Anda di halaman 1dari 31

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

MAKALAH BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN

Dosen Pembimbing :
Umi Rahayu, SKM, M.Kes

A.T . Diana N, SKM, M.Kes.


Narwati, S.Si, M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Chandra Bagaskara Putra P27833317011


2. Nisrina Mufidah P27833317014
3. Nur Afni Febrianti P27833317015
4. Pradevi Milafitri Farista Ananto P27833317016
5. Selly Widya Wigatiningsih P27833317018
6. Berliana Ayu Larasati P27833317020
7. Fachriyah Alivia Prihany P27833317021
8. Nindy Ayu Novitarani P27833317022
9. Zefanya Meylan P27833317023
10. Sinta Sukmawardani P27833317024
11. Hamzah Muhammad P27833317025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
DIV KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Karena berkat
rahmat serta hidayah – Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah Penyehatan
Makanan dan Minuman tentang Bahan Tambahan Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Makanan dan Minuman.

Dalam menyelesaikan penyusunan Makalah Penyehatan Makanan dan Minuman


tentang Bahan Tambahan Makanan Yang Tidak Diperbolehkan ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Makalah Penyehatan Makanan dan
Minuman tentang Bahan Tambahan Makanan Yang Tidak Diperbolehkan.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan dari kami.

Akhir kata kami berharap Makalah Penyehatan Makanan dan Minuman tentang Bahan
Tambahan Makanan Yang Tidak Diperbolehkan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Surabaya, 28 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... ii


Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP) ..................................................... 2
2.2 Macam-Macam Bahan Tambahan Pangan Yang Dilarang ................................ 2
2.3 Formalin ........................................................................................................... 3
2.4 Boraks .............................................................................................................. 7
2.5 Dulsin .............................................................................................................. 12
2.6 Asam Salisilat dan Garamnya ........................................................................... 14
2.7 Kloramfenikol .................................................................................................. 15
2.8 Sinamil Antranilat ............................................................................................ 17

2.9 Kalium Klorit ................................................................................................... 19


2.10 Kalium Bromat ............................................................................................... 21
2.11 Methanil Yellow ............................................................................................. 23
2.12 Rhodamin B ................................................................................................... 24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 26
3.2 Saran ................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam makanan terutama makanan
olahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi (Zuraidah, 2007). Sejak
pertengahan abad ke-20, Bahan Tambahan pangan (BTP) semakin sering digunakan
dalam produksi pangan. Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi produksi bahan
tambahan pangan sintesis (Cahyadi, 2009). Yang dimaksud dengan Bahan Tambahan
Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi
sifat ataupun bentuk makanan, bisa memiliki nilai gizi tetapi bisa pula tidak. Adapun
jenis-jenis BTP yaitu pengawet, pewarna, penyedap, pemanis, pemutih, pengental, dan
lain-lain (Yuliarti, 2007). Akan tetapi, dalam praktek penggunaannya BTP sering tidak
digunakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Ada dua permasalahan yang
berkaitan dengan penggunaan BTP ini. Pertama, produsen menggunakan BTP yang
diizinkan pengunaannya tetapi digunakan melebihi dosis yang telah ditetapkan. Kedua,
produsen menggunakan BTP yang dilarang penggunaannya untuk digunakan dalam
makanan (Zuraidah, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian bahan tambahan pangan ?
2. Macam-macambahan tambahan pangan yang dilarang ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian bahan tambahan pangan.
2. Mengetahui macam-macam bahan tambahan pangan yang dilarang.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP)


Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam
makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006).
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan
pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah
bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
atau produk pangan.
Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang
sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam
proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk
memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan
bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah
bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada
proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak
(Saparinto, 2006).
Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Kementerian Kesehatan.
Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasa Obat dan
Makanan (Dirjen POM).

2.2 Macam-Macam Bahan Tambahan Pangan Yang Dilarang


Bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan sesuai Permenkes
Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan adalah :
1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya
2. Asam Salisilt dan garamnya ( garam Lithium Salisilat, Silver Salisilat )
3. Formalin (Formaldehyde)
4. Kloramfenikol

2
5. Nitrofurazon
6. Kalium Klorat ( KclO3)
7. Diethylpyrocarbonat
8. Dulcin
9. Brominated vegetable oil
10. Kalium Bromat
11. Sinamil antranilat

2.3 Formalin
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat
di dalam sel, menekan fungsi sel, dan menyebabkan kematian sel, sehingga
menimbulkan keracunan pada tubuh. Selain itu kandungan formalin yang tinggi dalam
tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan
kanker) dan mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan). Orang yang
mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan
kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bisa menguap di
udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga
merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (Cahyadi, 2012).

