Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“BAHAN TAMBAHAN PANGAN”

Disusun Oleh :
1. Al Frida Dwi Rosanti ( 04 )
2. Annisa Ananda Putri M. ( 08 )
3. Deanti Putri Anggraini ( 17 )
4. Dela Febriyanti S. ( 18 )
5. Elsa Priska Septiandini ( 23 )
6. Mandalinda Aprilian ( 36 )

SMK BRAWIJAYA TULUNGAGUNG


Jl. Yos Sudarso Nomor. 100, Dusun Prayan RT. 06 RW. 04 Desa Sobontoro Kec.
Boyolangu Kabupaten Tulungagaung, Jawa Timur
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Bahan Tambahan Pangan ( BTP ) ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan  yang berjudul  Makalah Bahan Tambahan Pangan (BTP) ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Bahan Tambahan Pangan (BTP) ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Bahan Tambahan Pangan (BTP) ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.

Tulungagung, 21 Februari 2023

Bahan Tambahan Pangan 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian.................................................................................................................. 5
2. Manfaat...................................................................................................................... 6
3. Jenis – Jenis Bahan Tambahan Pangan..................................................................... 6
a. Antioksidan........................................................................................................... 6
b. Anti Kempal........................................................................................................... 7
c. Pengatur Keasaman (Asidulan)............................................................................. 7
d. Pemanis Buatan..................................................................................................... 7
e. Pemutih dan Pematang Tepung............................................................................. 8
f. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental................................................................. 8
g. Pengawet............................................................................................................... 9
h. Pengeras (Firming Agent).................................................................................... 9
i. Pewarna................................................................................................................ 10
j. Penyedap Rasa, Aroma, Penguat Rasa,................................................................ 10
k. Sekuestran............................................................................................................. 11
4. Masalah Terkait Bahan Tambahan Pangan............................................................... 11
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................................................. 13
2. Saran ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 14

BAB I

Bahan Tambahan Pangan 3


PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pangan pada hakikatnya merupakan kebutuhan dasar yang penting untuk kehidupan
manusia dan yang paling hakiki untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada
umumnya dalam mengolah pangan diberikan beberapa perlakuan dalam berbagai cara
antara lain dengan penambahan bahan tambahan dengan tujuan untuk memperpanjang
umur simpan, memperbaiki tekstur, kelezatan, atau kenampakan. Mengingat pentingnya
keamanan pangan maka telah diwujudkan oleh pemerintah dengan di keluarkannya
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 dan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang
Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan
Gizi Pangan.
Teknologi pengolahan pangan di Indonesia sekarang berkembang cukup pesat,
diiringi dengan penggunaan bahan tambahan pangan yang juga makin meningkat.
Berkembangnya produk pangan awet saat ini, hanya mungkin terjadi karena semakin
tingginya kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet.
Kesalahan teknologi dan penggunaan bahan tambahan yang diterapkan, baik sengaja
maupun tidak disengaja dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan atau keamanan
konsumen.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian bahan tambahan pangan?
b. Apa manfaat bahan tambahan pangan?
c. Apa saja jenis-jenis bahan tambahan pangan?
d. Apa saja masalah terkait bahan tambahan pangan?

Bahan Tambahan Pangan 4


BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental. Bahan tambahan pangan
atau aditif makanan juga diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Pada umumnya bahan tambahan
pangan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu aditif sengaja dan aditif tidak sengaja.
Aditif sengaja adalah aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan
tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa,
mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lainnya.
Sedangkan aditif yang tidak sengaja adalah aditif yang terdapat dalam makanan dalam
jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan. Bila dilihat dari asalnya, aditif
dapat berasal dari sumber alamiah (misalnya lesitin); dan dapat juga disintesis dari bahan
kimia yang mempunyai sifat serupa benar dengan bahan alamiah yang sejenis, baik dari
susunan kimia maupun sifat metabolismenya (misal asam askorbat).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan
bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya
bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan
pangan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan
tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh
masyarakat, termasuk dalam pembuatan pangan jajanan. Masih banyak produsen pangan
yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang
sebenarnya tidak boleh digunakan dalam pangan.
Penyimpanan atau pelanggaran mengenai penggunaan BTP yang sering dilakukan
oleh produsen pangan yaitu:
1. Menggunakan bahan tambahan yang dilarang penggunaannya untuk pangan.

