DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
Jl. Raya Cileungsi – Jonggol KM. 10, Cileungsi, Cipeucang, Bogor (16820)
Telepon (021)89934 – 667/ 668/ 669 Fax. (021)89934666
Email: rsudcileungsi@bogorkab.go.idWebsite:http://rsudcileungsi.bogorkab.go.id
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
NOMOR : 446/Ped/Kep/055/18/00
TENTANG
PEDOMAN DAN TATA LAKSANA
KOMITE ETIK DAN HUKUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran I : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang pada
dasarnya merupakan suatu pengabdian kepada kepentingan masyarakat banyak,
dewasa ini telah berkembang menjadi suatu unit sosio-ekonomi yang makin hari
makin kompleks permasalahannya. Kompleksitas permasalahan di rumah sakit itu.
Antara lain karena dualisme fungsi rumah sakit seperti tersebut di atas sering
menimbulkan persepsi serta harapan masyarakat yang tersusun oleh berbagai unsur
profesi tidak jarang dapat menimbulkan permasalahan tersendiri. Oleh karena itu
perlu suatu pengelolaan yang cermat dan seksama agar para professional dapat
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berbagai profesi yang bekerja di rumah sakit didasari oleh kode etik profesi
masing-masing, yang dijadikan tatanan perilaku masing-masing profesi tersebut.
Tatanan perilaku ini hanya dapat dipahami oleh nurani masing-masing profesi
sehingga perilaku suatu profesi sering sulit dipahami oleh profesi lain.
Kode Etik Rumah Sakit adalah norma yang diharapkan untuk dijadikan
tatanan perilaku bagi setiap anggota masyarakat rumah sakit yang multi profesi
tersebut. Pengaturan perilaku yang dimaksud disini menekankan pada perilaku
masing-masing profesi dalam pengamalan profesinya agar dapat menghasilkan
manfaat yang optimal bagi semua pihak. Selain itu kode etik rumah sakit diharapkan
dapat merupakan jaminan bagi semua profesi untuk dapat melakukan profesinya
dengan tenang dan aman. Selain itu profesi pelayanan kesehatan kesehatan selalu
berhadapan dengan resiko yang melekat. Walaupun telah bekerja dengan hati-hati,
resiko yang melekat sulit dihilangkan sama sekali.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan disegala bidang dewasa ini akan
mendorong serta memperbesar kemungkinan terjadinya resiko. Etika rumah sakit
merupakan pegangan yang dapat menuntun kearah penyempurnaan fungsi rumah
sakit agar kode etik dapat ditegakkan. Usaha-usaha tersebut tentu saja harus
dilaksanakan oleh orang-orang yang mengerti benar tentang kode etik rumah sakit
serta kode etik-kode etik dari berbagai profesi yang ada di rumah sakit.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman dan Tatalaksana Komite Etik di Rumah Sakit Brayat
Minulya Surakarta meliputi pengendalian perilaku dokter, perawat dan tenaga
penujang lainya agar dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika perumahsakitan, etika kedokteran,
perawatan maupun etika lainnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM
B. FALSAFAH
1. Etika rumah sakit adalah tatanan perilaku masyarakat rumah sakit.
2. Perilaku dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan bercermin pada etika rumah
sakit akan menambah keserasian interaksi antar unsur-unsur masyarakat didalam
maupun diluar rumah sakit.
3. Etika rumah sakit adalah dinamis yang setiap saat akan berkembang mengikuti
perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Sosial, Ekonomi dan Budaya, oleh
karena itu perlu dibina, dikembangkan oleh satuan tugas tersendiri ialah Komite
Etik Rumah Sakit.
C. MISI
1. Mengoptimalkan layanan kesehatan sesuai standard rumah sakit.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia rumah sakit.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pelayanan rumah sakit.
4. Menerapkan manajemen yang terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.
D. PERAN
1. Menentukan, menjaga serta mengembangkan etika di rumah sakit.
2. Memberikan saran-saran tentang penyelesaian permasalahan etik.
3. Sumber informasi bagi para dokter, perawat dan tenaga kesehatan di rumah sakit
dalam menghadapi masalah-masalah etika rumah sakit.
E. KEDUDUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Umum Daerah Cileungsi adalah suatu badan
yang dibentuk oleh Direktur guna memberikan pertimbangan untuk menangani
masalah etik di Rumah Sakit. Bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Cileungsi bersifat Otonom.
