Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN

HAK PASIEN DAN KELUARGA


DI RUMAH SAKIT MANDALIKA

1
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..i

SK DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA…………………………………………………… ii

SK DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN PELAKSANAAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

…………………………………………………………………………………………………… iv

BAB I DEFINISI………………………………………………………………………………… 1

BAB II RUANG LINGKUP…………………………………………………………………… 2

BAB III TATALAKSANA HAK PASIEN DAN KELUARGA……………………………… 3

A.HAK PASIEN………………………………………………………………………… 3

B.KEWAJIBAN PASIEN………………………………………………………………… 10

C.HAK DOKTER………………………………………………………………………… 11

D.KEWAJIBAN DOKTER……………………………………………………………… 12

E.HAK RUMAH SAKIT………………………………………………………………… 12

F.KEWAJIBAN RUMAH SAKIT……………………………………………………… 12

BAB IV DOKUMENTASI……………………………………………………………………… 13

BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………… 14

1
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT MANDALIKA
Jl. Kuta Lombok, Sengkol, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
Kode Post : 83573, Email: rsmandalikantb@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MANDALIKA


NOMOR : 010/001/RSMAN-3.7/I.2023

TENTANG :
PEMBERLAKUAN PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
RUMAH SAKIT MANDALIKA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT MANDALIKA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit,
maka perlu adanya Panduan Hak Pasien dan Keluarga di RS Mandalika
yang ditetapkan oleh Direktur RS Mandalika, sebagai acuan dan Panduan
dalam melaksanakan tugas.
b. Bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya;
c. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan bermutu kepada pasien,
rumah sakit harus menjamin hak dan kewajiban pasien selama mendapat
perawatan;
d. Bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas, maka perlu
menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa
Tenggara Barat tentang Hak dan Kewajiban Pasien Rumah Sakit;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a , perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur RS Mandalika
MENGINGAT : 1. Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431;

2
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5601);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesta Tahun 2018 Nomor 2);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/ PER/III/2008 tentang
Rekam Medis;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/ Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/MENKES/ PER/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan

3
Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 473);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tah Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 308);

4
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :

Pertama : Hak Pasien dan Keterlibatan Keluarga Pasien di Rumah Sakit Mandalika
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana terlampir dalam dalam
keputusan ini.
Kedua : Hak Pasien dan Keterlibatan Keluarga Pasien Rumah Sakit Mandalika
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU, digunakan sebagai acuan bagi penyelenggaraan pelayanan di
Pasien Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat
Ketiga : Hak Pasien dan Keterlibatan Keluarga Pasien sebagaimana dimaksud
Diktum KESATU dijelaskan di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap
(TPPRI) Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat
Keempat : Segala biaya yang timbul sebagai akibat diterbitkannya Keputusan ini
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Sakit
Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Sengkol
Pada tanggal : 2023
Direktur
Rumah Sakit Mandalika
Provinsi Nusa Tenggara Barat

dr. Oxy Tjahjo Wahjuni, Sp.EM


NIP. 19710113 20011 2 2001
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT MANDALIKA
Jl. Kuta Lombok, Sengkol, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
Kode Post : 83573, Email: rsmandalikantb@gmail.com

LAMPIRAN SK DIREKTUR
NOMOR :
TENTANG : Tentang Panduan Hak Pasien Dan Keluarga

KEBIJAKAN PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


DI RUMAH SAKIT MANDALIKA PROVINSI NTB

A. Hak Pasien
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro kota Semarang.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawat sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit dideritanya kepada dokter lain (second opinion)
yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik didalam maupun diluar Rumah Sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data – data
medisnya.
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
menganggu pasien lainnya,
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
17. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
B. Kewajiban Pasien
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
Rumah Sakit.
2. Pasien berkewajiban untuk mentaati segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien atau penunggunya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit / dokter.
5. Pasien atau penunggunya berkewajiban untuk memenuhi hal – hal yang telah disepakati /
perjanjian yang telah dibuatnya,