Bahan Tambahan Pangan 5


2. Menggunakan BTP melebihi dosis yang diizinkan.
Penggunaan bahan tambahan yang beracun atau BTP yang melebihi batas akan
membahayakan kesehatan masyarakat dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang
akan datang. Oleh karena itu produsen pangan perlu mengetahui sifat-sifat dan keamanan
penggunaan BTP serta mengetahui peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah mengenai penggunaan BTP. Secara khusus penggunaan BTP di dalam pangan
adalah untuk:
1. Mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan
atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.
2. Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak dimulut.
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera.
4. Meningkatkan kualitas pangan.
5. Menghemat biaya.

2. MANFAAT
Seperti tujuan dibuatnya BTP, pada dasarnya untuk bisa memberikan kontribusi
positif pada perkembangan industri pangan. Karena sejalan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi di dunia pangan, penggunaan BTP bisa menjadi salah satu pilihan bagi
industri pangan dalam pengembangan produknya. Penggunaan BTP di dalam produksi
pangan antara lain ditujukan untuk
1. Mengawetkan makanan
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut,
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera
4. Meningkatkan kualitas pangan
5. Menghemat biaya.

3. JENIS – JENIS BAHAN TAMBAHAN PANGAN


Bahan tambahan makanan/pangan (BTM/BTP) adalah bahan yang di gunakan untuk
memperbaiki dan menambah kegunaan makanan, bahan tambahan di kelompokkan
menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Antioksidan
Digunakan untuk memperpanjang daya simpan dan meningkatkan stabilisasi
makanan yang banyak mengandung lemak dan minyak dan dapat pula digunakan untuk

Bahan Tambahan Pangan 6


sari buah dalam kaleng sehingga terhindar dari proses ketengikan yang menyebabkan
perubahan warna, rusaknya vitamin, bahkan penurunan nilai gizi. Contoh dari antioksidan
adalah BHA, BHT, THBP, TBHQ, NDGA, garam EDTA, (tokoferol, propilgallat, lesitin,
dan asam askorbat termasuk anti oksidan alami).

b. Anti Kempal
Digunakan untuk tujuan mencegah penggempalan atau penggumpalan makanan
terutama yang berbentuk serbuk, tepung, atau butiran (seperti susu bubuk, krim bubuk,
garam meja, dan kaldu bubuk). Umumnya bahan makanan seperti itu mempunyai sifat
mudah menyerap air (hidroskopik). Bahan anti kempal tidak bersifat toksin dan ikut
terserap oleh metabolisme tubuh, namun dosisnya yang digunakan harus sesuai dengan
peraturan. Jenis bahan ini adalah aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat,
magnesium silikat dan alumino silikat.
c. Pengatur Keasaman (Asidulan)
Umumnya digunakan/berfungsi untuk mengasamkan, menetralkan, dan
mempertahankan derajat keasaman bahan makanan yang diolah serta sebagai penegas
rasa, warna, dan pengawet. Pada produk olahan buah dan sayuran penambahan zat ini
berakibat pada penurunan pH juga mengurangi risiko tumbuhnya mikroba. Produk pangan
olahan yang sering memanfaatkan asidulan antara lain sari buah, acar ketimun, jem, jeli,
dan ikan kalengan). Asam organik yang sering ditambahkan pada bahan makanan yakni
asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, dan asam
tatrat, sedangkan asam anorganinya adalah asam fosfat.

d. Pemanis Buatan
Merupakan bahan tambahan pangan yang berfungsi untuk memberi rasa manis dan
membantu mempertajam terhadap rasa manis tersebut, biasanya memiliki nilai kalori yang
lebih rendah dari gula biasa dan hampir tidak mempunyai nilai gizi. Pada umumnya
pemanis ini dicampurkan pada berbagai produk olahan seperti kue, minuman ringan, sari
buah, dan sirop. Pemanis ideal harus memiliki karakteristik sebagai berikut: tingkat
kemanisan minimal sama dengan sukrosa; tidak berwarna; larut dalam air; komposisinya
stabil, tidak beracun dan tidak membahayakan kesehatan pemakai; memiliki sifat-sifat dan
fungsi lain untuk makanan dan minuman misalnya sebagai penghalus tekstur kue serta;
secara ekonomi layak. Di dalam industri pangan, dipakai dua jenis bahan pemanis yaitu
sebagai berikut:

Bahan Tambahan Pangan 7


 Bahan pemanis nutritif merupakan gula atau senyawa organik karbohidrat yang
mengandung nutrisi menghasilkan sejumlah kalori. Pemanis nutritif ini terdiri dari
pemanis nutritif alami yang berasal dari tanaman dan hewan seperti gula tebu, gula
bit, fruktosa (gula buah), glukosa, sorbitol, maltosa dan laktosa; serta pemanis nutritif
sintesa yang berasal dari senyawa sintesis misalnya aspartam, di mana aspartam ini
memiliki tingkat kemanisan 200 kali kemanisan sukrosa (gula pasir). Pemanis jenis
ini terdiri dari asam-asam amino dan amat sensitif terhadap pemanasan tinggi
(menyebabkan hilangnya rasa manis yang terkandung dalam senyawa aspartam).
Pemanis banyak digunakan untuk pemanis produk minuman ringan (soft drink),
khususnya untuk program diet dan aman untuk penderita diabetes.
 Bahan pemanis non-nutritif adalah pemanis yang hanya sedikit mengandung kalori
atau tidak sama sekali. Pemanis ini ada yang berasal dari tanaman, protein dan dari
sintesis beberapa reaksi kimia seperti siklamat dan sakarin. Sakarin memiliki tingkat
kemanisan 200-700 kali tingkat kemanisan gula pasir dan memiliki ‘after taste’
dimana tertinggal rasa pahit setelah rasa manis berlalu, sedangkan tingkat kemanisan
siklamat hanya sekitar 30-80 kali gula pasir dan tidak memiliki ‘after taste’.
e. Pemutih dan Pematang Tepung
Berfungsi untuk mempercepat proses pemutihan dan pematangan tepung dengan
demikian diharapkan mutu pangan dapat diperbaiki. Bahan ini banyak digunakan pada
tepung, seperti tepung terigu karena produk tepung terigu yang masih baru biasanya
berwarna kekuningan dan kadang kurang elastis sehingga apabila dijadikan adonan roti
tidak mengembang dengan baik, untuk itu diperlukan zat pemutih dan pematang tepung
seperti benzoil peroksida atau kalium bromat. Tetapi dapat digunakan pula zat yang
memiliki fungsi ganda (sebagai pemutih sekaligus pengembang) seperti nitrosil klorida
dan nitrogen oksida.
f. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
Pengemulsi ini berfungsi sebagai pencegah terpisahnya antara dua cairan yang
berbeda (seperti minyak dan air atau cuka dengan bumbu salada). Daya kerjanya
terutama dipengaruhi oleh bentuk molekulnya yang mampu terikat oleh dua jenis cairan
serta dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispensi yang homogen
pada makanan. Bahan yang berfungsi sebagai pengemulsi antara lain kuning telur, putih
telur (albumin), gelatin, lesitin, pektin, kasein, tepung paprika (mustard) dan pasta
kanji.

Bahan Tambahan Pangan 8


Di antara produk olahan pangan yang memanfaatkan pengemulsian adalah
mayonnaise, frenc dressing (salah satu salad dressing), krim keju, susu, mentega,
margarin, dan shortening. Beberapa penyetabil/pemantap ada pula yang berfungsi
emulsifers diantaranya gum arab bisanya dimanfaatkan sebagai emulsi cita rasa
minuman ringan dan gum tragakan amat cocok digunakan untuk menghasilkan emulsi
cita rasa bacery. Untuk proses pengentalan bahan pangan cair dapat digunakan
hidrokoloid, gumi dan bahan polimer sintetis. Bahan Pengental ini seperti karagenan,
agar, pectin, gum arab, CMC.
g. Pengawet
Merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan guna mencegah atau
menghambat tumbuhnya jamur, bakteri, atau jasad renik. Dengan begitu proses
fermentasi (pembusukan), pengasaman atau penguraian akibat aktivitas jasad renik
dapat dicegah sehingga daya simpannya relatif lebih panjang. Beberapa bahan
pengawet di antaranya:
 Senyawa organik seperti asam sorbat, asam propionat, asam asetat, dan epoksida dan
senyawa anorganik seperti garam nitrat dan nitrit;
 Zat oksidatif yang dapat menimbulkan reaksi oksidasi seperti peroksida dan ozon;
 Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan dari suatu mikroba, terutama jamur yang
berfungsi sebagai pembasmi mikroba tetapi sejak tahun 1966 dilarang digunakan
karena dapat menimbulkan kekebalan dengan efek lain berupa reaksi alergi dan
keracunan pada pengguna;
 Fungisidal dipakai untuk membasmi pertumbuhan jamur pada produk makanan
seperti pimaricin;
 Ikatan halogen yang terdapat pada klorin yang berfungsi untuk membunuh dan
mencegah pertumbuhan bakteri, alga, dan protozoa, zat ini digunakan sebagai
pembersih, pelindung dan sanitasi peralatan dalam industri makanan tidak langsung
dipakai pada makanan karena umumnya bersifat racun;
 Ikatan amonium bersifat basa dan cara kerjanya sama dengan ikatan halogen.
Berbagai jenis pengawet ini telah banyak dikenal oleh masyarakat, di mana aktivitas
bahan pengawet tidak sama, ada yang efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri,
khamir, ataupun kapang, maka dalam pemakaiannya harus selektif sehingga tidak
menimbulkan efek samping bagi pengguna makanan.
h. Pengeras (Firming Agent)

