Anda di halaman 1dari 16

1

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG


DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT
Jln. Kanigoro No. 13 Telp. (0355) 531 129 Kode Pos 66272
TULUNGAGUNG

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN CSSD DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan sistem pengendalian internal di


Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat serta penerapan
manajemen risiko terintegrasi dalam setiap pengambilan
keputusan, penyusunan dan pelaksanaan program dan
kegiatan pelayanan guna mewujudkan efisien, efektif,
ekonomis, kredibilitas laporan keuangan, pengamanan aset
rumah sakit, dan ketaatan pada peraturan perundang-
undangan, maka perlu dilakukan penetapan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat tentang
Pedoman Pelayanan CSSD di Rumah Sakit Umum Daerah
Campurdarat Kabupaten Tulungagung;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072), sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
2

Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah


beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6402);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6659);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 308);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2020
tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 586);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2020
tentang Komite Mutu Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1389);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2022
tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan
Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik,
Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium
Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 1054);
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 20
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Tulungagung (Lembaran Daerah
Kabupaten Tulungagung Tahun 2016 Nomor 1 Seri D )
sebagaimana telah diubah beberapa kali , terakhir dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 7 Tahun
2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun
2021 Nomor 1 Seri D);
3

15. Peraturan Bupati Nomor 45 Tahun 2022 tentang Standar


Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah
Campurdarat Tulungagung (Berita Daerah Kabupaten
Tulungagung Tahun 2022 Nomor 46);
16. Peraturan Bupati Tulungagung Nomor 50 tahun 2022
Tentang Peraturan Internal (Hospital by Laws) Rumah Sakit
Umum Daerah Campurdarat Tulungagung(Berita Daerah
Kabupaten Tulungagung Tahun 2022 Nomor 51);

MEMUTUSKAN :

Menetapka : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


n CAMPURDARAT TENTANG PEDOMAN PELAYANAN CSSD DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT KABUPATEN
TULUNGAGUNG

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Tulungagung.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Tulungagung.
3. Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat Kabupaten
Tulungagung yang selanjutnya disebut RSUD Campurdarat
adalah unit organisasi bersifat khusus di bawah Dinas.
4. Direktur adalah Direktur RSUD Campurdarat.
5. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan
yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
6. Instalasi pusat sterilisasi (Central Sterilized Supply
Department/ CSSD) adalah unit pelayanan non-struktural
yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang
sesuai dengan standar/ pedoman dan memenuhi kebutuhan
barang steril di rumah sakit.
7. Tujuan dari unit CSSD adalah untuk menjamin
ketersediaan alat steril dan membantu mencegah infeksi
nosokomial.
8. ..... dst.
4

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Direktur ini dimaksudkan sebagai Panduan


Pelayanan CSSD di Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat
Kabupaten Tulungagung untuk meningkatkan mutu pelayanan
alat-alat instrumen di Rumah Sakit, sebagai panduan dalam
meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang,
sehingga menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan
lingkungan dari bahaya potensial.

Pasal 3

Tujuan dari Peraturan Direktur ini adalah :


a. Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan
sterilisasi alat di rumah sakit;
b. Sebagai panduan kerja untuk mendapatkan alat
instrumen yang steril sehingga mencegah terjadinya
infeksi.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan
untuk terjadinya infeksi silang;
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan
lingkungan dari bahaya potensial;dan
e. Untuk menjamin ketersediaan alat instrumen steril di
setiap unit di rumah sakit;

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 4

Ruang lingkup dalam Peraturan Direktur ini meliputi :


a) Perencanaan dan Penerimaan Barang;
b) Dekontaminasi;
c) Pencucian;
d) Pengemasan dan pemberian tanda;
e) Proses strerilisasi;
f) Penyimpanan dan Distribusi;
g) Pemantauan proses sterilisasi;
h) Pencatatan dan Pelaporan

BAB IV
POKOK BAHASAN PELAYANAN CSSD

Pasal 5

Pokok Bahasan dalam Pedoman Pelayanan CSSD adalah


sebagi berikut :
5

a) BAB I Definisi
b) BAB II Ruang Lingkup
c) BAB III Tatalaksana
d) BAB IV Dokumentasi

BAB IV
PELAKSANAAN

Pasal 6

Panduan Kebersihan Tangan dilaksanakan oleh Infection


Prevention Control Nurse (IPCN) dan Tim Komite PPI.

