JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan Kode Etik RS Pelengkap
Medical Center Jombang. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam meyelesaikan pedoman ini.
Kami sangat berharap panduan pelayanan etik dapat berjalan dengan baik dan
dapat meningkatkan keperdulian terhadap sesama manusia karena manusia merupakan
mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itu,kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang,mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga kegiatan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
kode etik yang telah disusun dapat berguna bagi kami ataupun bagi yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang dapat membantu kearah yang lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
SK DIREKTUR
LEMBAR PENGESAHAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Maksud dan Tujuan.........................................................................................................4
C. Ruang Lingkup................................................................................................................4
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Penerapan Etika Rumah Sakit Secara Umum.................................................................5
B. Falsafah...........................................................................................................................6
C. Peran................................................................................................................................6
D. Kedudukan Komite Etik dan Hukum..............................................................................6
E. Keanggotaan Komite Etik dan Hukum...........................................................................6
F. Tugas dan Wewenang Komite Etik dan Hukum.............................................................6
G. Fungsi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit................................................................6
BAB III VISI, MISI, MOTTO RUMAH SAKIT
A. Denah Ruang.................................................................................................................65
B. Standart Fasilitas...........................................................................................................65
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI......................................................................................68
BAB V URAIAN TUGAS........................................................................................................83
BAB VI PEDOMAN DAN TATALAKSANA ETIK DAN HUKUM.................................84
BAB VII KESELAMATAN KERJA......................................................................................87
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU......................................................................................90
BAB IX PENUTUP................................................................................................................110
DOKUMEN PROSES
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PELENGKAP MEDICAL CENTER JOMBANG
NOMOR: 214/SK/DIR.PMC/XII/2021
TENTANG
KODE ETIK
RUMAH SAKIT PELENGKAP MEDICAL CENTER JOMBANG
BISSMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DIREKTUR RUMAH SAKIT PELENGKAP MEDICAL CENTER JOMBANG
MEMUTUSAN:
PENGESAHAN DOKUMEN
KODE ETIK
TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
iii
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap
Medical Center Jombang
Nomor : 345 /SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Kode Etik Rumah Sakit
Pelengkap Medical Center
Jombang
Tanggal : 18 Desember 2021
BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang pada
dasarnya merupakan suatu pengabdian kepada kepentingan masyarakat banyak,
dewasa ini telah berkembang menjadi suatu unit sosio-ekonomi yang makin hari
makin kompleks permasalahannya. Kompleksitas permasalahan di rumah sakit itu.
Antara lain karena dualisme fungsi rumah sakit seperti tersebut di atas sering
menimbulkan persepsi serta harapan masyarakat yang tersusun oleh berbagai unsur
profesi tidak jarang dapat menimbulkan permasalahan tersendiri. Oleh karena itu perlu
suatu pengelolaan yang cermat dan seksama agar para profesional dapat menjalankan
tugasnya dengan sebaik-baiknya demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berbagai profesi yang bekerja di rumah sakit didasari oleh kode etik profesi
masing-masing, yang dijadikan tatanan perilaku masing-masing profesi tersebut.
Tatanan perilaku ini hanya dapat dipahami oleh nurani masing-masing profesi
sehingga perilaku suatu profesi sering sulit dipahami oleh profesi lain.
Kode Etik Rumah Sakit adalah norma yang diharapkan untuk dijadikan tatanan
perilaku bagi setiap anggota masyarakat rumah sakit yang multi profesi tersebut.
Pengaturan perilaku yang dimaksud disini menekankan pada perilaku masing-masing
profesi dalam pengamalan profesinya agar dapat menghasilkan manfaat yang optimal
bagi semua pihak. Selain itu kode etik rumah sakit diharapkan dapat merupakan
jaminan bagi semua profesi untuk dapat melakukan profesinya dengan tenang dan
aman. Selain itu profesi pelayanan kesehatan kesehatan selalu berhadapan dengan
resiko yang melekat. Walaupun telah bekerja dengan hati-hati, resiko yang melekat
sulit dihilangkan sama sekali.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan disegala bidang dewasa ini akan
mendorong serta memperbesar kemungkinan terjadinya resiko. Etika rumah sakit
merupakan pegangan yang dapat menuntun kearah penyempurnaan fungsi rumah sakit
agar kode etik dapat ditegakkan. Usaha-usaha tersebut tentu saja harus dilaksanakan
oleh orang-orang yang mengerti benar tentang kode etik rumah sakit serta kode etik-
kode etik dari berbagai profesi yang ada di rumah sakit.
Ruang lingkup Kode Etik di Rumah Sakit Pelengkap Medical Center Jombang
meliputi pengendalian perilaku dokter, perawat dan tenaga penujang lainya agar dapat
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berpedoman pada etika-etika yang
baku baik etika perumahsakitan, etika kedokteran, perawatan maupun etika lainnya.
BAB III
KODE ETIK RS PELENGKAP MEDICAL CENTER JOMBANG
Pasal 1
Rumah sakit wajib menyusun kode etik sendiri dengan mengacu pada KODERSI, dapat
memasukkan unsur dari etika profesi, dan tidak bertentangan dengan prinsip moral dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 2
Rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan perseorangan secara
paripurna, yakni pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan
memulihkan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini diberikan sesuai dengan kebutuhan
pasien dan dengan mempertimbangkan kemampuan rumah sakit. Dalam hal rumah sakit
tidak mampu maka rumah sakit berkewajiban mencari jalan lain seperti merujuk pasien ke
rumah sakit lain.
Pasal 3
Pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan pada dasarnya merupakan
penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh, yang satu dengan yang lain terkait erat
sedemikian rupa, sehingga terlaksana pelayanan rumah sakit, yang:
1. Setiap saat siap memberikan layanan.
2. Beranjak dan pendirian dan pandangan bahwa manusia adalah suatu kesatuan psiko-
sosio-somatik.
3. Menjamin diberikannya mutu pelayanan teknik medik yang menunjukkan kemampuan
dan ketrampilan terbaik.
4. Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan yang manusiawi dan dilakukan dengan
dedikasi tinggi serta penuh kehati-hatian.
Yang dimaksud dengan standar pelayanan Rumah Sakit adalah pedoman yang
harus diikuti dalam menyelenggarakan Rumah Sakit antara lain Standar Prosedur
Operasional, standar pelayanan medis, dan standar keperwatan. Yang dimaksud dengan
standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional
memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan consensus bersama untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan
kesehatan berdasarkan standar profesi.
Pasal 4
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumah-sakitan.
Pasal 5
Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggungjawab terhadap semua kejadian di
rumah sakit. Dalam penyelenggaraan rumah sakit dilakukan audit berupa audit kinerja
dan audit klinis.
Yang dimaksud dengan tanggung jawab rumah sakit disini ialah:
1. Tanggung jawab umum.
2. Tanggung jawab khusus yang meliputi tanggung jawab hukum, etik dan tata tertib atau
disiplin.
Tanggung jawab umum rumah sakit merupakan kewajiban pimpinan rumah sakit
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan-permasalahan peristiwa,
kejadian dan keadaan di rumah sakit.
