Anda di halaman 1dari 22

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANSANI

NOMOR : 360/RS-S/KEP-DIR/III/2020
TENTANG
PEDOMAN KERJA KOMITE ETIK

DIREKTUR RUMAH SAKIT SANSANI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya penyelesaian dan penanganan


keluhan maupun pengaduan masyarakat, terutama yang
menyangkut dugaan pelanggaran kode etik profesi
pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit perlu
dibentuk Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Sansani;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Direktur tentang Pembentukan Komite Etik dan Hukum
Pada Rumah Sakit Sansani; bahwa untukmenjamin
kelangsungan pelayanan dan pemenuhanpelayanan
sesuai kebutuhan pasien di Rumah Sakit Sansani dapat
melakukan kontrak manajemen dan kontrak dengan
pihak di luar rumah sakit;.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
2. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan nomor
1691/Menkes/SK/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
Menetapkan PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN KERJA
KOMITE ETIK RUMAH SAKIT SANSANI

KESATU Segala hal-hal yang berhubungan dengan pedoman kerja komite


etik di uraikan dalam lampiran, yang dimana lampiran
tersebut masih dalam satu kesatuan dengan
keputusan.
KEDUA Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalamkeputusan ini, akan
diadakan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 28 Maret 2020

Direktur Rumah Sakit SANSANI

dr. Muhammad Natsir Ilvira


NIK.2020.03.003.09
Lampiran I
Peraturan Direktur Rumah Sakit
Sansani
Nomor: 160/RS-S/Kep/III/2020
Tanggal: 28 Maret 2020
Tentang
Pedoman Kerja Rumah Sakit Sansani
Tahun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan mata rantai di dalam Sistem Kesehatan Nasional
di dalam memberikan pelayanan di dalam bidang promatif, preventif, kuratif,
kuratif dan rehabilitatif. Kemajuan dibidang teknologi modern, alam bidang
kesehatan akan mempengaruhi perilaku rumah sakit di dalam memberikan
pelayananannya.

Lain daripada itu jenis dan bentuk sifat rumah sakit sangat homogen sesuai
dengan sejarah dan perkembangan rumah sakit di Indonesia. Sedangkan
petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit juga sangat heterogen,
baik kualitas maupun jenis ragam untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal
diperlukan adanya rasa kebersamaan dari seluruh petugas di rumah sakit
maupun antara rumah sakit itu sendiri.

Seiring dengan kemajuan zaman, serta kemudahan dalam akses informasi,


era globalisasi atau kemajuan membuat akses informasi tanpa batas, serta
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat semakin
kritis. Disisi lain menyebabkan timbulnya berbagai masalah etik. Selain itu
perubahan gaya hidup, budaya dan tata nilai masyarakat, membuat masyarakat
semakin peka menyikapi berbagai persoalan, termasuk memberikan penilaian
terhadap pelayanan yang diberikan oleh medis, paramedis, dan non medis.

Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan masyarakat yang optimal,


membuat perkembangan ini juga diikuti oleh ilmu hukum di bidang kesehatan,
sehingga secara bersamaan petugas kesehatan menghadapi masalah hukum
terkait dengan aktifitas, perilaku, sikap dan kemampuannya dalam
menjalankan profesi kesehatan.
Ketika masyarakat merasa ketidakpuasan terhadap pelayanan atau apabila
medis atau paramedic merugikan pasien tidak menutup kemungkinan dimeja
hijaukan bahkan didukung semakin tinggi peran medis baik media masa
maupun elektronik dalam menyerap berbagai masalah yang timbul. Dalam
pelayanan, perlu didukung pemahaman mengenai etik profesi dan hukum
kesehatan, dasar kewenangan dan aspek legal dalam pelayanan kesehatan.
Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang komprehensif dan integratif untuk
mendukung sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh medis, paramedis, dan
non medis di Rumah Sakit Sansani.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan kerangka kerja, pengolahan etika rumah sakit ini
agar terciptanya rumah sakit memiliki tanggung jawab etik dan hukum
terhadap pasien dan masyarakat serta pimpinan rumah sakit memahami
tanggung jawab dalam melaksanakan dan melakukan bisnis dan asuhan
klinis di rumah sakit.

