Anda di halaman 1dari 24

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT
Jln. Kanigoro No. 13 Telp. (0355) 531 129 Kode Pos 66272
TULUNGAGUNG

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOMOR TAHUN 2022
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT PADA INSTALASI
FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG,

Menimbang : bahwa untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan


khususnya pelayanan kefarmasian di rumah sakit menjadi
lebih baik dan dapat menjamin keselamatan pasien (patient
safety) Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat, maka perlu
menetapkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Campurdarat tentang Panduan Pengelolaan Obat High Alert
Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Campurdarat Kabupaten Tulungagung;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3671);
2. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5062);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072), sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
7. Peraturan pemerintahan Nomor 72 tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3781);
8. Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3781);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6402);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6659);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2016 tentang
Penggunaan Gas Medik dan Vacum Medik pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 167;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 157);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 308);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2020
tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 586);
15. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24
Tahun 2021 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 1152);
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 20
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Tulungagung (Lembaran Daerah
Kabupaten Tulungagung Tahun 2016 Nomor 1 Seri D)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 7 Tahun
2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun
2021 Nomor 1 Seri D);
18. Peraturan Bupati Nomor 45 Tahun 2022 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah
Campurdarat Tulungagung (Berita Daerah Kabupaten
Tulungagung Tahun 2022 Nomor 46);
19. Peraturan Bupati Tulungagung Nomor 50 tahun 2022
Tentang Peraturan Internal (Hospital by Laws) Rumah Sakit
Umum Daerah Campurdarat Tulungagung(Berita Daerah
Kabupaten Tulungagung Tahun 2022 Nomor 51);

MEMUTUSKAN :

Menetapka : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


n CAMPURDARAT TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN OBAT
HIGH ALERT PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Tulungagung.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Tulungagung.
3. Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat Kabupaten
Tulungagung yang selanjutnya disebut RSUD Campurdarat
adalah unit organisasi bersifat khusus di bawah Dinas.
4. Direktur adalah Direktur RSUD Campurdarat.
5. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
6. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
di Rumah Sakit.
7. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter
gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun
electronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
8. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetika.
9. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
10. High alert medication adalah obat yang memiliki resiko
tinggi untuk menyebabkan / menimbulkan komplikasi atau
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat
kesalahan penggunaan ( dosis, interval, dan pemilihannya );
11. Obat LASA ( LOOK A LIKE SOUND A LIKE ) adalah obat-
obatan yang memiliki rupa atau kemasannya sama secara
visual dan nama obat yang memiliki pengejaan yang mirip.
12. Tinggi adalah larutan kompenen zat yang terlarut atau
( solfen ) lebih banyak dari pelarutnya ( solute ) dan semua
molekul-molekulnya terurai menjadi ion-ion ( terionisasi
sempurna ) sehingga daya hantar listriknya pun kuat.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

Peraturan Direktur ini dimaksudkan sebagai panduan


meningkatkan sistem pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan kefarmasian di rumah sakit menjadi lebih baik dan
dapat menjamin keselamatan pasien (patient safety) Rumah
Sakit Umum Daerah Campurdarat.

Pasal 3

Tujuan dari Peraturan Direktur ini adalah :


a. Terlaksananya pelayanan kefarmasian rumah sakit yang
efisien dan sesuai standard yang ditetapkan; dan
b. Terlaksananya pengelolaan Obat High Alert Pada Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat
Kabupaten Tulungagung yang bermutu, efektif, dan efisien.

BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4

Ruang lingkup dalam Peraturan Direktur ini meliputi :


c. Pokok Bahasan;
d. Pelaksanaan; dan
e. Monitoring dan Evaluasi.