A. Sifat Kimia
Rumus molekul formalin adalah HCOH dengan berat molekul Formalin
adalah 30,03. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke
dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif,dapat bereaksi dengan
gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap
(Harmita, 2010). Rumus bangun formalin:

B. Kegunaan Formalin
Formalin sebenarnya sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di
sektor industri, formalin sangat banyak manfaatnya, misalnya sebagai anti bakteri atau
pembunuh kuman, sehingga formalin sering dimanfaatkan sebagai pembersih lantai,
kapal, gudang, pakaian bahkan juga dapat dipergunakan sebagai pembunuh lalat dan
berbagai serangga lain. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1%), formalin
3
digunakan sebagai pengawet untuk berbagai bahan non pangan seperti pembersih
rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, shampo mobil, lilin dan karpet
(Faradilah, 2014). Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan
gelatin dan kertas.
Formalin dapat juga digunakan sebagai bahan pembentuk pupuk berupa urea,
bahan pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras
kuku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan untuk isolasi busa dan bahan
perekat untuk produk kayu lapis (playwood) (Hidayat, 2014). Formalin juga
digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan berbagai jenis bahan industri non
makanan (Ratna, 2015). Formalin pada bidang farmasi digunakan sebagai
pendetoksifikasi toksin dalam vaksin dan obat penyakit kutil karena kemampuannya
dapat merusak protein (Cahyadi, 2012)

C. Penyalahgunaan Formalin
Kemampuan formaldehida dalam mengawetkan dan membunuh kuman,
menyebabkan penyalahgunaannya sebagai bahan pengawet makanan seperti tahu
maupun mie basah. Seperti kita ketahui, mikroba dapat tumbuh dengan subur dan
pesat di lingkungan berprotein tinggi seperti tahu yang dibuat dari kacang kedelai.
Karena pertumbuhan mikroba tinggi, maka makanan berprotein lebih cepat basi atau
tidak layak makan.
Sehingga apabila pedagang tidak menggunakan formalin, pedagang tersebut
akan merugi karena makanan jualannya tidak bisa bertahan lama. Selain penggunaan
pada tahu dan mie basah, ada pula pedagang yang menggunakannya untuk
mengawetkan ikan dan usus ayam yang dijual di pasar, sehingga tidak cepat rusak dan
tidak dikerumuni lalat. Ikan dan usus yang rusak dan dikerumuni lalat jelas tidak
disukai oleh pembeli. Sehingga pedagang menambahkan formalin di dagangan
mereka. Padahal, seharusnya mereka para pedagang tahu bahwa dampak penggunaan
formalin itu sangatlah berbahaya.

4
D. Peraturan Mengenai Formalin

Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau


digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar bebas
dengan harga murah. Adapun landasan hukum yang dapat digunakan dalam
pengaturan formalin, yaitu Permenkes Nomer 033 Tahun 2012 tentang bahan
tambahan pangan

E. Karakteristik Makanan yang Mengandung Formalin


Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak
terlampau khas untuk mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu
membedakannya dari pangan tanpa formalin.

1) Ciri-ciri mie basah yang mengandung formalin :


a) Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan
bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius).
b) Bau agak menyengat, bau formalin.
c) Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal.

5
2) Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin :
a) Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari
15 hari pada suhu lemari es.
b) Tahu terlampau keras, namun tidak padat.
c) Bau agak menyengat, bau formalin.

3) Ciri-ciri bakso yang mengandung formalin :


a) Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar.
b) Teksturnya sangat kenyal.

4) Ciri-ciri ikan segar yang menganudng formalin :


a) Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar.
b) Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan
warna daging ikan putih bersih.
c) Bau menyengat dan bau formalin

5) Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin :


a) Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar.
b) Bersih cerah.
c) Tidak berbau khas ikan asin.

F. Dampak Formalin Bagi Kesehatan


Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat
yang ditimbulkan dapat berupa : Luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia Dampak formalin pada
kesehatan manusia, dapat bersifat :

1. Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : sepert iritasi, alergi,
kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing
2. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka
waktu yang lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair,
gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat,
menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan
pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).

6
Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya
terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam
tubuh.
3. Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual,
mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek neuropsikologis
meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan
konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head dan kemandulan pada
perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan
otak Apabila terkena mata dapat 6 menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gatalgatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air
mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka formalin dapat
menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada
lensa mata
4. Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang,
tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung,
otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal.

Jika makanan yang mengandung formalin dikonsumsi dalam jangka panjang


maka formaldehida dapat merusak hati, ginjal, limpa, pankreas, otak dan menimbulkan
kanker, terutama kanker hidung dan tenggorokan. Keracunan akut formalin dapat
menimbulkan vertigo dan perasaan mual dan muntah. Keracunan akut metil alkohol
dalam makanan dapat menyebabkan kebutaan, kerusakan hati dan saraf dan
menimbulkan kanker pada keturunan selanjutnya. Jadi kombinasi antara formaldehida
dan metil alkohol dalam formalin sebenarnya mempunyai efek karsinogenik secara
ganda.

2.4 Boraks

Boraks atau natrium tetraborate merupakan serbuk hablur transparan tidak


berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau.Boraks termasuk mineral borat, sesuatu
jenis senayawa kimia alami yang terbentuk dari boron (B) dan oksigen (O).