b. Tujuan Khusus
1. Tercapainya perilaku yang terpuji didalam memberikan
pelayanan kepada pasien atau keluarganya dengan tingkat atau
mutu profesionalisme yang tinggi
2. Tercapainya peningkatan tanggung jawab professional pada
dasarnya mengandung 2 unsur pengertian yang saling
berkaitan, yaitu tanggung jawab dalam unsur etika dan
tanggung jawab dalam unsur kemampuan profesi
3. Terlaksananya prosedur penanganan penyelesaian konfrontasi
etik dalam pelayanan medis dan non medis di Rumah Sakit
Sansani.
4. Terlaksananya tanggung jawab etik dan hukum terhadap pasien
dan masyarakat
5. Terlaksananya pembinaan dan pengendalian penanganan
penyelesaian konfrontasi etik dalam pelayanan medis dan non
medis di Rumah Sakit Sansani.
6. Terwujudnya koordinasi penanganan penyelesaian konfrontasi
etik dalam pelayanan medis dan non medis di Rumah Sakit
Sansani
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kerangka kerja ini mencakup pelaksanaan EtikRumah
Sakit mencakup :
1. Penanganan masalah etika rumah sakit
2. Penanganan pelanggaran etika profesi medis
3. Penanganan pelanggaran etika profesi keperawatan
4. Penanganan pelanggaran etika profesi kesehatan lain
5. Etika promosi rumah sakit
6. Etika dan tata laku bisni

D. DASAR HUKUM
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan kerangka kerja
pegelolaan etika Rumah Sakit di RS Universitas Riau adalah sebagai berikut.
1. Undang-undang RI Nomor: 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
2. Undang-undang RI Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;

3. Undang-undang RI Nomor: 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik;

4. Undang-undang RI Nomor: 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan


Publik;

5. Undang-undang RI Nomor: 36 Tahun 2009 tentang

6. Undang-undang RI Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 10 Tahun 1996 tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran;
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1787/MENKES/PER/XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi
Layanan Kesehatan
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1691/MENKES/PER/VIII/2001 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
2166/MENKES/PER/X/2011 tentang Standar Layanan
Informasi Publik di Kementrian Kesehatan
16. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia RI No: 2 Tahun
2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran
Disiplin Dokter dan Dokter Gigi
17. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
18. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medis
Departemen Kesehatan RI No: YM.02.04.3.5.2504 tanggal
10 Juni 1997 tentang Pedoman dan Kewajiban Pasien Dokter
dan Rumah Sakit
19. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) Tahun
2000
20. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Tahun 2002
21. Kode Kedokteran gigi Indonesia Tahun 2008
22. Kode Etik Keperawatan Indonesia Tahun 2008
23. Kode Etik Farmasi Indonesia Tahun 2009
24. Kode Etik Kebidanan Indonesia Tahun 2010
25. Kode Etik Laboratorium Kesehatan Indonesia Tahun 2011
BAB II

KETENTUAN UMUM

A. PENGERTIAN
Di dalam kerangka kerja pengelolaan etika rumah sakit, yang dimaksud
dengan :
1. Etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku seseorang
2. Etika rumah sakit adalah etika umum yang diterapkan
pada(pengorganisasian) rumah sakit
3. Rumah Sakit Sansani merupakan rumah sakit yang memberikan
layanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar
sampai dengan sub spesialistik
BAB III
PENGELOLAAN ETIK
RUMAH SAKIT

Kelalaian dalam bidang perumahsakitan bisa menyangkut rumah sakitnya


sebagai suatu organisasi (yang diwakili oleh direktur) jika menyangkut
bidang- bidang yang berkaitan dengan policy dan manajemen. Di dalam
lingkup tanggung jawab rumah sakit termasuk juga tindakan dari para
karyawan (dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan, dan tenaga administrasi)
bias sampai bias menimbulkan kerugian kepada pasien. Rumah sakit
sebagai institusi juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap
pemberian pelayanan yang baik kepada para pasiennya.

