Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN TRIASE PASIEN

REVISI – I

1
Bismillahirrahmanirrahim
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR: 1561D/III/RSMT/PerDir/2022

TENTANG
PANDUAN TRIASE PASIEN – REVISI I
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH TMANGGUNG

DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH TEMNGGUNG,


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan yang aman dan berfokus pada
keselamatan pasien di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung diperlukan
adanya panduan transfer pasien;
b. Bahwa agar pelaksanaan transfer pasien di rumah
sakit dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan RS PKU Muhammadiyah Temanggung
sebagai landasan bagi pelaksanaan transfer pasien
di RS PKU Muhammadiyah Temanggung;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b maka perlu
menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Temanggung tentang Panduan
Transfer Pasien-Revisi II RS PKU
Muhammadiyah Temanggung;
d. Bahwa Surat Keputusan ini digunakan untuk
menjadi acuan dan memiliki dasar hukum yang
kuat dalam melaksanakan transfer pasien di
lingkungan RS PKU Muhammadiyah
Temanggung.

1. Anggaran Dasar...
Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah;
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010
tentang Setandar Pelayanan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
11/MENKES/PER/VIII/2017 tentang Keselamatan
Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
47/MENKES/PER/VIII/2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
4/MENKES/PER/IIF20l8 tentang kewajiban
Rumah Sakit dan Pasien;
9. Fatwa DSN-MUI Nomor 107/DSN-MUI/X/2016
tentang : Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit
berdasarkan Prinsip Syariah;
10. Keputusan DSN-MUI Nomor KEP-13/DSN-
MUI/IIU2017 tentang Standar & Instrumen
Sertifikasi Rumah Sakit Syariah;
11. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit, yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan
tahun 2022;
12. Kebijakan Direktur Nomor
737/III/RSMT/PerDir/2019 Tentang
Pelayanan Pada Pasien di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung Masa Jabatan
2022-2026.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RS PKU


MUHAMMADIYAH TEMANGOUNG TENTANG
PANDUAN TRIASE PASIEN – REVISI I RS PKU
MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG.
PERTAMA :
Mencabut Keputusan Direktur Nomor
957C/III/RSMT/2019 tentang Panduan Triase Pasien RS
PKU Muhammadiyah Temanggung sebagaimana
terlampir.
KEDUA :
Memberlakukan Peraturan Direktur Nomor
1561D/III/RSMT/PerDir/2022 tentang Panduan Triase
Pasien – Revisi I RS PKU Muhammadiyah
Temanggung sebagaimana terlampir.
KETIGA :
Peraturan berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditetapkan, dan apabila dikemudian hari terdapat hal – hal
yang perlu penyempurnaan, maka akan diadakan
perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Temanggung

Tanggal : 14 September 2022

Tepat tanggal : 17 Shafar 1444 H

DIREKTUR

RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

ACHIRUDIN TIMORA

NBM. 1.109.704
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu institusi penyedia layanan kesehatan yang
berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, baik dalam bentuk layanan rawat jalan, rawat inap, maupun gawat
darurat (UU No. 44 Th. 2009). Setiap fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
rumah sakit, wajib memiliki pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan
menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan bagi pasien. Keberhasilan
penanganan pasien gawat darurat sangat bergantung pada pelaksanaan
skrining secara cepat terhadap semua pasien yang masuk ke Unit Gawat
Darurat sehingga dapat diidentifikasi status kegawatdaruratannya serta
prioritas penanganan yang harus segera ditindaklanjuti (PMK No. 4 Th. 2018).

Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal (pasien yang datang langsung ke RS) atau
lanjutan (pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita
sakit atau cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya (PMK No.
47 Th. 2018). Karena itu, sarana prasarana dan sumber daya di UGD harus
memadai dalam pelayanan kegawatdaruratan, termasuk dalam hal identifikasi
pasien darurat, sangat mendesak, atau yang membutuhkan pertolongan segera.
Skrining pasien di UGD dilaksanakan menggunakan kriteria triase, yaitu
proses memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit guna
menentukan jenis penanganan gawat darurat yang dibutuhkan pasien.