7
Boraks atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama “bleng” (bahasa
jawa) yaitu serbuk kristal lunak yang mengandung boron, berwarna putih atau transparan
tidak berbau dan larut dalam air. Boraks dengan dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai
natrium tetraborate decahydrate. Boraks mempunyai nama lain natrium biborat, natrium
piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam industry non
pangan.
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, boraks dikenal sebagai bahan pembasa
preparat farmasi. Boraks juga digunakan sebagai bahan bakterisida lemah dan astringen
ringan dalam lotion, obat kumur dan pembersih mulut. Boraks juga disebut sebagai
sodium pyroborate dan sodium tetraborate

A. Sifat Kimia
Boraks mempunyai rumus kimia Na2B4O2(H20)10 dengan berat molekul
381,43 dan mempunyai kandungan boron sebesar 11,34 %. Boraks bersifat basa
lemah dengan pH (9,15 – 9,20). Boraks umumnya larut dalam air, kelarutan boraks
berkisar 62,5 g/L pada suhu 25°C dan kelarutan boraks dalam air akan meningkat
seiring dengan peningkatan suhu air dan boraks tidak larut dalam senyawa alcohol.

B. Kegunaan Boraks
Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H20, yang banyak digunkana di
berbagai industri non pangan, khususnya industry kertas, gelas, pengawet kayu dan
keramik. Di samping itu, boraks juga digunakan untuk industri makanan, seperti mie,
lontong, ketupat, bakso, bahkan juga untuk pembuatan kecap (Winarno dan Rahayu,
1994).

8
Boraks banyak digunakan dalam dunia farmasi dan pertanian. Bahan kima
tersebut mempunyai efek bakteristatik dan fungistatic. Boraks lazim digunakan
sebagai antiseptic untuk pemakaian luar badan atau antiseptic di toilet.
Boraks atau biasa disebut asam borate, memiliki nama lain, sodium tetraborate
biasa digunakan untuk antiseptik dan zat pembersih selain itu digunakan juga sebagai
bahan baku pembuatan detergen, antiseptik kayu, pengontrol kecoak (hama),
pembasmi semut dan lainnya.
Boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur
makanan. Dosis yang dapat menyebabkan kematian atau biasa disebut dengan dosis
letal pada orang dewasa adalah sebanyak 10-25 gram, sedangkan pada anak-anak
adalah sebanyak 5-6 gram. (U.S. National Institutes of Health). Pada binatang dosis
letal boraks sebesar 5 gram (BPOM, 2004).

C. Penyalahgunaan Boraks
Berdasarkan dari hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan
Badan Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta, ditemukan sejumlah
produk pangan seperti bakso, tahu, mie basah dan siomay yang memakai bahan
tambahan pangan boraks dan dijual bebas di pasar dan supermarket. Banyak
masyarakat yang belum mengetahui efek negatif dari penggunaan boraks sebagai
bahan tambahan pangan. Oleh karena itu para pedagang makanan biasanya
mencampurkan boraks pada makanan yang akan dijual agar makanan tersebut
menjadi lebih kenyal dan terlihat lebih menarik.
Dalam membuat bakso perlu ditambahkan tepung tapioka dan bumbu seperti
bawang merah dan bawang putih serta garam. Selain itu, sering pula ditambahkan
pengenyal. pengenyal yang aman dan diperbolehkan adalah Sodium Tripoli Fosfat
(STF). Selain sebagai pengenyal, Sodium Tripoli Fosfat juga berfungsi sebagai
pengemulsi sehingga adonan dapat tercampur dengan lebih rata. Namun demikian,
kebanyakan bakso yang berharga murah tidak menggunakan STF sebagai pengenyal,
melainkan lebih memilih menggunakan obat bakso dan boraks, yang sebenarnya
merupakan antiseptic.
Boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur
makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan
membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada
kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta

9
memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks
dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca
indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium.

D. Peraturan Mengenai Boraks

Adapun peraturan pemerintah yang melarang tentang penggunaan boraks yaitu


Permenkes Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Penggunaan
boraks yang dilarang digunakan dalam pangan juga tercantum dalam Peraturan
Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 pasal 23 huruf C tentang
keamanan, mutu, gizi pangan yang menyatakan bahwa ”bahan yang dilarang antara
lain boraks, formalin, rodamin B atau metanil yellow”.

E. Karakteristik Makanan yang mengandung Boraks


Salah satu tujuan utama penggunaan boraks pada makanan adalah
memperlama daya simpan suatu produk. Pasalnya, zat kimia ini berfungsi sebagai
pengawet dan mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. Selain jadi bahan pengawet,
zat kimia ini juga dapat membuat makanan tampak lebih menarik dan menggugah
selera.Boraks digunakan untuk industri makanan, seperti mie, lontong, ketupat, bakso,
bahkan juga untuk pembuatan kecap.
Secara umum, beberapa ciri makanan yang mengandung boraks adalah
sebagai berikut :
- Bertekstur sangat kenyal, tidak mudah hancur, atau sangat renyah.
- Berwarna sangat mencolok dan lebih cerah dari aslinya.
10
- Beraroma menyengat yang mencurigakan, bahkan binatang seperti lalat pun
enggan untuk menempel.
- Tidak rusak atau busuk meski sudah disimpan lebih dari tiga hari di suhu ruang.
Penggunaan boraks banyak ditemukan pada industri pangan yang memproduksi
bakso, mie basah, lontong, dan kerupuk.
Adapun ciri-ciri mekanan yang mengandung boraks antara lain :

1. Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, serta tidak mudah putus
2. Bakso : tekstur sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti
penggunaan daging, tapi lebih cemerlang keputihan, jika
digigit akan kembali kebentuk semula.
3. Lontong : rasa getir dan sangat gurih, serta beraroma sangat tajam
4. Kerupuk : teksturnya sangat lembut dan renyah, bisa menimbulkan rasa
getir di lidah

F. Dampak Boraks Bagi Kesehatan


Senyawa boraks dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan
pencernaan atau absorbsi melalui kulit yang luka atau membrane mukosa. Absorbsi
ini berlangsung cepat dan sempurna, sedangkan absorbsi pada kulit yang normal tidak
cukup untuk menimbulkan keracunan (Olson, 1994). Dalam lambung, boraks akan
diubah menjadi asam borat, sehingga gejala keracunannya pun sama dengan asam
borat. Setelah diabsorbsi akan terjadi kenaikan konsentrasi dan ion borat dalam cairan
serebrospinal, konsentrasi tertinggi akan ditemukan dalam jaringan otak, hati, dan
lemak (Mujamil, 1997).
Boraks atau asam borat dapat diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dapat
pula berpenetrasi melalui permukaan kulit yang tipis (lecet karena gesekan), jaringan
granulair, cairan jaringan dan melalui membrane muka. Kurang lebih 50% dari
jumlah yang terabsorpsi diekskresikan melalui air kencing selama 12 jam, sedangkan
sisanya diekskresikan selama 3-7 hari atau lebih.
Asam borat dan senyawanya dalam pemakaian sedikit dan berlangsung dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya kumulatif pada lemak, hati, otak,
testis, dan ginjal. Dalma tubuh manusia dan hewan akumulasi dapat terjadi karena
senyawa termetabolisme. Ikatan boron dan oksigen yang kuat dari asam borat tidak
mampu dipecah oleh tubuh karena untuk memecahnya dibutuhkan energi yang sangat

11
besar sehingga senyawa borat dapat terakumulasi meski 50% dapat dikeluarkan lewat
urin.
Efek toksisnya akan menyerang langsung pada system saraf pusat dan
menimbulkan gejala keracunana seperti rasa mual, muntah-muntah dan diare, kejang
perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, ganggguan peredaran darah, sianosis, koma,
dan kematian.
Tanda dan gejala akut (jangka pendek) yang muncul bila terpapar boraks
adalah sebagai berikut : bila terhirup/inhalasi, dapat menyebabkan iritasi pada selaput
lendir dengan batuk-batuk dan dapat diabsorbsi menimbulkan efek sistemik seperti
badan merasa tidak enak (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas,
peredaran gastroenteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan
rasa sakit kepala. Bila kontak dengan kulit, dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan
dapat diabsorbsi melalui kulit yang rusak. Bila kontak dengan mata, dapat
menimbulkan iritasi, mata memerah dan rasa perih. Bila tertelan, dapat menimbulkan
gejala-gejala yang tertunda meliputi badan rasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada
perut bagian atas.
Borak sebanyak lebih dari 5 gram pada setiap kilogram berat badan dapat
menyebabkan kematian bagi bayi, 5-10 gram pada setiap kilogram berat badan
menyebabkan kematian anak kecil dan 15-20 gram pada setiap kilogram berat badan
menyebabakan kematian bagi orang dewasa (Renawati, 1989).

2.5 Dulsin

Dulsin adalah pemanis sintetik yang memiliki ras manis kira-kira 250 kali dari
sukrosa atau gula tebu, yang tidak ditemukan pada produk-produk pemanis alami
lainnya. Dulsin telah diusulkan untuk digunakan sebagai pemanis tiruan. Dulsin
ditarik total dari peredaran pada tahun 1954 setelah dilakukan pengetesan dulsin pada
hewan dan menampakkan sifat karsinogenik yang dapat memicu munculnya kanker.

12
A. Kegunaan Dulsin
Digunakan sebagai pemanis sintetik pada makanan.

B. Disalahgunakan Pada Bahan Makanan

Biasanya digunakan untuk orang diet karena sebagai pengganti sukrosa karena
mempunya 250x sukrosa yang terkandung dalam gula tebu.

C. Landasan Hukum Yang Melarang

Adapun peraturan pemerintah yang melarang tentang penggunaan dulsin yaitu


Permenkes Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.

D. Ciri-Ciri Makanan Yang Mangandung Dulsin


- Jika dikonsumsi tenngorokan terasa serik.
- Jika dikonsumsi di tenggorokan meinggalkan rasa pahit.

E. Dampak Jika Dikonsumsi


- Dapat menyebabkan tumbuh nya sel kanker.
- Jika dikonsumsi tenggorokan merasa gatal.

13
2.6 Asam Salisilat Dan Garamnya
Asam salisilat merupakan kelompok senyawa obat yang telah dipergunakan
secara luas karena memiliki efek sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi.
Asam salisilat berbentuk padat, serbuk kristal tidak berwarna atau berwarna putih
(Kannan S, dkk, 2010).

