dari petugas
fronf office , perawat, /bidan, dokter/ apoteker, analis, ahli gizi, radiographer dan
terapis petugas.
Ada tiga tahapan dalam memberikan informasi dan edukasi pada pasien
dan keluarga yaitu :
a) Melakukan asessmen/ identifikasi tentang kebutuhan edukasi yang akan
dilakukan
Tata laksana proses pemberian informasi kepada pasien dan keluarga dari PPA
(Profesional Pemberi Asuhan) meliputi :
36
1) PPA (Profesional Pemberi Asuhan) memperkenalkan diri sebelum
memberikan asuhan
2) PPA menjelaskan setiap tindakan atau prosedur yang diusulkan kepada
pasien/keluarga.
3) PPA (Profesional Pemberi Asuhan) memberikan informasi tentang
penyakit dan rencana asuhan meliputi :
Diagnosis kerja dan diagnosis banding
dan dasar diagnosis
Kondisi pasien
Tindakan yang diusulkan
Tata cara dan resiko tindakan
Manfaat dan resiko tindakan
Nama orang mengerjakan tindakan
Kemungkinan alternative dari tindakan
Prognosis dari tindakan
Kemungkinan hasil yang tidak terduga
Kemungkinan hasil bila tidak
dilakukan tindakan
4) PPA (Profesional Pemberi Asuhan) juga memberitahu pasien, nama dokter
atau professional pemberi asuhan ( PPA ) lainnya sebagai penanggung
jawab asuhan pasien yang diberi izin melakukan tindakan dan prosedur.
← PPA (Profesional Pemberi Asuhan) memberikan informasi tentang DPJ
atau PPJA serta informasi kompetensi dan kewenangan PPA bila diminta
oleh pasien/keluarga untuk memutuskan kelanjutan asuhan.
← Informasi yang diberikan didokumentasikan dalam form Edukasi
Terintegrasi
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
37
Sebelum memberikan tindakan kepada pasien, petugas medis akan memberikan
informasi tindakan kepada pasien dan meminta persetujuan dari pasien.
Apabila pasien setuju dengan tindakan yang akan diberikan, pasien akan
menandatangai formulir persetujuan tindakan dan bila pasien menolak tindakan
maka pasien akan menandatangani formulir penolakan tindakan (formulir
persetujuan dan penolakan terlampir). Hal ini diatur dalam Pedoman
persetujuan tindakan kedokteran.
38
rumah sakit dan selama berada di rumah sakit.
b) Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada di RS Harapan Sehat
Pemalang harus menggunakan tanda pengenal berupa tanda identitas pasien,
kartu visitor/pengunjung atau kartu pengenal karyawan.
c) Setiap pelayanan medis yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan
regulasi RS yaitu kebijakan dan standar prosedur operasional.
d) Barang yang dititipkan oleh pasien adalah ketika pasien tidak mampu
mengamankan sendiri barang pribadinya (pasien gawat darurat, pre/ post op,
sebelum tindakan, dll) dan dilakukan pencatatan/dokumentasi dan dititipkan
ke petugas security RS serta disimpan di dalam lemari berkunci di pos
security.
e) Petugas rumah sakit menginfokan pada pasien bahwa pasien dilarang
membawa barang berharga selama di Rumah Sakit.
f) Petugas rumah sakit menginfokan pada pasien mengenai kondisi pasien yang
bagaimana yang dapat menitipkan barang berharga milik pasien selama di
Rumah Sakit.
g) Petugas rumah sakit berkoordinasi dengan pasien/ keluarga dan saling
bekerjasama menjaga barang pribadi milik pasien selama masa perawatan di
rumah sakit.
h) Petugas rumah sakit menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang
waktu jam besuk pasien.
i) Petugas rumah sakit memberikan pengarahan kepada pasien untuk selalu
menempatkan barang miliknya di tempat yang aman.
j) Petugas rumah sakit menganjurkan pasien menyimpan barang berharga
miliknya di dalam lemari atau meja terutama saat jam besuk dan istirahat.
k) Petugas rumah sakit menganjurkan keluarga pasien untuk mengunci pintu
kamar saat pasien dan keluarga meninggalkan ruangan.
l) Petugas rumah sakit berkoordinasi dengan petugas sekuriti melalui
penggunaan kamera tersembunyi.
m) Jika menemui orang yang gerak geriknya mencurigakan segera laporkan
kepada petugas sekuriti agar ditindak lanjuti.
39
Untuk memenuhi hak pasien dalam perlindungan pasien dari kekerasan
fisik Rumah Sakit Harapan Sehat Pemalang melaksanakan upaya-upaya yang
diatur dalam pedoman HAK KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA.