A. PENANGANAN MASALAH ETIK RUMAH SAKIT


1. Informasi keluhan, pengaduan atau complain dapat diterima oleh
direksi, humas, dan komite etik dari :
- Media massa
- Kotak saran
- Keluhan pasien
- Laporan staf
- Telepon pengaduan
- Somasi pasien/ kuasa hukum
- Tokoh masyarakat
- LSM
2. Satuan kerja yang menerima keluhan atau komplain melakukan
hal-hal :
- Mencacat dan mengkaji informasi :
a. Identitas
b. Kondisi pasien
c. Peristiwa atau kejadian
d. Tuntutan pasien
- Menanggapi keluhan :
a. Mengucapkan terima kasih dan laporan
b. Membuat penjelasan sementara
c. Menjamin keluhan akan ditindaklanjuti
d. Menenangkan pelapor
e. Member tanda terima kasih laporan
- Melaporkan kepada direksi adanya keluhan atau complain
- Mengisi formulir sesuai keluhan :
a. Member pertimbangan
b. Meminta pengarahan tindak lanjut dari direksi
c. Menindaklanjuti instruksi dari direksi

3. Investigasi kasus
- Membahas kebeneran informasi tentang :
a. Identitas pasien
b. Peristiwa
c. Rekam medis
- Penataan dokumen
a. Dokumen informasi
b. Berkas Rekam Medis
c. Dokumen persetujuan tindakan medis
d. Second opinion
e. Resume medis
f. Pendapat organisasi profesi
g. Juklak, Juknisdan SOP pelayanan
- Rapat dengan satuan kerja terkait
4. Analis kasus
- Hasil rapat koordinasi menentukan atau memilih kategori kasus :
1) Kasus etika  ditangani oleh Komite Etik
2) Kasus administrasi  ditangani bagian SDM
3) Kasus hukum  ditangani oleh Komite Etik
4) Kasus gabungan  ditanganin Komite Etik
- Telaah kasus :
a. Kebenaran identitas pasien
b. Kebenaran peristiwa
c. Barang bukti
d. Pertimbangan prosedur tindak lanjut
- Penyimpulan kasus posisi ditinjau dari :
a. Kewenangan dan kompetensi
b. Indikasi dan Kontrak indikasi
c. Persetujuan tindakan medis
d. Kesesuaian dengan tindakan SOP
e. Kerugian/ cidera dan sebab akibatnya
f. Hukum dan perundang-undangan
- Putusan direksi tentang pilihan penyelesaian kasus litigasi atau
non litigasi
- Dokumen kasus :
a. Seluruh dokumen yang terkait dengan kasus pelayanan
medisditata dan diberikan pengkodean khusus
b. Dokumen disimpan oleh Wakil Direktur Pelayanan
sampaikasus dianggap selesai
c. Bila kasus telah selesai dokumen dikembalikan kepada
BagianRekam Medis.
B. PENANGANAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI
MEDIS
Masalah etika profesi medis dapat berasal dari :
1. Dalam rumah sakit, dimana komite medik menerima permintaan
peninjauan penanganan masalah etika profesi medis dari direktur
atau dari ketua SMF
2. Luar rumah sakit dimana masalah disampaikan langsung dari
pasien atau masyarakat berusaha surat complain, dll kepada
direktur, kemudian direktur akan meminta komite medik untuk
menangani masalah tersebut.
3. Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi melakukan investigasi
terhadap laporan pelanggaran etika profesi medik, bila perlu dengan
komite medik
4. Rekomendasi dari komite medik disampaikan ke Direktur dan
tembusannya disampaikan ke Komite Medik.
5. Bilamana berkaitan dengan aspek medikolegal, maka komite medik
berkoordinasi dengan rumah sakit dan komite etik RS.