A. Kegunaan
Biasa digunakan dalam pembuatan obat kulit, pembuatan metil salisilat dan
asetil salisilat.Saat ini penggunaan salisilat disalahgunakan sebagai bahan pengawet
makanan.Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di
Indonesia.Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau
tertelan.Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan
kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika
tertelan. (Cahyadi, 2006)

B. Landasan Hukum

Bahan yang tidak boleh digunakan dalam bahan tambahan pangan tercantum
dalam Permenkes Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Salah
satu bahan yang dilarang adalah salisilat.

14
C. Dampak Bagi Kesehatan
Terjadi iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air,
asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat
menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan (Cahyadi, 2006).

2.7 Kloramfenikol
Chloramphenicol (CAP) merupakan antibiotik yang diperoleh secara alami dari
biakan bakteri Streptomyces venezuelae atau diproduksi secara sintesis yang aktif
terhadap beberapa jenis bakteri antara lain bakteri aerobik dan
aerobik, mycoplasma,organisme chlamydal (SNI 7587.3:2010). Dalam keadaan murni,
kloramfenikol berupa kristal bentuk jarum atau lempeng memanjang, warna putih keabu
abuan ,tidak berbabau dan rasanya pahit. Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah
larut dalam metanol, etanol, etil asetat dan aseton serta tidak larut dalam benzen. Dalam
keadaan kering ,antibiotik ini stabil pada temperatur kamar. Dalam larutan, stabilitasnya
masih lebih besar dari stabilitas larutan streplomisin atau larutan penisilin pada suhu yang
sama.

A. Kegunaan
Kloramfenikol biasa digunakan untuk mengobati diare yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Kloramfenikol juga digunakan sebagai obat tetes mata untuk
mengobati konjungtivitis.
Kloramfenikol dapat digunakan untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh
beberapa jenis bakteri gram ppositif dan gram negatif. Antibiotik ini memiliki khasiat
bakteriostatik terhadap beberapa spesies pada keadaan tertentu, kloramfenikol
mempunyai khasiat bakterisid.
Hingga saat ini kloramfenikol banyak digunakan untuk pengobatan penyakit
typhus. Selain itu, antibiotik ini juga bermanfaat untuk pengobatan kholera,batuk
rejan,dan beberapa penyakit infeksi lainnya. Kloramfenikol dapat diberikan secara
oral ,rektal, atau dalam bentuk salep. Karena kelarutannya dalam air kecil
,pembeberian kloramfenikol secara parenteal sulit dilakukan. Untuk menghindari rasa
pahit, digunakan bentuk eksternya, misalnya kloramfenikol palmitat.

15
B. Penyalahgunaan Pada Bahan Makanan
Kloramfenikol sering digunakan untuk bahan pengawet makanan di industri
makanan udang segar, agar udang tetap segar dan tahan lama, juga warna tidak pudar.
Beberapa produk udang asal Indonesia yang diekspor ditolak masuk karena
diketahui mengandung residu antibiotik chloramphenicol.
Penggunaan antibiotik banyak dilakukan dalam budidaya udang sebagai akibat
dari sistem pemeliharaan yang intensif (Saparinto, 2002). Adanya
kandungan chloramphenicol pada produk udang salah sataunya adalah pada udang
windu, disebabkan karena pada saat udang masih ditambak
diberikan chloramphenicol pada pakan untuk membasmi serangan penyakit pada
udang windu. Serangan penyakit tersebut adalah penyakit udang nyala yang
disebabkan oleh bakteri vibrio harveyi. Serangan bakteri ini sering dikaitkan dengan
adanya stres pada udang windu akibat perubahan keadaan lingkungan yang buruk
sehingga bakteri tersebut berkembang dengan cepat (BBPMHP,
2002 dalam Syafitrianto, 2009).

C. Peraturan Mengenai Kloramfenikol

Adapun peraturan pemerintah yang melarang tentang penggunaan


kloramfenikol yaitu Permenkes Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan.

16
D. Dampak Jika Di Konsumsi
Kloramfenikol dapat menyebabkan tidak normalnya produksi sel darah,
karena zat tersebut bekerja pada sum-sum tulang (tempat produksi sel-sel darah).
Kloramfenikol adalah golongan antibiotik dengan spektrum luas, dan biasa digunakan
unutk mengobati infeksi Salmonella, meningitis, dan infeksi riketsia yang resisten
dengan tetrasiklin. Pada beberapa orang, kloramfenikol dapat menyebabkan
ketidaknormalan produksi sel darah (blood dyscrasias) atau menyebabkan anemia
aplastik akibat kerja kloramfenikol pada sumsum tulang. Kloramfenikol juga
diketahui memiliki sifat karsinogenik. Oleh sebab itu, penggunaan kloramfenikol
pada hewan produksi dilarang.
Efek Samping :
- Mual
- Muntah
- Diare
- neuritis perifer
- neuritis optic
- eritema multiforme
- stomatitis
- glositis
- hemoglobinuria nocturnal
- Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.
Kelainan ini berhubungan dengan dosis, menjadi sembuh dan pulih bila
pengobatan dihentikan. Reaksi ini terlihat bila kadar Kloramfenikol dalam serum
melampaui 25 mcg/ml.