J. URAIAN TUGAS
1. Ketua mengkoordinir dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Komite,
memimpin pertemuan/evaluasi, memberikan pengarahan dan saran dalam
menjalankan tugas, melakukan koordinasi dengan Komite Medik dan membuat
laporan kepada Direktur.
2. Sekretaris bertanggung jawab terhadap kelancaran tugas-tugas Komite dalam
bidang administrasi kesekretarisan, aktif dalam pelaksanan tugas-tugas Komite
bersama anggota dan menyiapkan acara dan membuat notulen rapat.
3. Anggota aktif dalam pelaksanaan tugas-tugas Komite, memberikan
pendapat/saran permasalahan etik Rumah Sakit, memberikan pendapat pemecahan
masalah pelanggarann etik, ikut melakukan penyuluhan, pemantauan Kode Etik
dan melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan Ketua.
KOMITE MEDIK
Kompetensi klinis Dilakukan oleh Panel Pendisiplinan Profesi (dibentuk oleh Sub Komite)
Penatalaksanaan kasus medis Melalui proses pembuktian
Petugas Sekretariat Komite Medik mencatat proses pemeriksaan
Pelanggaran etik dan disiplin profesi Terlapor didampingi oleh personil dari RS Brayat Minulya Surakarta
Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan
Panel dapat standar pelayanan
menggunakan kedokteran
keterangan ahli di rumah sakit
sesuai kebutuhan
Ketidakmampuan bekerjasama dengan staf rumah sakit yang dapat membahayakan pasien
Seluruh pemeriksaan yang dilakukan panel disiplin profesi bersifat tertutu
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN ETIK DAN DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN
b. ALUR II
A
.
B
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA
PELANGGARAN
TIDAK ADA PELANGGARAN ETIK DAN
ADA PELANGGARAN
DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN
TINDAKAN PENDISIPLINAN
PERILAKU PROFESIONAL :
1. Peringatan tertulis
2. Limitasi (reduksi) kewe-nangan klinis
(clinical privilege)
3. Bekerja dibawah supervisi dalam
waktu tertentu oleh orang yang
mempunyai kewenangan untuk
pelayanan medis tersebut
4. Pencabutan kewenangan klinis
(clinical privilege) sementara atau
selamanya
5. Pelaksanaan keputusan
DIREKTUR UTAMA
REKOMENDASI KOMITE MEDIK
b. Kriteria persetujuan
1) Eksperimen tidak boleh dilaksanakan jika tidak ada persetujuan dari orang
percobaan, pasien bukan pasien. Orang percobaan pasien bukan pasien
selengkap mungkin mendapat informasi dan tidak boleh ada informasi
tertentu yang dirahasiakan oleh peneliti. Persetujuan setelah penjelasan ini
disebut sebagai “informed consent”
2) Penjelasan secukupnya dengan bahasa yang dipahami oleh penderita.
3) Orang yang memberi persetujuan tersebut harus mempunyai kapasitas
legal, mempunyai kemampuan mengambil keputusan dengan bebas tanpa
tekanan dari luar.
4) Persetujuan (informed consent) sewaktu-waktu dapat ditarik, dengan
penarikan tersebut keikutsertaan pasien dalam percobaan tersebut berakhir.
5) Jika terdapat pasien yang tidak memberi persetujuan keikutsertaan atau
menarik persetujuannya, maka hal ini sama sekali tidak boleh mempunyai
dampak negatif terhadap hubungan dokter-pasien.
3. Tatacara pengajuan “ethical elearance”.
Tata cara pengajuan “ethical elearance” untuk penelitian kedokteran yang
dilaksanakan di RSUD Cileungsi, yaitu :
a. Peneliti mengajukan surat permintaan “ethical elearance” kepada Panitia Etika
RSUD Cileungsi dengan melampirkan :
1) Satu fotocopy proposal lengkap
2) Tiga fotocopy Model Resume Aspek Etika Penelitian.
b. Panitia Etika RSUD Cileungsi akan membahas aspek etika proposal tersebut,
dalam hal ini dapat dilakukan oleh suatu Panitia Khusus yang ditunjuk oleh
Ketua Panitia Etika RSUD CIleungsi. Jika perlu dapat meminta penjelasan
langsung dari tim Peneliti, dapat juga dimintakan pertimbangan (second
opinion) dari pakar di bidang tersebut.
c. Panitia Etika RSUD Cileungsi dapat memberikan persetujuan secara langsung
atau memberikan saran perbaikan dari segi etika, atau dapat menolak
penelitian tersebut.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran II : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
sejarah peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayang,
kesadaran sosial dan naluri untuk saling tolong menolong diantara sesama,serta semangat
keagamaan yang tinggi dalam kehidupan umat manusia.
