Anda di halaman 1dari 8

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM


NOMOR:

TENTANG
KEBIJAKAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM

DIREKTUR RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang
handal dalam mengupayakan mutu pelayanan rumah sakit, maka
diperlukan penetapan kebijakan manajemen sumber daya manusia di
Rumah Sakit Efarina Etaham;
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4729);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
8. Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Praktik Perawat;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
10. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per.02/Men/1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja;
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per.01/Men/1982
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja;
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per.03/Men/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja;
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per.25/Men/1982
tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja;
16. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 26 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Ortotis Prostetis.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
23. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan;
24. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
373/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian;
25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi;
26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
375/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer;
27. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
376/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Fisioterapi;
28. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan;
29. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
378/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perawat Gigi;
30. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
573/Menkes/SK/VII/2008 tentang Standar Profesi Asisten Apoteker;
31. Keputusan Direktur PT Efarina Etaham Group Nomor 029/PT-
ETA/SK/V/2016 tentang Pengangkatan dr. Herman Ramli sebagai
Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham;
32. Keputusan Direktur PT Efarina Etaham Group Nomor 029/PT-
ETA/SK/V/2016 tentang Penetapan Struktur Organisasi Rumah Sakit
Efarina Etaham.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM


TENTANG KEBIJAKAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DI
RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM.
KEDUA : Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud dalam
diktum kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini
KETIGA : Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Efarina
Etaham sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua wajib dijadikan acuan
dalam pengelolaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pelayanan
pasien di Rumah Sakit Efarina Etaham.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Berastagi
Pada tanggal : 01 Juni 2016

Direktur,

dr. Herman Ramli


Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham
Nomor :
Tanggal : 01 Juni 2016

KEBIJAKAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

A. Kebijakan Umum
1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi perencanaan, rekrutmen, seleksi,
penerimaan dan pengangkatan, penilaian kinerja, penggajian dan remunerasi, serta
hubungan industrial
2. Staf RS meliputi staf klnis dan staf non klinis. Berdasarkan status hubungan industrial,
maka staf RS terdiri atas karyawan tetap, karyawan kontrak, dan karyawan kerjasama
profesi.
3. Ketersediaan staf RS minimal ditetapkan berdasarkan undang-undang dan peraturan
yang berlaku
4. Perencanaan SDM ditetapkan berdasarkan Pola Ketenagaan, baik mikro maupun
makro, dengan menggunakan Metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN).
5. Rekruitmen, evaluasi dan penugasan staf dilakukan sebaik-baiknya melalui proses
yang terkoordinasi, efisien dan seragam.
6. Staf medis, staf keperawatan/kebidanan, dan staf profesional kesehatan lainnya yang
terlibat dalam proses asuhan klinis dan bekerja langsung dengan pasien wajib
mendapatkan proses kredensial untuk mengevaluasi ketrampilan, pengetahuan dan
pengalaman sebagaimana dituangkan dalam Rincian Kewenangan (Kerja) Klinik
sebelum ditetapkan dalam Surat Penugasan (Kerja) Klinis.
7. Rumah Sakit akan memberikan kesempatan bagi staf untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian dan profesionalitasnya secara adil dan merata serta
sesuai dengan kebutuhan RS, sedikitnya 20 jam per orang per tahun.

