Anda di halaman 1dari 25

FASE

DISTRIBUSI
Kelompok 2

Fazri perdana
Rike nur safitri
Risky ariska ningsih
Syalshabillah
Vinola legita
Wisnu wati
Yolanda ulmi sadila

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PENDAHULUAN

FAKTOR YANG
VOLUME
MEMPENGARUHI
DISTRIBUSI
DISTRIBUSI

TINJAUAN
UMUM

HAMBATAN
OBAT PENGIKAT DISTRIBUSI
PROTEIN PLASMA

KOMPARTEMEN
KHUSUS
FARMAKOKINETIK

Nasib obat didalam


tubuh meliputi
Absorbsi, Distribusi,
Metabolisme dan
Ekskresi atau disebut
dengan ADME
DISTRIBUSI

Distribusi obat yaitu Proses dimana


obat secara reversibel
meninggalkan aliran darah dan
memasuki interstitium (cairan
ekstraseluler). Obat-obatan dalam
bentuk bebas atau terikat dan
berbagai proses atau mekanisme
mempengaruhi distribusi obat .
Cairan tubuh total berkisar antara 50-70%
dari berat badan. Cairan tubuh dapat
dibagi menjadi :
● Cairan ekstraseluler, yang terdiri atas
plasma darah (4,5% dari berat badan),
cairan interstisial (16%) dan limfe (1-2%).
● Cairan intraseluler (30-40% dari berat
Pada umumnya molekul obat berdifusi
badan), yang merupakan jumlah cairan secara cepat melalui jaringan kapiler
dalam seluruh sel-sel tubuh. halus ke ruang jaringan yang terisi cairan
interstisial. Cairan interstisial plus cairan
● Cairan transeluler (2,5%), yang meliputi plasma disebut cairan ekstraseluler
cairan serebrospinalis, intraokuler, (berada di luar sel). Selanjutnya dari
cairan interstinal, molekul obat berdifusi
peritoneal, pleura, sinovial dan sekresi alat melintasi membran sel ke dalam
cerna. sitoplasma.
Kompartemen untuk Distribusi obat
 Plasma
 Cairan Insterstitial
 Cairan Intraseluler
 Cairan ekstraseluler
Fase Distribusi Obat Berdasarkan Penyebaran

Distribusi fase pertama terjadi segera setelah


penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya lebih
tinggi dengan darah. Misalnya jantung, hati,
ginjal, dan otak sehingga cepat terjadi
keseimbangan dengan sirkulasi sistemik.
Sehingga merupakan kompartemen yang sama
dengan sirkulasi sistemik atau yang disebut Distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup
dengan kompartemen central. jaringan yang mempunyai perfusi lebih rendah. Obat-
obat yang tidak larut lemak atau tidak sesuai dengan
faktor diatas tidak mengalami distribusi tahap ini.
Obat obat yang termasuk golongan ini adalah obat
yang sifatnya polar dan banyak disirkulasi sistemik.
PROTEIN PLASMA

● Albumin
Mengikat obat-obat asam dan obat-obat netral serta biliirubin dan asam-
asam lemak. Albumin mempunyai 2 tempat ikatan :
-Site I (warfarin site). Mengikat warfarin, fenilbutazon, fenitoin,
asam valproat, tolbutamid, sulfonamid. dan
bilirubin.
-Site II (diazepam site). Mengikat diazepam dan benzodiazepin
Iainnya. Asam-asam karboksilat (kebanyakan AINS), penisilin
dan derivatnya
Asam-asam Iemak mempunyai tempat ikatan yang khusus pada
albumin.
● α-glikoprotein (α1-acid glycoprotein) : mengikat obat-obat basa.
● CBG (corticosteroid-binding globulin) : khusus mengikat
kortikosteroid.
● SSBG (sex steroid-binding globulin) : khusus mengikat hormon
kelamin.
GLOBULIN
Alpha-1 antitrypsin atau α 1 -antitrypsin ( A1AT , A1A , atau AAT ) adalah
protein milik superfamili serpin