BAB IV
POKOK BAHASAN
Pasal 5

(1) Pokok Bahasan dalam Panduan pengelolaan Obat High Alert


sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a sebagai
berikut :
a. BAB I DEFINISI
b. BAB II RUANG LINGKUP
c. BAB III TATA LAKSANA
1. Identifikasi Obat High Alert RSUD Campurdarat;
2. Lokasi Penyimpanan Obat High Alert;
3. Semua Obat High Alert yang Disimpan di Instalasi
Farmasi Harus Berlabel Stiker High Alert;
4. Tatalaksana Khusus Elektrolit Konsentrat; dan
5. Daftar Obat High Alert.
d. BAB IV DOKUMENTASI
e. BAB V PENUTUP
(2) Pokok Bahasan sebagaiaman dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur ini.

BAB IV
PELAKSANAAN
Pasal 6

(1) Panduan pengelolaan Obat High Alert dilaksanakan oleh


Instalasi Farmasi/tim yang berada di dalam Instalasi
Farmasi.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Ketua;
b. Koordinator; dan
c. Pelaksana.

BAB IV
MONITORING, EVALUASI DAN LAPORAN
Pasal 7

(1) Kepala Seksi Penunjang Medik dan Non Medik secara


periodik wajib melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan/implementasi kegiatan yang dilakukan
Instalasi Farmasi/Tim.
(2) Laporan harian dibuat oleh anggota tim yang berada di
dalam instalasi farmasi kepada koordinator.
(3) Laporan bulanan dibuat oleh koordinator yang ada di dalam
instalasi farmasi kepada kepala instalasi melalui ketua tim.
Laporan periodik Instlasi Farmasi dilakukan setiap tiga
bulan (triwulan) dengan pengambilan data periodik yang
dilakukan setiap bulan.
(4) Laporan tahunan merupakan resume laporan triwulan
Instalasi Farmasi yang dilaporkan kepada Direktur oleh
kepala instalasi farmasi melalui Kepala Seksi Penunjang
Medik Dan Non Medik.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8

Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapakan.

Ditetapkan di Tulungagung
Pada tanggal November 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG,

dr. RIO ARDONA, MMRS


LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOMOR TAHUN 2022
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT PADA INSTALASI
FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT KABUPATEN
TULUNGAGUNG.
BAB 1
DEFINISI

1. High alert medication adalah obat yang memiliki resiko tinggi


untuk menyebabkan / menimbulkan komplikasi atau
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan
penggunaan ( dosis, interval, dan pemilihannya ) ( institute for
safe medication practice, 2014)
2. Obat LASA ( LOOK A LIKE SOUND A LIKE ) adalah obat-obatan
yang memiliki rupa atau kemasannya sama secara visual dan
nama obat yang memiliki pengejaan yang mirip ( Pharmaceutical
Service Devision Ministry Of Health, Malaysia, 2012 )
3. Elektrolit Konsentrat Tinggi adalah larutan kompenen zat yang
terlarut atau ( solfen ) lebih banyak dari pelarutnya ( solute ) dan
semua molekul-molekulnya terurai menjadi ion-ion ( terionisasi
sempurna ) sehingga daya hantar listriknya pun kuat ( Poela, s
dan Safitri, E; 2010 )
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan keseluruh pasien rawat inap, pasien


instalasi gawat darurat, pasien instalasi bedah sentral, pasien kamar
bersalin, dan pasien rawat jalan. Pelaksana panduan ini adalah
perawat, bidan, dan tenaga kefarmasian.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi Obat High Alert


Identifikasi obat high alert RSUD Campurdarat dimulai pada tahap
– tahap berikut :
1. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan kebutuhan. Proses pengadaan obat high alert
dimulai dengan menentukan jumlah obat-obat high alert yang
dibutuhkan, melakukan pengadaan kepada PBF yang telah
dilakukan dengan sistem pembayaran yang telah disepakati.
2. Penerimaan obat high alert di instalasi farmasi
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima
pembekalan farmasi yang diserahkan dari unit-unit pengelola
yang lebih tinggi atau PBF kepada unit pengelola dibawahnya.
Tahapan penerimaan barang di logistik farmasi:
a. PBF akan mengirimkan bahan yang dipesan disertai faktur
pengiriman barang.
b. Barang datang dicocokkan dengan item yang tertulis pada
faktur, diperiksa : nama sediaan, jumlah, dosis, expired
det, dan kondisi sediaan
c. Faktur ditanda tangani oleh petugas yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab.
d. Untuk obat yang termasuk high alert dipisahkan terlebih
dahulu untuk dilakukan proses selanjutnya.
3. Penyimpanan obat high alert di instalasi farmasi
Setelah barang diterima langkah-langkah yang dilakukan
selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Setelah obat-obat high alert dipisahkan dengan obat
reguler lainnya, setiap dos obat high alert harus di tempel
stiker high alert berwarna merah sebelum diletakkan