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

a. Mengidentifikasi, melindungi dan mempromosikan hak- hak pasien di Rumah Sakit


Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat
1) Rumah Sakit mengidentifikasi adanya hambatan pada pasien,baik hambatan fisik
maupun hambatan Bahasa di skrining awal pasien masuk rumah sakit.
2) Rumah Sakit mengidentifikasi apa yang di inginkan dan dibutuhkan pasien selama
dalam perawatan seperti kebutuhan rohaniawan, kebutuhan privasi.
3) Rumah Sakit mengidentifikasi tentang agama dan nilai – nilai keyakinan dari
pasien yang dicantumkan direkam medis pasien
4) Rumah Sakit mengidentifikasi siapa yang dianggap keluarga oleh pasien dan
diijinkan untuk dilibatkan dalam perawatan pasien yang tertuang dalam formulir
persetujuan umum.

8
5) Rumah Sakit mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi terhadap serangan
meliputi pasien bayi,anak-anak, pasien lansia, pasien dengan penurunan kesadaran,
pasien dengan penurunan kognitif dengan menempatkan pasien sesuai dengan
kriteria tersebut dan dilakukan perlindungan.
6) Perlindungan terhadap pasien dan keluarga di lakukan oleh rumah sakit dengan
penempatan security di masing- masing Gedung dan terutama diunit-unit
khusus,pemasangan CCTV, pengaturan jam besuk,pemberian kartu tunggu.
7) Perlindungan terhadap pasien meliputi perlindungan fisik dan verbal.
b. Menginformasikan hak – hak pasien
1) Setiap pasien di Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat harus
mendapatkan informasi Hak dan Kewajiban Pasien Rumah Sakit Mandalika
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2) Informasi Hak dan Kewajiban Pasien Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa
Tenggara Barat diberikan oleh Petugas Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap
(TPPRI) saat mendaftar sebagai pasien rawat inap.
3) Informasi Hak dan Kewajiban Pasien Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa
Tenggara Barat diberikan dalam bentuk selebaran banner, pamflet dan lain – lain
yang mudah dilihat dan dibaca oleh setiap pasien dan keluarganya.
4) Bila ada halangan dari pasien utnuk memahami Hak dan Kewajiban Pasien Rumah
Sakit Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti halangan dalam bentuk
pasien tidak bisa membaca dan cacat fisik seperti buta maka informasi Hak dan
Kewajiban Pasien Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat akan
disampaikan dengan dibacakan oleh staf Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa
Tenggara Barat, bila halangan dalam bentuk bisu atau tuli maka akan disampaikan
dalam bentuk tulisan, gambar atau isyarat.
5) Untuk Pasien anak dan pasien yang tidak memungkinkan memahami hak dan
kewajiban pasien Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat maka
akan disampaikan kepada orang tuanya atau keluarganya terdekat.
6) Hak dan Kewajiban Pasien Rumah Sakit Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat
harus dipatuhi dan diimplementasikan oleh seluruh karyawan Rumah Sakit
Mandalika Provinsi Nusa Tenggara Barat.
c. Melibatkan keluarga pasien, bila perlu, dalam keputusan tentang perawatan pasien.
1) Keluarga dilibatkan dari persetujuan umum pada saat mendaftar rawat inap dan
pada saat pertama kali mendaftar pasien dirawat jalan sesuai keinginan pasien.
2) Untuk tindakan khusus keluarga dilibatkan dalam memberikan persetujun.