BAB IV
MONITORING DAN REVIEW

Pasal 7

(1) Ketua Komite PPI secara periodik wajib melakukan


monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan
sterilisasi alat .
(2) Setiap 3 (tiga) bulan Komite PPI membuat laporan triwulan
kepada direktur rumah sakit dengan tembusan Komite
Mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapakan.

Ditetapkan di Tulungagung
Pada tanggal 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG,

dr. RIO ARDONA, M.MRS


6

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG

TENTANG

PANDUAN STERILISASI ALAT PADA RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG


7

BAB I
DEFINISI

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang


bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat
bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik, maupun instalasi antara lain perlengkapan rumah tangga,
pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi, dan lain-lain. Apabila terjadi
hambatan pada salah satu sub-unit di atas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Instalasi pusat sterilisasi (Central Sterilized Supply Department/ CSSD)
adalah unit pelayanan non-struktural yang berfungsi memberikan pelayanan
sterilisasi yang sesuai dengan standar/ pedoman dan memenuhi kebutuhan
barang steril di rumah sakit.
Tujuan pusat sterilisasi adalah:
1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril,
untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
3. Efisiensi tenaga medis/ paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.
Tugas utama pusat sterilisasi adalah:
1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
2. Melakukan proses sterilisasi alat/ bahan
3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,
kamar operasi, maupun ruangan lainnya
4. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif
serta bermutu
5. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan pasien
6. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
7. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
8

8. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan


dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi
nosokomial
9. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah
sterilisasi
10. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat
sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern
11. Mengevaluasi hasil sterilisasi.
9

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan CSSD adalah sebagai berikut:


1. Perencanaan dan penerimaan barang
2. Dekontaminasi
3. Pencucian
4. Pengemasan dan pemberian tanda
5. Proses sterilisasi
6. Penyimpanan dan distribusi
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
8. Pencatatan dan pelaporan.
Instalasi pusat sterilisasi melayani semua unit di rumah sakit yang
membutuhkan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pusat
sterilisasi selalu berhubungan dengan:
 Bagian laundry
 Instalasi pemeliharaan sarana
 Instalasi farmasi
 Sanitasi
 Perlengkapan/ logistik
 Rawat inap, rawat jalan, IGD, OK, dan lain-lain.
Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/ sterilisasi yaitu:
a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang
dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler, atau melalui
saluran darah harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa
endotracheal harus disterilkan/ didesinfeksi dahulu sebelum digunakan
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah,
atau sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.
10

BAB III
TATA LAKSANA

Tata laksana pelayanan penyediaan barang steril terdiri dari:


1. Perencanaan dan penerimaan barang
Perencanaan dan penerimaan barang
- Linen
- Instrumen
- Sarung tangan dan bahan habis pakai.
Selama penerimaan, petugas yang melakukan pengiriman dan
penerimaan instrumen harus menggunakan APD (sarung tangan, penutup
kela, penutup kaki, gaun anti cairan, masker, maupun goggle mata) serta
harus waspada terhadap instrumen yang terkontaminasi cairan tubuh.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan
benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi
kehidupan, sehingga aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan dari
proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan
langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses
dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.
Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan harus segera
didekontaminasi segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh. Segera
setelah digunakan, masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Prosedur ini dengan cepat mematikan
virus hepatitis B dan HIV.
3. Pencucian
Linen dilakukan di bagian rumah tangga/laundry
- Instrumen
- Sarung tangan.

Sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah


dan bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian.
Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang
menyebabkan tetanus dan gangren. Pencucian ini penting karena residu
bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme
(termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi
atau desinfeksi kimiawi.
11

Proses pencucian meliputi:


- Pembilasan: Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di
ruang perawatan.
- Pembersihan: Semua peralatan yang dipakai ulang harus dibersihkan
secara baik sebelum dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi. Peralatan
medis dibersihkan untuk membebaskan materi organik yang menempel
seperti darah, jaringan tubuh, dan sebagainya, kemudian dilanjutnya
dengan proses pengeringan.
- Pengeringan: Dilakukan sampai kering.
4. Pengemasan dan pemberian tanda/label
Pengemasan dan pemberian tanda/label perlu diberikan pada :
- Linen
- Instrumen
- Sarung tangan.
Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya, sementara
untuk bahan linen harus diperhatikan densitas maksimumnya. Setiap
kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan, cara
sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadaluarsa proses sterilisasi.
Prinsip-prinsip pengemasan:
a. Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan
kemasan dan isinya
b. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Syarat bahan kemasan pada sterilisasi uap:
a. Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan
penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya
b. Bahan kemasan juga harus mudah kering dan memudahkan pengeringan
isinya.
5. Proses sterilisasi
Proses sterilisasi
- Linen
- Instrumen
- Sarung tangan, bahan plastik, dan sebagainya.
Linen dan peralatan medis yang telah terbungkus/ terkemas selanjutnya
menjalani proses sterilisasi. Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial
di rumah sakit adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu
metode sterilisasi yang paling efisien dan paling efektif adalah melalui
12

sterilisasi uap. Uap panas pada suhu, tekanan, dan waktu pemaparan tertentu
mampu membunuh mikroba patogen dengan cara denaturasi protein dari
enzim dan membran sel.
Untuk dapat menghasilkan barang yang steril, maka perlakuan pre-
sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik)
dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Kesempurnaan proses
sterilisasi uap tergantung pada proses pengurangan jumlah mikoorganisme
sebelum sterilisasi melalui pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya
rekontaminasi sebelum digunakan.
Alat yang digunakan adalah sebuah bejana bertutup yang dilengkapi
dengan manometer, termometer, termostat, dan pengatur tekanan. Dengan
demikian, suhu dan tekanan uap panas dapat diatur. Sterilisator metode uap
panas bertekanan tinggi ini disebut autoclave, dengan urutan kerja sebagai
berikut:
a. Peralatan medis seperti instrumen, sarung tangan, dan linen dimasukkan
ke dalam kamar (chamber) dan diletakkan di atas rak-rak yang tersedia.
b. Uap panas yang berasal dari pemanasan air dialirkan ke dalam kamar
(chamber) sehingga mendesak udara yang ada di dalam kamar. Pemanasan
air dilanjutkan, sehingga suhu uap air mencapai 121°C karena adanya
kenaikan tekanan.
c. Saat suhu efektif ini tercapai, hitungan waktu dimulai yaitu 20 menit
untuk peralatan medis yang tidak terbungkus dan 30 menit untuk
peralatan medis terbungkus.
d. Bila durasi/ waktu untuk sterilisasi telah berakhir, katup pengatur
tekanan dibuka sehingga tekanan uap akan turun dan selanjutnya akan
diikuti dengan penurunan suhu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sterilisasi uap
adalah:
a. Kualitas uap
Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses
sterilisasi. Apabila uap terlalu kering atau basah, kemampuan penetrasinya
akan terganggu. Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan 97%
(pada skala 0-100%, 0 menunjukkan kandungan air yang sangat tinggi
sementara 100% menunjukkan uap sama sekali tidak mengandung air).
b. Tekanan supply uap
Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit
sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.
c. Memasukkan barang pada mesin
13

Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan


keberhasilan proses sterilisasi. Penataan barang yang benar akan
memudahkan proses pengosongan udara dari chamber, memudahkan steam
untuk berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah terbentuknya
kondensat berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya kemasan basah.
Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk memudahkan uap
berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian
chamber mesin dengan barang sebaiknya memanfaatkan 75% dari kapasitas
chamber.
d. Mengeluarkan barang dari mesin sterilisasi uap
Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterilisasi
sampai semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah
mengalami proses pendinginan. Pemaksaan pendinginan baik dengan kipas
atau blower AC tidak diperkenankan. Barang-barang yang sedang mengalami
pendinginan harus ditempatkan pada daerah yang tidak terlalu ramai dengan
berbagai aktivitas kegiatan lain. Untuk mencegah masuknya lembab (dapat
membawa mikroorganisme) ke dalam kemasan, barang-barang steril hanya
boleh ditangani setelah mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat
proses pendinginan, barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan
logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi
rekontaminasi. Muatan berisi barang steril harus disimpan dalam rak kawat
sampai dingin.
6. Penyimpanan dan distribusi
Setelah selesainya proses sterilisasi, linen dan peralatan medis disimpan
dan harus dijaga kualitas sterilitasnya. Penyimpanan harus diatur secara baik
dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik. Penyimpanan yang
baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi atau desinfeksi itu sendiri.
Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada
tempat (lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan:
- Dengan suhu 18°C - 22°C dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi
menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi partikular antara
90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron)
- Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah
dibersihkan
- Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari lantai dan
minimum 43 cm dari langit-langit, serta 5 cm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
Ada dua macam peralatan dilihat dari cara penyimpanan, yakni:
14