Bahan Tambahan Pangan 9


Merupakan bahan tambahan pangan yang berfungsi untuk memperkeras atau
mencegah melunaknya bahan makanan hasil olahan. Pengeras ini disebut juga bahan
perenyah. BTM ini ditambahkan pada pengolahan bahan makanan yang berasal dari
tumbuhan karena sering menghasilkan tekstur yang berubah menjadi lunak akibat
proses pengolahan atau pemanasan. BTM yang berfungsi sebagai pengeras antara
lain aluminium sulfat, kalsium glukonat, kalsium karbonat, kalsium laktat, kalsium
sitrat dan kalium sulfat.

i. Pewarna
Merupakan BTM yang digunakan untuk mempertajam atau menyeragamkan
warna yang memudar akibat pengolahan (menjadi pucat, atau mengalami
pencokelatan), sehingga dapat meningkatkan daya tarik dari produk makanan tersebut.
Pewarna makanan ini secara rinci terbagi 3 golongan yaitu:

 Pewarna alami merupakan warna yang diperoleh dari bahan-bahan alami, baik nabati,
hewani maupun mineral seperti daun suji (warna hijau), kunyit (warna kuning) daun
Jati (warna merah) dan gula merah (warna coklat);
 Pewarna identik alami merupakan pigmen yang dibuat secara sintetis di mana struktur
kimianya identik dengan pewarna alami seperti karotenoid murni (santoxantin/merah,
apokaroten/merah-oranye, beta-karotin/oranye sampai kuning, pewarna ini hanya
boleh digunakan dalam konsentrasi tertentu kecuali beta karotin;
 Pewarna sintetis biasa digunakan untuk produk pangan berskala besar yang terbagi
dua yaitu pewarna sintetis FD & C Dyes digunakan untuk minuman ringan, minuman
berkarbonat, kue, produk susu, pembungkus sosis dan FD & C Lakes seperti biru
berlian, coklat HT, hijau CFC digunakan untuk makanan yang banyak mengandung
lemak atau produk-produk berkadar air rendah misalnya tablet, adonan cake, donat,
kembang gula dan permen karet.
j. Penyedap Rasa, Aroma, Penguat Rasa,
Merupakan BTM yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan
aroma. Penggunaan penegas rasa atau sering disebut penyedap rasa yang berfungsi
untuk menambah rasa nikmat pada masakan yang diolah juga sebagai penekan rasa
yang tidak diinginkan pada suatu bahan makanan. Zat penyedap ini dapat berasal dari
senyawa alami seperti bawang bombai, bawang putih, ekstrak tanaman atau sari buah,

1
Bahan Tambahan Pangan
0
minyak esensial dan oleorisin. Sedangkan senyawa sintetis berasal dari hasil sintetis
zat-zat kimia seperti Vetsin/MSG (mono sodium glotamat).

Adapun contoh bahan untuk pemberi aroma tergolong pemberi aroma alami
adalah jeruk, berbagai macam rempah, minyak asiri dan oleoresin dari tumbuh-
tumbuhan dan rempah-rempah, sedangkan tergolong tiruan atau identik alami yang
dibuat secara sintetis dan bahannya merupakan campuran bahan kimia adalah amil
asetat (aroma pisang), amil kaproat (aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin
(aroma vanili) dan metil anthranilat (aroma buah anggur).

k. Sekuestran
Merupakan bahan tambahan pangan yang berfungsi mengikat logam yang
terdapat dalam bahan makanan olahan sehingga kehadirannya amat membantu
terjaganya kestabilan warna, cita rasa, dan tekstur makanan. Contohnya adalah asam
fosfat, asam sitrat, dikalium fosfat, kalium sitrat. BTM ini digunakan dalam pengolahan
makan seperti kepiting kalengan, minyak kacang, minyak kelapa, kentang goreng beku
lemak, kaldu, es krim, daging awetan, dll.