3
dilemari khusus.
b. Lemari yang digunakan untuk menyimpan obat high alert
adalah lemari khusus dan terpisah dengan obat-obat
reguler lainnya.
c. Obat-obat yang termasuk katagori LASA ( look alike sound
a like ) harus disendirikan dan diberi stiker warna kuning.
d. Setelah obat-obat high alert diberi label, obat-obat tersebut
disimpan pada tempat yang telah disediakan dengan sistem
penyimpanan FEFO ( frist expired first out ) kemudian
petugas farmasi menulis tanggal kadaluarsa pada kartu
stock.
e. Pada instalasi farmasi harus terdapat daftar obat high alert
yang ada, sedangkan instalasi gawat darurat (IGD),
instalasi bedah sentral, kamar bersalin, rawat inap, dan
Intensive care unit (ICU). Terdapat obat high alert hanya
sesuai dengan yang ada pada Instalasi tersebut.
f. Obat-obat high alert yang berada di troli emergency harus
selalu dalam pengawasan petugas farmasi. Troli emergency
yang digunakan harus dilengkapi dengan kunci, dimana
setiap petugas medis yang selesai membuka kunci tersebut
harus melaporkan kepada petugas farmasi kemudian
petugas farmasi melakukan pengecekan dengan batas
maksimal pengecekan 1 kali sift jaga.
g. Petugas farmasi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
setiap hari melakukan pengecekan untuk memastikan troli
masih dalam keadaan terkunci.
4. Distribusi
Pendistribusian adalah tatanan kegiatan pengantaran
sediaan obat-obat oleh instalasi farmasi sesuai dengan yang
telah ditulis pada order atau resep atas nama penderita, rawat,
tertentu melalui perawat kependerita tersebut. Dalam sistem
ini obat yang diberikan pada pasien berdasarkan resep yang

4
ditulis oleh DPJP.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan terkait
peresepan obat high alert yaitu :
a. Jangan memberikan instruksi hanya secara verbal
mengenai obat hight alert.
b. Instruksi yang diberikan harus mencakup nama pasien,
nomer rekam medis, tanggal dan waktu instruksi yang
dibuat, nama obat ( generik ), dosis, jalur pemberian dan
tanggal pemberian setiap obat, kecepatan atau durasi
pemberian obat.
Terkait pelayanan resep yang dilakukan oleh petugas farmasi
terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan untuk memastikan
kebenaran dan keamanan pelayanan yang diberikan yaitu :
1) Penerimaan resep
a) Tahap pertama adalah pemeriksaan resep (skrining
resep) pada tahap ini hal yang dilakukan yaitu
memeriksa keapsahan resep meliputi nama, alamat
dokter, nomer SIP, serta tanda tangan atau paraf dokter.
b) Tahap kedua memeriksa kelengkapan resep meliputi
tanggal resep, nama dan alamat pasien, umur, serta
berat badan pasien.
c) Tahap ketiga analisa rasionalitas resep meliputi nama
obat potensi dosis dan jumlah yang diminta cara
pembuatan serta aturan pakai. Bila kurang jelas atau
ragu-ragu maka dikonfirmasikan dengan penulis resep.
d) Tahap keempat adalah pemeriksaan ketersediaan obat
dan pengecekan ulang oleh petugas farmasi dalam hal ini
untuk resep racikan dilakukan perhitungan lebih dahulu
terkait jumlah obat yang dibutuhkan jika obat tidak
tersedia atau habis, maka hendaknya pasien diberikan
alternative dengan obat yang memiliki kandungan yang
sama dengan nama dagang yang berbeda.

5
e) Tahap terakhir adalah pemberian harga pembekalan
farmasi yang digunakan.

2) Peracikan resep
Sebelum melakukan peracikan resep dilakukan double
check untuk memastikan perhitungan dosis yang dilakukan
telah sesuai untuk menjamin keamanannya. Selanjutnya obat
yang dipersiapkan dan diracik sesuai dengan permintaan
yang sesuai pada resep setelah diracik beri etiket dan
dibungkus dengan plastik. Buatlah copy resep jika memang
diperlukan atau pasien memintanya.
3) Penyerahan resep
Petugas farmasi melakukan double check terkait
ketepatan pasien obat, dosis, waktu, dan rute pemberian
untuk menjamin kebenarannya. Sebelum petugas farmasi
menyerahkan obat ke pasien petugas terlebih dahulu
melakukan identifikasi terlebih dahulu dengan cara
menanyakan nama, tanggal lahir pasien. Sedangkan pasien
rawat inap, terdapat lembar verifikasi untuk memastikan
ketepatan pelayanan yang diberikan dimana dalam lembar ini
terdapat kesepakatan antara petugas farmasi yang melayani
resep dengan petugas medis yang mengantarkan resep atau
hendak mengambil bahwa obat yang diberikan setelah sesuai.
Langkah-langkah yang dilakukan petugas medis
membawa daftar untuk masing-masing pasien lengkap
dengan dosis dan jumlahnya, kemudian mencocokan obat
dengan petugas farmasi. Setelah obat disiapkan sesusai maka
petugas medis memberikan paraf pada buku verifikasi
dimana dalam buku tersebut telah terdapat paraf petugas
farmasi yang melayani resep.

B Lokasi Penyimpanan Obat High Alert

6
Lokasi penyimpanan obat high alert di rumah sakit hanya
berada di instalasi farmasi, troli emergency yang berada di unit
gawat darurat,ruang rawat inap,kamar operasi, kamar bersalin
dan ICU. Troli emergency yang digunakan untuk menyimpan obat
high alert menggunakan kunci, dimana petugas medis yang telah
menggunakan obat atau membuka kunci tersebut harus segera
melaporkan kepada petugas farmasi yang telah ditunjuk sebagai
penanggung jawab dalam 1 kali sift jaga. Hal tersebut dilakukan
untuk membatasi akses terkait obat-obat high alert. Apabila
petugas farmasi mendapatkan laporan dari petugas medis terkait
penggunaan obat-obat yang berada pada troli tersebut maka
petugas farmasi harus segera melakukan pengecekan pada troli
yang telah dilaporkan dengan batas maksimal pengecekan 1 kali
sift jaga dalam hal tersebut petugas farmasi melakukan
perhitungan ulang untuk memastikan kesesuain stock dengan
obat yang telah digunakan jumlah dan nama pasien. Jika dalam
kurun waktu paling lama 2 minggu petugas farmasi tidak
memperoleh informasi dari petugas medis, maka petugas farmasi
wajib melakukan pengecekan pada tiap-tiap troli yang berada
diseluruh unit pelayanan untuk memastikan keadaan kunci yang
masih terkunci dan kondisi obat didalamnya ( expired date)

C. Semua Obat High Alert yang Disimpan Di Instalasi Farmasi


Harus Berlabel Stiker High Alert
Petugas medis harus berhati-hati dengan obat yang berstiker
obat high alert mengingat tingginya resiko yang ditimbulkan jika
terdapat kekeliruan dalam penggunaanya sehingga, perawat
harus melakukan pengecekan ganda terhadap semua obat high
alert sebelum diberikan kepad semua pasien.
Pengecekan ganda tersebut dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan dan akurasi. Tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam pengecekan ganda tersebut dilakukan sebagai berikut :

