Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN PANGANDARAN

DINAS KESEHATAN
UPTD RSUD PANDEGA PANGANDARAN
Jl. Merdeka Desa Pananjung Pangandaran Kode Pos 46396
Telp.: (0265) 7503044 Fax.: (0265) 7503050Email : rsud.pangandaran@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR
UPTD RSUD PANDEGA PANGANDARAN
NOMOR : ……………………………..

TENTANG
PENYIMPANAN OBAT LASA

DIREKTUR RSUD PANDEGA PANGANDARAN,

Menimbang : a. Bahwa pembangunan dibidang Pelayan Farmasi di Rumah Sakit


Bertujuan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan
kesehatan;
b. Bahwa untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit yang berasaskan pelayanan kefarmasian perlu
adanya suatu standar pelayanan yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pemberian pelayan kefarmasian di Rumah Sakit;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud dalam
point a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur RSUD
Pandega Pangandaran Kabupaten Pangandaran;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 1441 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia 5072;
3. Permenkes Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
4. Permenkes Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun
2004 tetang Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 3 Tahun 2011
tengtang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umun Daerah
PANDEGA Pangandaran;
6. Keputusan Direktur RSUD PANDEGA Pangandaran Nomor
800//2020 tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit;
7. ;
8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6236);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanganan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3447);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5542);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5942);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6322);
13. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 19 (COVID-19);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 949/Menkes/SK/ VII/ 2004
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1501/Menkes/Per/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 503);
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755);
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.01.07/Menkes/ 104/2020
tentang Penetapan Infeksi Novel Corona Virus (Infeksi 2019-nCoV)
sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya;
19. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 9.A Tahun 2020 tentang Penetapan Status Keadaan
Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13.A Tahun
2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat
Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia;
20. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/392/2020 Tentang Pemberian Insentif Dan
Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani
Corono Virus Disease 2019 (COVID-19);
21. Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor :
KU.03/07.II/1171/2020 Tentang Perbaruan Petunjuk Teknis
Pemberian Insentif Tenaga Kesehatan dalam Penanganan COVID-
19.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 21 Tahun 2016
tentang Penyelenggaran Penanggulangan Bencana (Lembaran
Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 21);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 31 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Pangandaran (Lembaran Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun
2016 Nomor 31, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Pangandaran Nomor 31) sebagaimana telah diubah dua kali
terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor
10 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah
Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Pangandaran (Lembaran Daerah
Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 10);
24. Peraturan Bupati Pangandaran Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi serta Tata Kerja
Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Pangandaran (Berita Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2016
Nomor 44), sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan
Peraturan Bupati Pangandaran Nomor 70 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati Pangandaran Nomor 44
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi serta Tata Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Pangandaran (Berita Daerah Kabupaten
Pangandaran Tahun 2019 Nomor 70).
Memperhatikan : 1. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan
Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons
Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi,
dan Kimia;
2. Kepmenkes No. 104/2020 tgl 5 Februari 2020 tentang Penetapan
Infeksi Novel Coronavirus Sebagai Penyakit yang dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.
3. Surat Edaran Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
S-239/MK.02/2020 tentang Insentif Bulanan dan Santunan
Kematian Bagi Tenaga Kesehatan yang menangani COVID-19
4. Surat Edaran PERSI No. 677/1B1/PP.PERSI/III/2020 tanggal 2
Maret 2020 tentang Kewaspadaan terhadap Novel-Corona Virus
2019 (COVID-19);
5. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor 641 tahun 2020 tanggal 9 Maret
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Indonesia terkait
Perkembangan COVID-19.
6. Surat Keputusan Kepala BNPB No. 13 A Tahun 2020 tgl 29
Februari 2020 tentang Perpanjangan Status Keadaan Tertentu
Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di
Indonesia.
MEMUTUSKAN :
TEKNIS PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE-19 (COVID-19)
DI UPTD RSUD PANDEGA KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan :


(1) UPTD RSUD Pandega Pangandaran adalah Rumah Sakit milik pemerintah daerah yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
(2) Dokter Spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran
tertentu.
(3) Dokter Umum (General Practitioners) adalah seorang dokter medis yang merawat penyakit
akut dan kronis dan memberikan perawatan pencegahan dan pendidikan kesehatan kepada
pasien.
(4) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang bertanggung jawab atas
pengelolaan asuhan medis seorang pasien sesuai standar pelayanan medis/profesi.
(5) Visit DPJP adalah kegiatan kunjungan oleh dokter spesialis kepada pasien untuk lebih
mengetahui kondisi perkembangan dengan cara mendatangi, memeriksa dan berkomunikasi
secara langsung kepada pasien di ruang perawatan.
(6) Jenis tenaga kesehatan meliputi dokter spesialis, dokter, dokter gigi, bidan, perawat, dan tenaga
medis lainnya.
(7) Corona Virus Disease Covid– 19 adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru
(virus corona) yang belum teridentifikasi sebelumnya pada manusia yang menyebabkan penyakit
saluran pernafasan (seperti flu), dengan gejala seperti batuk, demam, dan pada kasus yang lebih
parah menimbulkan pneumonia.
(8) Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada dokter.
(9) Ruang Rawat Khusus UPTD RSUD Pandega Pangandaran adalah ruangan rawat bertekanan
negatif dan berhepafilter baik berventilato maupun tidak berventilator yang diperuntukan untuk
pasien dengan gejala ataupun tidak bergejala yang mengarah pada COVID-19.

BAB II
DEFINISI OPERASIONAL KASUS COVID-19

Pada bagian ini, dijelaskan definisi operasional kasus COVID-19 terdiri dari :
(1) Kasus Suspek yaitu seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut :
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan gejala demam (≥38oC) atau
riwayat demam; dan disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak
nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal.
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
(2) Kasus Probable yaitu suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
(3) Kasus Konfirmasi yaitu seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
(4) Kontak Erat yaitu orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi
COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud yaitu kontak tatap muka/berdekatan, sentuhan fisik
langsung, orang yang memberikan perawatan dan situasi lainnya yang mengindikasikan adanya
kontak berdasarkan penilaian resiko lokal.
(5) Pelaku Perjalanan yaitu seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik)
maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
(6) Discarded, apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negative
selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.
b. Seseorang dengan status kontak erat telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
(7) Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up
RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal
3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak
lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
(8) Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus konfirmasi/probable COVID-19
yang meninggal

BAB III
TUJUAN

Tujuan diberlakukakannya peraturan ini adalah untuk:


(1) Memahami strategi dan indikator penanggulangan
(2) Melaksanakan manajemen klinis
(3) Melaksanakan pencegahan dan pengendalian penularan
(4) Melaksanakan pelayanan kesehatan esensial
BAB IV
MANAJEMEN KLINIS

Pasal I
Manajemen klinis adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga
kesehatan untuk menegakkan diagnosis, melaksanakan tata laksana pengobatan dan tindakan
terhadap pasien COVID-19 sesuai indikasi klinis.

Pasal 2
Tenaga medis yang terlibat sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter
penyakit dalam, dokter anak, dan dokter spesialis lain sesuai dengan kebutuhan medis. Tenaga
kesehatan yang terlibat dalam pelayanan COVID-19 adalah perawat dan tenaga kesehatan lainnya
sesuai kebutuhan medis pasien. Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam Penanganan COVID-19
di UPTD RSUD Pandega Pangandaran dijelaskan lebih lanjut dalam Surat Keputusan Direktur
tentang Tim Teknis Penanganan COVID-19.

Pasal 3
Adapun ruang lingkup manajemen klinis penanganan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega
Pangandaran meliputi:
(1) Pelayanan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega Pangandaran yaitu meliputi triase awal,
anamnesis secara komprehensif, mulai dari keluhan yang disesuaikan dengan gejala klinis,
riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit penyerta, termasuk latar belakang contact
tracing, surveillance di daerahnya, pemeriksaan fisik didukung dengan pemeriksaan penunjang
yang distandarkan sebagai penunjang diagnosis, sampai pasien mendapatkan terapi, serta
pemulangan dengan kriteria sembuh, atau belum sembuh, sehingga pasien dapat melanjutkan
isolasi mandiri.
(2) Menjelaskan kriteria pasien masuk rawat inap dan kriteria pasien pulang rawat, pada pasien
dengan kriteria dan pasien kondisi tertentu (dengan penyakit penyerta, dengan co-insidens dan
dengan komplikasi).

Pasal 4
Tata Laksana Penanganan Pasien COVID-19 didasarkan pada Manajemen Knisis COVID-19 dalam
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19) Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia diantaranya :
(1) Triage: Deteksi Dini Pasien dalam Pengawasan COVID-19.
Penapisan dan pemisahan pasien yang dicurigai COVID-19 harus dilakukan pada kontak
pertama pasien dengan fasyankes baik di IGD dan rawat jalan. Skrining dapat menggunakan
serangkaian kegiatan seperti pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal gun dan pertanyaan
sederhana pada pasien.
(2) Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.

a Anamnesis dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese) atau
pada orang tua atau sumber lain (Allo anamneses) untuk menegakkan diagnosa.

b Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari tenaga medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
(3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan manifestasi klinis, antara lain:

a Laboratorium.

1) Pemeriksaan dengan Rapid Test


Penggunaan Rapid Test tidak digunakan untuk diagnostik. Pada kondisi dengan
keterbatasan kapasitas pemeriksaan RT-PCR, Rapid Test dapat digunakan untuk skrining
pada populasi spesifik dan situasi khusus.
2) RT-PCR (SWAB)
Pemeriksaan dengan menggunakan RT-PCR (termasuk Tes Cepat Molekuler/TCM yang
digunakan untuk pemeriksaan TB dan mesin PCR Program HIV AIDS dan PIMS yang
digunakan untuk memeriksa Viral Load HIV).

b Radiologi.

Pasal 5
Penatalaksanaan klinis dilakukan pada pasien COVID-19 tanpa gejala, sakit ringan, sakit sedang,
sakit berat, kondisi kritis, dan pada kondisi tertentu, dijelaskan lebih lanjut dalam Standar Prosedur
Operasional Pelayanan Pasien COVID-19.

Pasal 6
Evaluasi status klinis pasien yang dilakukan oleh rumah sakit antara lain :
(1) Selesai Isolasi
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Pasien konfirmasi asimptomatik dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan
selesai isolasi apabila hasil RT-PCR negatif.
b. Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang
Pasien konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang dilakukan pemeriksaan follow
up RT-PCR Dinyatakan selesai isolasi jika hasil RT-PCR negatif dan masa isoalasi
dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi
menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
c. Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di rumah sakit
(1) Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di rumah sakit dinyatakan
selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali
negatif ditambah minimal 3 hari tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
pernapasan.
(2) Dalam hal pemeriksaan follow up RT-PCR tidak dapat dilakukan, maka pasien kasus
konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di rumah sakit yang sudah menjalani
isolasi selama 10 hari sejak onset dengan ditambah minimal 3 hari tidak lagi
menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan, dinyatakan selesai isolasi,
dan dapat dialihrawat non isolasi atau dipulangkan
(2) Alih Rawat Non Isolasi
Proses alih rawat ke ruangan non isolasi diperuntukkan untuk pasien yang sudah
memenuhi kriteria selesai isolasi tetapi masih memerlukan perawatan lanjutan untuk kondisi
tertentu yang terkait dengan komorbid, co-insiden, dan komplikasi. Proses alih rawat
diputuskan berdasarkan hasil assessmen klinis yang dilakukan oleh DPJP sesuai standar
pelayanan dan/atau standar prosedur operasional. Pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh
dari COVID-19.
(3) Sembuh
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan gejala berat/kritis
dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat
pernyataan selesai pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di fasyankes tempat dilakukan
pemantauan atau oleh DPJP.
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dimungkinkan memiliki hasil pemeriksaan
follow up RT-PCR persisten positif, karena pemeriksaan RT-PCR masih dapat mendeteksi
bagian tubuh virus COVID-19 walaupun virus sudah tidak aktif lagi (tidak menularkan lagi).
Terhadap pasien tersebut, maka penentuan sembuh berdasarkan hasil assessmen yang
dilakukan oleh DPJP.
(4) Pemulangan Pasien
Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila memenuhi kriteria selesai
isolasi dan memenuhi kriteria klinis sebagai berikut:
a. Hasil assesmen klinis menyeluruh termasuk diantaranya gambaran radiologis menunjukkan
perbaikan, pemeriksaan darah menunjukan perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP
menyatakan pasien diperbolehkan untuk pulang.
b. Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik terkait sakit COVID-19
ataupun masalah kesehatan lain yang dialami pasien.
(5) Pindah ke RS Rujukan
Pindah ke RS Rujukan apabila pasien memerlukan rujukan ke RS lain dengan alasan
yang terkait dengan tatalaksana COVID-19. Pelaporan hasil akhir status pasien selesai isolasi,
sembuh, meninggal, dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota setempat oleh RS
pertama yang merawat.
(6) Meninggal
a. Meninggal di rumah sakit selama perawatan COVID-19 pasien konfirmasi atau probable
maka pemulasaraan jenazah diberlakukan tatalaksana COVID-19.
b. Meninggal di luar rumah sakit/Death on Arrival (DOA)
Bila pasien memiliki riwayat kontak erat dengan orang/pasien terkonfirmasi COVID-19
maka pemulasaraan jenazah diberlakukan tatalaksana COVID-19.

BAB V
TIM TEKNIS GUGUS TUGAS

Pasal 7
Tim Teknis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 adalah sumber daya manusia yang
terdiri dari tenaga medis, tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang terlibat langsung dalam
penanganan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega Pangandaran.

Pasal 8
Fungsi dari adanya Tim Teknis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yaitu :
a. Melakukan perencanaan penanggulangan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega Kabupaten
Pangandaran.
b. Meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi dan merespons
terhadap COVID-19 di UPTD RSUD Pandega Kabupaten Pangandaran dalam melaksanakan
skrining, penatalaksanaan dan penanganan kasus rujukan COVID-19.
c. Optimalisasi operasional penanggulangan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega Kabupaten
Pangandaran.
d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega
Kabupaten Pangandaran.
e. Pelaporan pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega Kabupaten
Pangandaran kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran dan Dinas Kesehatan Provinsi
secara rutin harian, dan menyampaikan kejadian mendesak sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Pasal 9
Unit/Instalasi yang terlibat dengan Tim Teknis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
terdiri dari :
(1) Ruang Rawat Khusus
(2) Instalasi Laboratorium
(3) Instalasi Radiografi
(4) Instalasi Farmasi
(5) Instalasi Rekam Medis
(6) Instalasi Sanitasi Rumah Sakit (ISRS)
(7) Instalasi Pemelihara Sarana Rumah Sakit (IPRS)
(8) Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS/ Survailence)

BAB VI
INSENTIF TIM TEKNIS GUGUS TUGAS

a. Jenis tenaga kesehatan meliputi dokter spesialis, dokter, dokter gigi, bidan, perawat, dan
tenaga medis lainnya yang menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) secara
langsung.
b. Penghargaan bersifat finansial yang diberikan berupa insentif dengan nominal tertentu yang
didasarkan pada risiko keterpaparan dan beban kerja, serta santunan kematian bagi tenaga
kesehatan yang meninggal dikarenakan terpapar COVID-19 yang memberikan pelayanan di
UPTD RSUD Pandega Kabupaten Pangandaran.
c. Pedoman pelaksanaan pemberian insentif dan santunan kematian sebagaimana dimaksud
pada point a, sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang ditetapakan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
d. Insentif dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang menangani Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) diberikan terhitung mulai bulan April 2020, dan dapat diperpanjang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Penetapan insentif tim teknis gugus tugas penanganan COVID-19 di UPTD RSUD Pandega
Kabupaten Pangandaran lebih lanjut diuraikan dalam Surat Keputusan Direktur.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dan/atau kekurangan akan diadakan perbaikan atau perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pangandaran
Pada tanggal 28

DIREKTUR
UPTD RSUD PANDEGA PANGANDARAN

drg. ASEP KEMAL PASHA, Sp.KGA., M.M


Pembina, IV/a
NIP. 19790308 200604 1 010

Anda mungkin juga menyukai