2.8 Sinamil Antranilat

Sinamil antranilat (Cinnamyl Anthranilate) adalah bahan kimia sintetik yang


belum diidentifikasi dalam produk alami dan digunakan selama hampir 50 tahun pada
tingkat yang sangat rendah sebagai sintetis zat penyedap dan pewangi. Sinamil
antranilat memiliki sifat fisika titik didih 332°C, titik lebur 61–61,5°C, kepadatan 1,18 g
/cm pada 15,5°C, sangat sedikit larut dalam air (<1 mg / mpada 17 ° C) tetapi sangat
larut dalam aseton dan dimetil sulfoksida; larut dalam kloroform, dietil eter dan etanol.
Sinamil antranilat sensitif terhadap oksidasi di udara, fotooksidasi dan hidrolisis.

17
Sinamil antranilat berbentuk kristal padat, bubuk kecoklatan dengan balsamic, dan
aroma buah.

A. Kegunaann
Zat ini digunakan sebagai agen penyedap untuk memberikan rasa anggur atau
rasa ceri dalam minuman non-alkohol, es krim, permen, makanan yang dipanggang,
gelatin, puding, dan permen karet. Sinamil antranilat juga telah digunakan sebagai
bahan pewangi di berbagai produk kosmetik termasuk sabun, deterjen, krim, lotion
dan sebagai bahan parfum dengan aroma bunga, jeruk, neroli, cologne dan campuran
lainnya (IARC Monographs Volume 77).

B. Landasan Hukum

Sinamil antranilat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai


karsinogen, pemicu kanker, tumor pada paru – paru, ginjal dan pankreas. Indonesia
merupakan salah satu negara yang melarang penggunaan Sinamil Antranilat sebagai
bahan tambahan pangan seperti yang telah diatu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.

C. Dampak Sinamil Antranilat Bila Dikonsumsi


Sejauh ini kasus atau dampak pada manusia belum ditemukan, namun
penggunaannya tetap dilarang. Hal ini karena berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan pemberian sinamil antranilat pada mencit jantan dan betina yang dapat
menyebabkan tumor paru-paru. Begitu pula pada tikus, dengan jumlah diet yang sama
menyebabkan tumor pada ginjal dan pankreas menunjukkan bahwa penggunaan untuk
18
manusia sangat berbahaya sehingga dilarang sebagai bahan tambahan pangan (IARC
Monographs Volume 77).

2.9 Kalium Klorit

Potasium klorat atau kalium klorat yang memiliki rumus kimia KCIO3 seperti
bahan klorat lain adalah bahan oksidator umum yang ditemui di laboratorium kimia.
Bahan ini merupakan oksidator yang relatif kuat. Dalam bentuk murni, ia berupa
kristal putih.

Secara kimia, kalium klorat adalah suatu senyawa yang mengandung kalium,
klorida dan oksigen dengan rumus molekul KCIO3, mempunyai berat molekul 122,6,
titik leleh 3700C dan berat jenis 2,34 g/cm, 3 titik didih 400 C dan titik nyala 400 C.
Dalam bentuk murni, kalium klorat berupa kristal monoklinik berwarna putih
dan digolongkan dalam senyawa oksidator kuat. Kalium klorat sedikit larut dalam air
dingin dan segera larut dalam air panas tetapi tidak larut dalam alkohol.

A. Kegunaan Kalium Klorat


- Kalium klorat diproduksi dalam skala besar untuk industri kembang api korek
api, peledak
- Sebagai oksidator
- Untuk menghasilkan oksigen
- Sebagai disinfektan
- Dalam budidaya, memaksa pemekaran pohon lengkeng, menyebabkan ia
menghasilkan buah di iklim yang lebih hangat.

B. Penyalahgunaan Pada Bahan Makanan


- Memperbaiki tepung yang dapat mengeraskan kue. Kalium klorat digunakan
para pembuat roti maupun perusahaan pembuat roti untuk membantu proses

19
pembuatan roti dalam oven dan menciptakan tekstur bentuk yang lebih bagus
pada proses penyelesaian akhir produknya, bila digunakan dalam jumlah kecil,
zat ini akan hilang selama pembakaran atau pemanasan. Bila terlau banyak
digunakan, sisa kalium klorat akan tetap banyak dalam roti.

C. Landasan hokum

Larangan penggunaan Kalium Klorat terdapat pada Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan.

D. Ciri-ciri makanan yang mengandung kalium klorat


- Tekstur tampak lebih bagus pada proses penyelesaian akhir produk

E. Dampak jika di konsumsi


- Iritasi saluran pernapasan, iritasi gastrointestinal
- Dapat merusak tubuh bahkan kematian
- Bila dimakan bersamaan dengan produk pangan, kalium klorat dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, gejalanya mual, muntah dan
diare.

20
2.10 Kalium Bromat
Kalium Bromat atau yang lebih sering disebut dengan potasium bromat (
garam kalium ) dengan rumus senyawa kimianya KBrO3 yang berbentuk bubuk
bubuk kristalin putih yang tidak berbau, memiliki pH netral dan memiliki titik beku
pada suhu 350ºC dan titik didih pada suhu 370°C serta dapat meningkatkan kualitas
tepung pada industri roti.