7
1. Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan obat high
alert tertentu/ spesifik dan disaat pelaporan pergantian jaga
atau saat melakukan transfer pasien;
2. Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien
atau pada catatan pemberian medikasi pasien;
3. Pengecekan pertama : harus dilakukan oleh petugas yang
berwenang untuk menginstruksikan, meresepkan, atau
memberikan obat-obatan, antara lain dokter, perawat dan ahli
farmasi;
4. Pengecekan kedua : akan dilakukan oleh petugas yang
berwenang, teknisi atau perawat lainnya (petugas tidak boleh
sama pengecek pertama), pengecekan ini untuk memastikan
agar tidak terdapat kesalahan terkait pasien dan dosis;
5. Kebutuhan minimal: untuk melakukan pengecekan ganda /
verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi – kondisi
sebagai berikut :
a. Setiap akan memberikan injeksi obat;
b. Untuk infuse (saat terapi inisial, saat terdapat perubahan
konsentrasi obat, saat pemberian bolus, saat pergantian
jaga perawat atau transfer pasien, setiap terjadi
perubahan dosis obat);
c. Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan
instruksi dari dokter; dan
d. Selain tahapan-tahapan tersebut terdapat beberapa
prosedur yang harus dilakukan pada saat pemberian obat
yaitu :
1) Dosis Inisial atau Inisial Infuse Baru;
2) Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal
dibawah ini untuk menjalani pengecekkan ganda oleh
petugas kedua:
a) Obat-obatan pasien dengan label yang masih
intake;

8
b) Rekam medis pasien, catatan pemberian obat
pasien atau resep/instruksi tertulis dokter; dan
c) Obat yang hendak diberikan lengkap dengan
labelnya.
3) Petugas kedua akan memastikan hal-hal sebagai
berikut ini :
a) Obat telah disediakan sesuai dengan instruksi;
b) Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat
yang hendak diberikan telah sesuai dengan
instruksi dokter;
c) Membaca label dengan suara lantang kepada
perawat untuk memverifikasi kelima persyaratan
( obat tepat, dosis atau kecepatan tepat termasuk
pengecekkan ganda mengenai perhitungan dan
verifikasi pompa infuse, rute pemberian tepat,
frekuensi atau interval tepat, diberikan kepada
pasien yang tepat; dan
d) Pada beberapa kasus, harus tersedia juga
kemasan/ vial obat untuk memastikan bahwa obat
yang disiapkan adalah obat yang benar, misalnya:
dosis insulin.
4) Ketika petugas kedua telah selesai melakukan
pengecekan ganda dan kedua petugas puas bahwa
obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada rekam
medis/ catatan pemberian medikasi pasien;
5) Pastikan infus obat berada pada jalur / selang yang
benar dan lakukan pengecekan selang infus mulai dari
larutan / cairan infus, pompa hingga tempat insersi
selang;
6) Pastikan pompa infus terprogram dengan kecepatan
pemberian yang tepat, termasuk ketepatan data berat
badan pasien;

9
7) Pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer
pasien petugas kedua akan memastikan halhal berikut
ini :
a) Obat yang diberikan harus memiliki kelima
persyaratan;
b) Perawat berikutnya akan membaca label dengan
lantang kepada perawat sebelumnya untuk
memverifikasi kelima persyaratan ( seperti yang
telah disebutkan diatas );
c) Saat sebelum meberikan obat, perawat mengecek
nama pasien, memberitahukan kepada pasien
mengenai nama obat yang diberikan kepada
pasien, dosis dan tujuannya ( pasien dapat juga
berperan sebagai pengecek, jika memungkinkan );
d) Semua pemberian high alert medications intravena
dan bersifat kontinu harus diberikan melalui
pompa infus IV dan harus selalu dilakukan
pengecekkan terkait kecepatan pompa infus,
tempel stiker label, nama obat pada botol infus.
Dan di isi dengan catatan sesuai ketentuan; dan
e) Pada situasi emergensi, dimana pelabelan dan
prosedur pengecekan ganda dapat menghambat /
menunda penatalaksanaan dan berdampak
negative terhadap pasien, perawat atau dokter
pertama-tama harus menentukan dan memastikan
bahwa kondisi klinis pasien benar-benar bersifat
emergensi dan perlu di tatalaksana segera
sedemikian rupa sehingga pengecekkan ganda
dapat ditunda. Petugas yang memberikan obat
harus menyebutkan dengan lantang semua terapi
obat yang diberikan sebelum memberikannya
kepada pasien.