Bahwa sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia, serta perkembangan
tatanan sosio-budaya masyarakat, dan sejalan pula dengan kemajuan ilmu dan teknologi
khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan, rumah sakit telah berkembang menjadi
suatu lembaga berupa suatu “unit sosio ekonomi” yang majemuk.
Bahwa perumahsakitan di Indonesia, sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah
memiliki jati diri yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia
kepada azas Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara
Republik Indonesia.
Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya :
a. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
b. Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya dan
c. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap insan Indonesia sebagai hamba Tuhan.
Maka Rumah Sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI), bersama ini menyampaikan “KODE ETIK RUMAH SAKIT”
yang merupakan pedoman bagi setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya di
Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai suatu rangkuman nilai-nilai dan norma-norma yang dapat
dipakai sebagai pedoman operasional sangat dibutuhkan, mengingat rumah sakit dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sudah menjadi suatu unit sosio-
ekomoni yang majemuk. Hal tersebut lebih terasa lagi mengingat di dalam Rumah Sakit
terdapat tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan yang mempunyai etika profesi masing-
masing sehingga “Semangat Kebersaman” sangat dibutuhkan agar rumah sakit dapat
berfungsi dengan baik.
BAB II
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
Pasal 2
Rumah Sakit sebagai suatu institusi harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap
semua kejadian di rumah sakit (Corporate Liability).
Pasal 3
Rumah Sakit harus memberikan pelayanan yang baik (duty of care) Rumah Sakit wajib
memberikan pertolongan emergency tanpa mengharuskan pembayaran uang muka lebih dulu.
Pasal 4
Rumah Sakit harus memelihara Rekam Medis dengan baik.
Pasal 5
Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
Pasal 6
Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain, jika tidak tersediannya peralatan atau
tenaga yang dibutuhkan pasien.
BAB III
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN
Pasal 7
Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 8
Rumah Sakit harus memberika penjelasan apa yang hendak dilakukan.
Pasal 9
Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent) sebelum melakuka suatu
tindakan medik.
Pasal 10
Rumah Sakit harus mengindahkan hak pribadi (Privacy) pasien.
Pasal 11
Rumah Sakit harus menjaga Rahasia pasien.
BAB IV
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP STAF
Pasal 12
Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf.
Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh
tenaga Rumah sakit.
Pasal 14
Rumah Sakit harus mengawasi agar segala sesuatu dilakukan berdasarkan standar profesi
yang berlaku.
Pasal 15
Rumah Sakit harus berlaku adil tanpa pilih kasih.
BAB V
KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Pasal 16
Menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 17
Melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 18
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 19
Tidaklah etik seorang dokter : Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
Pasal 20
Melaksanakan secara sendiri atau bersama-sama penerapan pengetahuan dan ketrampilan
kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
Pasal 21
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan mahluk insani baik
jasmani maupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan penderita.
Pasal 22
Berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan
baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 23
Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pasal 24
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 25
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 26
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang lebih
senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 27
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam beribadah dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 28
Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan pertolongan darurat dengan
mendahulukan keselamatan penderita daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
Pasal 29
Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap
setia kepada cita-citanya yang luhur.
Pasal 30
Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang diketahuinya termasuk data
hasil pemeriksaan laboratorium data dalam rekam medik secara keseluruhan.
Pasal 31
Dalam memeriksa pasien seorang wanita, disamping menerapkan tata sopan santun secara
umum, pemeriksaan di dalam kamar periksa sebaiknya dokter di dampingi seorang perawat
wanita.
Pasal 32
Terhadap jenasah, baik untuk kepentingan pendidikan mahasiswa kedokteran maupun untuk
kepentingan visum et repertum setiap dokter, mahasiswa kedokteran dan semua tenaga
kesehatan lainnya haruslah bersikap hormat layaknya menghadapi orang yang masih hidup.
BAB VI
TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ETIK
Pasal 33
Pengaduan pelanggaran etik rumah sakit dapat berasal dari :
Intern : Unit Kerja Fungsional, Unit kerja struktural.
Eksternal : Perorangan/ Pasien ini dapat langsung ke direktur atau lewat Polisi,
Kejaksaan, LBH ataupun instansi lain.
Pasal 34
Pengaduan ini ditujukan langsung kepada Direktur Rumah Sakit.
Pasal 35
Direktur Rumah Sakit meneruskan masalah tersebut kepada Panitia Etika Rumah Sakit.
