Anda di halaman 1dari 38

STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT DI RUMAH SAKIT

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KETEKNISIAN


MEDIK DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
TAHUN 2011
KEPUTUSAN DIREKTUR BADAN
RUMAH SAKIT UMUM TABANAN

NOMOR : /SK/BRSU/ 2013

TENTANG

PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN PELAYANAN


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN

DIREKTUR BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya menjamin akses ke pelayanan dan kontinyunitas


pelayanan berjalan dengan baik dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan meliputi juga upaya
menciptakan rasa nyaman bagi pasien, pengunjung, sumber daya
manusia yang bekerja di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan;
b. bahwa dapat terlaksananya pelayanan keperawatan gawat darurat
dengan baik maka dibutuhkan buku pedoman pelayanan keperawatan
gawat darurat di rumah sakit;
c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan huruf b
diatas, dipandang perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958, tentang Pembentukan


Daerah-Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072) ;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah ( Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/2008 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Tabanan (Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Tahun
2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan
Nomor 3);
11. Peraturan Bupati Tabanan Nomor 29 Tahun 2008 tentang Penetapan
Badan RSUD Kabupaten Tabanan sebagai Badan Layanan Umum
(BLU) (Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Tahun 2008, Nomor
30).

M E M U T U S K A N:
Menetapkan :

KESATU : Pemberlakuan buku pedoman pelayanan keperawatan gawat darurat di


Badan Rumah Sakit Umum Tabanan
.
KEDUA : Buku Pedoman sebagaimana dimaksud diktum kesatu yaitu buku
pedoman pelayanan gawat darurat Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan edisi 1 yang diterbitkan oleh .. ;

KETIGA : Wadir Pelayanan dan Pengendalian Mutu Badan RSU Tabanan


bertanggung jawab kepada Direktur dalam mensosialisasikan buku
pedoman tersebut.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Tabanan
Pada tangal 2013
Direktur Badan Rumah Sakit Umum Tabanan,

dr I Nyoman Susila, M.Kes


Pembina Tk.1/ IV b
NIP. 19630222 198903 1 008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia Nya sehingga tersusunnya Standar Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat di rumah sakit. Standar ini disusun bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan gawat darurat di
rumah sakit.

Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan


kegawatdaruratan mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi
korban dengan tujuan untuk mencegah dan mengurangi angka kesakitan,
kematian dan kecacatan. Standar ini memberikan acuan pelayanan
keperawatan gawat darurat sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah meluangkan waktu dan fikirannya untuk mendukung dan
berperan serta dalam penyusunan Standar Pelayanan Keperawatan
Gawat Darurat dari awal sampai terbitnya buku ini. Semoga menjadi
menjadi amal dan kebaikan bagi kita semua.

Kami mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar standar ini dapat
dijadikan acuan nasional dalam keperawatan gawat darurat di rumah
sakit.

Tabanan,

dr I Nyoman Susila, M.Kes


Pembina Tk.1/ IV b
NIP. 19630222 198903 1 008

ii
DAFTAR ISI
Hal

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................. iii
TIM PENYUSUN .......................................................................... v
KONTRIBUTOR .......................................................................... vi
DAFTAR ISTILAH ....................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Dasar Hukum ................................................................ 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan ............................................ 3
BAB II KEBIJAKAN STRATEGI, TUJUAN DAN SASARAN
A. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat ...... 4
B. Strategi Dalam Penerapan Standar Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat......................................... 4
C. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat......................................... 4
D. Sasaran......................................................................... 5
BAB III KOMPONEN DAN INDIKATOR STANDAR
Standar I Perencanaan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
A. Ketenagaan............................................................... 6
B. Sarana, Prasarana dan Peralatan IGD
di Rumah Sakit.......................................................... 7
Standar II Pengorganisasian Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat...................................... 9
Standar III Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat...................................... 10

3
Standar IV Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
A. Pengkajian Keperawatan .......................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan / Masalah Keperawatan ...... 13
C. Perencanaan Keperawatan ...................................... 14
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ....................... 15
E. Evaluasi Keperawatan .............................................. 17
Standar V Pembinaan Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat..................................... 18
Standar VI Pengendalian Mutu Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat...................................... 19
BAB IV PENUTUP....................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TIM
PENYUSUN
KONTRIBUTOR

Ka. Dinkes Provinsi Bali


Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah Bali
Ka. Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan
Direktur Medik dan Keperawatan RSUD Banjar Baru Kalimantan Selatan
Kabid Keperawatan RSUD Banjar Baru kalimantan Selatan
Ka. Dinkes Provinsi Sumatra Selatan
Kabid Keperawatan RSUP Dr.M.Hoesin Palembang
Ka. Dinkes Provinsi Jawa Timur
Kabid Keperawatan RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Ka. Dinkes Provinsi Jawa Barat
Kabid Keperawatan RSUP Hasan Sadikan
Kasi Pelayanan Khusus RSUP Hasan Sadikin
Ka. Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan
Direktur Medik dan Keperawatan RSUD Labuang Baji Sulawesi Selatan
Kabid Keperawatan RSUD Labuang Baji Sulawesi Selatan
Ka. Dinkes Provinsi Sumatera Utara
Kabid, Keperawatan RSUP H. Adam Malik Medan
Kasi pelayanan Khusus RSUP H. Adam Malik Medan
DAFTAR ISTILAH

1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
2. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan
kepada sistem klien di sarana dan tatanan kesehatan lainnya dengan
menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik
dan standar praktek keperawatan.
3. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi
kewenangan untuk melaksanakan praktek keperawatan sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan.
4. Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan praktek dengan batasan tertentu dibawah supervisi
langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesional dengan
sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN).
5. Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja
secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah
menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan terdiri dari
ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji
kompetensi yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat
otonom, selanjutnya disebut Registered Nurse (RN).

vii
6. Ners adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
sarjana di tambah dengan pendidikan profesi (Ners).
7. Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan paska sarjana (S2) dan ditambah pendidikan spesialis
keperawatan.
8. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatan (Perawat) yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.
9. Pasien / Klien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
perawat.
10. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah Instalasi pelayanan rumah
sakit yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu
dengan melibatkan multidisiplin ilmu
11. Kondisi gawat darurat adalah suatu keadaan dimana
seseorang secara tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi
cacat atau mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
12. SMART adalah Spesifik, Measureable, Achieveable,
Realiable, Time.
13. Presensi adalah kehadiran.
14. Triase adalah memilah tingkat kegawatan pasien untuk
menentukan prioritas penanganan lebih lanjut.
15. Area dekontaminasi adalah area yang dapat digunakan
untuk melakukan tindakan dekontaminasi pada pasien yang terpapar
bahan- bahan kimia.
16. Sistem Isolasi adalah suatu sistem pemisahan pasien yang
menderita penyakit yang sangat menular dan mematikan dengan
menggunakan ruangan dan situasi tertentu (Contoh: H1N1, H5N1,
SARS)

88
17. Response Time adalah kecepatan penanganan pasien, dihitung
sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan.
18. Reward adalah penghargaan terhadap prestasi kinerja perawat, baik
berupa imbalan jasa dan penghargaan lainnya.
19. Punishment adalah pemberian sangsi yang bersifat pembinaan.
20. Sistem remunerasi adalah pemberian imbalan jasa
dengan menggunakan sistem penghitungan tertentu dengan
mempertimbangkan berbagai faktor.
21. Primary survey adalah pengkajian cepat untuk mengidentifikasi
dengan segera masalah aktual atau resiko tinggi dari kondisi life
threatening (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk
mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
22. Secondary survey adalah pengkajian sekunder dilakukan
setelah masalah airway, breathing dan circulation yang ditentukan
pada pengkajian primer sebelumnya. Pengkajian sekunder meliputi
pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan dan
pengkajian head to toe.
23. Emergency nursing basic 2 adalah Pelatihan pelayanan
keperawatan gawat darurat untuk perawat yang bekerja di instalasi
gawat darurat.
24. Emergency nursing advance adalah pelatihan pelayanan
keperawatan gawat darurat lanjutan setelah pelatihan emergency
nursing 2.
25. Sistim rujukan pasien adalah proses merujuk atau
memindahkan pasien ke rumah sakit yang lain yang memiliki
kemampuan SDM dan fasilitas peralatan yang lebih memadai.

9
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit


Lampiran 2 : Kebutuhan Jumlah Tenaga Keperawatan Di Igd
Lampiran 3 : Kualifikasi Dan Kompetensi Perawat IGD
Lampiran 4 : Daftar SOP Klinis Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di
Rumah Sakit
Lampiran 5 : Daftar SOP Manajerial Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
di Rumah Sakit
Lampiran 6 : Format Standar Prosedur Operasional (SPO)
Lampiran 7 : Petunjuk Teknis Pengisian Formulir SPO
Lampiran 8 : Daftar Isian Waktu Tunggu Pasien di Instalasi Gawat Darurat
Lampiran 9 : Tindakan / Upaya Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Lampiran 10 : Contoh Uraian Tugas Perawat Di Igd Rumah Sakit

10
BAB I
PENDAHULU
AN

A. Latar Belakang
Pelayanan kegawatdaruratan memerlukan penanganan secara terpadu dari
multi disiplin dan multi profesi termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan
kegawatdaruratan saat ini sudah diatur dalam suatu sistem yang dikenal
dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) baik
SPGDT sehari- hari (SPGDT-S) dan akibat bencana (SPGDT-B).

