RSST
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
TAHUN 2022
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREIfiORAT'ENDERAI PEIAYANAN KESEHATAN
RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO
Jalan KRT. dr Soeradji nrtonegoro Nomor 1 Klaten
RSS T
Telp : (0272) 321020 Fax : (0272)32LLM E-mail : rsupsoeradjlklaten@)ahoo.com
TENTANG
7. Peraturan...
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1189/Menkes/PerA/lll/2010
tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 54 Tahun
2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan (Berita Negara
Republik lndonesia Tahun 2015 Nomor 1197)
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 17 Tahun
2017 Tentang Rencana Aksi Pengembangan lndustri Farmasi Dan Alat
...Kesehat;
lo.Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 62 Tahun
2017 tentang lzin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik ln
Vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (Berita Negara
Republik lndonesia Tahun 2018 Nomor 82);
l l.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik lndonesia Tahun
2020 Nomor 21) ;
'l2.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 fahun 2020 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro (Berita
Negara Republik lndonesia Tahun 2020 Nomor 1510);
l3.Keputusan Menteri Kesehatan Rl nomor 129/MENKES/SK|IU2008
tanggal tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
14.Keputusan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor
HK.02.OA11565012018 tentang Pemberlakuan Peraturan lnternal
(Hospital Bylaws) RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro;
l5.Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
5/1/10/KES/PMDN/2018 tanggal 26 Januari 2018 tentang lzin
Operasional Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro
Sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Kelas A:
MEMUTUSKAN
KEEMPAT..,
KEEMPAT Segala biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan ini
dibebankan pada DIPA RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.
KELIMA Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan, dengan catatan, apabila
dikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Klaten
Pada tanggalr6 April 2022
DIREKTUR UTAMA,
E DYASWATI
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUi' PUSAT DR. SOERADJI TIRTONEGORO
NOilOR:HK.02.03/lll.3.l/ 12022
TENTANG
Puji syukur kita panjatkan kehadlirat Alloh swT yang telah mencurahkan karunia dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyusun Buku Pedoman Pelayanan di Pelayanan
penunjang. Satu hal yang harus kita ketahui bahwa saat ini kebutuhan akan informasi dan
hukum sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Masyarakat sudah semakin tahu dan
melek hukum serta menyadari akan kewajiban dan haknya lebih - lebih akan kebutuhan
pelayanan kesehatah umumnya menyangkut kelengkapan fasilitas rumah sakit yaitu alat medik
dan non medik
Dalam pedoman pelayanan ini harus ada perencanaan, maupun monitoring serta
evaluasi terhadap program secara komprehensif untuk menurunkan Bahaya, Kontrol Bahaya'
dan Risiko yang teriadi dalam pemanfaatan peralatan medik maupun non medik guna
mendukung pelayanan kesehatan di
rumah sakit sehingga dapat mencapai keselamatan
pasien, maupun keselamatan bagi petugas yang memanfaatkan peralatan tersebut. Pada
akhirnya perencanaan, petaksanaan dan monitoring serta evaluasi program yang komprehensif
mempunyai andil yang sangat signifikan dalam mewujudkan dan Memelihara'sAFE
Tiada gading yang tak retak kami menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyusunan buku ini maka kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna penyempumaan dan pengembangan dimasa mendatang
dan disampaikan ucapan terima kasih
Penyusun
Hal
JUDUL I
SURAT KEPUTUSAN ii
KATA PENGANTAR vi
BAB I Pendahuluan... . 1
A Latar Belakang 1
B Ruang Lingkup 1
C Batasan Operasional 1
BAB Xll Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Peralatan Medik... '.. . '. JO
vll
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit pada masa kini tidak terlepas dari pemanfaatan
peralatan medik guna menghasilkan diagnosa dan terapi yang optimal serta untuk
mewujudkan Keselamatan Pasien. Keselamatan pasien menjadi komitmen dan janji
manajemen rumah sakit termasuk Keselamatan Petugas, Pengunjung dan keluarga pasien.
Utilisasi peralatan medik perlu diupayakan agar kondisi laik pakai dapat dijaga sampai usia
teknis peralatan medik melampaui sesuai dengan ketentuan produksinya.