Tanggungjawab khusus muncul jika ada anggapan bahwa rumah sakit telah melanggar
kaidah-kaidah, baik dalam bidang hukum, etik, maupun tata tertib atau disiplin. Audit
kinerja adalah pengukuran kinerja berkala yang meliputi kinerja pelayanan dan kinerja
keuangan. Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya
yang dilaksanakan oleh profesi medis.
Pasal 6
Rumah sakit berkewajiban menetapkan kerangka kerja untuk manajemen yang menjamin
asuhan pasien yang baik diberikan sesuai norma etik, moral, bisnis, dan hukum yang
berlaku.
Pasal 7
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah suatu sistem teknologi informasi
komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah
Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk
memperoleh informasi secara tepat dan akurat dan merupakan bagian dari Sistem
Informasi Kesehatan.
Pasal 8
Promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat dilakukan dengan pemberian
informasi yang jujur, jelas, tidak berlebihan dan tidak membanding-bandingkan dengan
rumah sakit lain. Promosi dilaksanakan dengan memperhatikan aspek informatif,
edukatif, preskriptif dan preparatif bagi khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya.
Informatif:
Memberikan pengetahuan mengenai hal ikhwal yang ada relevansinya dengan berbagai
pelayanan dan program rumah sakit yang efektif bagi pasien/konsumen.
Edukatif:
Mmperluas cakrawala khalayak ramai tentang berbagai fungsi dan program rumah sakit,
penyelenggara kegiatan upaya kesehatan, meliputi perbekalan kesehatan di rumah sakit
yang bersangkutan.
Preskriptif:
Pemberian petunjuk-petunjuk kepada khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya
tentang peran pencari pelayanan kesehatan dalam proses diagnosis dan terapi.
Preparatif:
Membantu pasien/keluarga pasien dalam proses pengambilan keputusan. Kesemuanya ini
harus diberikan secara kongkret dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
BAB II
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat
Pasal 9
Rumah sakit harus memberikan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya, rumah sakit harus
melaksanakan fungsi sosial dengan menyediakan fasilitas pelayanan kepada pasien tidak
mampu/ miskin, pasien gawat darurat, dan korban bencana.
Pasal 10
Pelayanan rumah sakit harus senantiasa menjunjung tinggi martabat dan kehormatan
pasien. Hal ini tercantum pada sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan di rumah sakit. Sikap dan perilaku tenaga kesehatan haruslah sesuai dengan
norma sopan santun dan adat istiadat yang berlaku setempat.
Pasal 11
Kebijakan pelayanan rumah sakit harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan
masyarakat setempat, dengan memperhatikan antara lain tingkat sosial ekonomi
masyarakat, tingkat pendidikan, budaya masyarakat, komposisi penduduk, pola penyakit
dan sebagainya.
Pasal 12
Rumah Sakit harus memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat.
Pasal 13
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik, serta berusaha
menanggapi keluhan pasien dan masyarakat.
Pasal 14
Rumah sakit dalam operasionalnya banyak menggunakan bahan-bahan berbahaya dan
dapat menghasilkan bahan-bahan berupa limbah yang dapat mencemari lingkungan,
menimbulkan gangguan, mengancam dan bahkan membahayakan kehidupan manusia,
baik itu berupa unsur-unsur fisik, biologik, kimia dan sebagainya. Untuk ini,
penyelenggara dan manajemen rumah sakit dituntut memperhatikan hal ini, menyediakan
dan memelihara secara terus menerus sarana dan prasarana yang bertujuan mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan yang dapat mengancam dan membahayakan
kehidupan manusia.
BAB III
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien
Pasal 15
Hak hak asasi pasien adalah hak-hak yang sangat fundamental yang dimiliki pasien
sebagai seorang makhluk Tuhan, terutama yang dimaksud dalam pasal ini menyangkut
hak-hak yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit, yang dalam hal ini ada dua hak
dasar pasien, yaitu:
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang bermutu,
sesuai dengan standar profesi kedokteran dan standar profesi keperawatan.
2. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dari kedua hak dasar ini dapat diturunkan hak-hak pasien lainnya seperti hak untuk
memperoleh informasi mengenai kesehatan/ penyakitnya, hak untuk memilih rumah
sakit, hak untuk memilih dokter, hak untuk meminta pendapat dokter lain (sebagai second
opinion), hak atas privacy dan atas kerahasiaan pribadinya, hak untuk menyetujui atau
menolak tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan oleh dokter, dan lain-lain,
kecuali yang dianggap bertentangan dengan undang-undang, dengan nilai-nilai agama,
moral dan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti tindakan “euthanasia”, aborsi tanpa
indikasi medik dan lain sebagainya tidak bisa dibenarkan.
Pasal 16
Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (Patient Safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di
dalamnya asesmen risiko, identifikasi dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden dan
menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalkan timbulnya risiko.
Pasal 17
Rumah sakit harus memberikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarganya tentang
apa yang diderita pasien, tindakan apa yang diderita pasien, tindakan apa yang dilakukan,
dan siapa yang melakukannya.
Pasal 18
Setiap tindakan kedokteran harus memperoleh persetujuan dari pasien kecuali pasien
tidak cakap atau pada keadaan darurat. Persetujuan dapat diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat. Persetujuan tersebut diberikan secara lisan atau tertulis. Persetujuan
tertulis hanya diberikan pada tindakan kedokteran berisiko tinggi.
Pasal 19
Rumah Sakit mendukung hak pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan.
Pasal 20
Pasien berhak menolak atau menghentikan pengobatan yang sedang dijalani. Pasien yang
menolak pengobatan karena alasan financial harus diberikan penjelasan bahwa pasien
berhak memperoleh jaminan dari Pemerintah.
Pasal 21
Rumah sakit berkewajiban merujuk dan memberikan penjelasan kepada pasien yang
memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah sakit.
Pasal 22
Rumah sakit harus mengupayakan pasien mendapatkan kebutuhan privasi dan
berekewajiban menyimpan rahasia kedokteran. Rahasia kedokteran hanya dapat dibuka
untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak
hukum dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 23
Rumah sakit berkewajiban memperhatikan kebutuhan khusus pasien dan mengurangi
kendala fisik, bahasa dan budaya, serta penghalang lainnya dalam memberikan
pelayanan.
Pasal 24
Rumah sakit berkewajiban melindungi pasien yang termasuk kelompok rentan seperti
anak-anak, individu yang memiliki kemampuan berbeda (difabel), lanjut usia, dan
lainnya.
Pasal 25
Sebagai akibat kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, telah
menyebabkan meningkatkan biaya kesehatan yang harus dipikul oleh pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan kesehatan, sehingga semua ini memerlukan pengawasan dan
pengendalian agar penerapan ilmu dan teknologi kedokteran di rumah sakit benar-benar
sesuai dengan persyaratan profesi. Penyimpangan dan penyalahgunaan teknologi
kedokteran di rumahsakit bisa terjadi sebagai akibat ketidaktahuan, ketidakmampuan,
atau mungkin pula karena kesengajaan dengan tujuan agar mendapat imbalan yang lebih
banyak, baik untuk kepentingan pribadi (dokter) sebagai pelaku pemberi pelayanan,
untuk mendapat honor lebih banyak, maupun untuk peningkatan pendapatan rumah sakit.