Orosomucoid ( ORM ) atau alpha-1-acid glycoprotein ( α 1 AGp , AGP atau


AAG ) adalah protein fase akut glikoprotein alfa –globulin plasma dan
dimodulasi oleh dua gen polimorfik

Gamma globulin yang paling signifikan adalah imunoglobulin ( antibodi ),


meskipun beberapa imunoglobulin bukan gamma globulin, dan beberapa
gamma globulin bukan imunoglobulin

Haptoglobin diproduksi sebagian besar oleh sel-sel hati tetapi juga oleh
jaringan lain seperti kulit , paru - paru dan ginjal . Selain itu, gen
haptoglobin diekspresikan dalam murine dan jaringan adiposa manusia

Ceruloplasmin adalah protein pengangkut tembaga utama dalam darah,


dan juga berperan dalam metabolisme zat besi
Faktor penyakit
Obat bebas dan
terikat

Reservoir obat
Ketika obat memasuki tubuh, ada berbentuk Obat disimpan dan dilepaskan secara
● Bebas perlahan yang memengaruhi farmakokinetik
● Terikat dan farmakodinamiknya. Tempat
Kedua bentuk ini memiliki efek tertentu pada penyimpanan obat meliputi:
farmakokinetik dan farmakodinamik. Bentuk bebas  Protein plasma
dimetabolisme dan diekskresikan karena mereka dapat  Hati
 Adiposa
melintasi membran glomerulus. Bentuk obat bebas aktif secara
 Tulang
terapeutik.  Plasenta
Bentuk obat yang terikat bertindak sebagai  ASI
reservoir. Obat tersebut tidak dimetabolisme atau diekskresikan  Cadangan cairan transelular
dan tidak memiliki efek terapi atau toksik. Ketika bentuk bebas Jaringan tubuh lainnya - mata, ginjal, otot
habis, obat dilepaskan dari reservoir. Dengan demikian kedua rangka, kulit
bentuk itu ada dalam keseimbangan.
HAMBATAN FISIOLOGIS
BLOOD TESTIS BERRIER

BLOOD PLACENTA BERRIER

BLOOD BRAIN BERRIER


Blood Brain Barrier

Secara anatomis Blood-brain barrier (BBB) terdiri dari


jaringan pembuluh yang membentuk penghalang struktural
dan kimia antara otak dan sirkulasi sistemik. BBB memiliki
beberapa vesikel pinositik untuk meminimalkan penyerapan
zat ekstraseluler, dan memiliki tight junction yang sangat
membatasi permeabilitas sel. Permeabilitas membatasi
pergerakan zat dari sirkulasi sistemik ke otak yang
menyangga otak dari perubahan cepat dalam kondisi ionik
atau metabolisme. Permeabilitas BBB yang terbatas juga
melindungi otak dari paparan molekul yang tidak
berbahaya bagi organ perifer tetapi beracun bagi neuron
di otak. Permeabilitas BBB dipengaruhi oleh neuron, matriks
ekstraseluler, dan sel non-neuronal termasuk astrosit,
pericytes, dan sel endotel vaskular. Sel-sel ini, bersama
dengan matriks ekstraseluler, berfungsi sebagai unit
neurovaskular untuk mengatur permeabilitas BBB dan
menjaga integritas dan fungsi sistem saraf pusat.
PLACENTA BERRIER

Obat-obatan yang ditransfer dari darah ibu ke


janin harus dibawa ke ruang intervillous dan melewati
syncytiotrophoblast, jaringan ikat janin, dan endotelium
kapiler janin. Hambatan yang membatasi laju transfer
obat plasenta adalah lapisan sel syncytiotrophoblast
yang menutupi vili.
Dalam beberapa kasus, pemindahan
transplasental ini mungkin bermanfaat dan obat-obatan
mungkin secara sengaja diberikan kepada ibu untuk
mengobati kondisi janin tertentu. Misalnya, steroid dapat
diberikan kepada ibu untuk meningkatkan pematangan
paru janin dan obat jantung dapat diberikan untuk
mengendalikan aritmia janin. Namun, obat transplasenta
juga memiliki efek merugikan pada janin, termasuk
teratogenisitas atau gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Diagram showing mechanisms of placental
drug transfer:
a) simple diffusion
b) facilitated diffusion using a carrier