9
3) Keluarga dilibatkan dalam kebutuhan perawatan pasien, mengetahui informasi
tentang perkembangan pasien, keputusan menghentikan perawatan.
4) Pasien diberi kesempatan untuk memutuskan apakah mereka ingin keluarga ikut
terlibat dan sejauh mana keluarga akan terlibat dalam perawatan pasien, informasi
apa mengenai perawatan yang dapat diberikan kepada keluarga/pihak lain, serta
dalam keadaan apa.
d. Mendapatkan persetujuan (informed consent)
Persetujuan tindakan khusus yang meliputi tindakan pembedahan atau tindakan
invasive,anestesi, sedasi, penggunaan darah dan produk darah, perawatan atau tindakan
beresiko tinggi dilakukan dengan persetujuan tersendiri yang mendapatkan persetujuan
pasien atau keluarga.
e. Mendidik staf tentang hak pasien
Semua staff di rumah sakit diberikan pelatihan mengenai hak pasien dan keterlibatan
keluarga secara berkala.
C. Informed Consent
a. Rumah sakit melibatkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan tentang
pelayanan yang di terimanya dengan cara memberikan informed consent. Pasien maupun
keluarga harus diberi penjelasan tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang
direncanakan, karena diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan;
b. Persetujuan tindakan kedokteran/informed consent diberikan untuk semua tindakan
pembedahan dan tindakan invasif, semua tindakan anestesi dan sedasi sedang dan dalam,
semua pemberian darah dan produk/ komponen darah, semua pengobatan beresiko tinggi;
c. Penjelasan tentang informed consent diberikan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan/DPJP apabila di dalam tim maka diberikan oleh salah satu dari tim dokter
yang merawatnya apabila berhalangan maka didelegasikan kepada dokter jaga dan atau
perawat sesuai dengan kewenangan yang didelegasikan oleh DPJP;
d. Rumah sakit memberi penjelasan tentang penyakit, pengobatan atau tindakan yang
diusulkan kepada pasien, serta pemberi pelayanan. Pasien dan keluarga dapat mengenal
identitas para dokter dan pemberi pelayanan yang lain;
e. Rumah sakit menetapkan bahwa setiap pasien memiliki DPJP dan pasien dapat
berpartisipasi untuk memilih dokter penanggung jawab. Rumah sakit memiliki general
consent / persetujuan umum untuk pengobatan yang harus diisi oleh pasien/keluarga pada
waktu pasien masuk sebagai pasien rawat inap dan rumah sakit harus memberi
penjelasan tentang isi general consent tersebut. Pemberi persetujuan diberikan oleh
individu yang kompeten yaitu pasien yang dewasa atau bukan anak berumur 21 tahun ke

10
atas ( telah/ pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi
secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak
mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas dalam hal
pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan maka persetujuan dapat diberikan oleh
keluarga terdekat atau pengampunya yaitu : suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-
anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya. Jika persetujuan diberikan
oleh orang lain maka identitas orang tersebut dicatat dalam rekam medis pasien;

f. Petugas memberi informasi tentang tes atau pengobatan mana memerlukan persetujuan
(informed consent) yang terpisah;
g. informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau produk
darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi, dibuat daftar semua
kategori atau jenis pengobatan dan prosedur yang memerlukan informed consent yang
khusus;
h. Rumah sakit menetapkan pemberian informed consent kepada pasien atau keluarga harus
disertai mencatat identitas petugas yang memberikan penjelasan di dalam rekam medis
pasien dan tandatangannya apabila informed consent diberikan secara lisan juga harus
dicatat dalam rekam medis

Ditetapkan di Sengkol
Pada tanggal : 2023
Direktur
Rumah Sakit Mandalika
Provinsi Nusa Tenggara Barat

dr. Oxy Tjahjo Wahjuni, Sp.EM

11
NIP. 19710113 20011 2 2001 .

12
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian Hak
Hak adalah tuntutan seorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai
dengan keadilan, moralitas, dan legalitas.
B. Pengertian kewajiban
Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untuk melakukan sesuatu yang memang harus
dilakukan agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan haknya.
C. Pengertian Hak dan Kewajiban Pasien
Hak pasien : kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh pasien untuk mendapatkan atau
memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Kewajiban pasien : sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh pasien.
D. Pengertian Pasien
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.
E. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
BAB II
RUANG LINGKUP

Konsekuensi kebijakan UU No. 36/2009, setiap potensi yang dapat dimanfaatkan dalam
upaya pelayanan kesehatan menempati peran yang setara, baik tenaga, sarana, dan prasarana
bahkan pengguna jasa layanan kesehatan dan masyarakat pada umumnya mengemban kewajiban
yang sama besar untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan upaya
kesehatan tergantung pada ketersediaan sumber daya kesehatan yang berupa tenaga, sarana ,dan
prasarana dalam jumlah dan mutu yang memadai. Rumah sakit merupakan salah satu sarana
kesehatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pelayanan kesehatan
sebagai kegiatan utama rumah sakit menempatkan dokter dan perawat sebagai tenaga kesehatan
yang paling dekat hubungannya dengan pasien dalam penanganan penyakit.
Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan upaya
pelayanan kesehatan, khususnya berkaitan dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, Kecakapan dan kemampuan tenaga
kesehatan serta ketersediaan fasilitas dalam sarana layanan kesehatan yang ada. Sementara itu
hak pasien harus dihormati oleh tenaga kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan.
1. Dengan adanya panduan Hak Pasien dan Keluarga selama di Rumah Sakit Mandalika, maka
Rumah Sakit menghargai hak Pasien dan Keluarga dengan cara mengatur dan menjelaskan
prosedur untuk memastikan Hak Pasien dan Keluarga.
2. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien dan keluarga di seluruh bagian Rumah Sakit
Mandalika. Pelaksana panduan ini adalah semua staf/karyawan di Rumah Sakit Mandalika
yang berhubungan langsung dengan pasien dan keluarganya di masing-masing bagian.
3. Seluruh staf/karyawan Rumah Sakit Mandalika wajib mengerti, memahami, dan menerapkan
Hak Pasien dan Keluarga sesuai dengan Panduan dan mengikut sertakan Pasien dan
Keluarga dalam proses.

2
BAB III
TATA LAKSANA HAK PASIEN DAN KELUARGA

I. HAK PASIEN
Pada Tahun 1973 Di American Hospital Assosiacion Menerbitkan A Patien’s Bill Af
Right dalam upaya meningkatkan hak pasien yang dirawat. Sering kali pasien tidak
mengetahui haknya, walaupun sudah banyak rumah sakit yang memberikan penjelasan
mengenai hak pasien. Berikut adalah 4 (empat ) hak yang diberikan dalam fasilitas asuhan
keperawatan (Annas dan Healey, 1974) :
1. Hak untuk kebenaran secara menyeluruh.
2. Hak untuk privasi dan martabat pribadi.
3. Hak untuk penentuan diri dengan berpartisipasi dalam keputusan sehubungan dengan
kesehatan seseorang.
4. Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun setelah dirawat.
Pasien mempunyai hak untuk dapat menentukan sendiri mengenai persetujuan,
kerahasiaan, dan menolak pengobatan. Kebutuhan untuk hak pasien harus disesuaikan
dengan kerentanan (vulnerability) pasien dari penyakit yang dideritanya dan kompleksitas
hubungan dengan tatanan asuhan kesehatan. Terkadang pasien tidak mampu menyatakan
hak-haknya.
Menurut Fred Ameln hak-hak pasien tersebut meliputi hak atas informasi, hak
memberikan informasi, hak memilih dokter, hak memilih sarana kesehatan, hak atas rahasia
kedokteran, hak menolak pengobatan, hak menolak tindakan medik tertentu, hak untuk
menghentikan pengobatan, hak melihat rekam medis, hak second opinion
Hak-hak pasien yang paling menonjol dalam hubungannya dengan pelayanan
kesehatan, yaitu :
1. Rekam medis,
2. Persetujuan tindakan medis,
3. Rahasia medis.
Merujuk pada surat edaran Dirjen Pelayanan Medik no YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997
tentang pedoman hak dan kewajiban pasien, dokter, dan rumah sakit pada butir nomor 9
pasien berhak mendapat informasi meliputi :
1. Penyakit yang diderita.
2. Tindakan medis apa yang hendak dilakukan.

3
3. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya.
4. Alternative terapi lainnya.
5. Prognosisnya
6. Perkiraan biaya pengobatan.
Berdasarkan UU Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 32, setiap pasien
mempunyai hak sebagai berikut :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
(Setiap pasien baru memperoleh edukasi dan penjelasan tentang tata tertib secara umum
di Rumah Sakit Mandalika dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Mandalika.
Informasi dan edukasi ini di sampakan pada saat pasien masuk sebagai pasien rawat inap
di Rumah Sakit Mandalika)
2. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
(Pasien berhak memperoleh edukasi tentang hak pasien di Rumah Sakit Mandalika,
Rumah Sakit Mandalika memberikan edukasi tentang hak pasien dan keluarga pada saat
pasien mendaftar pasien rawat inap, serta Rumah Sakit Mandalika menyediakan leaflet
dan spanduk tentang hak pasien dan keluarga sehingga pasien dan keluarga dapat
membaca dan mengerti)
3. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan pelayanan tanpa membedakan agama, suku,
bangsa, bahasa, ras sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Mandalika)
4. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
(Rumah Sakit Mandalika menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan Rumah
Sakit Mandalika).
5. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik maupun materi.
(Rumah Sakit Mandalika menjamin hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang
efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik maupun materi)
6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
(Rumah Sakit Mandalika memfasilitasi pengaduan pasien atas kualitas pelayanan yang
didapatkan)

4
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
(Rumah Sakit Mandalika memberi hak kepada pasien untuk memilih dokter sebagai
media untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diderita saat ini)
8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan hak kepada pasien untuk meminta konsultasi
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin
Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit)
9. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data –
data medisnya.
(Rumah Sakit Mandalika menjamin hak pasien untuk mendapat privasi dan kerahasiaan
penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya)
10. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan hak kepada pasien untuk mendapat informasi
yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan)
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan atas penyakit yang dideritanya.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan hak kepada pasien untuk memberikan persetujuan
atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan atas penyakit
yang dideritanya)
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan hak kepada keluarga pasien untuk mendampingi
pasien dalam keadaan kritis)
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama kepercayaan yang dianutnya selama itu
tidak mengganggu pasien lainnya.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan kebebasan beribadah kepada pasien sesuai agama
kepercayaan yang dianutnya selama itu tidak mengganggu pasien lainnya. Rumah Sakit
Mandalika memberikan pelayanan rohani kepada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien
di Rumah Sakit Mandalika)

5
14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.
(Rumah Sakit Mandalika menjamin keamanan dan keselamatan diri pasien selama
dalam perawatan di Rumah Sakit Mandalika)
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah Sakit terhadap
dirinya.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan hak kepada pasien untuk memberikan kritik dan
saran serta keluhan kepada Rumah Sakit Mandalika)
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan pelayanan rohani kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan pasien di Rumah Sakit Mandalika)
17. Pasien berhak menganut dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun
pidana.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan hak kepada pasien untuk menganut dan atau
menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana)
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(Rumah Sakit Mandalika memberikan hak kepada pasien untuk memberikan kritik dan
saran serta keluhan kepada Rumah Sakit Mandalika).
Seluruh perawat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai tenaga kesehatan sesuai dengan
pasal 45 dan 46 UU NO.23 TH.1992 tentang Registrasi dan lisensi perawat meliputi:
Pasal 45 hak perawat:

a. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai


standar profesi dan standar operasional prosedur/ SPO
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi
d. Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasi
e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya
f. Menerima imbalan jasa profesi

6
Pasal 46 kewajiban perawat :

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :


a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan SPO
b. Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau tindakan
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien kecuali
untuk kepentingan hukum
d. Menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan atau
peraturan yang berlaku
e. Melakukan pertolongan darurat atas dasar peri kemanusiaan untuk penyelamatan jiwa
f. Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan
keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme

A. Hak Pasien atas Informasi dan Tindakan Medis dari Aspek Etika Kedokteran
Terkait dengan pemberian informasi kepada pasien ada beberapa yang harus diperhatikan :
1. Informasi harus diberikan, baik diminta ataupun tidak.
2. Informasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak dimengerti oleh orang
awam.
3. Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan situasi pasien.
4. Informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali dokter menilai bahwa informasi
tersebut dapat merugikan kepentingan atau kesehatan pasien atau pasien menolak untuk
diberikan informasi (KODEKI, pasal 5)
5. Untuk tindakan bedah (operasi) atau tindakan infasive yang lain, informasi harus diberikan
oleh dokter yang akan melakukan operasi. Apabila dokter yang bersangkutan tidak ada,
maka informasi terus diberikan oleh dokter yang lain dengan sepengetahuan atau petunjuk
dokter yang bertanggung jawab.
Kewajiban dokter terkait dengan informasi adalah memberikan informasi yang
adekuat dan bersikap jujur kepada pasien tentang perlunya tindakan medis yang
bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya (KODEKI, pasal 7b).salah satu
kewajiban rumah sakit terhadap pasien adalah harus memberikan penjelasan mengenai apa
yang diderita pasien, dan tindakan apa yang harus dilakukan (KODERSI, BAB III Pasal
10).
B. Hak Pasien atas Informasi Penyakit dan Tindakan Medis dari Aspek Hukum
Kedokteran
Pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan
penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan diterimanya (Undang-Undang
No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52). Penjelasan tersebut sekurang –
kurangnya mencakup :
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3. Alternative tindakan lain dan risikonya
4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Proknosis terhadap tindakan yang dilakukan (pasal 45 ayat 3)
Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi terlebih dahulu harus memberikan penjelasan kepada pasien tentang
tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat persetujuan.
Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
Pemberian obat-obatan juga harus dengan persetujuan pasien dan bila pasien meminta
untuk dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan kecuali dengan penghentian
terapi akan mengakibatkan keadaan gawat darurat atau kehilangan nyawa pasien.
Dalam Pedoman Penegakkan Disiplin Kedokteran tahun 2008 seorang dokter dapat
dikategorikan melakukan bentuk pelanggaran disiplin kedokteran apabila tidak memberikan
penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau
keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.
C. Hak Pasien atas Informasi dalam Rekam Medik
Berdasarkan PERMENKES RI No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam medik
Pasal 12 dikatakan bahwa berkas rekam medik adalah milik sarana pelayanan kesehatan dan
isi rekam medik adalah milik pasien. Bentuk ringkasan rekam medik dapat diberikan, dicatat
atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau persetujuan tertulis pasien atau
keluarga pasien yang berhak untuk itu. Namun boleh tidaknya pasien mengetahui isi rekam
medik tergantung kesanggupan pasien untuk mendengar informasi mengenai penyakit yang
dijelaskan oleh dokter yang merawatnya.
D. Komunikasi Dokter Pasien yang Baik
Menurut Petunjuk Praktek Kedokteran yang Baik (DEPKES, 2008) komunikasi yang
baik antara dokter pasien terkait dengan hak untuk mendapatkan informasi meliputi :
1. Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormati pandangan serta
kepercayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya.
2. Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan tentang kondisi, diagnosis, terapi
dan prognosis pasien, serta rencana perawatannya dengan cara yang bijak dan bahasa yang
dimengerti pasien. Termasuk informasi tentang tujuan pengobatan, pilihan obat ayng
diberikan, cara pemberian serta pengaturan dosis obat, dan kemungkinan efek samping obat
yang mungkin terjadi; dan
3. Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang dilakukan kepada
keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien.
4. Jika seorang pasien mengalami kejadian yang tidak diharapkan selama dalam perawatan
dokter, dokter yang bersangkutan atau penanggung jawab pelayanan kedokteran (jika
terjadi di saran pelayanan kesehatan) harus menjelaskan keadaan yang terjadi akibat jangka
pendek atau panjang dan rencana tindakan kedokteran yang akan dilakukan secara jujur dan
lengkap serta memberikan empati.
5. Dalam setiap tindakan kedokteran yang dilakukan, dokter harus mendapat persetujuan
pasien karena pada prinsip yang berhak memberikan persetujuan dan penolakan tindakan
medis adalah pasien yang bersangkutan. Untuk itu dokter harus melakukan pemeriksaan
secara teliti, serta menyampaikan rencana pemeriksaan lebih lanjut termasuk risiko yang
mungkin terjadi secara jujur, transparan dan komunikatif. Dokter harus yakin bahwa pasien
mengerti apa yang disampaikan sehingga pasien dalam memberikan persetujuan tanpa
adanya paksaan atau tekanan.
E. Persetujuan Tindakan Medik / Informed Consent.
Kata consent berasal dari bahasa latin, consentio yang artinya persetujuan izin,
menyetujui ; atau pengetian yang lebih luas adalah memberi izin atau wewenang kepada
seseorang untuk melakukan suatu informed consent, dengan demikian informed consent
adalah pernyataan setuju atau izin oleh pasien secara sadar, bebas dan rasional setelah
memperoleh informasi yang dipahaminya dari tenaga kesehatan/dokter tentang penyakitnya.
Harus diingat bahwa yang terpenting adalah pemahaman oleh pasien.
Pengertian lain yaitu informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
(orang tua/ wali/ suami/ istri/ orang yang berhak mewakilinya) kepada tenaga kesehatan dokter
untuk dilakukan tindakan medis yang bertujuan untuk kesembuhan penyakit yang di deritanya.
Jay Katz mengemukakan falsafah dasar informed consent yaitu pada hakikatnya suatu
keputusan pemberian pengobatan atas pasien harus terjadi secara kolaboratif (kerjasama)
antara tenaga medis / dokter dan pasien serta bukan semata-mata keputusan sepihak. Dengan
demikian, nformed consent mengandung 2 unsur utama, yakni sukarela (voluntariness) dan
memahami (understanding).
Ada 2 bentuk informed consent :
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (implied consent)
a. Keadaan normal
b. Keadaan darurat
2. Dinyatakan (expressed consent)
a. Lisan
b. Tulisan
Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa
pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien.
Umumnya tindakan dokter di sini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui
umum.
Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan darurat sedang dokter
memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan
persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat maka dokter dapat melakukan tindakan medik
terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585 tahun 1989, pasal11). Jenis persetujuan ini
disebut sebagai Presumed Consent, artinya bila pasien dalam keadaan tidak sadar, dianggap
akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.
Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila
yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam keadaan
demikian sebaiknya kepada pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa yang akan
dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah pengertian.
1. Informasi
Dalam informed consent dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi
atau penjelasan kepada pasien atau keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi
harus disampaikan. Informasi tersebut meliputi informasi mengenai apa (what) yang perlu
disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (who), dan
informasi yang mana (which) yang perlu disampaikan.