Namun apapun alasannya perbuatan demikian merupakan perbuatan yang tidak terpuji,
dan merupakan pelanggaran KODERSI maupun KODEK yang tidak boleh terjadi di
sebuah rumah sakit. Adalah menjadi kewajiban manajemen rumah sakit untuk dapat
mencegah terjadinya penyimpangan maupun penyalahgunaan teknologi kedokteran yang
merugikan pasien. Maka untuk itu rumah sakit harus memiliki standar pelayanan medik
yang baku yang wajib untuk ditaati oleh semua staf rumah sakit. Standar ini harus
senantiasa di pantau, bila perlu setiap saat dapat dirubah dan disesuaikan dengan
perkembangan baru. Dengan demikian kualitas pelayanan yang baik dapat terjamin, dan
perhitungan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selaku pengguna jasa pelayanan
rumah sakit dapat di pertanggungjawabkan.
BAB IV
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Pasal 26
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya memperoleh jaminan
sosial nasional.
Pasal 27
Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah
sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, independendi dan
responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan
fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, risiko klinis
berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil
pelayanan, pengembangan profesional dan akreditasi rumah sakit.
Pasal 28
Rumah sakit harus menetapkan ketentuan pendidikan, ketrampilan, pengetahuan, dan
persyaratan lain bagi seluruh tenaga kesehatan.
Pasal 29
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh
tenaga di rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 30
Rumah sakit berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Sumber Daya
Manusia serta memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk
meningkatkan diri, menambah ilmu pengetahuan, dan ketrampilannya.
Ciri-ciri rumah sakit modern adalah selain padat karya juga semain padat modal, padat
teknologi bahkan padat perubahan dan penyesuaian sehingga unsur sumber daya manusia
senantiasa perlu deprogram demi peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Pasal 31
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan
standar profesi yang berlaku. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien, dan mengutamakan
keselamatan pasien.
Pasal 32
Kewajiban rumah sakit untuk memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja, pada hakikatnya adalah merupakan penerapan manajemen sumber
daya manusia dalam organisasi rumah sakit secara profesional, handal, adil dan bijak
serta memperlakukan para karyawan rumah sakit sesuai dengan harkat, derajat dan
martabatnya sebagai manusia. Yang menyangkut kesejahteraan karyawan, antara lain
berupa penetapan upaya imbalan materi yang memadai sesuai dengan prestasi yang
diberikan oleh masing-masing karyawan kepada rumah sakit, pemberian berbagai
jaminan dan atau tunjangan sosial, tunjangan-tunjangan khusus sesuai dengan profesi
yang dimilikinya dan tugas pekerjaannya, yang antara lain tugas pekerjaan yang
mengandung risiko, membahayakan bagi keselamatan dirinya dan atau mengancam
kesehatannya. Pemberian kesempatan untuk memperoleh kemajuan, juga merupakan
bagian dan kesejahteraan karyawan yang harus menjadi perhatian manajemen rumah
sakit. Sementara yang menyangkut keselamatan kerja adalah merupakan penerapan
berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku mengenai ketenaga-kerjaan
khususnya yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di rumah sakit sangat banyak faktor-faktor yang
membahayakan, baik itu berupa faktor mekanik yang dapat menimbulkan kecelakaan
pada karyawan, faktor-faktor biologic, fisik, kimia dan sebagainya yang dapat
mengancam kesehatan para karyawan. Semua ini merupakan kewajiban manajemen
rumah sakit untuk melakukan pencegahannya lewat berbagai cara.
BAB V
Hubungan Rumah Sakit dengan Lembaga Terkait
Pasal 33
Memelihara hubungan baik antar rumah sakit, harus senantiasa diupayakan antara lain
dengan mencegah adanya persaingan yang tidak sehat, mengadakan kerja sama dan
koordinasi yang saling menguntungkan dalam hal pelayanan, pemanfaatan bersama
peralatan dan fasilitas maupun sumber daya manusia, pendidikan dan latihan staf dan
karyawan, dan lain-lain. Semua ini bisa dilakukan dalam wadah dan koordinasi dan
PERSI sebagai organisasi profesi perumahsakitan.
Pasal 34
Pada dasarnya pelayanan kesehatan diselenggarakan secara berjenjang dan upaya
kesehatan dasar sampai upaya rujukan yang lebih canggih, sehingga kerja sama antara
rumah sakit dengan badan-badan lain yang bergerak dalam bidang kesehatan termasuk
badan-badan usaha bidang kesehatan perlu digalang dengan tetap berpegang pada etika/
norma yang berlaku.
Pasal 35
Sudah sejak permulaan dalam sejarahnya, rumah sakit selain merupakan sarana
pelayanan kesehatan juga berfungsi dan digunakan sebagai sarana atau lahan pendidikan
tenaga-tenaga kesehatan dan sebagai tempat penelitian bidang kesehatan. Pendidikan dan
latihan tenaga tenaga kesehatan harus diartikan sebagai upaya kelanjutan dan
kesinambungan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan penelitian bidang kesehatan
harus diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki dan peningkatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Adanya kegiatan pendidikan, latihan dan penelitian di rumah sakit
tidak boleh berakibat menurunnya mutu dan efisiensi pelayanan, sehingga merugikan
pihak penderita. Porsi dan bobot kegiatan pendidikan latihan dan penelitian di rumah
sakit sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya tersedianya sarana dan fasilitas,
sumber daya manusia, orientasi program rumah sakit, serta adanya afiliasi dengan
lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian.
Pasal 36
Rumah sakit berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan kepentingan local dan nasional.
BAB IV
Jenis Perilaku:
Tenaga kesehatan tidak dapat dikenakan sanksi jika berperilaku pantas, sebagaimana
contoh-contoh di bawah ini.
a. Penyampaian pendapat pribadi atau profesional pada saat diskusi, seminar atau
pada situasi lain:
c. Menyampaikan kritik konstruktif atau kesalahan pihak lain dengan cara tepat,
tidak bertujuan untuk menjatuhkan atau menyalahkan pihak tersebut.
Tenaga kesehatan dapat dikenakan sanksi jika berperilaku tidak pantas, sebagaimana
contoh-contoh di bawah ini:
a. Merendahkan atau mengeluarkan perkataan tidak pantas kepada pasien, dan atau
keluarganya.
d. Membuat komentar yang tidak pantas tentang tenaga medis di depan pasien atau di
dalam rekam medis.
e. Tidak peduli, tidak tanggap terhadap permintaan pasien atau tenaga kesehatan lain.
f. Tidak mampu bekerjasama dengan anggota tim asuhan pasien atau pihak lain tanpa
alasan yang jelas.
g. Perilaku yang dapat diartikan sebagai menghina, mengancam, melecehkan, atau tidak
bersahabat kepada pasien dan atau keluarganya.
h. Melakukan pelecehan seksual baik melalui perkataan ataupun perbuatan kepada pasien
atau keluarga pasien.
II. SPRIRITUALITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT PELENGKAP MEDICAL
CENTER JOMBANG
A. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan, pelayanan melanjutkan karya cinta kasih Allah SWT dalam
karya penyelamatan sebagai penjaga kehidupan dengan persaudaraan dan percaya pada
penyelenggaraan Allah SWT.
c) Menjadi pelayan yang selalu siap sedia menerima dan melayani pasien sebagai
hamba Allah diatas segala perbedaan.
b) Berhak mensyaratkan bahwa pasien, tenaga medis dan tenaga penunjang lainnya
harus mentaati peraturan rumah sakit.
c) Berhak menerima imbalan atas jasa pelayanan, fasilitas dan peralatan yang
digunakan.
d) Berhak memilih, mengatur dan membina tenaga dokter dan tenaga penunjang
lainnya sesuai sistem dan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
1) Kewajiban Umum
a) Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).
c) Rumah Sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
d) Rumah Sakit harus memelihara semua catatan/ arsip baik medik maupun non
medik secara baik.
g) Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain jika tidak tersedianya
peralatan atau tenaga yang dibutuhkan pasien.
a) Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik
masyarakat dan berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar rumah sakit.
b) Rumah Sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan
tindakan apa yang hendak dilakukan.
a) Rumah Sakit harus menjamin agar pimpinan, staf dan karyawannya senantiasa
mematuhi etika profesi masing-masing.
b) Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat dan tenaga
lainnya berdasarkan nilai, norma dan standar ketenagaan.
c) Rumah Sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara
seluruh tenaga di rumah sakit dapat dipelihara.
d) Rumah Sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit
untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta ketrampilannya.
1) Hak Pasien
e) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit.
h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit.
j) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan/tindakan medis.
m) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
p) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
q) Menggugat dan/ atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
2) Kewajiban Pasien
a) Pasien dan keluarganya berkewajiban mentaati segala peraturan dan tata tertib
di Rumah Sakit.
1) Hak Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya
a) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesi dan tugas pekerjaannya.
b) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak
otonominya. Tenaga medis/dokter, walaupun ia berstatus sebagai karyawan
rumah sakit, namun pemilik atau direksi rumah sakit tidak dapat
memerintahkan untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar
profesi atau keyakinannya.
c) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, profesi, etika serta visi dan misi Rumah Sakit
Pelengkap Medical Center Jombang.
d) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien/klien apabila misalnya
hubungan dengan pasien/klien sudah berkembang begitu buruk sehingga
kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk pasien/klien
gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien/klien kepada tenaga medis,
penunjang medis, non medis lain yang berkompeten.
e) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak atas privacy dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh pasien/klien dengan ucapan maupun tindakan yang melecehkan atau
memalukan.
f) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapat informasi lengkap dari pasien/klien yang dirawat/dilayani
atau dari keluarganya.
g) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapat informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi
pasien/klien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
h) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit, pasien/klien,
keluarga pasien dan teman sejawat.
i) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk mendapat imbalan jasa atas jasa profesi atau pekerjaan yang
diberikan berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
2) Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non medis
lainnya
b) Dokter wajib untuk selalu menjaga dan mempertahankan nama baik rumah
sakit.
c) Dokter wajib mendukung dan melibatkan diri dalam usaha rumah sakit
untuk memajukan dan mengembangkan rumah sakit.
e) Dokter wajib memahami dan dengan setia ikut ambil bagian dalam
mewujudkan visi dan misi rumah sakit.
d) Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan penderita.
f) Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan
mampu memberikannya.
j) Dokter wajib membuat informed consent atas setiap tindakan medis yang
mengandung resiko tinggi.
l) Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam perjanjian
yang telah dibuatnya.
m) Dokter wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara
timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
b) Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya,
tanpa persetujuannya.
3) Kewajiban Perawat
a) Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib yang
berlaku di rumah sakit.
d) Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang akan
dilakukannya.
i) Setiap perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu
memberikannya.
j) Perawat wajib membuat catatan asuhan keperawatan yang baik dan lengkap
secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
n) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam perjanjian
yang telah dibuatnya.
o) Perawat wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara
timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
4) Kewajiban Bidan
d) Bidan wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang akan
dilakukannya.
e) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada tenaga medis atau tenaga
lain yang berkompeten sesuai dengan indikasi medis pasien.
j) Bidan wajib membuat catatan asuhan kebidanan yang baik dan lengkap secara
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
l) Setiap Bidan wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kebidanan.
n) Bidan wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam perjanjian
yang telah dibuatnya.
o) Bidan wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara
timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
d) Tenaga non medis lainnya wajib membuat pencatatan dan pelaporan atas
pelaksanaan tugas pekerjaannya.
e) Tenaga non medis lainnya wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan
dan mengikuti perkembangan ilmu yang terkait dengan tugas pekerjaannya.
f) Tenaga non medis lainnya wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara
tertulis dengan pihak rumah sakit.
g) Tenaga non medis lainnya wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau
dalam perjanjian yang telah dibuatnya.
h) Tenaga non medis lainnya wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain
yang terkait secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
1. Rumah Sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik berdasarkan
nilai-nilai dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.
2. Rumah Sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit dan
menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
3. Rumah Sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan
lain yang bergerak di bidang kesehatan.
4. Rumah Sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan
kesehatan.
1. Pemberian informasi tentang hal-hal yang bersifat promosi, reklame dan iklan
serta marketing, dilaksanakan oleh bagian yang ditugaskan untuk hal tersebut
dengan tetap mengindahkan nilai-nilai etik.
2. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menyatakan yang sebenarnya
dan sebaiknya menyatakan fakta yang signifikan, tidak mencantumkan hal-hal
yang menyesatkan masyarakat.
3. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus menahan diri dari membuat
pernyataan yang salah, menyesatkan atau tidak mendukung pesaing atau
produk/jasa pesaing.
4. Promosi, reklame dan iklan serta marketing harus bebas dari pernyataan, ilustrasi
atau implikasi yang menghina cita rasa yang baik atau kesopanan masyarakat.
Pengelolaan Rumah Sakit yang efisien dan efektif haruslah berdasarkan atas
dengan 3 (tiga) prinsip: Good Corporate Governance (GCG), Good Clinical Standard
(GCS); dan Good Ethical Practice (GEP). Ketiganya disebut sebagai TRILOGI Tata
Kelola Rumah Sakit. Di Indonesia maka istilah yang dipakai adalah Hospital Bylaw,
Medical Staff Bylaw dan Kode Etik Rumah Sakit.
Penyebab timbulnya kasus komplain di Rumah Sakit akhir-akhir ini dipengaruhi
banyak faktor. Pertama pelayanan yang tidak memenuhi standar minimal, kemudian
sistem pelayanan Rumah Sakit dan komunikasi yang buruk. Selanjutnya Komite Medis &
Keperawatan yang tidak berfungsi baik dibarengi dengan standar profesi yang sudah tidak
update. Selain itu Pengamalan Etika RUMAH SAKIT tidak sempurna dan Pengetahuan &
Keberanian pasien meningkat seiring dengan banyaknya informasi di media maya. Tidak
ketinggalan faktor banyaknya pengacara/ media/ organisasi yang “proaktif” mendekati
pasien yang tidak puas terhadap pelayanan Rumah Sakit.
Tenaga kesehatan merupakan tenaga yang sangat penting dalam organisasi rumah
sakit. Perilaku dokter, perawat dan tenaga penujang lainya mempunyai andil yang besar
terhadap budaya dan mutu suatu rumah sakit . Oleh karena itu perilaku tenaga tersebut
perlu dijaga dengan berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika perumahsakitan,
etika kedokteran, perawatan maupun etika lainnya. Selain perilaku masing-masing tenaga
kesehatan sangat dibutuhkan, agar rumah sakit dapat berfungsi baik, mengingat di dalam
rumah sakit terhadap tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan yang mempunyai etik
profesi masing-masing.
Untuk menegakkan Good Ethical Practice (GEP) ini rumah Sakit harus
membentuk komite etik rumah Sakit ( KERS ) yang juga merupakan syarat dari
operasional rumah sakit. Komite Etik Rumah Sakit diharapkan berperan secara aktif
menangani masalah etika institusi Rumah Sakit yang cakupannya lebih luas daripada etika
profesi, hukum, atau disiplin profesi. Selain itu KERS juga diharapkan membina praktek
Good Ethical Practice (GEP) dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
Kode Etik Kedokteran Indonesia yang telah dirumuskan beberapa tahun yang lalu
dan telah mendapat penyempurnaan pada tahun-tahun berikutnya, diterbitkan
kembali sebagai hasil Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteraan 11 Tahun 1981.
Kode Etik Kedokteran mutlak diperlukan sebagai panduan bagi setiap dokter dalam
melaksanakan tugasnya dapat mengetahui apa yang patut dan tidak patut dia lakukan
dalam melaksanakan tugas.
Rumah sakit di pihak lain yang merupakan tempat bekerja para dokter juga perlu
memiliki rambu-rambu yang serupa guna memberikan pedoman bagi semua tenaga kerja
kesehatan yang bekerja di dalamnya. Demikian pula dengan etik Rumah Sakit Indonesia
merupakan landasan/ pedoman bagi penyelenggaraan Rumah Sakit di seluruh Indonesia
termasuk Rumah Sakit Pelengkap Medical Center Jombang, sehingga pemberian
pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi pasien dapat tercapai dengan baik,
bermutu dan profesional.
I. FALSAFAH
1. Etika rumah sakit adalah tatanan perilaku masyarakat rumah sakit.
2. Perilaku dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan bercermin pada etika rumah
sakit akan menambah keserasian interaksi antar unsur-unsur masyarakat didalam
maupun diluar rumah sakit.
3. Etika rumah sakit adalah dinamis yang setiap saat akan berkembang mengikuti
perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Sosial, Ekonomi dan Budaya, oleh
karena itu perlu dibina, dikembangkan oleh satuan tugas tersendiri ialah Komite
Etik Rumah Sakit.
J. MISI
1. Mengoptimalkan layanan kesehatan sesuai standard rumah sakit.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia rumah sakit.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pelayanan rumah sakit.
4. Menerapkan manajemen yang terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.
K. PERAN
1. Menentukan, menjaga serta mengembangkan etika di rumah sakit.
2. Memberikan saran-saran tentang penyelesaian permasalahan etik.
3. Sumber informasi bagi para dokter, perawat dan tenaga kesehatan di rumah sakit
dalam menghadapi masalah-masalah etika rumah sakit.
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
MUKADIMAH
Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
sejarah peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayang,
kesadaran sosial dan naluri untuk saling tolong menolong diantara sesama, serta semangat
keagamaan yang tinggi dalam kehidupan umat manusia.
Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya :
a) Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
c) Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap insan Indonesia sebagai hamba Tuhan.
Rumah Sakit di Indonesia yang bergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), mempersembahkan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI) yang merupakan
pedoman bagi setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya di Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai suatu rangkuman nilai-nilai dan norma-norma yang dapat
dipakai sebagai pedoman operasional sangat dibutuhkan, mengingat rumah sakit dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sudah menjadi suatu unit sosio-
ekomoni yang majemuk. Hal tersebut lebih terasa lagi mengingat di dalam Rumah Sakit
terdapat tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan yang mempunyai etika profesi masing-
masing sehingga “Semangat Kebersaman” sangat dibutuhkan agar rumah sakit dapat
berfungsi dengan baik.
BAB I
Pasal 1
Pasal 2
Rumah Sakit sebagai suatu institusi harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab
terhadap semua kejadian di rumah sakit (Corporate Liability).
Pasal 3
Rumah Sakit harus memberikan pelayanan yang baik (duty of care) Rumah Sakit
wajib memberikan pertolongan emergency tanpa mengharuskan pembayaran uang muka lebih
dulu.
Pasal 4
Pasal 5
Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam keadaan
siap pakai.
Pasal 6
Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain, jika tidak tersediannya peralatan
atau tenaga yang dibutuhkan pasien.
BAB III
Pasal 7
Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
BAB IV
Pasal 12
Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara
seluruh tenaga Rumah sakit.
Pasal 14
Rumah Sakit harus mengawasi agar segala sesuatu dilakukan berdasarkan standar
profesi yang berlaku.
Pasal 15
BAB V
KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Tidaklah etik seorang dokter : Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
Pasal 20
Pasal 21
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan mahluk insani
baik jasmani maupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan penderita.
Pasal 22
Pasal 23
Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pasal 24
Pasal 25
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 26
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang lebih
senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 27
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam beribadah dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 28
Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan pertolongan darurat
dengan mendahulukan keselamatan penderita daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
Pasal 29
Pasal 30
Dalam memeriksa pasien seorang wanita, disamping menerapkan tata sopan santun
secara umum, pemeriksaan di dalam kamar periksa sebaiknya dokter di dampingi seorang
perawat wanita.
Pasal 32
BAB VI
Pasal 33
Eksternal : Perorangan/ Pasien ini dapat langsung ke direktur atau lewat Polisi,
Kejaksaan, LBH ataupun instansi lain.
Pasal 34
Pasal 35
Direktur Rumah Sakit meneruskan masalah tersebut kepada Panitia Etika Rumah
Sakit.
Pasal 36
Pasal 37
Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka PERS dapat
mengkonsultasikan kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan.
Pasal 38
Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang PERS.
Pasal 39
BAB VII
LAIN-LAIN
Rumah sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan. Rumah Sakit harus
mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan. Rumah sakit harus memelihara hubungan
yang baik antar rumah sakit dan menghindarkan persaingan yag tidak sehat.
Rumah sakit harus menggalang kerja sama yang baik dengan instansi atau badan lain
yang bergerak di bidang kesehatan.
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
MUKADIMAH
Sejak permulaan sejarah yang tersurat mengenai umat manusia hubungan kepercayaan
antara dua insan yaitu sang pengobat dan penderita. Dalam zaman modern hubungan itu di
sebut hubungan (transaksi) terapetik antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam
suasana saling percaya mempercayai (Konfidensial) serta senantiasa diliputi oleh segala
emosi, harapan kekhawatiran makhluk insani.
Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma merupakan
beberapa ahli pelopor kedokteran kuno yang telah meletakan sendi-sendi permulaan untuk
terbina suatu tradisi kedokteran yang mulia. Beserta semua tokoh dan organisasi kedokteran
yang tampil ke forum internasional kemudian mereka bermaksud mendasarkan tradisi dan
disiplin kedokteran tersebut atas suatu etik profesional. Etik tersebut sepanjang masa
mengutamakan penderita yang berobat demi keselamatan dan kepentingannya.
Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur
hubungan manusia umumnya, dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah masyarakat yang
diterima dan dikembangkan terus. Di Indonesia azas-azas itu adalah Pancasila sebagai
landasan strukturik.
Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu
kedokteran, kami pada dokter Indonesia, baik yang bergabung secara profesional dalam
Ikatan Dokter Indonesia, maupun secara fungsional terikat dalam organisasi di bidang
elayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan dan kedokteran, dengan rahmat Tuhan Yang
Maha Esa telah merumuskan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan dalam pasal-
pasal sebagai berikut :
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 3
Pasal 4
c) Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan asanya kecuali dengan
keiklasan, pengetahuan dan atau kehendak penderita.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insan
baik jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal 6
Pasal 7
Setiap dokter hanya diberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
Pasal 8
Pasal 9
Setiap dokter dalam kerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.
Pasal 10
Setiap doker harus senatiasa mengingat akan kewajiban melindungi makluk insani.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang
mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut.
Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam masalah lainnya.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui yang diketahui
tentang seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari temann sejawatya, tanpa
persetujuannya.
Pasal 17
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 18
PENUTUP
Pasal 19
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
d. Senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan individu dan
masyarakat dalam mengambil prakasa dan mengadakan usaha-usaha kesejahteraan
umumnya sebagai bagian dari tugas kewajiban demi kepentingan masyarakat.
b. Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan.
a. Senantiasa memelihara hubungan baik antara dan dengan tenaga kesehatan lainya
dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
4. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kerja kesehatan lain.
b. Senantiasa menjunjung tinggi nama baik dan tanggung jawab terhadap pemerintah
bangsa dan tanah air.
5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air serta agama.
a. Dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa taat dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
a) Harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang baik di dalam lingkungan
kerjanya.
e) Harus jadi sumber informasi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan
pendidikan kesehatan.
a. Harus selalu menganggap teman sejawat kerja sebagai saudara kandung yang
selalu saling mengingatkan dan menasehati.
b. Harus menjauhkan diri dari setiap tindakan yang dapat merugikan teman sejawat
baik moril maupun material.
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
KODE ETIK BIDAN INDONESIA
BAB I
MUKADIMAH II
Dengan rahamt Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur demi
tercapainya :
a. Masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
Maka ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik Indonesia yang
disusun atas dasar penekanan keselamataan klien di atas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap
bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota tim
kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional di bidang kesehatan pada
umumnya, KIA, KB dan Kesehatan Keluarga pada khususnya.
Mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya pada detik-detik yang sangat menentukan
pada saat menyambut kelahiran insane generasi secara selamat dan nyaman merupakan tugas
sentral dari pada bidan.
BAB II
B. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
F. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk menungkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
BAB III
A. Setiap bidan sentiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemapuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan kita.
BAB IV
A. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
B. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling mengobati baik terhadap
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
BAB V
C. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesianya.
BAB VI
BAB VII
PENUTUP
Ditetapkan di : Jombang
Tanggal : 18 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Jombang
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
POKOK-POKOK ETIKA PELAYANAN ANASTHESIA PERAWATAN INTENSIF
DAN EUTANASIA
Evaluasi pra-anesthesia dilakukan oleh dokter spesialis anesthesi menilai kondisi pasien
sebelum pembedahan/ tindakan lain yang yang memerlukan anesthesia. Tujuannya agar
pasien dalam kondisi optimal untuk enestesia/ pembedahan.
Evaluasi pra-anesthesia hendaknya dilakukan oleh dokter spesialis anesthesi yang akan
melaksanakan dengan konsultasi pada dokter spesialis lainnya apabila diperlukan. Evaluasi ini
harus dilakukan untuk mempersiapkan pasien secara optimal, meskipun pada keadaan darurat
walaupun evaluasi dini seringkali tidak mungkin dilaksanakan.
2. Penatalaksanaan anesthesia
c. Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab harus berada dalam satu atap di
lingkungan rumah sakit dapat segera hadir jika diperlukan.
d. Setiap spesialis Anestesi yang bertugas pada saat yang bersamaan, hanya
bertanggung jawab maksimum pada tiga pasien yang dianestesi.
Mesin anesthesi harus dalam keadaan baik dan dikalibrasi. Bahaya munculnya kebakaran
akibat bunga api dan bahan anesthesi yang mudah meledak harus selalu diwaspadai dan
dihindari dengan memperhatikan peraturan-peraturan bahaya kebakaran.
Untuk pelaksanaan anesthesia, dokter spesialis anestesi dapat dibantu oleh tenaga
paramedik. Tenaga bantuan tersebut harus dikualifikasikan dan diperlukan selama
persiapan, induksi, selama pemberian anesthesia dan pengakhiran anesthesia.
Standar ini berlaku untuk setiap pemberian anestesi/ analgesia di dalam ruang yang
disiapkan untuk prosedur ini, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pemberian
anesthesia/ analgesia. Standar ini dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran/ anestesiologi.
Tenaga anesthesia yang berkualitas harus berada di dalam kamar bedah selama pemberian
anesthesia/ analgesia. Tujuannya adalah apabila terjadi perubahan keadaan pasien selama
anesthesia, ahli anesthesia/ tenaga anesthesia bisa mengawasi pasien dari dekat dan dapat
memberikan tindakan yang diperlukan.
Pada keadaan darurat di tempat lain, tenaga ahli anesthesia dapat meninggalkan kamar
operasi jika diruang operasi yang tinggal tersebut terdapat tenaga ahli anesthesia yang lain.
E. STANDAR II
Selama pemberian anesthesia/ analgesia, oksigenasi, sirkulasi darah dan suhu tubuh pasien
dilakukan monitor secara terus menerus. Oksigenasi adalah memastikan bahwa kadar oksigen
di dalam gas inspirasi dan di dalam darah adekuat selama pemberian anesthesia/ analgesia.
Ventilasi di sini bahwa selama anesthesia/ analgesia, ventilasi pasien adekuat. Sirkulasi (darah
bertujuan untuk memastikan bahwa selama pemberian anesthesia, sirkulasi darah cukup baik
guna memberikan perfusi darah ataupun jaringan- jaringan vital dan perifer. Suhu tubuh juga
harus dipertahankan seama anesthesia/ analgesia.
4. Penatalaksaan untuk mencegah komplikasi yang lebih jauh dari keadaan koma,
imobilisasi yang lama, stimulasi berlebihan dan hilangnya daya sensor.
6. Ruang intensif berbeda dari ruang perawatan biasa oleh karena harus mempunyai
kemampuan pelayanan tertentu atau maksimal seperti :
c. Terapi Oksigen.
d. Pemantauan EKG.
Cara kerja dan hubungan dokter ahli anestesiologi dan dokter ahli lain di dalam merawat
pasien ICU diatur berdasarkan kesepakatan bersama.
G. EUTANASIA
Kita kenal dua jenis Eutanasia, yaitu Eutanasia aktif dan pasif. Eutanasia aktif :
mempercepat kematian pasien melalui tindakan medis yang direncanakan, merupakan
tindakan yang melanggar hukum KUHP pasal 344, 345 dan 304. Eutanasia pasif :
penghentian segala pengobatan dan upaya yang tidak berguna lagi pada penderita dalam
keadaan saat berat (terminal) demi kepentingan pasien itu sendiri baik atas permintaan pasien
atau keluarga terdekat.
Eutanasia pasif dapat dikerjakan dengan fatwa IDI dengan memakai Triase Gawat Darurat
yang dikeluarkan IDI. Seorang dinyatakan mati, jika : Fungsi spontan pernafasan dan jantung
berhenti secara pasti atau irreversible sebagai bukti telah terjadi kematian batang otak. Upaya
resusitasi darurat dapat diakhiri jika diketahui kemudian bahwa pasien telah berada pada
stadium tertentu dan penyakit yang tidak yakin dapat disembuhkan lagi, atau hampir dapat
dipastikan pasien tidak memperoleh kembali fungsi serebralnya.
a. Terdapat tanda-tanda mati jantung selama 30 menit (garis datar pada EKG).
a. Koma
f. Tes fungsi batang otak dilakukan sesuai dengan rekomendasi dan dapat ulang jika
ada keragu-raguan.
1. Jika dapat membuktikan bahwa fungsi batang otak sudah mati, maka pasien
dinyatakan telah mati, meskipun jantung masih berdenyut (fungsi otonom).
2. Jika pasien dalam keadaan gawat dan tidak mungkin di tolong dengan pengobatan
yang ada, meskipun diagnosis mati batang otak belum di tegakkan, maka
penghentian pengobatan telah dapat dimulai.
2. Bantuan total fungsi hidup apabila kerusakan organ belum / tidak reversible.
3. Semua diusahakan kecuali resusitasi jantung paru pada pasien dengan fungsi
yang masih ada akan tetapi menderita suatu penyakit yang tidak dapat
disembuhkan lagi, misalnya penderita penyakit keganasan tingkat akhir.
4. Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa bagi pasien yang jika diberi
tindakan tertentu, tampaknya hanya memperpanjang proses kematian dan
bukan kehidupan. Misalnya pasien dengan fungsi otak minimal tanpa harapan
sehingga tidak ada kemungkinan untuk human mentation.
5. Pengakhiran semua bantuan hidup untuk pasien dengan penghentian fungsi
batang otak yang irreversible, kecuali ada perencanaan donasi organ tertentu.
a. Perawatan ICU
c. Intubasi endotrakheal
d. Ventilasi mekanis
Keputusan mengentikan tindakan luar biasa untuk bantuan hidup adalah merupakan
keputusan medis. Hal ini harus dibuat oleh dokter-dokter yang berpengalaman setelah
mengadakan konsultasi dengan dokter ahli anesthesiology, neurology dan juga
mempertimbangkan keinginan pasien atau keluarganya.
Bila keputusan yang diambil adalah membiarkan pasien meninggal secara wajar, maka
mesin ventilator dimatikan, dan diupayakan agar pasien bernafas secara spontan jika upaya ini
gagal, tetapi ventilator tidak diberikan lagi dan pasien di biarkan meninggal secara alamiah.
Akan tetapi jika pasien bernafas spontan kembali, maka terapi ventilator dilanjutkan sampai
ada indikasi untuk melepasnya.
Ditetapkan di : Jombang
Tanggal : 18 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Jombang
Rekam medis rawat jalan dan rawat inap merupakan suatu dokumen atau alat informasi
dan komunikasi seorang pasien, baik terhadap dokter yang merawatnya, pegawai administrasi
rumah sakit, maupun terhadap keluarga pasien sendiri. Setiap dokter yang memberikan
pelayanan rawat jalan atau rawat inap, wajib membuat rekam medis dan harus dibuat segera
setelah penderita mendapat pelayanan/ tindakan. Dokter yang memberi pelayanan/ tindakan
bertanggung jawab penuh atas kebenaran rekam medis yang dibuatnya. Rekam Medis harus
dibubuhi nama dan tanda tanganyang jelas oleh pemberi pelayanan/ tindakan.
1. Bentuk disusun secara sistematik terdiri dari data identifikasi, masalah utama, hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium, rencana pengelolaan, tindak lanjut
penatalaksanaan, hasil pemeriksaan lanjut (follow up) dan catatan keperawatan
yang diberikan, serta catatan lain yang diperlukan. Rekam Medis harus mudah cara
pengisiannya dan berorientasi terhadap masalah.
3. Rekam Medis untuk rawat jalan lebih sederhana dibandingkan dengan rawat inap.
Rekam Medis harus sudah ada diserahkan ke Bagian Penyimpanan Rekam Medis
paling lambat 3 (tiga) hari setelah penderita dipulangkan.
1. Identifikasi
Identifikasi meliputi nama dan umur penderita, nomor rekam medis, alamat,
pekerjaan dan pendidikan. Identifikasi ini harus ditempatkan pada sampul bagian
muka dari rekam medis.
2. Data dasar
b. Khusus untuk penderita anak, rekam medis juga harus memuat riwayat
perinatal, tumbuh kembang dan imunisasi.
c. Pemeriksaan jasmani
f. Ringkasan
Dalam data ini disebutkan diagnosis kerja, diagnosis banding dan catatan lain yang
berkaitan dengan masalah yag dihadapi.
5. Pengelolaan
6. Bila perlu tindakan yang dapat menimbulkan resiko diperlukan persetujuan tertulis
dari penderita, orang tua atau keluarga.
7. Tindak lanjut :
3. Rekam medis tidak diijinkan dibaw keluar ruangan tempat penyimpanan rekam
medis tanpa seijin pimpinan rumah sakit.
D. Penelusuran informasi
E. Indeks penyakit
Sesuai dengan keahliannya, dokter merupakan petugas rumah sakit yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam pengisian data pasien / rekam medis, baik pasien yang sedang
dirawatnya maupun yang dikonsultasikan kepadanya. Dalam pengisian rekam medis ini
dokter harus benar-benar bekerja dengan berpegang teguh pada ilmu yang didapatnya,
disamping harus berpegangan pada sumpah jabatan sebagai seorang dokter.
Paramedis perawatan dan paramedic non perawatan merupakan petugas rumah sakit yang
bertugas dan bertanggungjawab dalam pengisian data keperawatan selama pasien dirawat di
rumah sakit. Oleh karena itu, sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya, pengisian
data keperawatan yang diisi oleh dua petugas ini harus benar-benar sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Apabila pelaku-pelaku ini adalah tenaga yang masih dalam
pendidikan, seluruh data yang mereka cantumkan dalam data pasien / rekam medis harus
disetujui dan harus dibubuhi paraf atasannya.
Tenaga administrasi pasien rumah sakit adalah petugas yang bertanggungjawab dalam
pengisian data non medis, sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien meninggalkan
rumah sakit.
Data yang dibuat oleh petugas administrasi rumah sakit, erat kaitannya dengan data
individual pasien, sehingga pengisian catatan, terutama dalam hal pencantuman biaya akan
sangat mempengaruhi kepentigan paien itu sendiri. Oleh karena itu, selain diperlukan etika
khusus mengenai hal-hal itu, perlu diciptakan suatu mekanisme komunikasi tarif layanan
rumah sakit, yang dikomunikasikan secara terbuka, baik kepada seluruh petugas rumah sakit
maupun kepada masyarakat.
Ditetapkan di : Jombang
Tanggal : 18 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Jombang
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
MUKADIMAH
Profesi gizi mengadikan diri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan
bangsa melalui upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi
gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan pengetahuan gizi masyarakat.
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap Bangsa dan
Negara.
B. Tanggung Jawab dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Pemerintah, Bangsa dan
Negara
1. Wajib menjungjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap,
perilaku dan budi luhur serta tidak mementingkan kepentingan pribadi.
2. Wajib menghargai profesi lain dan menjalin hubungan kerjasama yang baik.
4. Wajib membina serta memelihara Nama Baik dan KORPS Ahli Gizi.
1. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
2. Mengakui adanya keterlambatan kita sendiri, meskipun kita adalah tenaga profesi
namun harus diakui pula keterbatasan kita dan kalau memang tidak tahu, maka
sebaiknya kita mengakui keterbatasan itu.
3. Mencari konsultasi, konsultasi bersifat sangat pribadi serta senantiasa tingkatkan
pengetahuan dan ketrampilan melalui konsultasi.
4. Melayani klien sebagaimana anda ingin dilayani dengan penuh respek, keramahan
dan sejajaran.
Ditetapkan di : Jombang
Tanggal : 18 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Jombang
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak
boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri sendiri.
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses
analisis secara komprehensif.
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman
seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam Menangani
masalah klien atau masyarakat.
11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan
dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
1. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau
masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk
pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian dalam
penyelesaian masalah tersebut.
2. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman
seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.
4. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Ditetapkan di : Jombang
Tanggal : 18 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Jombang
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pelengkap Medical
Center Jombang
Nomor : 345/SK/DIR.PMC/XII/2021
Tentang : Panduan Dilema Etik Klinis
Tanggal : 18 Desember 2021
ELEKTOMEDIK
A. KODE ETIK PROFESI
Tenaga teknik elektromedik selalu menjunjung tinggi nama baik profesi teknik
elektromedik dengan berperilaku dan berkepribadian yang luhur.
Tenaga teknik elektromedik harus dapat bekerja sama dan menghargai profesi
yang terkait.
Ditetapkan di : Jombang
Tanggal : 18 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Pelengkap Medical Center
Jombang
Demikian telah disusun suatu Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),
yang dapat dipakai sebagai acuan di dalam pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan di Rumah Sakit Pelengkap
Medical Center Jombang. Pedoman ini akan mengalami perbaikan dalam upaya peningkatan
kualitas dari waktu ke waktu sehingga diperlukan suatu evaluasi secara teratur dan
berkelanjutan dalam hal pemantauannya. Dengan adanya suatu pedoman pelayanan maka
kegiatan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dapat mengutamakan
kepuasan dan keselamatan pada setiap pasien.
1. Rumah sakit wajib melakukan dan melaksanakan segala prinsip PPI di
masing-masing bagian atau Unit
2. Pencatatan dan pelaporan kepatuhan mengacu pada pedoman yang
dikeluarkan oleh Komite PPI RS Pelengkap Medical Center Jombang
3. Pelaksanaan,monitoring dan evaluasi kepatuhan prinsip PPI menjadi
penanggung jawab seluruh staf di rumah sakit Plengkap medical Center Jombang.
4. Komite PPI RS Pelengkap Medical Center Jombang melakukan pencatatan
kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah
Sakit secara berkala
1
Jombang, 01 November 2021
Nomor : 008/UND/KPPI/XII/2021
Sifat : Penting
Lampiran : -
Hal : Undangan
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Mengharap kehadiran Saudara pada:
Hari, tanggal : Senin, 08 November 2021
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Aula Ir. Juanda Rumah Sakit Pelengkap Medical Center Jombang
Acara : 1. Penyusunan PROKER Komite PPI
2. Pembuatan Pedoman Komite PPI
3. Pembuatan Pedoman Pengorganisasian Komite PPI
4. Pembuatan Pedoman Kerja Komite PPI
5. Penambahan Form Supervisi Komite PPI
Atas perhatian serta kehadiran, disampaikan terimaksih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb
2
3
NOTULENSI
NO NAMA JABATAN
1 dr. Lely Kurni Sari, M.Kes Direktur RS PMC Jombang
2 dr.Bagus Indra Kusuma IPCO
3 Vesti Anggreani S.Keb IPCN
4 Linda Stevian IPCLN poli Rawat Jalan
5 Reza Triana IPCLN IGD
6 Makfiatul IPCLN Zalzabil
7 Muhibudin IPCLN Darusalam
8 Amalia Septianingtias IPCLN AL-Kana
9 Tutut Irawati IPCLN HCU
10 Uswatun Khasanah IPCLN Ar-Royyan
11 Yessy P IPCLN Ar-Royyan
12 Endah Suci Hariyanti IPCLN VK
4
KEPUTUSAN
RENCANA TINDAK
NO. AGENDA KEPUTUSAN PIC
LANJUT
1 Proker Melanjutkan - Buat panduan Sekretaris
program PPI secara - sosialisasikan PPI
bertahap
2 Panduan Sesuaikan dengan - PP dan PO selesai akhir Sekretaris
Pelayanan PPI SK Direktur terbaru tahun PPI
dan Pedoman RS PMC, untuk
Pengorganisasian isinya disesuaikan
PPI dengan tata naskah
dokumen terbaru
3 Survailans dan Buat panduan, Koordinasi dengan multi Sekretaris
ICRA Program penambahan form disiplin ilmu terkait PPI
audit supervise dan penyusunan Panduan dan
SOP PPI bila ada SOP.
perubahan
5
DOKUMEN
6
DOKUMEN
7
8