Optimalisasi peralatan medik merupakan perpaduan berhasilnya mempertahankan
alat dalam kondisi laik pakai dengan pemanfaatan peralatan medik tersebut sesuai dengan
tujuan pemanfaatannya apakah untuk diagnostik atau terapi dalam pelayanan medik di
Rumah Sakit
Ketentuan-ketentuan tersebut diatas dapat diupayakan dengan perencanaan'
pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi program yang komprehensif di bidang
pemanfaatan dan pengamanan peralatan medik. Di samping itu perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring serta evaluasi program yang komprehensif menurunkan Bahaya, Kontrol
Bahaya, dan Risiko yang terjadi dalam pemanfaatan peralatan medik guna mendukung
pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga sedapat mungkin Mencegah Kecelakaan dan
Perlukaan terhadap pasien, dan petugas medik dalam pemanfaatan peralatan medik. Pada
akhirnya perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi program yang
komprehensif mempunyai andil yang sangat signifikan dalam mewujudkan dan Memelihara
"SAFE CONDITIOM guna keberhasilan program patient safety.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup buku pedoman ini diperuntukkan bagi Pelayanan Penunjang RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro yang memberikan layanan pemenuhan kebutuhan peralatan medik
dan non medik yang menunjang peralatan tersebut serta monitoring dan evaluasinya.
C. BATASAN OPERASIONAL
Pengertian yang digunakan dalam buku pedoman ini perlu dijelaskan agar pembaca
memilki pengertian yang sama dengan maksud yang terkandung dalam buku ini
1. Penunjang Medik dan Non Medik
Adalah seluruh peralatan medik yang digunakan oleh dokter, perawat, analis kesehatan,
fisioterapy, radiografer dan tenaga kesehatan lain yang menggunakan peralatan tersebut
Serta peralatan non medik untuk menuniang tindakan medik yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan maupun tenaga non kesehatan.
2. Pengoperasian
Adalah berisikan langkahlangkah/petunjuk cara menggunakan alat agar dapat berfungsi
D. LANDASAN HUKUM
Sebagai landasan hukum dalam pedoman pengelolaan alat medik dan non medik ini,
diambil dari peraturan perundangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia No. 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi Dan Peralatan Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia No. 363/Menkes/Per/lV/1998
Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia No. 1 184iMenkeslPerlXl2}14
Tentang Pengamanan Alat Kesehatan Dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia No. 1190 Tahun 2010 Tentang lzin
Edar Alat Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia No. 86 Tahun 2013 Tentang Peta
Jalan Pengembangan lndustri Alat Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan 56 Tahun 2016 Tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah
Sakit.
Sumber Daya Manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga
kesehatan strategis, tenaga kesehatan non profesi dan tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan managemen
kesehatan. Tujuan dari penyelenggaraan subsistim SDM Kesehatan adalah tersedianya SDM
Kesehatan yang kompeten bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan
derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Adapun kualifikasi sumber daya
manusia di Pelayanan Penunjang dapat dicermati pada tabel sebagai berikut:
Sarana adalah fasiritas yang secara rangsung berfungsi sebagai penunjang proses
penyelenggaraan tugas dan fungsi di bidang pemerintahan kesehalan. prasarana
adalah
fasilitas yang secara tidak rangsung berfungsi sebagai penunjang proses penyerenggaraan
tugas dan fungsi di bidang pemerintahan kesehatan. Sarana dan prasarana di substansi
Pelayanan Penunjang dapat dicermati pada tabel sebagai berikut:
A. Standar Fasilitas Ruangan
!l T I I
r
I
I I r'
!J
I I I
I I
ALMARI ARSIP
Keterangan :
:J Kursi
Pintu
Meja
E Komputer
:i
tt
Almari Arsip
Wastafel
)
--J Kulkas
Penunjang Medik
Sub Koordinator Pelayanan 108
Penunjang Non Medik
Analis Data dan lnformasi 108
PERALATAN KERJA:
No RUANGAN ALAT KERJA UMLAH KONDISI
1 Kantor Meja kerja % biro 3 unit Baik
Meja computer 2 buah Jelek
Kusrsi sultan 2 buah 1 jelek
1 baik
Kursi putar 2 buah Jelek
Kursi cytos 7 unit Baik
Almari arsip kaca l buah baik
Almari satu pintu 2 unit Baik
Almari 2 pintu l buah Baik
Almari tanpa pintu l buah baik
Filling Cabinet 2 unrl Baik
Computer 3 unit Baik
Laptop l Unit Baik
Printer HP LaserJet l unit Baik
P1005
Printer+ foto copi 't unit Baik
EPSON L21O
Printer+ foto copi l unit Baik
EPSON 1312
Mesin scaner l unit Baik
Pesawat aiphon 4 unit Baik
Dispenser 1 unit Baik
Kulkas satu pintu l unit Baik
AC 2 unit Baik
Wastafel 1 Baik
Jam dinding 1 Baik
1. Daftar lnventaris
Mempunyai data lnventaris peralatan medik dan non medik, bertujuan untuk membuat
kebijakan cara pengelolaan peralatan medik yang baik dalam memutuskan
perenc€rnaan pengadaan dan utilisasi serta monitoring dan evaluasi penggunaan alat
tersebut baik itu diruangan regular maupun diruang khusus
2. Menerima usulan kebutuhan peralatan medik dan non medik dari seluruh safuan
kerja.
Menerima usulan kebutuhan peralatan medik dan non medik adalah langkah awal
perencanaan pengadaan peralatan medik dan non medik yang diputuskan untuk segera
di adakan dengan alokasi anggaran yang sudah ditetapkan
3. Menerima barang bantuan / Hibah pada Era pandemi covid 19
Ada tim atau panitia yang menerima barang hibah, baik alkes/alat medik untuk ruang
Penyakit lnfeksi Emeging (PlE) covid 19, Barang Rumah rangga, Bahan kebutuhan gizi
(makanan kering/basah), maupun BHp serta obalobatan farmasi. Barang hibah
diterima oleh tim, kemudian dibuatkan Berita Acara serah rerima Barang (BAST),
barang tersebut diterima dan dikelola oleh masing- masing user besar, user besar
mendistribusikan sesuai kebutuhan, serta membuat pelaporan seminggu sekali untuk di
upload oleh PKRS di Web Kemenkes. pemberi Hibah dari Kemenkes, Dinas
propinsi/Daerah serta dari pihak swasta Barang hibah tersebut sangat bermanfaat
khususnya untuk kebutuhan alat medik di ruang umum dan ruang khusus, yang
membutuhkan alat alat medik yang khusus/canggih, sehingga sangat membantu untuk
-
menyelamatkan pasien di rumah sakit ini.
1. Menyusun perencanaan sesuai alokasi anggaran yang tersedia
Setelah mendapatkan alokasi anggaran dari rumah sakit yang terdiri dari :
A. MONITORING
Monitoring dilakukan untuk memantau performa dan mutu pelayanan di Pelayanan
Penunjang, maka ditetapkan beberapa indikator sebagai berikut :
qu.[tY 1@X
Iot l pm&t{
l I
program kesehatan
JF
Menyusun draft tata
hubungan kerja
Operasional
B. EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap :
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien (Patienf safefy) Adalah suatu sistim dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.
Sistim tersebut meliputi :
B. TUJUAN
. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
1
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
E. TATALAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada Komite PMKPMR.
3. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir 'Pelaporan lnsiden Keselamatan".
P edowa w P ela t4a waw.svbsta^sL P eLa ga nnw e ewuwla v14 T ahww 2022 16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A, TUJUAN
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai risiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
" Universal Precaution" .
2. Kasus Probable adalah seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut
a. Seseorang yang memenuhi kriteria klinis dan Memiliki riwayat kontak erat dengan
kasus probabre ATAU terkonfirmasi ATAU berkaitan dengan cluster COVID'19
b. Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah COVID- 19
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan indra penciuman)
atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa) dengan tidak ada penyebab lain
yang dapat diidentifikasi
d. Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan DAN memiliki riwayat
kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi atau berkaitan dengan duster
covrD-19
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada
risiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPl), yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan,
serta monitoring dan evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS)
sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini
muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re- emerging
dlseases and covid-19). lnfeksi Rumah Sakit (lRS) alau Healthcare Assosiated lnfecfrbnlHAls
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di Rumah Sakit atau Fasilitas
pelayanan kesehatan lain.
A, TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua departemen / unit di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, meliputi kualitas pelayanan, manajemen
isiko, clinical govemancq serta kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman bagi direKur rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya dalam membentuk organisasi, menyusun serta metaksanakan tugas,
program, wewenang dan tanggung jawab secara jelas. Menggerakkan segala sumber
daya yang ada di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara efektif
dan efisien dalam pelaksanaan PPl. Menurunkan angka kejadian infeksi di rumah
sakit maupun mengurangi terjadinya transmisi virus kepada orang lain dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya secara bermakna
a) Baju dinas/kerja
b) Masker bedah
c) Face shield
d) Handscoon sesuai kebutuhan
3) Diruang Pelayanan Covid -19, petugas menggunakan APD Level 3
a) Baju kerja
b) Gaunlcoverall
c) Masker bedah + N95
P ed ovv"a w P eLa
Ua ^n
w sub sta wst PeLa
Ua
wa w P ewuqawg Tahww 2022 23
BAB IX
KESELAMATAN DAN KEAMANAN
. Ruang Perinatologi
. Ruang lntensive Cardiac Care Untf (CCU)
. Ruang lntensive Care Unit (ICU)
. Ruang Perinatal lntensive Care Unit (PICU)
. lnstalasi Gawat Darurat (lGD)
Pcd1tka b Pela!.l a &a t"".s ubsta /,s/ Pela y1 a ua n Pc wuwfa u,4 Ta h uu- 2022 26
BAB X
KEGAWATDARURATAN BENCANA
A, MANAJEMEN EMERGENSI
Adalah sebuah pengorganisasian/penatalaksanaan pelayanan kedaruratan dalam
kondisi terjadi bencana. Korban massal adalah suatu keadaan atau timbulnya kedaruratan
yang mengakibatkan korban lebih dari satu yang harus di kelola oleh lebih dari satu
penolong bukan akibat bencana sehari hari (SPGDT-S), sedangkan korban bencana
adalah kedaruratan yang memerlukan penerapan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu sehari hari dan Bencana (SPGDT-S dan SPGDT-B)
Untuk penatalaksanaan terhadap wabah, bencana dan keadaan emergensi
direncanakan dan efektif. Disasler Plan, misal gempa Bumi. Hal Yang Perlu Diperhatikan
Saat Gempa :
1. Jangan panik
2. Berlindung dibawah meja/ kursi yang kuat
3. Bila keluar gedung tidak berebut
4. Gunakan tangga darurat (Tidak boleh menggunakan Lrft, karena otomatis liskik mati)
5. lkuti petunjuk petugas
6. Segera menuju tempat berhimpun (parkir depan direksi, jalan sebelah timur RS)
7. Petugas K3 akan mendata pengunjung gedung Gedung ini sudah teruji oleh gempa
2006 dan sudah diuji oleh balai teknik UGM Dlsaster adalah segala kejadian yang
menyebabkan kerugian, gangguan ekonomi, kerugian jiwa manusia dan gangguan
kesehatan dan pelayanan kesehatan dengan skala yang cukup besar sehingga
memerlukan penanganan lebih besar dari biasanya. MACAM BENCANA yaitu sebagai
berikut:
a. Kebakaran ( SOP )
b. Wabah/Epidemik ( SOP)
c. Ledakan (SOP)
d. Gempa Bumi (SOP)
e. Keracunan Masal (SOP)
f. Huru hara (SOP)
Pcdonta n Pch qa un m,s ubsta nsi P€la!4a rLa n PcrLunia u4 Ta h ut1, 2022 27
telpon (Tekan 100 umumkan'KODE MERAH... 3X, SEBUTKAN LOKASt....(utangi 2x)
suara pengumuman.
4. Mengendalikan semua pihak untuk tidak panik.
5. Mengaktifasi Regu Keselamatan masing-masing satuan kerja di unit kerjanya.
6. Menkoordinir pemadaman api yang belum membesar dengan alat pemadam yang ada
di unit kerjanya.
7. Berwenang memerintahkan semua personil yang ada untuk melakukan tindakan
pemadaman, penyelamatan, pengamanan dan evakuasi.
C. REGU KESELAMATAN
Regu Keselamatan yang telah dibentuk akan sangat membantu dalam antisipasi dan
penanggulangan bencana di masing-masing Satuan kerja di Ketua Regu.
Mereka bertanggung jawab terhadap kejadian bencana di masing-masing lokasi sesuai
satuan kerjanya, melakukan monitoring sarana prasarana proteksi bencana (kebakaran
dan bencana lainnya), mengkoordinir semua kegiatan pencegahan terhadap bahaya
kebakaran, pemadaman api, evakuasi jiwa dan barang, keselamatan jiwa serta bencana
lainnya serta antisipasi penyelamatan jiwa jika terjadi kebakarn dan bencana lainnya,
melaporkan kejadian bencana sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku, melaporkan
kegiatan penanggulangan bencana yang terjadi ke lnstalasi Kesehatan Lingkungan dan
K3 RSUP dr. SoeradjiTirtonegoro.
ALUR EVAKUASI
SATPAM
100
1 1
t
SATPAM OPERATOR PIKET TEIINIK
100 l0ul02 159
DTI{AS EEBAKIITI{
IPSRS
llll/ 159
3a4tt3 I
082825t r7t 8
PEBAWAT
POIJSI ST'PERVISI
lt0 It7
DIREKSI
lll / ull , IGD
106 / r0{ 147
KEruA PMI
K3RS 321173
,195
2 Melakukan analisis Analisis Usulan alat medik dan non 100o/o 100o/o
4 Keberhasilan memonitor Monitoring data alat medik dan non 100o/o 100o/o
Rumah sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
suportif bagi para pelanggannya. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas rumah sakit harus dikelola
secara efektif, dan secra khusus harus ditata manajemen untuk : mengurangi dan
mengendalikan bahaya serta risiko, mencegah kecelakaan dan cidera, serta memelihara
kondisi aman.
Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan dan pemantauan yang multidisiplin
untuk dapat memenuhi hal hal berikut : pimpinan merencanakan ruang, peralatan dan
sumberdaya yang dibutuhkan; seluruh staf dididik tentang fasilitas, cara mengurangi risiko, dan
bagaimana memonitor serta melaporkan situasi yang menimbulkan risiko; serta terdapat kriteria
kinerja yang digunakan untuk mengevaluasi sistim serta m6ngidentifikasi perbaikan yang dapat
dilakukan.
Terdapat enam bidang yang mencakup tata kelola fasilitas dan keselamatan, yaitu :
A. PENERIMAMANFAAT
'1. Manfaat untuk pasien yaitu
a. Dengan kondisi peralatan kesehatan yang Laik pakai akan memberikan keamanan
Y
RSST
BUKTI PEMELIHARAAN PERALATAN MEDIS
RSUP Dr. SOERADJI TTRTONEGORO
NATTIA ALAT:
MERKIWPE :
INSPEKSI
1 2 3 4
NAMA
DIGTJNAKAN Nama
Tanggal
Nama Alat :
Merk/Type :
Kerusakan
RSST
Tanggal Pengembalian :
Nama
Tanda tangan :..
Lihat bagian belakang
Gam bar 8. LABEL Dalam Proses Perbaikan
a. Kalibrasi lnternal dilaksanakan oleh teknisi rumah sakit apabila sudah mempunyai
peralatan kalibrator sendiri.
b. Untuk pengujian peralatan baru dilakukan oleh pihak penjual/penyedia alat.
c. Kegiatan pengujian dan kalibrasi tahunan dilakukan oleh instansi penguji dari
BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kem.kes Rl) atau perusahaan
swasta yang telah mempunyai izin atau rekomendasi dari Dinas Kesehatan/
BPFK untuk dapat melakukan pengujian dan kalibrasi peralatan medis.
Pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat bergantung pada adanya dukungan dari
fasilitas (sarana, prasarana dan alat) yang bermutu. Sehingga pengelolaan fasilitas khususnya
alat medik dan non medik harus sesuai peraturan dan kaidah yang ada agar dapat selalu dalam
kondisi baik dan laik pakai untuk pelayanan sehari-hari. Diharapkan dengan adanya pedoman
ini, pengelolaan alat medik dan non medik dapat berada dalam koridor yang benar dan terarah
menuju pengelolaan yang profesional dan bertanggung jawab.