B. Kebijakan Khusus
1. Perencanaan staf RS disusun berdasarkan visi dan misi RS, peraturan perundangan
yang berlaku, jenis pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, dan teknologi yang
digunakan oleh rumah sakit dalam asuhan pasien.
2. Masing-masing staf RS bekerja sesuai dengan Uraian Tugas mutakhir yang sedikitnya
mengandung unsur nama jabatan, pengertian jabatan, tujuan jabatan, tugas pokok,
tanggung jawab, wewenang, dan kualifikasi minimal.
3. Berdasarkan Uraian Tugas tersebut, masing-masing staf wajib mengikuti orientasi
terhadap pekerjaan staf dan dasar evaluasi tentang seberapa baik staf melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya.
4. Informasi kepegawaian setiap staf RS yang terdiri atas kualifikasi staf (ijazah,
sertifikat pendidikan non formal, pengalaman kerja, dll.), uraian tugas staf, riwayat
pekerjaan staf, hasil evaluasi penilaian kinerja staf, catatan pendidikan dan pelatihan
didokumentasikan dalam suatu arsip file kepegawaian yang disimpan dan dikelola
oleh Bagian SDM serta diperbaharui secara berkala sedikitnya satu tahun sekali.
5. Permintaan kebutuhan staf (penambahan atau penggantian) dilakukan oleh Kepala
Unit Kerja dan disampaikan kepada Kepala Bagian SDM. Apabila permintaan tersebut
sesuai dengan Pola Ketenagaan yang telah ditetapkan, maka Kepala Bagian SDM
dapat langsung memproses rekrutmen staf tersebut; apabila permintaan tersebut tidak
sesuai dengan Pola Ketenagaan, maka harus mendapatkan persetujuan dari Direktur.
6. Kepala Bagian SDM bertanggung jawab atas rekrutmen, seleksi, penerimaan,
pengangkatan, dan orientasi staf baru.
7. Setiap staf baru wajib mendapatkan orientasi umum yang dikelola oleh Bagian SDM,
dan orientasi khusus yang dikelola oleh masing-masing unit dengan koordinasi Bagian
SDM.
8. Orientasi staf baru tersebut sedikitnya terdiri atas pengenalan profil RS, unit kerja di
RS, keselamatan pasien, pencegahan dan pengendalian infeksi, dan pelaporan medical
error.
9. Kepala Bagian SDM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan
pendidikan bagi staf berdasarkan data dan informasi mengenai kegiatan pengukuran
terhadap mutu dan keselamatan pasien.
10. Setiap staf RS wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar yang meliputi teknik
resusitasi/bantuan hidup dasar, teknik pemadaman kebakaran, teknik evakuasi
bencana, dan teknik hand hygiene dengan tingkat pelatihan yang sesuai dengan tugas
masing-masing di RS, yang dibuktikan dengan sertifikat kelulusan pelatihan tersebut.
11. RS menerima mahasiswa dari institusi pendidikan sebagai lahan dan sarana klinis,
dan menugaskan Kepala Bagian SDM sebagai penanggung jawab untuk:
a. Menyiapkan mekanisme untuk pengawasan program pendidikan
b. Memperoleh dan menerima parameter dari program akademis asal mahasiswa
c. Mempunyai catatan lengkap dari semua mahasiswa
d. Mempunyai dokumentasi dari status pendaftaran, perizinan atau sertifikasi yang
diperoleh dan klasifikasi akademis peserta pendidikan
e. Memahami dan menyediakan supervisi untuk setiap jenis dan tingkat peserta
pendidikan (clinical instructor).
f. Mengintegrasikan peserta pelatihan dalam orientasi tentang rumah sakit, program
mutu dan keselamatan pasien, pencegahan dan pengendalian infeksi.
12. Setiap staf RS yang akan diterima bekerja di RS wajib mendapatkan pemeriksaan
kesehatan awal, yang terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah lengkap, tes
fungsi hati, tes fungsi ginjal, Hepatitis B, pemeriksaan urin lengkap dan feses lengkap,
serta pemeriksaan thoraks foto.
13. Setiap staf RS akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan berkala setiap tahun sekali,
dan pemeriksaan khusus, yang diatur dalam keputusan Direktur terpisah.
14. Setiap staf RS akan mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan melalui kepesertaan
Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
15. Setiap staf RS akan mendapatkan fasilitas jaminan keselamatan melalui kepesertaan
Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan).
16. Setiap staf klinis yang memberikan pelayanan kepada pasien wajib memiliki Sertifikat
Kompetensi, Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik/Kerja.
17. Dokumen kredensial (pendidikan, surat izin, surat tanda registrasi) wajib dilakukan
verifikasi dari institusi/instansi sumber asal dokumen tersebut, sebelum mulai
memberikan pelayanan kepada pasien.
18. Setiap staf klinis yang memberikan asuhan pasien sesuai dengan kewenangan klinis
yang ditetapkan oleh Direktur RS berdasarkan Surat Penugasan (Kerja) Klinis.
19. Setiap Staf klinis mendapatkan evaluasi terhadap praktik profesional secara
berkelanjutan setiap tahun, meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. Review terhadap prosedur operatif dan klinis lain serta hasilnya
b. Pola penggunaan darah dan obat-obatan
c. Permintaan untuk pemeriksaan/tes dan prosedur/tindakan
d. Pola lama dirawat (length of stay)
e. Data morbiditas dan mortalitas
f. Pemanfaatan praktisi terhadap konsultasi dan spesialis

Direktur,

dr. Herman Ramli

Anda mungkin juga menyukai