Kekerasan fisik yang mungkin terjadi terhadap pasien dapat berasal dari
petugas rumah sakit, pasien lain maupun penunjang. Pelaksanaan
perlindungan pasien dari kekerasan fisik di terapkan pada saat pertama kali
pasien dan keluarga pasien melakukan pendaftaran di Rumah Sakit Harapan
Sehat Pemalang baik di lakukan di poli rawat jalan, rawat inap maupun IGD
serta di seluruh pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah Sakit. Secara
keseluruhan, proses perlindungan di lakukan di lingkungan internal rumah
sakit selama pasien mendapatkan pelayanan kesehatan.
Proses pelaksanaan perlindungn dapat di lakukan oleh komponen staf
medis Rumah Sakit Harapan Sehat Pemalang dan tim keamanan yang
disediakan dan di tugaskan untuk melakukan identifikasi dan pengawasan
terhadap pasien-pasien yang membutuhkan perhatian extra.
1) Tata laksana Perlindungan Tindak kekerasan secara umum
Petugas medis masing-masing unit pelayanan mengidentifikasi
pasien yang beresiko terkenanya tindak kekerasan / yang
memerluksan perlindungan.
Petugas medis menempatkan pasien / tempat tidur [asien sesuai
dengan kategori setiapkasus yang didierita pasien.
Petugas medis menginfokan /meminta keluarga pasien untuk
dapat membantu menjaga pasien selama di Rumah Sakit
Harapan Sehat Pemalang.
Dilakukan sistem jam kunjung pasien,dengan batasan - batasan
tertentuuntuk dapat memonitor kondisi pasien ,baik memonitor
dari kesehatan maupun risiko meliputi jam 07.00-23.00.
Disediakan kartu jaga /penunggu pasien selama proses rawat
inap untuk keluarga pasien jaga malam.
Dilakukan monitor dengan media CCTV pada lokasi terpencil
/terisolasi,pemantauan individu yang di curigai akan melakukan
40
tindakan kekerasaan,identifikasi pengunjung dan pengawasaan
keamanan.Pada saat Shiff I dan Shif II CCTV diawasi oleh PDE
apabila terjadi kekerasaan fis ik Kemudian lapor ke security dan
untuk shif III di awasi langsung oleh security.
Disusun mekanisme/sistem pengawasaan yang terpadu antara
perawat /petugas dengan satuan pengamanan rumah sakit untuk
mengantisipasi kondisi terjadinya kekeraaan fisik.
Petugas medis ruangrawat inap melakukan penguncian akses
pintu yang terhubung dengan jalan keluar masuk pengunjung
dengan ruang rawat inappasien setelah jam berkunjung selesai.
2) Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien Bayi dan Anak –anak
Ruang rawat inap perinatologi harus dijaga oleh seorang perawat
atau bidan yang tidakboleh menggalkan ruangan sebelum ada
pengganti perawat atau bidan yangmenggantikannya
Ruang rawat inap anak anak,yang terletak di ruang bangsal,harus
ada perawat yang menjaga dan mengawasi seisi ruangan yang
adanya salah satu anggota keluarganya pasien yang menjaga
pasien secara bergantian.
Pemanfaatan CCTV untuk memantau kondisi pasien (bayi dan
anak -anak) dan keluar masuknya pengunjung /Staf di ruangan.
Pengamanan tempat tidur pasien dari risiko kelalaian petugas
selama masa asuhan keperawatan.
3) Tata laksana Perlindungan terhadap Penderita Cacat
Petugas menskrining penderita dengan indikasi khusus (cacat)
dengan menempatkan ruang tempat tidur tersendiri atau didekatkan
dengan Pos jaga,untuk penderita rawat jalan petugas dapat
menempatkan penderita yang mudah di monitor petugas/staf yang
ada.
Perawat menginformasikan kepada keluarga untuk dapat
membantu mengawasi dan melakukan pengawasaan selama proses
pengobatan9rawat jaln/rawat inap)
41
4) Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien Manula,Gangguan
Mental dan emosional
Penempata pasien dengan gangguanmental dan emosional
dapat di sediakanlsolasi/ ruangan khusu yang berbeda dengan
pasien yang lainya.
Meminta keluarga pasien untuk membantu menjaga pasien
selama proses rawat inap.
Apabila ada pasien gaduh gelisah di pasang reistrain.
5) Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien yang beresiko disakiti (Risiko
penyiksaan, tersangka tindak pidana, korban kekerasan, napi)
Memasang bel di setiap ruangan untuk memudahkan pasien apabila
di lakukan kekerasan oleh orang lain.