Sebagai bagian integral pelayanan kegawatdaruratan, pelayanan


keperawatan mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi korban dengan
tujuan untuk mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kematian dan
kecacatan. Kemampuan perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
gawat darurat masih sangat terbatas untuk mendukung terwujudnya
pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas.

Saat bekerja di rumah sakit, perawat diharapkan mampu melakukan triase,


resusitasi dengan atau tanpa alat, mengetahui prinsip stabilisasi dan terapi
definitif, mampu bekerja dalam tim, melakukan komunikasi dengan tim, pasien
beserta keluarganya.

Permasalahan pelayanan kesehatan secara umum adalah belum merata dan


dirasakan pelayanan kesehatan oleh seluruh lapisan masyarakat, pelayanan
masih terfokus pada pengembangan puskesmas dan rumah sakit terutama
pada upaya preventif dan pelayanan belum mengacu dalam satu sistem. Pada
daerah kepulauan, terpencil dan tertinggal dimana jumlah, distribusi dan
kemampuan SDM masih sangat kurang dari yang dibutuhkan, serta
transportasi yang sangat terbatas.
Berdasarkan kajian Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan pada tahun
2006 di

1
6 propinsi pusat regional, bantuan kesehatan menunjukkan bahwa hanya
37,76% perawat IGD RS dan 15,49% perawat puskesmas sudah mengikuti
pelatihan gawat darurat. Karena pelayanan gawat darurat harus
memprioritaskan penyelamatan nyawa dan mencegah kecacatan. Pasien
yang masuk ke IGD Rumah Sakit membutuhkan pertolongan yang cepat dan
tepat sehingga perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
keperawatan gawat darurat sesuai
dengan kompetensi yang
diharapkan.

2
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang
Kesehatan,
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah
Sakit,
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
tentang
Penanggulangan Bencana,
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4438),
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tentang
Perlindungan Konsumen,
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota,
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1045/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum,
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit,
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota,
11. Permenkes RI Nomor: 02.02/148/Menkes/SK/I/2010 tentang Izin
dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat,

3
12. Kepmenkes RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit,
13. Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/IX/2007 tentang
Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Gawat Darurat dan Bencana.

4
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level I di Rumah Sakit :
merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan
pertolongan pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan
diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan
kesakitan pasien sebelum dirujuk.
2. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level II di Rumah Sakit :
merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan
pertolongan pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan
diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan
kesakitan pasien sebelum dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya
penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan.
3. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level III di Rumah
Sakit : merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan
pertolongan pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis
dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan
pasien sebelum dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya
penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan, serta pelayanan
keperawatan gawat darurat spesialistik (4 besar spesialis seperti Anak,
Kebidanan, Bedah dan Penyakit Dalam).
4. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level IV di Rumah
Sakit : merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan
pertolongan pertama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis
dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan
pasien sebelum dirujuk, menetapkan diagnosis dan upaya
penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan, serta pelayanan
keperawatan gawat darurat spesialistik (4 besar spesialis seperti Anak,
Kebidanan, Bedah dan Penyakit Dalam ), ditambah dengan pelayanan
keperawatan gawat darurat sub spesialistik

5
BAB II
KEBIJAKAN, STRATEGI,TUJUAN DAN
SASARAN

A. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat


1. Pengembangan dan penerapan standar pelayanan keperawatan gawat
darurat di rumah sakit, dilaksanakan dalam upaya penurunan angka
kematian dan kesakitan melalui peningkatan mutu pelayanan keperawatan,
2. Pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial
tenaga keperawatan dalam pelayanan keperawatan gawat darurat rumah
sakit untuk terwujudnya kompetensi yang diperlukan di Instalasi Gawat
Darurat,
3. Penerapan standar pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit
memerlukan dukungan dari berbagai pihak terkait,

B. Strategi Dalam Penerapan Stndar Pelayanan Keperawatan Gawat


Darurat
1. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya yang ada dan
pengembangannya,
2. Meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial,
3. Meningkatkan kerjasama tim,
4. Terpenuhinya sarana, prasarana, peralatan dan Sumber Daya Manusia
(SDM) kesehatan sesuai standar

C. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat


Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat
sesuai standar.