C. PENANGANAN PELANGGARAN ETIK PROFESI


KEPERAWATAN
1. Setiap pelanggaran etika profesi keperawatan yang dilakukan oleh staf
keperawatan kepada pasien, keluarga atau rekan kerja segera
dilaporkan melalui Ka. Unit/ Koordinator/Wakil direktur.
2. Dalam waktu 24 jam kronologis kejadian harus disampaikan
kepada Ka. Unit/ Koordinator/Wakil direktur dan segera
mengumpulkan data untuk kelengkapan laporan.
3. Melakukan koordinasi dengan Komite Keperawatan untuk
menelaahanterhadap pelanggaran etika profesi keperawatan
4. Penyelesaian masalah pelanggaran etika berdasarkan buku Pedoman
Etika Profesi Keperawatan
5. Pembinaan atau bimbingan oleh Ka. Unit/ Koordinator/Wakil direktur
sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan yaitu pelanggaran ringan,
pelaggaran sedang, dan pelanggaran berat
6. Pelaksanaan evaluasi selama 3 bulan

D. PENANGANAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI


KESEHATAN LAIN
1. Pelanggaran etika profesi bisa dilaporkan oleh pasien atau keluarga
pasien atau rekan se profesi atau profesi lain, dapat disampaikan
melalui complain kepada humas atau langsung disampaikan kepada
penanggungjawab etika profesi
2. Penanggung jawab etika profesi membuat laporan dan disampaikan
kepada komite etik RS untuk dilakukan penelaahan atau investigasi

3. Dalam penyelesaian dugaan pelanggaran etika profesi bila perlu


meminta pendapat profesi tersebut atau perkumpulan atau ikatan
profesi terkait.
4. Rekomendasi yang dibuat disampaikan ke direktur oleh komite etik

E. ETIKA PEMASARAN/ PROMOSI RUMAH SAKIT


1. Pengiklanan
Menyadari cermat baiknya media cetak dan elektronik sebagai
sarana untuk pendidikan masyarakat, dan sebagai peranan untuk
pemberian informasi kepada masyarakat secara bertanggungjawab,
tetapi harus dihargai bahwa rumah sakit mempunyai tanggung jawab
yang besar kepada pasien dan terhadap golongan professional yang
terwakili dalam rumah sakit dan mempunyai etika professional perlu
dihormati. Informasi yang berhubungan dengan pasien kecuali yang
disahkan oleh perundang-undangan dilarang diberikan kepada pihak
ketiga tanpa izin dan persetujuan dari pasien/ keluarganya dari
dokter yang merawatnya. Informasi untuk penelitian dan proyek
ilmiah dilarang diumumkan kepada masyarakat tanpa persetujuan
dari pasien yang bersangkutan dan dilarang diumumkan dengan cara
yang bertentangan dengan etika dari golongan yang bersangkutan.
Informasi yang berhubungan dengan kegiatan rumah sakit dilarang
ditunjukkan untuk menunjukkan keunggulan komparatif terhadap
rumah sakit lain atau keunggulan dan murni tanpa melebih-lebihkan
dan membesar-besarkan kenyataan tanpa pernyataan yang kurang
lengkap, menyesatkan atau salah.
2. Promosi pemasaran
Rumah sakit dalam promosi pemasaran harus bersifat informatif,
tidak komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan
dan berdasarkan kode etik rumah sakit Indonesia. Dalam pelayanan
kesehatan konsep “pemasaran” (marketing) nampaknya lebih
berkonotasi negative daripada positif karena membangkitkan ke arah
promosi periklanan dan penjualan (sales) padahal inti pemasaran
adalah komunikasi. Dengan demikian, promosi sebagai alat
pemasaran rumah sakit secara umum harus bersifat formatif,
edukatif, preskriptif, dan preparative bagi khalayak ramai umumnya
dan pasien khususnya.

Informatif : Memberikan pengetahuan mengenai hal ihwal


yang ada relevansinya dengan berbagai
pelayanan dan program rumah sakit yang efektif
bagi pasien atau konsumen.

Edukatif : Memperluas cakrawal khalayak ramai


tentangberbagai fungsi dan program rumah sakit,
penyelenggaraan kepada upaya kesehatan
mengikuti perbekalan kesehatan di rumah
sakityang bersangkutan
Preskriptif : Pemberian petunjuk petunjuk kepada khalayak
ramai umumnya dan pasien khususnya
tentangperan pencari pelayanan kesehatan dalam
proses diagnosis dan terapi
Preparatif : Membantu pasien/keluarga pasien dalam proses
pengambilan keputusan

Dalam tantangan strategis munculnya era globalisasi yang ditandi


oleh persaingan bebas, perkembangan teknologi, tranportasi dan
telekomunikasi informasi yang mengarah kepada terbentuknya
dunia tanpa batas.