Petugas berkoordinasi dengan satuan pengamanan rumah sakit
untuk tetap melakukan pemantauan kondisi dan perilakupasien,bila
di perlukan bekerjasama dengan pihak yang berwajib
6) Tata laksana Pelaporan Tindak kekerasaan Fisik
Apabila terjadi suatu tindak kekerasaan fisik di rumah
sakit ,seluruh yang mengetahui menemukan insiden segera
melaporkan ke kepala bagian tempat terjadinya tindak untuk di
tindak lanjutiuntuk mengurangi dampak akibat yang tidak di
harapkan.
Lakukan pengamanan internal yang di lakukan oleh staf medis
yang terdekat yang melihat langsung tindak kekerasan fisik pada
pasien.
Segera menghubungipetugas keaamanan rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut sebagai antisipasi risiko tindakan yang
berlebih terhadap pasien.
Setelah selesai mengisi laporan,segera buat laporan insidenya
dengan mengisi formulir laporan insiden pada akhir jam kerja/shif
paling lambat 2x24 jam ,jangan menunda laporan.
42
Setelah selesai mengisi laporan ,segera serahkan pada atasan
langsung pelapor kepala bagian
Atasan langsung akan memeriksa laporan apakah kekerasan fisik
yang terjadi dapatdi selesaikan pada tingkat kepala bagian.atau
memerlukan keputusan yang lebih tinggi.
Pada kasus insidentindak kekrasaan yang tidak selesai di tingkat
bagian setelah menerima laporan segeramembentuk TIM
investigasi yang terdiri dari personel keamanan rumah sakit dan
pihak yang berwajib.
Setelah selesai melakukan investigasi,lakukan sistim pelaporan
hasil investigasi.
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah
Sakit terhadap dirinya.
Untuk meningkatkan kepuasan pasien, RS Harapan Sehat Pemalang
memberikan beberapa fasilitas pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan oleh pasien. Adapun fasilitas pengaduan yang diberikan adalah :
a) Formulir Survei Kepuasan Pasien
b) Formulir Saran dan Masukan di setiap Kotak Saran
c) Whatsapp ke nomor 085803333530
Tata laksana penanganan masukan dan saran terdapat di dalam Panduan
penanganan komplain.
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien, yaitu menjalankan ibadah sesuai agama
dan kepercayaannya, RS Harapan Sehat Pemalang memberikan pelayanan
kerohanian. Namun setiap pelayanan kerohanian yang diberikan, RS Harapan
Sehat Pemalang harus meminta persetujuan terlebih dahulu dengan pasien yang
bersangkutan.
43
17. Menerima secara terbuka terhadap pasien yang menggugat atau menuntut
rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana.
BAB V
LOGISTIK
A. Definisi
B. TUJUAN
44
1) Mendapatkan barang dalam jumlah cukup dan berkualitas;
2) Mencapai daya guna yang optimal;
3) Memberikan kepuasan dan rasa nyaman bagi pasien;
4) Mencegah infeksi nosokomial;
5) Memberikan kemudahan bagi perawat.
D. RUANG LINGKUP
1. Perencanaan Logistik
a) Tujuannya agar barang yang diterima sesuai dengan
standar kebutuhan ruangan IGD baik kualitas maupun
kuantitas;
b) Perencanaan barang diruang rawat adalah Kepala
RuangRawat;
c) Cara :
Rencana kebutuhan disusun berdasarkan jenis,
prioritas, standar, jumlah dan kualitas;
Permintaan ditulis pada formulir yang tersedia;
Waktu : barang rutin direncanakan tiap bulan dan
barang non ruti direncanakan tiap akhir tahun
anggaran.
Alur Perencanaan
Seluruh Bagian Mengajukan Permintaan Sarpras Saat
Rapat Bulanan Dengan Direktur
45
Petugas Logistik Mengedarkan Form Order Barang Ke
Seluruh Masing-Masing Bagian
Pendistribusian Barang
46
2. Pengadaan Barang
Pengadaan barang dilaksanakan bagian urusan logistik rumah
sakit
3. Pendistribusian
a) Dilaksanakan oleh gudang farmasi dan atau gudang umum/
londry;
b) Pelaksanaan pendistribusian dilakukan setelah barang
ada.
c) Cara :
1. Barang datang diterima oleh :
Gudang farmasi : berupa alat kesehatan;
Gudang umum : alat rumah tangga/ kantor;
Instalasi loundry : alat tenun/ linen.
2. Setelah barang diterima oleh ketiga tempat tersebut
maka barang didistribusikan ke seluruh rawat inap;
3. Prosedur permintaan barang dari kepala ruang ke
keperawatan dengan tembusan ke bagian logistik RS;
4. Barang didistribusikan keruang rawat kemudian
dicatat dalam buku inventaris ruangan, selanjutnya
dapat digunakan untuk pelayanan sesuai kebutuhan.
d) Untuk barang-barang non rutin / tertentu.