Pasal 36
PERS melakukuan penyelidikan terhadap masalah tersebut dengan mengumpulkan informasi
dengan penelitian rekam medis, menghubungi unit kerja ataupun mereka-mereka yang
berhubungan dengan masalah.
Pasal 37
Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka PERS dapat
mengkonsultasikan kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan.
Pasal 38
Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang PERS.
Pasal 39
Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada direktur dalam memecahkan masalah.
BAB VII
LAIN-LAIN
Rumah sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan. Rumah Sakit harus
mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan. Rumah sakit harus memelihara hubungan
yang baik antar rumah sakit dan menghindarkan persaingan yag tidak sehat.
Rumah sakit harus menggalang kerja sama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran III : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
MUKADIMAH
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunnjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan ketrampilan kedokteran
dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan asanya kecuali dengan
keiklasan, pengetahuan dan atau kehendak penderita.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insan baik
jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 7
Setiap dokter hanya diberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaanya seorang dokter harus mengutamakan, mendahulukan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan dehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik
dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam kerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian
dalam bidang penyakit tersebut.
Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam masalah lainnya.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui yang diketahui tentang
seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri kemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA
Pasal 15
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari temann sejawatya, tanpa
persetujuannya.
Pasal 18
Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia
kepada cita-citanya yang luhur.
PENUTUP
Pasal 19
Setiap dokter harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan dalam
pekerjaan sehari-hari Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEK) hasil musyawarah Kerja
Nasional Kedokteran II demi untuk mengabdi kepada masyarakat Bangsa dan Negara.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran IV : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
4. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kerja kesehatan lain.
a. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama dengan jalan manambah ilmu, ketrampilan dan
pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Senantiasa menjunjung tinggi nama baik dan tanggung jawab terhadap pemerintah
bangsa dan tanah air.
c. Berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin.
d. Harus senantiasa mengutamakan perlindungan keselamatan pasien/ klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam maempertimbangkan
kemampuan baik dalam menerima, maupun dalam mengalihkan tugas dan tanggung
jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air serta agama.
a. Dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa taat dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Harus senantiasa melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.
Harus senantiasa berperan serta aktif dengan mengembangkan pikiran kepada pemerintah
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran V : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran VI : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
BAB I
MUKADIMAH II
Dengan rahamt Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur demi
tercapainya :
a. Masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
b. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
c. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.
Maka ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi
wadah persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik Indonesia
yang disusun atas dasar penekanan keselamataan klien di atas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari
setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota
tim kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional di bidang kesehatan pada
umumnya, KIA, KB dan Kesehatan Keluarga pada khususnya.
Mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya pada detik-detik yang sangat
menentukan pada saat menyambut kelahiran insane generasi secara selamat dan nyaman
merupakan tugas sentral dari pada bidan.
Menelusuri tuntutan masyarakat terhadap paelayanan kesehatan yang terus meningkat
sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Sudah sewajarnya kode etik bidan ini berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai landasan ideal dan garis-garis Besar Haluan Negara sebagai
landasan operasional.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode
etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan palayanan
profesional.
Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang komprehensif
terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh
berkembangnya menjadi Indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap
memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada
khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
A. Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatan
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
B. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
D. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasan mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak dan klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
E. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
F. Setiap bidan senatiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk menungkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA
A. Setiap bidan sentiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemapuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
B. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenagan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan.
C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan kita.
BAB IV
KEWAJIBAN BIDAN TERHAPAP
SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN
LAINNYA
A. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
B. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling mengobati baik terhadap sejawat
maupun tenaga kesehatan lainnya.
BAB V
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA
A. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
B. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesianya.
BAB VI
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI
A. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
B. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB VII
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH
NUSA BANGSA DAN TANAH AIR
BAB VIII
PENUTUP
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran VII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
2. Penatalaksanaan anesthesia
a. Pemberitahuan anesthesia menjadi tanggung jawab dokter spesialis anesthesia.
b. Pasien yang diberikan anesthesia (dokter peserta program studi anestesiologi)
menjadi tanggung jawab Spesialis Anestesi yang bertugas.
c. Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab harus berada dalam satu atap di
lingkungan rumah sakit dapat segera hadir jika diperlukan.
d. Setiap spesialis Anestesi yang bertugas pada saat yang bersamaan, hanya
bertanggung jawab maksimum pada tiga pasien yang dianestesi.
e. Pematauan pasien dilakukan sesuai standar pemantauan intra operatif
G. EUTANASIA
Kita kenal dua jenis Eutanasia, yaitu Eutanasia aktif dan pasif. Eutanasia aktif :
mempercepat kematian pasien melalui tindakan medis yang direncanakan, merupakan
tindakan yang melanggar hukum KUHP pasal 344, 345 dan 304. Eutanasia pasif :
penghentian segala pengobatan dan upaya yang tidak berguna lagi pada penderita dalam
keadaan saat berat (terminal) demi kepentingan pasien itu sendiri baik atas permintaan
pasien atau keluarga terdekat.