A. Kegunaan Kalium Bromat


Kalium Bromat digunakan sebagai penguat struktur gluten, pemutih,
peningkat elastisitas tektur, dan penahan rangka jaringan roti/kue. Rata-rata
tepung industri untuk pembuatan kue dan roti sudah diperkaya dengan zat ini
dan lebih dari 80% roti yg ada di pasaran mengandung zat ini, termasuk di
Indonesia.
Kalium Bromat digunakan untuk memperbaiki tepung yang dapat
mengeraskan kue. Kalium bromat digunakan para pembuat roti maupun
perusahaan pembuat roti untuk membantu proses pembuatan roti dalam oven
dan menciptakan tekstur bentuk yang lebih bagus pada proses penyelesaian
akhir produknya. Bila digunakan dalam jumlah kecil, zat ini akan hilang
selama pembakaran atau pemanasan.
Kalium bromat pun biasanya digunakan sebagai oksidan, bahan tambahan
makanan kaleng, bahan pengolahan wol, peningkat mutu tepung, memperkuat
adonan, dan digunakan dalam produksi malt barley (gandum).

B. Landasan Hukum Pelarangan

21
Kalium bromat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai
karsinogen, pemicu kanker. Indonesia merupakan salah satu negara yang
melarang penggunaan Kalium Bromat sebagai bahan tambahan pangan
seperti yang telah diatu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.

C. Contoh Makanan dan Ciri – Ciri Positif Kalium Bromat


- Roti mengembang dengan berat ringan, dan lembut tapi saat disentuh
membal kembali dengan cepat serta dapat menjaga strukturnya
dengan sempurna.
- Roti yg terlalu putih, mengkilat, dan awet lebih dari 2 hari.

D. Dampak Kalium Bromat pada Manusia


1. Terhirup
Menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, dengan kemungkinan
gejala batuk, sesak napas.
2. Kontak dengan Kulit
Menyebabkan iritasi pada kulit. Gejala termasuk kemerahan, gatal,
dan nyeri.
3. Kontak dengan Mata
Menyebabkan iritasi mata , dengan gejala kemerahan, nyeri. /dapat
menyebabkan kerusakan mata
4. Tertelan
Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, dengan
kemungkin gejala termasuk mual, muntah dan diare. Menyebabkan
sakit perut, penurunan produksi urin, tekanan darah rendah,
methemoglobinemia, kejang, kerusakan hati dan ginjal, dan koma.
Sianosis dapat terjadi sebagai gejala kemudian. Kematian dapat
terjadi dari kegagalan ginjal, dalam 1 sampai 2 minggu. Perkiraan
dosis mematikan adalah 4 gram
5. Memicu timbulnya kanker

22
2.11 Metanil Yellow

Metanil yellow merupakan bahan pewarna sintetik berbentuk serbuk,


berwarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, agak larut dalam
benzen dan eter, serta sedikit larut dalam aseton.

A. Penggunaan Metanil Yellow


Metanil yellow adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil,
kertas dan cat.Penyalahgunaan pewarna metanil yellow antara lain pada kerupuk, mie,
gorengan, pangan jajanan berwarna kuning, dan banyak juga sebagai pewarna pada
tahu.
B. Landasan Hukum Mengenai Metanil Yellow
Penggunaan Metanil Yellow yang dilarang digunakan dalam pangan
tercantum dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
pasal 23 huruf C tentang keamanan, mutu, gizi pangan yang menyatakan bahwa
”bahan yang dilarang antara lain boraks, formalin, rodamin B atau metanil yellow”.

C. Ciri Makanan yang Mengandung Metanil Yellow


Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna kuning metanil antara lain :
- Makanan berwarna kuning mencolok.
- Baunya tidak alami sesuai makanannya dan cenderung berpendar.

23
- Banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen.

D. Dampak Metanil Yellow Apabila di Konsumsi Manusia


Dampak yang terjadi :
- Iritasi pada saluran pernafasan, kulit, dan mata.
- Menyebabkan kanker pada kandung kemih.
- Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas,
rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.
- Efek zat warna Metanil yellow ialah selain bersifat karsinogenik, zat warna ini
dapat merusak hati pada binatang percobaan, berbahaya pada anak kecil yang
hypersensitive dan dapat mengakibatkan gejala-gejala akut seperti kulit
menjadi merah, meradang, bengkak, timbul noda-noda ungu pada kulit,
pandangan menjadi kabur pada penderita asma dan alergi lainnya.

2.12 Rhodamin B

Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna


hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan berwarna merah
terang berpendar/berfluorosensi.

A. Penggunaan Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes yang digunakan
pada industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih
mulut, dan sabun. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk,
terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup,
minuman, dan lain-lain.

B. Landasan Hukum Mengenai Rhodamin B


Bahaya Rhodamin B memasukannya kedalam daftar bahan tambahan
makanan yang tidak boleh dikonsumsi berdasarkan Peraturan Pemerintahan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 pasal 23 huruf C tentang keamanan, mutu, gizi
pangan yang menyatakan bahwa ”bahan yang dilarang antara lain boraks, formalin,
rodamin B atau metanil yellow”.