Khusus:
1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan gawat darurat,
2. Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat,
3. Adanya pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat,
4. Adanya asuhan keperawatan gawat darurat,
5. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat,
6. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan gawat darurat

6
D. Sasaran
1. Pengelola pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
2. Pengelola pelayanan keperawatan di dinas kesehatan Provinsi,
Kabupaten / Kota
3. Tenaga keperawatan yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat,
4. Pengambil keputusan tingkat pusat dan daerah,
5. Organisasi profesi kesehatan,
6. Institusi pendidikan keperawatan dan institusi pendidikan kesehatan
lainnya.

7
BAB III
KOMPONEN DAN INDIKATOR STANDAR

Standar I : Perencanaan Pelayanan Keperawatan Gawat


Darurat di Rumah Sakit

A. Ketenagaan
Pernyataan :
Perencanaan ketenagaan perawat gawat darurat mencakup kebutuhan tenaga, peran
dan fungsi tenaga perawat gawat darurat serta kualifikasi tenaga perawat
berdasarkan kompetensi yang telah ditentukan.

Rasional :
Perencanaan tenaga perawat yang sesuai dengan kualifikasi dapat mendukung
terwujudnya pelayanan keperawatan gawat darurat yang berkualitas, efektif dan
efisien.

Kriteria Struktur :
1. Ada kebijakan pimpinan rumah sakit yang mengatur kualifikasi perawat yang
bertugas di instalasi gawat darurat,
2. Ada kebijakan pimpinan tentang perencanaan kebutuhan tenaga perawat mengacu
pada fungsi pelayanan instalasi gawat darurat rumah sakit berdasarkan pada rata-
rata jumlah pasien perhari, jumlah jam perawatan perhari (tingkat beban kerja)
serta jam efektif perawat perhari serta kompleksitas dari kasus yang ditangani di
instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit,
3. Semua perawat yang memberikan pelayanan keperawatan gawat darurat di IGD
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), dan sertifikat pelatihan gawat darurat.

6
Kriteria Proses :
1. Menyusun rencana kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rata-rata jumlah
pasien perhari, jumlah jam perawatan perhari (tingkat beban kerja) serta jam
efektif perawat perhari serta kompleksitas dari kasus yang ditangani di IGD rumah
sakit,
2. Menjadi tim rekruitmen tenaga perawat yang memberikan pelayanan gawat
darurat,
3. Menyusun rencana program pengembangan SDM melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan, program pengembangan profesi.

Kriteria Hasil :
1. Tersedia tenaga keperawatan di gawat darurat sesuai kebutuhan yang ditetapkan
dengan kualifikasi yang dipersyaratkan,
2. Adanya dokumen perencanaan kebutuhan tenaga perawat dan
pengembangannya,
3. Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam tim rekruitmen tenaga perawat di
pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit

B. Sarana, Prasarana dan Peralatan IGD di Rumah Sakit


Pernyataan :
Sarana, prasarana dan peralatan merupakan bagian yang akan memfasilitasi dan
mendukung semua kegiatan pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit
sehingga dapat menjamin terlaksananya kegiatan dengan lancar dan terstandar.
Sedangkan pengelolaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik yang
tepat dan cepat, mendukung terwujudnya pelayanan keperawatan gawat darurat di
rumah sakit yang berkualitas.

Rasional :
Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik untuk menjamin
terlaksananya pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit yang
berkualitas, efektif dan efisien.

7
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit yang mengatur sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan serta logistik dalam pelayanan gawat darurat di rumah sakit,
2. Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan serta logistik,
3. Adanya mekanisme/alur permintaan penggunaan dan pemeliharaan peralatan
serta logistik,
4. Adanya perencanaan sarana prasarana dan peralatan yang melibatkan tenaga
perawat,
5. Adanya area dekontaminasi pada IGD level IV dan IGD rumah sakit di daerah
beresiko,
6. Adanya tempat penyimpanan sarana kesehatan dan logistik yang sesuai standar
yang berlaku,
7. Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan tersedianya
jadwal pemeliharaan secara berkala,
8. Adanya SPO penggunaan dan pemeliharaan peralatan,
9. Adanya sistem isolasi untuk pasien infeksius (H1N1, H5N1, SARS).