10
2. Persetujuan
The Medical Defence Union dalam bukunya Medicolegal Issues in Clinical Practice,
menyatakan bahwa ada 5 syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya Informed Consent,
yaitu:
1. Diberikan secara bebas
2. Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
3. Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat memahami
tindakan itu perlu dilakukan
4. Mengenai sesuatu hal yang khas
5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama.
3. Penolakan
Seperti dikemukakan pada bagian awal, tidak selamanya pasien atau keluarga setuju
dengan medik yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter
maupun kalangan kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga
mempunyai hak menolak usul tindakan yang akan dilakukan. Ini disebut sebagai informed
Refusal.
Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti anjuran, walaupun
dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian pada pasien.
Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada tindakan alternative yang
diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit
meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan
medik yang diperlukan.

II. KEWAJIBAN PASIEN


Berdasarkan UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 53, setiap pasien
mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
2. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima;
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 04 Tahun 2018 Tentang
Kewajiban Pasien pasal 26 sebagai berikut :
Bahwa “Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit, pasien mempunyai kewajiban:
a. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab;

11
c. menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas
lainnya yang bekerja di rumah sakit ;
d. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
e. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang
dimilikinya;
f. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di rumah sakit
dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi
yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya;
h. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

III. HAK DOKTER


Berdasarkan UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 50, dokter atau dokter
gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional
3. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan,
profesi dan etika.
4. Mendapatkan privacy, menuntun apabila pasien mencemarkan nama baik atau tindakan
melecehkan atau memalukan.
5. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarga
6. Menerima imbalan jasa.