Eutanasia pasif dapat dikerjakan dengan fatwa IDI dengan memakai Triase Gawat
Darurat yang dikeluarkan IDI. Seorang dinyatakan mati, jika : Fungsi spontan
pernafasan dan jantung berhenti secara pasti atau irreversible sebagai bukti telah terjadi
kematian batang otak. Upaya resusitasi darurat dapat diakhiri jika diketahui kemudian
bahwa pasien telah berada pada stadium tertentu dan penyakit yang tidak yakin dapat
disembuhkan lagi, atau hampir dapat dipastikan pasien tidak memperoleh kembali fungsi
serebralnya.
1. Terdapat tanda-tanda klinis mati otak :
a. Terdapat tanda-tanda mati jantung selama 30 menit (garis datar pada EKG).
b. Penolong terlalu lelah sehingga tidak dapat melanjutkan upaya resusitasi.
Keputusan mengentikan tindakan luar biasa untuk bantuan hidup adalah merupakan
keputusan medis. Hal ini harus dibuat oleh dokter-dokter yang berpengalaman setelah
mengadakan konsultasi dengan dokter ahli anesthesiology, neurology dan juga
mempertimbangkan keinginan pasien atau keluarganya.
Bila keputusan yang diambil adalah membiarkan pasien meninggal secara wajar,
maka mesin ventilator dimatikan, dan diupayakan agar pasien bernafas secara spontan
jika upaya ini gagal, tetapi ventilator tidak diberikan lagi dan pasien di biarkan meninggal
secara alamiah. Akan tetapi jika pasien bernafas spontan kembali, maka terapi ventilator
dilanjutkan sampai ada indikasi untuk melepasnya.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
I. PENDAHULUAN
Rekam medis rawat jalan dan rawat inap merupakan suatu dokumen atau alat
informasi dan komunikasi seorang pasien, baik terhadap dokter yang merawatnya,
pegawai administrasi rumah sakit, maupun terhadap keluarga pasien sendiri. Setiap
dokter yang memberikan pelayanan rawat jalan atau rawat inap, wajib membuat rekam
medis dan harus dibuat segera setelah penderita mendapat pelayanan/ tindakan. Dokter
yang memberi pelayanan/ tindakan bertanggung jawab penuh atas kebenaran rekam
medis yang dibuatnya. Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tanganyang jelas
oleh pemberi pelayanan/ tindakan.
D. Penelusuran informasi
1. Tulisan harus jelas dan mudah dibaca
2. Dihindarkan singkatan yang tidak lazim
E. Indeks penyakit
1. Penetapan diagnosis berdasarkan International Code of Disease/ WHO (ICD) atau
Depkes RI tahun terbaru.
2. Untuk penyakit kronik yang memerlukan kontrol, perlu dibuat cara pengenalan
khusus agar rekam medis tersebut mudah dan cepat dapat ditelusuri kembali.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran VIII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
Profesi gizi mengadikan diri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan
bangsa melalui upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi
gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan pengetahuan gizi masyarakat.
B. Tanggung Jawab dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Pemerintah, Bangsa dan
Negara
1. Ahli Gizi dalam membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui upaya perbaikan gizi harus senantiasa berpedoman pada kebijakan
yang telah digariskan.
2. Ahli Gizi senantiasa berperan serta menyumbangkan pikiran dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan dan
pembinaan kesehatan masyarakat khususnya di bidang gizi.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran VIII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
1. KEWAJIBAN UMUM
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi
sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak
boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik
atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses
analisis secara komprehensif.
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia, serta
kelestarian lingkungan.
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman
seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau
masyarakat.
9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman
seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien
atau masyarakat.
10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan secara
menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA
Lampiran VIII : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI TENTANG PEDOMAN
DAN TATA LAKSANA KOMITE
ETIK DAN HUKUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
CILEUNGSI.
Nomor :
Tanggal :
KODE ETIK
TEKNIK ELEKTOMEDIK
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 08 Januari 2018
DIREKTUR
MIKE KALTARINA