1. Peralatan yang dibungkus


Umur steril (shelf life), selama peralatan masih terbungkus, semua
peralatan steril dianggap tetap steril tergantung ada atau tidaknya
kontaminasi. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal dan penanganan yang
minimal, dapat dinyatakan steril sepanjang bungkus tetap utuh dan kering.
Untuk penyimpanan yang optimal, simpan bungkusan steril dalam lemari
tertutup di bagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara sejuk dan
kering, atau kelembaban rendah
2. Peralatan yang tidak dibungkus
Peralatan yang tidak dibungkus harus digunakan segera setelah
dikeluarkan. Peralatan yang tersimpan pada wadah steril dan tertutup apabila
yakin tetap steril paling lama 1 minggu, tetapi jika ragu-ragu harus disterilkan
kembali.
Linen dan peralatan medis yang siap pakai selanjutnya didistribusikan
ke unit-unit yang memerlukannya. Untuk distribusi, dapat dilakukan berbagai
sistem distribusi sesuai dengan rumah sakit masing-masing.
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
Pemantauan proses sterilisasi yang meliputi :
a. Indikator fisik
Indikator fisik merupakan bagian dari instrumen mesin sterilisasi, yang
berupa lampu indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah
alat sterilisasi telah bekerja dengan baik. Pengukuran temperatur dan tekanan
merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi. Bila indikator
mekanik berfungsi dengan baik, maka setelah proses sterilisasi akan
memberikan informasi dengan segera mengenai temperatur, tekanan, waktu,
serta fungsi mekanik lainnya. Indikator fisik tidak menunjukkan bahwa
keadaan steril sudah tercapai, melainkan hanya memberikan informasi
dengan cepat tentang fungsi dari alat sterilisasi.
b. Indikator kimia
Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi pada objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna.
Indikator kimia yang digunakan berupa tape yang disebut dengan autoclave
tape yang sensitif terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator
kimia belum dapat menjamin tercapainya keadaan steril tetapi hanya
menunjukkan bahwa suatu benda sudah melewati kondisi-kondisi sterilisasi
pada suatu siklus sterilisasi.
c. Indikator biologi
15

Indikator biologi ini berupa sediaan yang berisi populasi mikroorganisme


dalam bentuk spora hidup dan disertai media pertumbuhan yang sesuai. Ada
yang dimasukkan dalam autoclave dan ada yang di luar, untuk kontrol positif.
Bila spora indikator yang di dalam autoclave tidak tumbuh setelah diaktifkan,
maka diasumsikan semua kemasan dalam kondisi steril. Mikroorganisme yang
digunakan untuk indikator ini yaitu Bacillus stearothermophyllus (sterilisasi
uap) dan Bacillus subtillis (sterilisasi Etilen Oksida dan sterilisasi panas
kering).
8. Pencatatan dan pelaporan
16

BAB 4
DOKUMENTASI

Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam


meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat
dicapai dengan keterlibatan secara aktif semua personil rumah sakit, mulai
dari petugas kebersihan sampai dengan dokter dan mulai dari pekerja sampai
dengan jajaran Direksi. Kegiatannya dilakukan secara baik dan benar di
semua sarana rumah sakit, peralatan medis dan non-medis, ruang perawatan
dan prosedur serta lingkungan.
Dokumen yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut :
1. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes RI 2009.
2. Kebijakan, Panduan, dan SPO Pelayanan Operasional Unit Sterilisasi
Demikian buku panduan ini dibuat sebagai panduan pelayanan
operasional unit sterilisasi sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar
yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Kesehatan yang berlaku. Dengan
terbitnya Buku Panduan Pelayanan Operasional Unit Sterilisasi di RSUD
Campurdarat ini maka segala pelayanan yang berkaitan dengan sterilisasi
wajib berlandaskan buku panduan ini terhitung setelah ditandatangani oleh
Direktur RSUD Campurdarat.

Anda mungkin juga menyukai