Kriteria Proses :
1. Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan
logistik berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan di pelayanan keperawatan
gawat darurat,
2. Menjadi tim teknis dalam pengadaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan
logistik di instalasi gawat darurat,
3. Melaksanakan pemantauan terhadap pemeliharaan sarana, prasarana serta
peralatan kesehatan dan uji fungsi (kalibrasi) secara teratur dan berkala,
4. Melaksanakan sistem isolasi untuk pasien yang menderita penyakit sangat
menular dan mematikan (H1N1, H5N1, SARS)

Kriteria Hasil :
1. Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik siap pakai sesuai
kebutuhan,
2. Adanya dokumen inventaris sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik,
3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian dan pemeliharaan peralatan kesehatan
secara periodik / berkala,
4. Adanya dokumen hasil kalibrasi peralatan kesehatan,

8
5. Adanya sistem isolasi untuk pasien yang menderita penyakit sangat menular dan
mematikan (H1N1, H5N1, SARS).

Standar II : Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

Pernyataan :
Pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat di instalasi gawat darurat
(IGD) harus memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu. Pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat didasarkan pada
organisasi fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat
dengan tujuan tercapainya mutu pelayanan IGD Rumah Sakit yang optimal.

Rasional :
Pengorganisasian yang baik di IGD rumah sakit dan tim yang handal menjamin
kesinambungan pelayanan yang berkualitas, efektif dan efisien.

Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang pelayanan keperawatan gawat
darurat yang mencakup pembentukan organisasi, tatalaksana pelayanan di IGD dan
monitoring evaluasi,
2. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang sistem rujukan pasien gawat
darurat,
3. Adanya struktur organisasi dan hubungan tata kerja gawat darurat,
4. Adanya standar penetapan uraian tugas, tanggung jawab serta kewenangan
perawat kepala ruangan, ketua tim dan pelaksana di gawat darurat,
5. Adanya SPO penatalaksanaan bencana baik internal dan eksternal,
6. Adanya kebijakan pendelegasian kewenangan melakukan tindakan medik yang
bukan life saving diatur oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite
medik secara tertulis.

9
Kriteria Proses :
1. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan
perawat dalam pelayanan IGD
2. Melakukan koordinasi dengan anggota tim kesehatan lain
3. Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan di pelayanan IGD
4. Melaksanakan asuhan sesuai dengan metode penugasan yang ditetapkan
5. Melaksanakan penanganan bencana baik internal maupun eksternal sesuai SPO
6. Melaksanakan delegasi kewenangan untuk melakukan tindakan medik yang bukan
life saving diatur oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medik

Kriteria Hasil :
1. Terlaksananya pelayanan keperawatan gawat darurat di IGD sesuai uraian tugas,
tanggung jawab dan kewenangan tertulis,
2. Terlaksananya koordinasi dengan anggota tim keperawatan dan anggota tim
kesehatan lain,
3. Terlaksananya sistem rujukan pasien gawat darurat,
4. Terlaksananya penanganan bencana baik bencana internal maupun eksternal,
5. Terlaksananya delegasi kewenangan untuk melakukan tindakan medik yang bukan
life saving diatur oleh kebijakan pimpinan rumah sakit setempat atau komite medik.

Standar III : Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Gawat


Darurat
Pernyataan :

Bantuan yang diberikan pada pasien gawat darurat bertujuan untuk penyelamatan
nyawa dan mencegah kecacatan menggunakan pendekatan proses keperawatan di
IGD rumah sakit.

Rasional :
Pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan gawat darurat dengan cepat, tepat, dan cermat sesuai standar
untuk penyelamatan nyawa dan mencegah kecacatan.

10
Kriteria Struktur :
1. Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang penerapan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) 10 kasus kegawatdaruratan yang menyebabkan kematian
serta 10 masalah utama keperawatan gawat darurat,
2. Ada kebijakan pimpinan rumah sakit tentang Standar Prosedur Operasional (SPO)
gawat darurat sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat
darurat,
3. Ada standar asuhan keperawatan gawat darurat meliputi pengkajian,
diagnosa/masalah keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi, minimal
pada sepuluh (10) masalah utama keperawatan gawat darurat,
4. Ada Standar Prosedur Operasional (SPO) kegawatdaruratan klinis yang ditetapkan
oleh pimpinan rumah sakit,
5. Ada SPO manajerial yang berisikan alur pelayanan gawat darurat sehari-hari,
bencana internal dan eksternal yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit,
6. Ada metode penugasan perawat yang ditetapkan (manajemen kasus/primer) di
pelayanan gawat darurat.