24
C. Ciri Makanan yang Mengandung Rhodamin B
Ciri-ciri makanan yang mengandung rhodamin B antara lain warnanya cerah
mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warna terlihat tidak homogen (rata), ada
gumpalan warna pada produk, dan bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit.

D. Dampak Metanil YellowApabila di Konsumsi Manusia


Jika Rhodamin B dikonsumsi dalam jumlah besar dan berulang, maka akan
terjadi penumpukan dalam tubuh yang dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi,
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan
perubahan fungsi sel/jaringan), iritasi pada mukosa saluran pencernaan, dan bila
terhirup dapat mengiritasi saluran pernafasan, jika terkena kulit dapat mengiritasi
kulit, jika terkena mata maka mata menjadi kemerahan, serta dapat menimbulkan
kerusakan pada beberapa organ seperti hepar, ginjal, maupun limpa.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan
pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah
bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
atau produk pangan.
Bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan sesuai Permenkes
Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan adalah :
1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya
2. Asam Salisilt dan garamnya ( garam Lithium Salisilat, Silver Salisilat )
3. Formalin (Formaldehyde)
4. Kloramfenikol
5. Nitrofurazon
6. Kalium Klorat ( KclO3)
7. Diethylpyrocarbonat
8. Dulcin
9. Brominated vegetable oil
10. Kalium Bromat
11. Sinamil Antranilat

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 pasal


23 huruf C tentang keamanan, mutu, gizi pangan yang menyatakan bahwa ”bahan yang
dilarang antara lain boraks, formalin, rodamin B atau metanil yellow”.

3.2 Saran
Semoga dengan makalah yang berjudul bahan tambahan pangan yang dilarang
sehingga dapat memberikan kesadaran masyarakat terhadap dampak kesehatan konsumen
atau masyarakat dan dapat beralih bahan tambahan pangan yang diizinkan oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sehingga terciptanya makan yang sehat yang terbebas dari
bahan tambahan makanan yang dilarang.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agristika, Aulia. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah
DasarNegeri Terhadap Perilaku Penggunaan Pewarna Rhodamin B.

Amaliyah,Nurul.2017. Penyehatan Makanan dan Minuman. Yogyakarta: Deepublish.

Alam, Riesma Azhar Falahul, dkk. Optimasi Pereaksi Warna Carik Uji untuk Analisi
Kualitatif Kalium Bromat pada Makanan.Bandung. Program Studi Farmasi
FMIPA, Universitas Islam Bandung.

Cahyadi, W., 2012.Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 239/Men.Kes/Per/V/85,


tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya.Jakarta :
1985.

Fadilah, Ratnawati. 2017. “Bahan Tambahan Makanan”. FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.

Faradila, 2014.Identifikasi Formalin pada Bakso yang dijual pada beberapa tempat di Kota
Padang.

Harmita, (2010), Deteksi Formalin Dan Potensi Enose Sebagai Instrumen Uji Formalin,
digilib.unimus.ac.id/file/pdf/, Diakses 26 Desember 2016.

Hidayat, A.A..(2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.Jakarta :


Salemba Medika.

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/197807
162006042AI_MAHMUDATUSSA%27ADAH/BAHAN_TAMBAHAN_PANGA
N.pdf

IARC Monographs Volume 77. Cinnamyl Anthranilate. Diunduh pada tanggal 30 Maret 2019
pukul 13.35 melalui https://monographs.iarc.fr/ENG/Monographs/vol77/mono77-
8.pdf

27
Mujamil, J. 1997. Deteksi dan Evaluasi Keberadaan Boraks pada Beberapa Jenis Makanan di
Kotamadya Palembang, Cermin Dunia Kedokteran. 120. 17-21. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 mengenai Bahan
Tambahan Pangan. Jakarta: Depkes RI

Praja, Denny Indra. 2015. Zat Adiktif Makanan: Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta:
Garudhawaca.

Radiah, Nur. 2013. Uji Stabilitas Warna Ferri Salisilat Pada Sediaan Serbuk Tabur Asam
Salisilat Terhadap Pola Penyimpanan Dengan Metode Spektrofotometri Visibel.
Malang :Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Ratnani. 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan : Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang. Jurnal Vol. 5, No. 1, April
2009 : 16 – 22.
Ratna, Wulan S. S. 2015. Identifikasi Formalin Pada Udang Dari Pedagang Udang Di
Kecamatan Panakukang Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.

Renawati. 1989. Komposisi Kimia Bleng. Akademi Analisis Bogor.

Suprapti, M. Lies. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan, Pembuatan Tahu.


Yogyakarta:Kanisius (Aggota IKAPI).

Syah D. et al. 2005.Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Winarno, F.G., dan Rahayu, I.S. 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan,
cetI. 104-111. Sinar Pustaka Harapan. Jakarta.

Zuraida, Reni Dkk. 2015.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pedagang Jajanan Anak


Sekolah Dasar terhadap Penggunaan Pewarna Metanil Yellow di Kecamatan
Sukarame Bandar Lampung. Bandar Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.

28

Anda mungkin juga menyukai