Dalam melakukan promosi pemasaran rumah sakit diperlukan


strategi promosi layanan kesehatan agar pelaksanaannya tidak keluar
dari tata cara berkompetisi yang sehat sehingga menimbulkan
dampak yang merugikan masyarakat khususnya bagi pengguna
layanan kesehatan, maka perlu memperhatikan beberapa aspek
berikut :
a. Promosi yang dilakukan harus tetap memiliki tanggung jawab
social
- Layanan yang ditawarkan harus professional dan bermutu.
Setiap institusi atau pelayanan kesehatan harus selalu
mengacu pada etika profesi dan etika rumah sakit, serta
harus bekerjasesuai dengan pedoman dan standar pelayanan
yang ada.
- Tarif layanan yang ditawarkan harus terjangkau oleh
masyarakat termasuk oleh anggota masyarakat berpenghasilan
rendah/miskin.
- Layanan yang ditawarkan harus merata dan ditunjukkan
kepada seluruh anggota masyarakat.
- Layanan yang ditawarkan harus mampu merata memberikan
rasa aman dan nyaman bagi pengguna pelayanan
b. Proses pelayanan kesehatan adalah fundamental, yang mengacu
kepada :

- Falsafah promosi. Setiap institusi atau selaku pelayanan


kesehatan harus berada pada koridor kompetisi yang sama
- Misi promosi. Tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
pengguna jasa (yang sekaligus akan meningkatkan
pendapatan), akan tetapi juga harus sejalan dengan manfaat
sosialnya.
- Sistem promosi. bukan hanya menjual, tetapi sekaligus akan
meningkatkan pengetahuan anggota masyarakat untuk
memilih bentuk layanan kesehatan yang paling teapat bagi
dirinya.
c. Asas-asas umum dalam promosi pelayanan Rumah Sakit:
- Promosi/iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak
bertentengan dengan hukum yang berlaku.
- promosi/iklan tidak boleh menyinggung perasaan dan
merendahkan martabat Negara, agama susila, adat, budaya,
suku dan golongan.
- promosi/iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.

1) INISIATIF RUMAH SAKIT


a) Promosi dilakukan di dalam Rumah
Sakit Untuk masyarakat pengunjung
Rumah Sakit:
 Brosur/leaflet
 CCTV
 Seminar untuk awam
 Poster
 Pameran
 TV Home Video
 Lab pemeriksaan gratis (tertentu)
 Umbul-umbul
 Ceramah/pertemuan
 Audio visual
 Kemasan produk

b) Promosi dilakukan di luar Rumah Sakit:


 Media cetak, terbatas pada surat kabar/tabloid majalah,
jurnalkesehatan
 Kegiatan Sosial
 Website
 Pameran perdagangan
o Leaflet
o Brosur
o Lab gratis
o Ceramah
o Poster
o Spanduk
o Tidak melakukan transaksi
 Press release  peliputan event, press conference
 Advertorial tanpa menulis nama dokter dan jadwal dokter
sertapengalaman
 Billboard  hanya berupa petunjuk arah
 Telepon, SMS, Email, Direct Mail hanya relasi pasien
dan mantan pasien
 Lain-lain
o Program khusus potong harga, namun tidak dari rumah
sakit, misalnya dengan menggunakan credit card bank
tertentu biaya lebih murah 5%
o Rumah sakit dapat menjadi sponsor kegiatan jalan
sehat dll.
2) PETUNJUK MATERI PROMOSI RUMAH SAKIT
a) Yang boleh dilakukan
 Bila diminta wawancara untuk coverstory oleh media cetak
dapat diberikan penjelasan bersifat informasi dan edukasi
tentang permasalahan pelayanan yang diberikan, sejarah
rumah sakit, fasilitas, lokasi dan cara menghubungi rumah
sakit tersebut (Alamat, nomer telefon, fax, email, website, dll)
dapat disertai foto, foto ruangan, foto direktur, foto tampak
depan rumah sakit.
 Khusus leaflet dan brosur penjelasan tentang biaya harus
dijelas dan harus disebutkan biaya tersebut mencakup biaya
apa saja.
 Bila kita lebih murah dapat ditulis harga khusus.
 Dapat menyampaikan kualitas mutu pelayanan yang dicapai,
seperti:
o Telah mengikuti dan lulus akreditasi
o Telah mendapat sertifikat ISO, dll
o telah mendapat award dalam pelayanan
 Khususnya untuk leaflet dan brosur dapat menyebutkan
nama dan keahlian dokter serta jam praktek
o Bila ada penjelasan yang lebih mendetail dapat ditulis:
untuk keterangan lebih lanjut, anda dapat
menghubungi dalam kurung petugas rumah sakit
b) Yang tidak boleh dilakukan:
 Membandingkan dengan instruksi lain
 Mengatakan kita hanya satu-satunya, yang pertama, terbaik
dan ter… dan ter… lainnya