Triase merupakan suatu proses yang dinamis, karena keadaan pasien dapat
berubah sewaktu-waktu menjadi lebih baik ataupun lebih buruk akibat dari
penyakit atau sebagai dampak dari tindakan yang diberikan. Mengingat
pentingnya pelaksanaan triase dalam upaya mencegah kematian pasien gawat
darurat, maka diperlukan adanya suatu panduan mengenai pelaksanaan triase
pasien di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.

2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu asuhan pelayanan gawat darurat serta keselamatan
pasien di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.

2. Tujuan Khusus
a. Memprioritaskan pasien gawat darurat serta mengidentifikasi pasien
yang tidak dapat menunggu untuk segera ditatalaksana.
b. Mengidentifikasi pelayanan/ penanganan gawat darurat yang
dibutuhkan pasien berdasar tingkat kegawatdaruratannya.
c. Meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan gawat darurat.

C. DEFINISI
1. Triase adalah upaya pemilahan pasien sebelum ditangani, berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan/trauma/penyakit dengan mempertimbangkan
pada prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.

2. Triase merupakan proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera


atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan kegawatdaruratan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan triase ini berlaku pada semua pasien di UGD RS PKU Muhammadiyah
Temanggung meliputi:
1. Pelayanan Kegawatdaruratan Sehari-hari
Semua pasien yang datang ke UGD, bukan akibat kejadian bencana atau
musibah massal, maka dilakukan triase menggunakan metode Emergency
Severity Index (ESI).

2. Pelayanan Kegawatdaruratan dalam Keadaan Bencana


Pasien yang datang ke UGD akibat kejadian bencana atau musibah massal,
maka dilakukan triase menggunakan metode Simple Triage and Rapid
Treatment (START).

4
BAB III
TATALAKSANA

A. PELAKSANA TRIASE
Triase pasien di UGD dilakukan oleh perawat UGD RS PKU Muhammadiyah
Temanggung dengan kualifikasi sebagai berikut:

JENIS PROFESI KUALIFIKASI


Perawat 1. Memiliki pengalaman klinis sebagai perawat UGD
minimal 4 tahun.
2. Memiliki sertifikat BTCLS / ATLS / ACLS
3. Telah mengikuti pelatihan tentang triage.

B. PRINSIP TRIASE
Prinsip triase pasien diberlakukan sistem prioritas, yaitu penentuan/
penyeleksian pasien yang harus didahulukan mengenai penanganan yang
mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul, yaitu berdasarkan kriteria:
1. Ancaman jiwa yang dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit.
2. Kondisi yang mennyebabkan kematian dalam hitungan jam.
3. Trauma ringan; atau
4. Sudah meninggal.

C. PENATALAKSANAAN TRIASE
1. Pelayanan Kegawatdaruratan Sehari-hari
a. Pasien datang dan diterima oleh perawat, di ruang Triase UGD.
b. Pasien dilakukan pemeriksaan cepat dan singkat (sepintas) oleh staf
klinis UGD untuk menentukan derajat kegawatdaruratannya dengan
cara: 1). Menilai tingkat kesadaran dan respon pasien; 2). Menilai
kemungkinan pasien bertahan hidup; 3). Menilai kebutuhan intervensi
medis segera; 4). Menilai sumber daya yang dibutuhkan oleh pasien;
dan 5). Memprioritaskan pada penanganan definitif.

5
c. Pasien dinilai status kegawatdaruratannya menurut kriteria Triase ESI
sebagai berikut:

LEVEL KRITERIA
ESI I Pasien gawat darurat; kondisi yang mengancam jiwa, organ
vital, atau organ anggota gerak.
Contoh kasus:
Apneu, obtruksi total jalan nafas, terintubasi, distress
pernafasan berat, SpO2 < 90%, nadi tak teraba, tidak ada
respon (akut) atau hanya berespon terhadap nyeri (akut),
kejang (sedang berlangsung).