4. MASALAH TERKAIT BAHAN TAMBAHAN PANGAN


Penggunaan bahan aditif yang melebihi batas ambang pemakaian, dapat
mengakibatkan penyakit karsinogenik (tumor, kanker). Hasil survey terakhir FAO,
penyebab kematian pertama di dunia adalah diakibatkan oleh penyakit tumor dan kanker.
Pembangunan di bidang teknologi pangan dan kesehatan, diantaranya menjadikan
penduduk Indonesia sebagai konsumen yang sadar kesehatan dengan pola makan ”sadar
gizi”, bukan ”sadar rasa”. Karena sadar gizi mengarah untuk memilih/membeli makanan
yang menyehatkan, bergizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh, tidak sekedar
mengenyangkan perut apalagi hanya mengutamakan cita rasa saja.
Hasil survey ditemukan kasus penyakit tekanan darah tinggi banyak dialami oleh
masyarakat Asia yang terbiasa mengkonsumsi garam (Na Cl) dengan kadar tinggi dalam
makanannya, yaitu 7,6 – 8,2 g / hari, padahal kebutuhan tubuh rata-rata per hari hanya
sebesar 2,5 – 3,0 g (jika mengonsumsi 2.500 – 3.000 Kal). Kehadiran natrium klorida
dalam produk-produk makanan ringan (snack) juga memberi kontribusi jenis makanan
yang berlebihan natrium, yang mungkin menyebabkan hipertensi pada beberapa individu.

1
Bahan Tambahan Pangan
1
Hasil survey yang lain adalah pemakaian zat pewarna dan essence buatan pada
makanan-minuman seperti jelly, sari buah, minuman instan, es sirup, cendol, permen,
kembang gula (bahasa Jawa: arbanat). Kelompok makanan tersebut juga dicurigai banyak
menggunakan zat pemanis buatan sakarin dan siklamat. Padahal makanan-makanan
tersebut amatlah sering dikonsumsi anak-anak sekolah, terutama usia taman kanak-kanak
dan sekolah dasar, kondisi demikian amatlah merisaukan.
Penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk bahan pangan; misalnya zat pewarna
tekstil yang mestinya digunakan untuk benang, kain dan kulit malah dipakai untuk
mewarnai bahan makanan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu
logam berat dari zat warna tersebut. Munculnya penyalahgunaan bahan tambahan /aditif
pangan tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk
makanan, para produsen makanan belum memahami akan bahaya bahan aditif  buatan
yang digunakan tersebut atau disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang
melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan.
Jika penggunaan bahan aditif buatan tidak diwaspadai bersama, maka secara
perlahan kondisi kesehatan masyarakat akan menurun (mengakibatkan berkembangnya
penyakit tumor, kanker, gangguan pernapasan, kulit dan lain-lain) karena mengonsumsi
berlebihan, secara terus menerus dan tanpa pemantauan secara baik.

1
Bahan Tambahan Pangan
2
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
BTP adalah campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari
bahan baku pangan, tetapi lebih kepada sesuatu yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap
rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa
BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan
merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat
khas makanan tersebut.

2. SARAN
Kepada para pengguna BTP, ketika menggunakan BTP hendaknya memperhatikan
dosis yang dianjurkan oleh undang-undang supaya tidak terjadi hal-hal yang bersifat fatal
baik itu bagi produsennya sendiri maupun bagi konsumen. Untuk para konsumen agar
lebih berhati-hati lagi dan lebih selektif dalam memilih makanan supaya terhindar dari
bahayanya BTP yang berlebihan.

1
Bahan Tambahan Pangan
3
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_tambahan_pangan

http://dhechicetia.blogspot.co.id/2013/09/bahan-tambahan-pangan_15.html

http://academia.edu/2022/bahan-tambahan-pangan.html

1
Bahan Tambahan Pangan
4

Anda mungkin juga menyukai