 Membujuk, misalnya:
o Diskon
o Voucher
3) PELANGGARAN
Dalam pelanggaran pada pelaku usaha/Rumah Sakit yang tercantum
pada bab IV pasal 8 pada umumnya telah tercakup pada keputusan
KEPKES dan Dirjen.Yanmed. dengan berlaku nya undang-undang
8 tahun 1999 tentang perlindungann konsumen, maka pelaksanna
ketentuan ini lebih diperkuat, sehingga terasa positif di lapangan.
Dalam masalahnya promosi rumah sakit atau dokter, selalu akan terkait
dengan etika rumah sakit maupun etika kedokteran. Dilain pihak
konsumen atau penderita memang sangat memerlukan informasi yang
benar tentang produk jasa layanan kesehatan dilain pihak konsumen
atau penderita memang sangat memerlukan informasi yang benar
tentang produk layanan kesehatan dan akan dibutuhkan oleh
konsumen/ penderita. PERSI sebagai institusi yang menghasilkan
produk jasa layanan kesehatan dan akan dibutuhkan oleh konsumen
atau penderita, pada dasarnya kegiatan promosi dapat dilaksanakan.
sehingga mengacu pada etika yang ada, kebutuhan konsumen dan
keterbatasan biaya yang di miliki oleh rumah sakit, kegiatan promosi,
iklan dan lain- lain harus memperhatikan:
 Promosi/iklan harus murni bersifat informative
 promosi/iklan tidak bersifat komparatif artinya membadingkan
dengan institusi rumah sakit/ dikter lain dan mengisyaratkan
bahwa dirinya lah yang terbaik dan yang lain jelek
 Promosi/iklan harus berpijak pada dasar kebenaran
 promosi/ iklan tidak berlebihan

Dengan memperhatikan hal tersebut maka kegiatan promosi, iklan dan


kegiatan lain dalam rangka memperkenalkan produk rumah sakit/dokter
tidak dianggap melanggar etik.
Pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku tentang promosi/iklan
rumah sakit akan diberikan sanksi etik berupa:
1. Teguran lisan maupun tertulis
2. Informasi kepada masyarakat melewati media massa

F. ETIKA DAN TATA LAKU BISNIS


Rumah Sakit Sansani sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah
merupakan “unit sosio-ekonomi” dan berkomitmen menjalankan
dengan penuh kejujuran dan integritas serta patuh terhadap semua
peraturan yang berlaku.