4. Logistik Keperawatan
a) Barang yang telah diterima disimpan dan dicatat dengan
baik menurut kelompok dan jenisnya;
b) Barang ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengecekan setiap waktu dan pengeluaran
jika dibutuhkan;
c) Peralatan yang dibutuhkan sehari-hari tiap pagi disiapkan;
47
d) Selesai pemakaian, alat dibersihkan kemudian disimpan
sesuai tempatnya;
e) Setiap operan dinas alat dioperkan kepada petugas
berikutnya;
f) Alat-alat secara periodik sesuai jadwal IPSRS dilakukan
perawatan/ service/ perbaikan. Alat yang rusak dan tidak
bisa dipakai dikembalikan ke bagian aset rumah sakit.
5. Penghapusan
a) Adalah kegiatan pembebasan barang dari
pertanggungjawaban sesuai peraturan perundang-
undanganyang berlaku, peralatan yang rusak berat dan tidak
dapat diperbaiki / tidak layak pakai yang telah dinyatakan
oleh IPSRS, barang hilang akibat kecelakaan, bencana
alam, tercecer atau tidak ditemukan, dilaporkan oleh kepala
ruang kepada sub bagian rumah tangga dengan bukti form
pengambilan barang;
b) Dari Ka. Sub bag rumah tangga selanjutnya barang tersebut
diambil dan diserahkan ke bagian IPSRS;
c) Pencatatan inventaris ruangan dikurangi sesuai barang yang
dikembalikan dan secara kontinu lapor kebagian logistik baik
menerima atau mengembalikan barang.
6. Pengawasan/ pengendalian
Pengawasan peralatan dilaksanakan oleh petugas logistik
ruangan atas nama kepala ruang.
a) Pencatatan dan pelaporan
Setiap barang yang telah diterima oleh ruang rawat dicatat
oleh petugas inventaris ruangan dan dimasukan ke dalam
buku inventaris;
b) Pencatatan dan Pelaporan Inventaris Barang Dilaporkan
Kepada :
Kepala ruang setiap bulan;
48
Ka. Sie keperawatan tiap 6 bulan;
Ka. Urusan Logistik.
c) Pengambilan Barang
Barang dari gudang diambil oleh ruangan. Petugas bagian
logistik dan rawat inap mencatat barang yang masuk ke
buku induk, serta mencatat dan menulis barang yang rusak /
hilang. Pada setiap pagi, siang, sore, malam dan hari libur
barang-barang yang digunakan secara rutin diruang rawat
inap diperoleh dari penanggung jawab pagi ke jaga sore dan
seterusnya
d) Setiap akhir tahun dilaksanakan inventaris peralatan dari
bidang keperawatan
e) Laporan Barang Rusak
1. Kepala ruang melaporkan barang yang rusak kepada
kepala instalasi, kemudian kepala instalasi
mendelegasikan kepala ruang untuk mengirim barang
barang untuk perbaikan ke IPSRS;
2. Barang yang masih bisa diperbaiki, diusulkan oleh
pengurus barang untuk diperbaiki dan barang yang
sudah rusak berat dilaporkan kepada kuasa barang
untuk dilelang atau dimusnahkan.
f) Rencana Perbaikan
Ruang rawat melaporkan kepetugas tehnik setempat untuk
menilai barang tersebut dan diperbaiki, jika tidak dapat
diatasi dilaporkan ke Kepala Instalasi, kemudian dilaporkan
ke IPSRS.
1) DAFTAR KEBUTUHAN LOGISTIK DI PENDAFTARAN
Formulir2
atk
49
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
50
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. . Program pengamanan
1. Program pengamanan Fasilitas dan Peralatan
System pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap
semua peralatan untuk pertolongan maternal dan perinatal: alat–
alat listrik, gas medis, AC, saluran udara (ventilasi), peralatan
anasteshi, alat–alat gawat darurat, dan alat- alat resusitasi.
Daerah pengaman listrik paling sedikit dua bulan sekali dan
catatan daerh- daerh yang diperiksa, prosedur yang di ikuti dan
hasilnya harus disimpan dengan baik. Alat–alat ini harus
dipelihara oleh teknisi terlatih. Bila mungkin pemeliharaan oleh ahli
teknik/ konsultan dari luar rumah sakit.
2. Program pengamanan infeksi nosokomial
Harus ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian
integral dari pengendalian infeksi di rumah sakit.
B. Tujuan
51
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari
penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular
dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal
Precaution”.
52
Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/ alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila
terdapat kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah,
muntah, sekret, dll.
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien,
sesuaiprosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik,
menjahit luka, memasang infus, dll.
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang bersih
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
53
BAB IX
PENUTUP
54