IV. KEWAJIBAN DOKTER


Berdasarkan UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 51, dokter atau dokter
gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien
2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan

12
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia;
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang bertugas dan mampu melakukannya
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.
6. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi
wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya ( pasal 49 )
7. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat
rekam medis (pasal 46)
8. Setiap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki surat izin praktik (pasal 36)
V. HAK RUMAH SAKIT
1. Menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi
rumah sakit
2. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif dan penghargaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
3. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan
4. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian
5. Mendapat perlindungan hukun dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
6. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

VI. KEWAJIBAN RUMAH SAKIT


1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanan
4. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin.
5. Menyediakan sarana dan prasarana umum dan layak antara lain tempat ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui , anak-anak dan usia lanjut

13
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumen Hak Pasien dan Keluarga dalam Panduan ini, sebagai berikut :

1. Adanya informasi tentang Hak Pasien dan Keluarga pada saat pasien masuk Rumah Sakit di
tempat pendaftaran pasien dengan mengisi GENERAL CONSENT
a. Saya telah mendapat informasi tentang tata tertib Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi NTB melalui brosur yang disediakan oleh petugas.
b. Saya memiliki Hak untuk mengambil bagian dalam keputusan mengenai penyakit saya,
perawatan medis dan rencana pengobatan
c. Dalam kondisi tertentu (tidak mampu mengambil bagian dalam keputusan) hak untuk
mengambil bagian dalam keputusan saya limpahkan kepada
Nama .................... Status .......................
2. Setiap pasien dan keluarga berhak mendapat EDUKASI tentang Hak dan Kewajiban Pasien
dan Keluarga di tempat pendaftaran dengan mengisi Formulir Edukasi Pasien dan Keluarga
Terintegrasi.
3. Formulir Hak Pasien dan Keluarga adalah :
a. Formulir General Consent.
b. Formulir Edukasi Terintegrasi.
c. Formulir permintaan pelayanan kerohanian.
d. Formulir penyimpanan barang milik pasien.
e. Formulir permintaan privasi.
f. Formulir persetujuan / penolakan tindakan kedokteran.
g. Formulir persetujuan / penolakan pelayanan
h. Formulir Second Opinion
BAB V
PENUTUP

Pelayanan Gizi Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman


dan yang terbaru yaitu mengacu Standar Internasional dan profesional. Pelayanan gizi
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang merupakan salah satu
upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap
maupun pasien rawat jalan agar status gizi optimal sesuai dengan penyakit pasien.
Kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit Rumah Sakit Mandalika adalah asuhan gizi pada
pasien rawat inap dan rawat jalan, penyelenggaraan makanan serta penelitian dan
pengembangan gizi terapan.
Pedoman Pelayanan gizi di Rumah Sakit Rumah Sakit Mandalika bertujuan
untuk memberikan acuan tenaga gizi dan informasi bagi Tim Kesehatan sehingga jelas dan
profesional dalam mengelola pasien terkait gizi pasien, khususnya asuhan gizi oleh
dietisien. Pedoman ini juga bermanfaat dalam mengimplementasikan proses asuhan gizi
terstandar serta alur pasien sejak masuk sampai dengan monitoring dan evaluasi kemajuan
intervensi gizi yang diberikan sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Buku Pedoman Pelayanan Gizi ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan
pelayanan gizi yang diselenggarakan di Rumah Sakit Mandalika. Dengan ini, diharapkan
pelayanan gizi yang diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan
seiring dengan kemajuan Rumah Sakit.

Ditetapkan di Sengkol
Pada tanggal : 2023
Direktur
Rumah Sakit Mandalika
Provinsi Nusa Tenggara Barat

dr. Oxy Tjahjo Wahjuni, Sp.EM


NIP. 19710113 20011 2 2001

Anda mungkin juga menyukai