10
8) Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada
farmasi / apotek, dan dilakukan peninjauan ulang
oleh ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi
kesalahan obat yang belum diberikan; dan
9) Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh
apoteker untuk mengetahui indikasi penggunaan dosis
ekstra.

D. Tatalaksana Khusus Elektrolit Konsentrat


1. Peresepan elektrolit konsentrat
Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat
yang perlu diwaspadai (High Alert Medications) harus sesuai
dengan ketentuan penulisan resep yang baku serta beberapa
hal yang penting berikut :
a. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep :
penulisan resep, indikasi, ketepatan obat, dosis, rute
pemberian;
b. Penulisan obat menggunakan huruf capital semua serta
mencantumkan dengan jelas dosis dan satuan obat;
c. Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika terpaksa
diperbolehkan dalam keadaan emergensi yang diatur
sesuai dengan pedoman komunikasi efektif dengan teknik
SBAR; dan
d. Apoteker atau asisen apoteker yang menerima resep, harus
melakukan konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak
sesuai (nama obat / sediaan, satuan dll.)
Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di
rekam medis pasien (catatan terintegrasi ) juga sesuai dengan
penulisan resep, yaitu :
a. Ditulis dengan huruf kapital;
b. Satuan tertentu harus ditulis lengkap;
c. Dosis dan rute pemberian harus ditulis jelas; dan

11
d. Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan
penjelasan untuk mengingkatkan perawat tentang dosis
dan cara pemberian.
2. Penyimpanan
Lokasi penyimpanan obat elektrolit konsentrat tinggi
berada dilogistik farmasi dan pelayanan farmasi. Obat
disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan pembekalan
farmasi, utamanya dengan memperhatian jenis sediaan obat
(rak/kotak penyimpanan, lemari, pendingin), sistem FEFO
serta ditempatkan sesuai ketentuan obat HIGH ALERT hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang
menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk
kelompok obat yang “HIGH ALERT” sesuai daftar obat high
alert;
b. Tempelkan stiker merah bertuliskan “HIGH ALERT” pada
setiap kemasan obat high alert; dan
c. Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan
obat high alert yang terpisah dari obat lain.
3. Pengenceran
Cara pengenceran obat yang perlu diwaspadai (High Alert)
di ruang perawatan
a. KCL 7,46 % injeksi ( konsentrasi sediaan yang ada adalah 1
mEq = 1mL ) harus diencerkan sebelum digunakan dengan
perbandingan 1 ML KCL: 10 ml pelarut (WFI/NACL 0,9%).
Konsentrasi dalam larutan maksimal adalah 10
mEq/100ml. pemberian KCL melau perifer diberikan secara
perlahan lahan dengan kecepatan infuse 10 mEq / jam
( atau 10mEq KCL dalam 100 ml pelarut /jam) pemberian
obat KCL melalui central line (vena sentral) konsentrasi
maksimum adalah 20 mEq/100ml, kecepatan infuse
maksimum 20mEq KCL dalam 100 ml pelarut / jam;

12
b. Nacl 3% injeksi intravena diberikan melalui vena sentral
dengan kecepatan infuse tidak lebih dari 100 ml/jam;
c. Natrium Bicarbonat (meylon vial 8,4%) injeksi, harus
diencerkan sebelum digunakan untuk penggunaan bolus,
diencerkan dengan perbandingan 1 ml Na. Bicarbonat : 1ml
pelarut wfi, untuk pemberian bolus dengan kecepatan
maksimum 10 mEq/menit. Untuk penggunaan infuse drip,
diencerkan dengan perbandingan 0.5 ml Na. Bicarbonst: 1
ml dextrose 5%, pemberian drip infuse dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 mEq/kgbb/jam;
d. Penyerahahan elektrolit konsentrat kepada pasien;
e. Setiap penyerahan obat kepada pasien dilakukan verifikasi
7 (tujuh) benar untuk mencapai medication safety :
1. Benar obat;
2. Benar waktu dan frekuensi pemberian;
3. Benar dosis;
4. Benar rute pemberian; dan
5. Benar identitas
a) Kebenaran nama;
b) Kebenaran nomot rekam medis;
c) Kebenaran umur / tanggal lahir pasien; dan
d) Kebenaran alamat rumah pasien.
6. Benar informasi; dan
7. Benar dokumentasi.

E. Daftar obat high alert Instalasi Farmasi


Tabel . Daftar Obat High Allert Instalasi farmasi
NO NAMA OBAT NO NAMA OBAT
1 CALCIUM GLUCONATE 10 % 34
DIGOKSIN 0,25 TAB
INJEKSI
2 35 DOBUTAMINE 50MG
ANALSIK TAB
INJEKSI

13
3 BESANMAG TAB 36 DOPAMINE 200 MG INJEKSI
4 CLOBAZAM TAB 37 EPINEPHRINE INJEKSI
5 CLOPIDOGREL 75 TAB 38 GLIBENCLAMIDE TAB
6 CODEIN 10MG TAB 39 GLICLAZIDE 80MG TAB
7 D40 % 40 KCL 7,46 %
8 KETAMINE 50 MG / ML 41
SEFOFLURANE 250 ML
INJEKSI
9 INSULIN GLARGIN 42 STESOLID 5 RECTAL TUBE
10 43 VALISANBE 5 INJEKSI
LIDOCAINE INJEKSI

NO NAMA OBAT NO NAMA OBAT


11 METFORMIN 500MG TAB 44 ACARBOSE 100
12 MEYLON 8,4 % 25 ML 45 ACARBOSE 50
13 MILOZ (MIDAZOLAM) 46 AMIODARONE TAB
INJEKSI
14 NACL 3% 47 GLIMEPIRIDE 1 MG
15 NICARDIPIN HCL 10 MG 48 GLIMEPIRIDE 2 MG
INJEKSI
16 NOREPHINEFRINE INJEKSI 49 GLIMEPIRIDE 4 MG
17 INSULIN MIX 50 GLIQUIDONE 30 MG
18 INSULIN RAPID 51 ATROPIN SULAFAT INJ
19 NTG INJEKSI 52 AMIODARON INJ
20 OXYTOCIN INJEKSI 53 BUPIVACAIN HEAVY INJ
21 METFORMIN 850 MG 54 BUPIVACAIN INJ
22 PROPOFOL 1 % ETERCON 55 HEPARINE INJ
23 PIOGLITAZONE 56 EPHEDRIN INJ
24 NALOXONE INJ 57 VALISANBE 2 MG TAB
25 ISOFLURANE 58 VALISANBE 5 MG TAB
26 PEHACAIN INJ 59 BRAXIDINE TAB
27 TRAMADOL INJ 60 MERLOPAM 0,5 MG
28 FONDAPARINUX INJ 61 RIKLONA 2 MG
29 ENOXAPARINE INJ 62 DIAZEPAM 5 MG ENEMA

14
30 MGSO4 20% 63 DIAZEPAM 10 MG ENEMA
31 MGSO4 40 % 64 CODEIN 20 MG
32 FENTANYL INJ 65 MORFIN INJ
33 FENTANYL PATCH

15
BAB IV
DOKUMENTASI

Form visitasi troli emergency tiap unit

DIREKTUR RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG,

dr. RIO ARDONA, MMRS


Penata Tingkat 1
198506232014101001

16

Anda mungkin juga menyukai