ESI II Pasien gawat darurat dengan potensial perubahan atau


penurunan kondisi secara cepat yang memerlukan intervensi
dan monitoring.
Contoh kasus:
1) Risiko tinggi yaitu problem medis yang berpontensi
memburuk dengan ancaman kematian/kecacatan
sehingga memerlukan tindakan dalam batas waktu
tertentu (SKA, trauma dengan anatomi cedera,
mekanisme dan faktor komorbid yang berisiko tinggi,
hematemesis/melena, distress resipirasi ringan sedang
seperti asma, PPOK, efusi pleura).
2) Penurunan kesadaran dengan onset akut, respon terbaik
didapat dengan rangsang suara (tingkat respon V dari
skala AVPU), misal: sincope, pasca kejang.
3) Nyeri berat: skala 7 – 10 dan memerlukan intervensi
lanjut (tidak cukup dengan tindakan analgetik atau
tatalaksana konsevatif).
4) Gangguan psikis berat (gaduh gelisah, tentamen suicide)

ESI III Pasien yang aman menunggu; secara klinis berada dalam
kondisi stabil, memiliki problem kompleks yang
membutuhkan 2 atau lebih tindakan medis sebelum keluar
dari UGD

6
ESI IV Pasien yang aman menunggu; secara klinis berada dalam
kondisi stabil, memiliki problem non kompleks yang
membutuhkan 1 tindakan medis sebelum keluar dari UGD

ESI V Pasien yang aman menunggu, secara klinis berada dalam


kondisi stabil, memiliki problem non kompleks yang tidak
membutuhkan tindakan medis sebelum keluar dari UGD

d. Petugas triase, harus berupaya menjaga aurat pasien, terutama pasien


yang tidak mampu menjaga aurat sendiri disebabkan karena kelemahan
fisik atau kondisi tidak sadar.
e. Pasien mendapatkan prioritas pelayanan/ penanganan berdasar status
kegawatdaruratannya, yaitu:
1) Pasien dengan kriteria resusitasi (Level ESI 1), yaitu kondisi yang
mengancam jiwa atau organ vital, maka pasien ditempatkan di area
resusitasi dan harus mendapatkan tindakan penanganan kegawat-
daruratan atau resusitasi segera serta tidak boleh menunggu.
2) Pasien dengan kriteria gawat darurat (Level ESI 2), yaitu kondisi
yang berpotensi mengalami perubahan atau penurunan kondisi
secara cepat, maka perlu mendapatkan intervensi segera dengan
batas waktu maksimal 5 menit.
3) Pasien dengan kriteria darurat tidak gawat (Level ESI 3), yaitu
kondisi yang cukup stabil dan aman untuk menunggu, namun
memiliki problem yang cukup kompleks. Pasien dalam kategori ini
tidak membutuhkan penanganan segera, dapat ditangani minimal
dengan 2 tindakan medis, dan dalam waktu maksimal 15 menit.
4) Pasien dengan kriteria gawat tidak darurat (Level ESI 4), yaitu
kondisi yang cukup stabil, aman untuk menunggu, serta tidak
memiliki problem yang kompleks. Pasien dalam kategori ini tidak
membutuhkan penanganan segera dan dapat ditangani dengan 1
tindakan medis dalam waktu maksimal 30 menit.

7
5) Pasien yang tidak memenuhi kriteria gawat darurat (Level ESI 5),
maka dapat ditransfer ke Unit Rawat Jalan (Poliklinik); kecuali
pada jam pelayanan sore dan malam hari.
f. Apabila UGD tidak mampu memenuhi kebutuhan pasien gawat
darurat, terkait dengan jumlah dan atau kemampuan sumber daya,
maka pasien dapat ditransfer ke rumah sakit lain dengan fasilitas
pelayanan dan sumber daya yang lebih lengkap.