1. Komitemen pada perilaku beretika


Perilaku beretika adalah tanggung jhawab setiap orang. Perilaku
beretika diharapkan dari semua direktur, karyawan, dan lainnya.
- Tanggung jawab manajemen dalam hal etika
Semua kepala, kordinator dan pws bertanggung jawab atas
tindakan karyawan bawahanya dan bertanggung jawab untuk
memastikan dipatuhi nya aturan dan kebijakan rumah sakit
lainnya serta hukum yang berlaku, yaitu:
a. Memberitahukan karyawan mengenai kebijakan
perusahaan, termasuk yang berkaitan dengan perilaku
legal dan etis;
b. Memastikan pelaksanaan pelatihan karyawan yang
berkesinambungan dan bahwa pelanggaran terhadap
aturan- aturan mendapatkan tindakan disipliner yang
sesuai;
c. Tidak merekrut karyawan dengan kecendrungan
melanggar hukum atau peraturan-peraturan yang berlaku;
d. Menyelenggarakan lingkungan kerja dimana diskusi
membangun jujur, dan terbuka
2. Melaporkan adanya kecurigaan terhadap kemungkinan adanya
pelanggaran
- Pelaporan terhadap pelanggran yaitu sebagai berikut:
a. Laporan karyawan  setiap karyawan yang mengetahui
adanya pelanggaran terhadap aturan rumah sakit harus
segera melaporkannya
b. Kerahasiaan  para penyidik tidak akan mengungkap
identitas orang yang melaporkan pelanggaran yang
mencurigakan atau identitas mereka yang terlibat yang
terlibat dalam penyelidikan tersebut
c. Perlindungan terhadap ancama terlapor  dilarang
melakukan ancaman dalam bentuk apapun kepada orang
yang telah melaporkan pelanggran terhadap aturan-aturan
rumah sakit, walaupun ternyata laporan tersebut salah.
Setiap karyawan dapat melaporkan pelanggaran tanpa
harus takut akan ancaman oleh rekan kerja, penyelia atau
pihak lain yang terlibat
d. tindakan disipliner terhadap pelanggaran  setiap
pelanggaran terhadap aturan-aturan rumah sakit akan
dikenakan tindakan disipliner yaitu teguran sampai dengan
PHK dan dapat diajukan tuntutan perdata atau pidana.

3. Menjaga dan menghargai hubungan dengan pelanggan


Tujuan dalam mencapai layanan yang memenuhi kebutuhan
pelanggan dengan baik, dan hal ini dilakukan dengan cara
menghasilkan hubungan kerja sama dan kepercayaan yang
langgeng. Memperlakukan pelanggan dengan adil yang jujur dan
dengan cara yang memenuhi semua hukum yang berlaku dan
sesuai dengan praktek bisnis yang baik. tidak memberi pernyataan
yang salah atau menyesatkan mengenai rumah sakit atau karyawan
atau pelayannya. dalam menjalankan bisnis rumah sakit dengan
menghormati keselamatan mereka yang menggunakan pelayanan
dan layanan dirumah sakit.

4. Mematuhi hukum kesehatan, keselamatan, keamanan dan


lingkungan Berkomitmen untuk melindungi lingkungan serta
keselamatan karyawan, komunitas, serta masyarakat umum dengan
sepenuhnya mematuhi semua hukum yang berlaku dan ters
memperbaiki kinerjan dalam hal lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi dan
kesejahteraan serta keselamatan karyawan, masyarakat umum.
Kinerja kesehatan, keselamatan, kemanan dan lindungan adalah
nilai-nilai inti dari rumah sakit dan akan di kelolah sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari bisnis rumah sakit untuk memberikan
manfaat kepada karyawan dan pelanggaran. Semua karyawan rumah
sakit bertanggung jawab untuk dapat mewujudkan perbaikan yang
berkelanjutan dan terukur.
- Menjalankan bisnis rumah sakit dengan cara yang melindungi
kesehatan umum dan di tempat kerja, keselamatan lingkungan
dan karyawan
- Semaksimal mungkin menghilangkan semua kecelakaan dan
insiden lingkungan
- Mematuhi semua hukum dan peraturan lingkungan, kesehatan
dan keselamatan.
- Mengurangi emisi dan limbah serta menggunakan energy dan
sumber daya alam secara efisien dan cermat
BAB IV
PENUTUP
Pedoman kerja pengelolaan rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi
panduan bagi Komite Etika Rumah Sakit Sansani dalam menjalankan peran
dan fungsinya. Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang
berkepentingan pengelolaan etika di Rumah Sakit Sansani yang selanjutnya
perlu dijabarkan dalam bentuk standar prosedur operational guna kelancaran
pelaksaannya.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada pedoman
kerja pengelolaan etika di Rumah Sakit Sansani ini maka akan dilakukan
penyempurnaan pada penyusunan petunjuk teknis selanjutnya. Pedoman
kerja ini digunakan sebagai acuan Komite Etika.

Anda mungkin juga menyukai