Kriteria Proses :
1. Melaksanakan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada 10 kasus
kegawatdaruratan yang menyebabkan kematian dan 10 masalah utama
keperawatan gawat darurat,
2. Melaksanakan pelayanan keperawatan gawat darurat sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO),
3. Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi,
4. Melaksanakan SPO manajerial yang berisikan alur pelayanan gawat darurat sehari-
hari, bencana internal dan eksternal,
5. Melaksanakan kolaborasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan tim
kesehatan lain.

Kriteria Hasil :
1. Semua perawat melaksanakan SPO Klinis maupun SPO Manajerial,
2. Ada dokumen/catatan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan tiap pasien yang
mencerminkan penerapan SAK,
3. Perawat menangani pasien dan keluarganya secara komprehensif

11
Standar IV : Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
kegawatdaruratan diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan
keperawatan di IGD rumah sakit. Proses keperawatan terdiri atas lima langkah meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, intervensi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pernyataan :
Proses pengumpulan data primer dan sekunder terfokus tentang status kesehatan
pasien gawat darurat di rumah sakit secara sistematik, akurat, dan
berkesinambungan.
Rasional :
Pengkajian primer dan sekunder terfokus, sistematis, akurat, dan
berkesinambungan memudahkan perawat untuk menetapkan masalah
kegawatdaruratan pasien dan rencana tindakan cepat, tepat, dan cermat sesuai
standar.

Kriteria Struktur :
1. Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian keperawatan gawat darurat
di rumah sakit,
2. Ada petunjuk teknis penggunaan formulir pengkajian keperawatan gawat
darurat di rumah sakit,
3. Ada sistem triase yang dapat digunakan pada pengkajian keperawatan gawat
darurat di rumah sakit sehari-hari, baik bencana internal maupun eksternal,
4. Ada alat untuk pengkajian keperawatan gawat darurat meliputi : jam
dengan jarum detik, stetoskop, termometer, tensimeter, pen light (lampu senter),
defibrilator, pulse oxymetry, & EKG.

12
Kriteria Proses :
1. Melakukan triase,
2. Melakukan pengumpulan data melalui primary dan secondary survey pada kasus
gawat darurat di rumah sakit serta bencana internal dan eksternal.
a. Primary Survey:
A: Airway atau dengan kontrol servikal,
B : Breathing dan ventilasi,
C: Circulation dengan kontrol perdarahan,
D: Dissability pada kasus trauma, Defibrilation, Drugs,Differential Diagnosis
pada kasus non trauma,
E: Exposure pada kasus trauma, EKG , Electrolite Imbalance pada kasus
non trauma.

b. Secondary Survey
Pengkajian head to toe terfokus, adalah pengkajian komprehensif sesuai
dengan keluhan utama pasien.

3. Melakukan re-triase,
4. Mengumpulkan data hasil dari pemeriksaan penunjang medik,
5. Mengelompokkan dan menganalisa data secara sistematis,
6. Melakukan pendokumentasian dengan menggunakan format pengkajian
baku.

Kriteria Hasil :
1. Adanya dokumen pengkajian keperawatan gawat darurat yang telah terisi dengan
benar ditandatangani, nama jelas, diberi tanggal dan jam pelaksanaan,
2. Adanya rumusan masalah / diagnosa keperawatan gawat darurat.

B. Diagnosa Keperawatan / Masalah Keperawatan


Pernyataan :
Masalah/ diagnosa keperawatan gawat darurat merupakan keputusan klinis perawat
tentang respon pasien terhadap masalah kesehatan aktual maupun resiko yang
mengancam jiwa.

13
Rasional :
Masalah/diagnosa keperawatan yang ditegakkan merupakan dasar penyusunan
rencana keperawatan dalam penyelamatan jiwa dan mencegah kecacatan.

Kriteria Struktur :
Ada daftar masalah/diagnosa keperawatan gawat darurat.

Kriteria Proses :
Menetapkan masalah/diagnosa keperawatan mencakup : masalah, penyebab,
tanda dan gejala (PES/ PE) berdasarkan prioritas masalah.

Prioritas Masalah Keperawatan Gawat Darurat :


1. Gangguan jalan nafas,
2. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas,
3. Pola nafas tidak efektif,
4. Gangguan pertukaran gas,
5. Penurunan curah jantung,
6. Gangguan perfusi jaringan perifer,
7. Gangguan rasa nyaman,
8. Gangguan volume cairan tubuh,
9. Gangguan perfusi serebral,
10. Gangguan termoregulasi

Kriteria Hasil :
Ada dokumentasi masalah / diagnosa keperawatan gawat darurat.

C. Perencanaan Keperawatan
Pernyataan :
Serangkaian langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah/diagnosa
keperawatan gawat darurat berdasarkan prioritas masalah yang telah ditetapkan
baik secara mandiri maupun melibatkan tenaga kesehatan lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

14
Rasional :
Rencana tindakan keperawatan gawat darurat digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan tindakan keperawatan yang sistematis dan efektif.

Kriteria Struktur :
1. Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil,
2. Adanya rumusan rencana tindakan keperawatan.

Kriteria Proses :

1. Menetapkan tujuan tindakan keperawatan penyelamatan jiwa dan


pencegahan kecacatan sesuai dengan kriteria SMART,
2. Menetapkan rencana tindakan dari tiap-tiap diagnosa keperawatan,
3. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Kriteria Hasil :
1. Tersusunnya rencana tindakan keperawatan gawat darurat yang mandiri dan
kolaboratif,
2. Ada rencana tindakan keperawatan didokumentasikan pada catatan
keperawatan.

D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pernyataan :
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan gawat darurat.

Rasional :
Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan gawat darurat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

15
Kriteria Struktur :
1. Ada rencana tindakan berdasarkan prioritas,
2. Ada standar asuhan keperawatan gawat darurat di RS baik sehari-hari maupun
bencana,
3. Ada Standar Prosedur Operasional klinis,
4. Tersedia format tindakan keperawatan,
5. Ada kebijakan tentang informed consent disertai format yang baku,
6. Ada kebijakan di rumah sakit tentang pendelegasian tindakan medis.

Kriteria Proses :
1. Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada standar prosedur operasional
yang telah ditentukan sesuai dengan tingkat kegawatan pasien, berdasarkan
prioritas tindakan :
a. Pelayanan keperawatan gawat darurat rumah sakit
1) Melakukan triase,
2) Melakukan tindakan penanganan masalah penyelamatan jiwa dan
pencegahan kecacatan,
3) Melakukan tindakan sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul.
Contoh: Jalan nafas tidak efektif
Tindakan Mandiri Keperawatan
a) Monitor pernafasan : rate, irama, pengembangan dinding dada, ratio
inspirasi maupun ekspirasi, penggunaan otot tambahan pernafasan,
bunyi nafas, bunyi nafas abnormal dengan atau tanpa stetoskop,
b) Melakukan pemasangan pulse oksimetri,
c) Observasi produksi sputum, jumlah, warna, kekentalan,
d) Lakukan jaw thrust (khusus pasien dengan dugaan cedera servikal ),
chin lift, atau head tilt,
e) Berikan posisi semi fowler atau berikan posisi miring aman
f) Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif,
g) Berikan air minum hangat sesuai kebutuhan,
h) Lakukan phisioterapi dada sesuai indikasi,
i) Lakukan suction bila perlu,

16
j) Lakukan pemasangan Oro Pharingeal Airway (OPA), Nasopharyngeal
Airway (NPA), Laryngeal Mask Airway (LMA)
Tindakan Kolaborasi
a) Beri obat sesuai indikasi : bronkodilator, mukolitik, antibiotik, steroid,
b) Pemasangan EndoTracheal Tube (ETT)
2. Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan keperawatan,
3. Mengutamakan prinsip keselamatan pasien (patient safety), dan privacy,
4. Menerapkan prinsip standar baku (standar precaution),
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil :
1. Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan serta respon pasien,
2. Ada dokumen tentang pendelegasian tindakan medis (standing order).

E. Evaluasi Keperawatan
Pernyataan :
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
gawat darurat mengacu pada kriteria hasil.

Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan gawat
darurat.

Kriteria Struktur :
1. Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
2. Adanya catatan perkembangan pasien dari tiap masalah / diagnosa keperawatan.

17
Kriteria Proses :
1. Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang diberikan
(evaluasi proses),
2. Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil),
3. Melakukan re-evaluasi dan menentukan tindak lanjut,
4. Mendokumentasikan respon klien terhadap intervensi yang diberikan.

Kriteria Hasil :
1. Ada dokumen hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP pada tiap
masalah/ diagnosa keperawatan.

Standar V : Pembinaan Pelayanan Keperawatan Gawat


Darurat
Pernyataan :
Pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pembinaan terhadap
manajemen keperawatan, penerapan asuhan keperawatan, peningkatan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan gawat darurat di RS secara berkesinambungan.

Rasional :
Pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat dapat meningkatkan profesionalisme
perawat sehingga menjamin tercapainya pelayanan keperawatan yang berkualitas.

Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang pembinaan pelayanan keperawatan gawat
darurat,
2. Adanya mekanisme bimbingan teknis pelayanan keperawatan gawat darurat,
3. Adanya program peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat gawat darurat
(formal dan Informal),
4. Adanya reward dan punishment (penghargaan dan sanksi) bagi perawat di gawat
darurat.

18
Kriteria Proses :
1. Merencanakan dan melaksanakan program bimbingan teknis, peningkatan
kemampuan, penerapan asuhan gawat darurat secara berkala,
2. Melaksanakan pembinaan pelayanan pelayanan gawat darurat yang meliputi :
manajemen keperawatan, penerapan asuhan keperawatan, peningkatan
pengetahuan serta ketrampilan keperawatan gawat darurat di RS dan
berkesinambungan,
3. Memberikan reward ( jasa keperawatan ) dan punishment (sanksi) sesuai ketentuan,
4. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja secara periodik,
5. Melaksanakan tindak lanjut hasil pembinaan,
6. Melaksanakan pembinaan masalah etik profesi.

Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan kinerja yang dibuktikan dengan dokumen kinerja perawat,
2. Adanya dokumen laporan penyelesaian masalah,
3. Adanya dokumen bimbingan teknis terhadap pelayanan keperawatan gawat darurat,
4. Adanya reward dan punishment,
5. Adanya dokumen penanganan masalah etik profesi.

Standar VI : Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan


Gawat Darurat
Pernyataan :
Pemantauan, penilaian pelayanan keperawatan serta tindak lanjutnya yang dilakukan
secara terus menerus untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan gawat darurat.

Rasional :
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin keselamatan, menurunkan angka
kematian dan kecacatan serta meningkatkan kepuasan pasien.

19
Kriteria Struktur :
1. Adanya kebijakan pimpinan tentang program keselamatan pasien (Patient safety),
2. Adanya kebijakan tentang program pengendalian mutu keperawatan gawat darurat,
3. Adanya indikator kinerja klinis pelayanan gawat darurat :
a. Waktu tanggap pelayanan di gawat darurat ( response time ),
b. Angka kematian pasien 24 jam,
c. Kepuasan pelanggan.

Kriteria Proses :
1. Melaksanakan pemantauan mutu dengan menggunakan instrumen yang terstandar,
2. Melaksanakan upaya keselamatan pasien,
3. Mendokumentasikan upaya keselamatan pasien dan pengendalian mutu,
4. Menyusun program perbaikan kendali mutu pelayanan gawat darurat.

Kriteria Hasil :
1. Ada dokumen hasil pelaksanaan keselamatan pasien dan perawat,
2. Ada dokumen hasil evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien,
3. Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ( response time ) 5 menit,
4. Angka kematian pasien 24 jam dua perseribu,
5. Kepuasan Pelanggan 70%.

20
BAB IV
PENUTUP

Dengan ditetapkannya standar pelayanan keperawatan gawat darurat diharapkan dapat


menjadi acuan nasional dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, asuhan
keperawatan gawat darurat dan pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat di
RS

Dalam pelaksanaan penerapannya di RS standar pelayanan keperawatan gawat


darurat perlu dilengkapi Standar Prosedur Operasional (SPO) dan pemantauan serta
evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan.

21
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Commiteee On Trauma. (1997). Advance Trauma Life


Support For Doctors. USA.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tentang Kesehatan. Jakarta.

----------. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tentang Rumah


Sakit. Jakarta.

----------. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tentang


Penanggulangan Bencana. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu


(SPGDT), Cetakan keempat. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

----------. (2009). Materi Teknis Medis Khusus, Cetakan keempat. Jakarta

-----------. (2009). Materi Teknis Medis Standar (ABCDE), Cetakan keempat. Jakarta

-----------. (2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta.

----------. (2008). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit. Jakarta.

----------. (2007). Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat


Bencana. Jakarta.

----------. (2005). Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta.

----------. (2001). Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana


Kesehatan. Jakarta.

Emergency Nurses Association. (1995). Trauma Nursing Core Course.

James, Heckman. (1997). Emergency Care And Transportation. American Academy


of Orthopaedic Surgeons

JS, Thomas. (1995). Manual Of Emergency Nursing. Philadelphia : W.B. Saunder


Company.

Kepmenkes 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)


Rumah Sakit.

Lorene, Newberry. (1998). Emergency Nursing Principles and Practice. St Louis.

Permenkes Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan


Praktik Perawat.

Anda mungkin juga menyukai