2. Pelayanan Kegawatdaruratan Bencana


a. Ketika terjadi keadaan bencana dan jumlah pasien yang datang ke
UGD lebih dari 10 orang, maka triase dapat dilakukan di luar Ruang
Triase, misalnya area depan UGD.
b. Pasien/ penderita dinilai status kegawatdaruratannya menurut kriteria
Triase START sebagai berikut:

LEVEL KRITERIA
MERAH Pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa atau fungsi
vital, sehingga membutuhkan tindakan atau pertolongan
segera untuk menyelamatkan nyawa.

Contoh kasus:
Pasien dengan gangguan jalan nafas, syok yang disertai
perdarahan hebat, luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas
luka > 25%, pasien dengan penurunan status mental.

KUNING Pasien dengan kondisi yang berpotensi mengancam nyawa


atau fungsi vital apabila tidak segera diberikan pertolongan
dalam jangka waktu singkat.

Contoh kasus:
Trauma abdomen tanpa syok, trauma dada tanpa gangguan
respirasi, cedera kepala tanpa gangguan kesadaran.

HIJAU Pasien dengan luka ringan atau superfisial yang biasanya


tidak memerlukan tindakan segera

HITAM Pasien yang sudah meninggal, kemungkinan untuk hidup

8
sangat kecil, atau memiliki luka yang sangat parah sehingga
tidak dapat diselamatkan dengan sumber daya yang tersedia.

c. Pasien mendapatkan prioritas pelayanan/ penanganan berdasar status


kegawatdaruratannya, yaitu:
1) Pasien dengan warna MERAH (prioritas utama), yaitu kondisi
yang mengancam jiwa atau fungsi vital, maka pasien harus segera
mendapat tindakan resusitasi atau operatif.
2) Pasien dengan warna KUNING (prioritas sedang), yaitu kondisi
yang berpotensi mengancam nyawa atau fungsi vital tubuh, maka
perlu mendapatkan intervensi segera dengan batas waktu maksimal
5 menit.
3) Pasien dengan warna HIJAU (prioritas rendah), yaitu kondisi yang
cukup stabil dan aman untuk menunggu, Pasien dalam kategori ini
tidak memerlukan penanganan segera; hanya penanganan medis
ringan, dan dalam waktu maksimal 30 menit.
4) Pasien dengan warna HITAM (prioritas nol), yaitu pasien yang
sudah meninggal sebelum atau sewaktu tiba di UGD. Pasien dalam
kategori ini dapat dipindahkan ke kamar jenazah.

9
BAB IV
DOKUMENTASI

Mendokumentasikan hasil triase pasien merupakan langkah kritikal dan penting


dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami oleh para professional
pemberi asuhan pasien bahwa “Jika anda tidak mendokumentasikannya, maka
anda tidak melakukannya”.

Dokumentasi merupakan alat komunikasi berharga untuk pertemuan di masa


mendatang dengan pasien tersebut, dan dengan tenaga ahli asuhan kesehatan
lainnya. Pendokumentasian hasil triase pasien dilakukan pada Lembar Triase;
sedangkan re-triase dapat didokumentasikan pada Lembar Observasi UGD yang
merupakan bagian dari rekam medis pasien.

10
BAB V
PENUTUP

Triase adalah upaya pemilahan pasien sebelum ditangani, berdasarkan tingkat


kegawatdaruratan/trauma/penyakit dengan mempertimbangkan pada prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien selain meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, juga akan
meningkatkan mutu pelayanan, serta mengoptimalkan efisiensi biaya pelayanan.
Panduan triase pasien ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu asuhan
pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung. Panduan ini akan dievaluasi secara periodik
sebagai bentuk perbaikan dan penyempurnaan regulasi yang berlaku di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung.

11
REFERENSI

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 47 tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien
4. Sutoto, dkk. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 1. Komisi
Akreditasi Rumah Sakit
5. Gilboy, Nicki, et al. 2011. Emergency Severity Index (ESI): a Triage Tool for
Emergency Department Care, Version 4. Implementation Handbook 2012
Edition. AHRQ Publication
6. Kushayati, N. Analisis Metode Triage Prehospital pada Insiden Korban
Massal.

12

Anda mungkin juga menyukai