c) active transport using ATP

d) Pinocytosis
 Berat molekul
Obat-obatan dengan berat molekul <500 Da siap berdifusi di seluruh
plasenta.
 Terikat dengan protein
Obat yang terikat protein tidak berdifusi melintasi plasenta; hanya bagian
obat yang tidak terikat yang bebas untuk melintasi membran sel. Pengikatan
protein diubah dalam berbagai kondisi patologis. Misalnya, albumin serum
rendah dalam pre-eklampsia akan menghasilkan proporsi obat yang tidak
terikat yang lebih tinggi dan karenanya akan mendorong transfer obat
melintasi plasenta.
 Molekul lipofilik berdifusi dengan mudah melintasi membran lipid
DISTRIBUSI OBAT
MELALUI ASI

Banyak obat yang diekskresikan ke dalam air


susu ibu (ASI), tetapi jumlah obat sebenarnya
yang ada dalam ASI bergantung pada banyak
faktor. Makin tinggi kadar obat dalam plasma
ibu, makin tinggi pula kadar obat dalam ASI.
Obat yang tidak terionisasi dan tidak terikat
dengan protein diekskresi lebih cepat,
sedangkan obat yang terionisasi diekskresikan
lebih lambat.
BLOOD TESTIS BERRIER

Blood Testis Berrier berfungsi untuk mencegah bahan-


bahan yang terdapat didalam darah masuk kedalam
lumen tubulus sehingga hanya molekul-molekul tertentu
yang mampu melewati sel sertoli yang dapat mencapai
cairan lumen. Selain itu, blood testis berrier berfungsi juga
untuk mencegah sel-sel penghasul antibodi dicairan ekstra
sel mencapai lumen tubulus penghasil spermatozoa, hal ini
bertujuan untuk mencegah pembentukan antibodi
terhadap spermatozoa.
Volume
Distribusi (Vd)

Volume Distribusi (Vd) adalah konsep teori


yang menghubungkan jumlah obat dalam
tubuh (dosis) dengan konsentrasi (C) obat
yang diukur (dalam darah, plasma, dan
tidak terikat dalam air jaringan). Volume
distribusi adalah volume cairan
"tampaknya" yang diperlukan untuk
mengandung jumlah total tubuh obat
secara homogen pada konsentrasi yang
sama dalam plasma (atau darah)
Continue
Continue

Obat-obatan yang memiliki Vd yang relatif kecil (misalnya 5 L)


sebagian besar berada di kompartemen plasma. Obat-obatan
dengan Vd 15L didistribusikan ke seluruh kompartemen cairan
vaskular dan ekstraseluler. Obat-obatan dengan Vd> 40 L
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh (kompartemen cairan
vaskuler, ekstraseluler, dan intraseluler). Dari sudut pandang
praktis, obat yang memiliki Vd besar perlu diberikan dalam
dosis yang lebih besar untuk mencapai target konsentrasi dalam
plasma. Selain itu, obat-obatan yang bersifat lipofilik memiliki
Vd lebih besar daripada obat yang larut dalam air serta
memungkinkan untuk menumpuk dalam lemak.
RESEARCH RESOURCES

Faktor yang mempengaruhi volume distrbusi obat


dalam tubuh:
"Faktor-faktor pasien dapat mencakup usia, jenis
kelamin, massa otot, massa lemak dan distribusi
cairan abnormal (edema, asites, efusi pleura).
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung kedalam Faktor-faktor obat akan termasuk pengikatan
beberapa faktor yaitu: jaringan, pengikatan protein plasma dan sifat
1. Aliran darah. Setelah obat sampai ke aliran darah, segera fisikokimia obat (ukuran, muatan, pKa, kelarutan
terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran darah.
lemak, kelarutan dalam air). "
2. Permeabilitas kapiler. Distribusi obat tergantung pada struktur
kapiler dan struktur obat.
3. Ikatan protein. Obat yang beredar di seluruh tubuh dan
berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas.Obat
yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja.Hanya
obat bebas yang dapat memberikan efek.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai