Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PANGAN FUNGSIONAL

Disusun oleh

Kelompok 2 :

Cindy Fratika Andriani PO. 62.31.3.18.203

Nurita Putri PO. 62.31.3.18.223

Ruth Cynthia Kasih PO. 62.31.3.18.230

Sonia Fatmala Putri PO. 62.31.3.18.232

Vini Stevani PO. 62.31.3.18.235

Yulita Armi PO. 62.31.3.18.240

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-
Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan
dan kami meminta pertolongan.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Pangan Fungsional” dengan lancar dan tepat
waktu.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait dampak yang
diakibatkan karena sampah, serta sekaligus langkah-langah tentang bagaimana sampah dapat
diolah kembali.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik
dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab
sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran
yang konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak
yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah
kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Palangkaraya, 11 September
2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pangan Fungsional........................................................ 3
2.2 Sejarah Pangan Fungsional ............................................................ 3
2.3 Syarat-syarat Pangan Fungsional .................................................... 3
2.4 Klasifikasi Pangan Fungsional ....................................................... 4
2.5 Fungsi Pangan Fungsional ............................................................. 6
2.6 Jenis dan Contoh Pangan Fungsional ............................................. 7
2.7 Klaim Pangan Fungsional .............................................................. 12
2.8 Strategi Konsumsi Pangan Fungsional ........................................... 12

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL


1.1 Kesimpulan .................................................................................... 13
1.2 Saran.............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia ini menunjukkan bahwa berbagai
upaya yang dilakukan berbagai bangsa untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya pada awalnya berbasispada sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
Demikian halnya dengan nenek moyang kita. Mereka telah mempunyai pengalaman
panjang dan turun temurun dalam menyeleksi berbagai sumber daya hayati
disekitarnya, yang mereka anggap dan yakini bermanfaat bagi peningkatan kesehatan
dan terapi penyakit.
Seperti halnya kebiasaan nenek moyang dulu, saat ini ada kecenderungan orang
mengonsumsi makanan tidak hanya semata-mata mempertimbangkan nilai gizi dan
rasanya, tetapi juga pengaruh makanan tersebut pada kesehatan tubuhnya. Makanan
yang dikonsumsi harus diusahakan juga dapat menjaga kesehatan dan kebugaran,
serta menurunkan efek negatif bagi tubuh pengonsumsinya. Kenyataan tersebut
menuntut suatu bahan pangan tidak lagi sekadar memenuhi kebutuhan dasar tubuh
(yaitu bergizi dan lezat), tetapi juga dapat bersifat fungsional. Dari sinilah lahir
konsep pangan fungsional, yang akhir-akhir ini sangat populer di kalangan
masyarakat dunia. Kepopuleran tersebut ditunjang oleh suatu keyakinan bahwa di
dalam pangan fungsional terkandung gizi-gizi dan zat-zat non gizi yang sangat
penting khasiatnya untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Fenomena pangan
fungsional telah melahirkan paradigma baru bagi perkembangan ilmu dan teknologi
pangan, yaitu dilakukannya berbagai modifikasi produk olahan pangan menuju sifat
fungsional. Saat ini, di Indonesia telah banyak dijumpai produk pangan fungsional,
baik yang diproduksi di dalam negeri maupun impor. Keanekaragaman pangan lokal
di Indonesia potensial untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional dengan tujuan
untuk memperbaiki fungsi-fungsi fisiologis, agar dapat melindungi tubuh dari
penyakit, khususnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes,
osteoporosis dan kanker. Diharapkan dengan pengembangan pangan fungsional dapat
meningkatkan derajat kesehatan serta menekan biaya medis bagi masyarakat.
Kemajuan iptek pangan yang pesat telah memberikan bukti ilmiah bahwa sebagian
besar jenis-jenis pangan yang diyakini nenek moyang kita bermanfaat untuk

1
2

peningkatan kesehatan dan pengobatan. Sebagain besar zat-zat bioaktif bahan-bahan


tersebut juga telah dapat diidentifikasi dan diisolasi. Kemajuan ini mendorong
lahirnya berbagai produk pangan fungsional dengan berbagai klaim khasiat dan
manfaatnya.

1.2 Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian pangan fungsional
2. Menjelaskan tentang sejarah pangan fungsional
3. Menjelaskan tentang syarat – syarat pangan fungsional
4. Menjelaskan tentang klasifikasi pangan fungsional
5. Menjelaskan tentang fungsi pangan fungsional
6. Menjelaskan tentang jenis dan contoh makanan pangan fungsional
7. Menjelaskan tentang Klaim Pangan Fungsional
8. Menjelaskan tentang strategi konsumsi pangan fungsional

1.3 Manfaat
Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang pengertian, sejarah, syarat-
syarat, klasifikasi, fungsi, jenis dan contoh makanan, klaim, serta strategi konsumsi
dari pangan fungsional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pangan Fungsional


Menurut konsensus pada The First International Conference on East-West
Perspective on Functional Foods tahun 1996, pangan fungsional adalah pangan yang
karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di
luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.
Definisi pangan fungsional menurut Badan POM adalah pangan yang secara
alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang
berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis
tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Serta dikonsumsi sebagaimana layaknya
makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna,
tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen. Selain tidak memberikan
kontraindikasi dan tidak memberi efek samping pada jumlah penggunaan yang
dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi lainnya. Pangan fungsional merupakan
makanan yang bermanfaat bagi kesehatan di luar nutrisi dasar atau bermanfaat bagi
kesehatan di luar zat gizi yang tersedia. Pangan fungsional yang diperkaya dengan
vitamin, serat, dan asam lemak atau makanan yang didesain rendah Na dan lemak,
dapat dimanfaatkan oleh konsumen untuk meningkatkan status gizi mereka. Makanan
dapat dianggap sebagai makanan fungsional jika memuaskan ditujukan untuk
mempengaruhi menguntungkan satu atau lebih fungsi target dalam tubuh, di luar efek
gizi yang memadai, dengan cara yang relevan dengan baik keadaan peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan dan atau pengurangan dari risiko penyakit.

2.2 Sejarah Pangan Fungsional


Konsep pangan fungsional pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 1984
dengan istilah FOSHU yang merupakan singkatan dalam bahasa Inggris Food for
Special Dietary Uses yang berarti pangan yang dikhususkan untuk diet tertentu. Hal
ini di latar belakangi oleh semakin banyaknya populasi orang tua di Jepang yang
berpotensi terhadap peningkatan penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler,
diabetes, hipertensi, osteoporosis, dan kanker.

3
4

Berlatar belakang hal tersebut, maka Kementerian Pendidikan Jepang pada tahun
1984 mencanangkan proyek pengembangan dan penelitian yang memfokuskan pada
sifat fungsional pada pangan. Proyek tersebut merupakan proyek penelitian mengenai
pangan fungsional yang pertama kali di dunia dengan melibatkan berbagai peneliti
dari latar belakang disiplin ilmu seperti ilmu gizi, farmakologi, psikologi, dan
kedokteran. Jumlah produk pangan yang disetujui untuk mendapatkan klaim dan logo
FOSHU oleh Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan di Jepang.

Gambar 1. Jumlah produk pangan yang disetujui untuk mendapatkan klaim dan logo FOSHU oleh
Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan di Jepang.

Hingga akhir tahun 2007, Jepang sudah memberikan label FOSHU pada 755
produk pangan. Klaim kesehatan untuk produk FOSHU di Jepang diklasifikasikan
menjadi delapan kelompok yang memberikan efek kesehatan untuk kondisi IG
(Indeks Glikemik), tekanan darah, serum kolesterol, glukosa darah, absorpsi mineral,
kesehatan gigi, lemak netral pada darah, serta kesehatan tulang.

2.3 Syarat - Syarat Pangan Fungsional


 Syarat umum
Jepang merupakan negara pertama yang mengembangkan makanan fungsional
serta membuat peraturan dan prosedur registrasi terhadap Foods for Specified
Health Use (FOSHU). Menurut para ilmuwan negeri matahari terbit itu, suatu
produk pangan dapat dikategorikan sebagai makanan fungsional bila memenuhi
persyaratan:
1. Produk tersebut harus berupa produk pangan (bukan kapsul, tablet atau
powder) yang berasal dari bahan yang terdapat secara alami pada bahan
pangan.
2. Produk tersebut dapat dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-
hari.
5

3. Produk tersebut mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna serta


memberikan peranan tertentu dalam proses metabolisme di dalam tubuh,
antara lain memperkuat mekanisme pertahanan tubuh atau meningkatkan
kekebalan terhadap suatu penyakit, mencegah timbulnya penyakit
tertentu (contoh : penyakit jantung, kanker, osteoporosis, dll), membantu
mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit, menjaga kondisi fisik dan
mental, serta memperlambat proses penuaan.
 Syarat di Jepang
Di Jepang, Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan menyatakan
bahwa suatu pangan bisa disebut sebagai pangan fungsional jika memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Pangan tersebut harus dapat meningkatkan fungsi diet dan kesehatan.
2. Nilai positif gizi dan kesehatan harus terbukti kuat dengan hasil
penelitian secara empiris.
3. Anjuran konsumsi dari pangan tersebut harus mendapatkan persetujuan
dari ahli gizi dan kesehatan.
4. Pangan dan komponen ingredien yang terkandung di dalamnya harus
aman sesuai dengan diet seimbang.
5. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya harus terkarakterisasi secara
jelas dalam hal sifat fisik dan kimia, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif (metode yang digunakan untuk menganalisa dari sifat tersebut
harus disertakan dengan jelas)
6. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya tidak boleh menurunkan
nilai gizi dari pangan tersebut.
7. Pangan tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan asupan dan cara yang
normal.
8. Pangan tersebut tidak boleh dalam bentuk tablet, kapsul, atau serbuk.
9. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya harus berasal dari
komponen alami.
6

2.4 Klasifikasi Pangan Fungsional


Klasifikasi penggolongan pangan fungsional menurut Juvan et al. 2005 adalah
sebagai berikut.
1. Berdasarkan golongan dari pangan tersebut (produk susu dan turunannya,
minuman, produk sereal, produk kembang gula, minyak, dan lemak)
2. Berdasarkan penyakit yang akan dihindari atau dicegah (diabetes,
osteoporosis, kanker kolon)
3. Berdasarkan efek fisiologis (imunologi, ketercernaan, aktivitas anti-tumor)
4. Berdasarkan kategori komponen bioaktif (mineral, antioksidan, lipid,
probiotik)
5. Berdasarkan sifat organoleptik dan fisikokimia (warna, kelarutan,tekstur)
6. Berdasarkan proses produksi yang digunakan (kromatografi, enkapsulasi,
pembekuan).

2.5 Fungsi Pagan Fungsional


Pangan/makanan fungsional memiliki tiga fungsi yaitu fungsi nutritional
1. Primer, artinya makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)
2. Sekunder (fungsi sensoris) artinya makanan tersebut dapat diterima oleh
konsumen secara sensoris
3. Tersier (fungsi fisiologi) artinya makanan tersebut memiliki fungsi untuk
menjaga kesehatan, mengurangi terjadinya suatu penyakit dan menjaga
metabolisme tubuh. Meskipun mengandung senyawa yang bermanfaat bagi
kesehatan, pangan fungsional tidak berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk
yang berasal dari senyawa alami. Pangan fungsional dibedakan dari
suplemen makanan dan obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan. Kalau obat fungsinya terhadap penyakit bersifat kuratif,
3 maka pangan fungsional hanya bersifat membantu pencegahan suatu
penyakit. Dari konsep yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan,
jelaslah bahwa pangan fungsional tidak sama dengan food supplement atau
obat. Pangan fungsional dapat dikonsumsi tanpa dosis tertentu, dapat
dinikmati sebagaimana makanan pada umumnya, serta lezat dan bergizi.
7

Jadi makanan fungsional dikonsumsi bukan berupa obat (serbuk) tetapi


dikonsumsi berbentuk makanan.

2.6 Jenis dan Contoh Pangan Fungsional


Jenis-jenis pangan fungsional secara umum dibagi berdasarkan dua hal, yaitu
berdasarkan sumber pangan dan cara pengolahannya (Subroto,2008)
1. Berdasarkan Sumber Pangan Pangan fungsional digolongkan menjadi dua,
yaitu pangan fungsional nabati merupakan pangan fungsional bersumber
dari bahan tumbuhan (contohnya kedelai, beras merah, tomat, anggur dan
bawang putih) dan pangan fungsional hewani merupakan pangan fungsional
bersumber dari bahan hewan (contohnya ikan, daging dan susu).
2. Berdasarkan Cara Pengolahannya Pangan fungsional digolongkan menjadi
tiga kelompok yaitu :
A. Pangan fungsional alami merupakan pangan fungsional yang sudah
tersedia di alam tanpa perlu pengolahan sama sekali. Contohnya
buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang bisa langsung dimakan.
B. Pangan fungsional tradisional merupakan pangan fungsional yang
diolah secara tradisional mengikuti cara pengolahan yang diturunkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Astawan (2011)
beberapa contoh pangan tradisional Indonesia yang memenuhi
persyaratan pangan fungsional adalah: minuman beras kencur,
temulawak, kunyit-asam, dadih (fermentasi susu khas Sumatera
Barat), dali (fermentasi susu kerbau khas Sumatera Utara), sekoteng
atau bandrek, tempe, tape dan jamu.
C. Pangan fungsional modern merupakan pangan fungsional yang dibuat
khusus menggunakan resep-resep baru. Beberapa contoh pangan
fungsional modern menurut Astawan (2011) adalah:
a) Pangan tanpa lemak, rendah kolesterol dan rendah trigliserida.
b) Breakfast cereals dan biskuit yang diperkaya serat pangan.
c) Mi instan yang diperkaya dengan berbagai vitamin dan mineral.
d) Permen yang mengandung zat besi, vitamin, dan
fruktooligosakarida.
8

e) Pasta yang diperkaya serat pangan.


f) Sosis yang diperkaya dengan oligosakarida, serat atau kalsium
kulit telur.
g) Minuman yang mengandung suplemen serat pangan, mineral
dan vitamin.
h) Cola rendah kalori dan cola tanpa kafein.
i) Sport drink yang diperkaya protein.
j) Minuman isotonik dengan keseimbangan mineral.
k) Minuman untuk pencernaan.
l) Minuman pemulih energi secara kilat.
m) Teh yang diperkaya dengan kalsium.
Selanjutnya menurut Subroto (2008) beberapa contoh kelompok pangan
fungsional modern yang dijual di pasar modern (minimarket, supermarket
dan hypermarket) sebagai berikut :
a) Margarin dan minyak rendah kolesterol.
b) Minuman fermentasi yang mengandung bakteri baik seperti
lactobacilli.
c) Yoghurt yang mengandung kultur Acidophillus.
d) Air minum dengan penambahan mineral seperti magnesium dan
kalsium.
e) Air dengan penambahan oksigen.
f) Air heksagonal.
g) Susu kedalai.
h) Susu dengan penambahan suplemen/vitamin.
i) Susu rendah lemak.
j) Roti dengan penambahan suplemen/vitamin.
k) Biji-bijian utuh dan produk-produk tinggi serat.
l) Serealia dengan penambahan folat.
m) Jus buah dengan penambahan suplemen/vitamin.
n) Garam dapur dengan penambahan yodium.
o) Garam dapur dengan pengurangan natrium dan penambahan
kalium dan magnesium.
p) Nutrisi untuk makanan bagi diabetes.
9

q) Bumbu masak dari herbal pengganti MSG (Monosodium


glutamat).

Pangan fungsional modern yang sengaja dibuat dengan tujuan khusus


umumnya diproduksi melalui salah satu atau lebih pendekatan
sebagai berikut (Subroto, 2008):
a) Menghilangkan komponen yang diketahui menyebabkan efek
buruk jika dikonsumsi, misalnya protein alergan (protein
penyebab alergi).
b) Meningkatkan konsentrasi komponen yang memiliki efek baik
terhadap kesehatan, baik berupa komponen nutrisi maupun
komponen non-nutrisi (phytochemicals) yang secara alami
sudah terdapat dalam makanan tersebut.
c) Menambahkan suatu komponen yang memiliki efek baik
terhadap kesehatan yang sebelumnya tidak terdapat pada
makanan tersebut.
d) Mengganti suatu komponen dalam makanan yang diketahui
memiliki efek buruk terhadap kesehatan dengan komponen lain
yang memiliki efek menguntungkan.
e) Meningkatkan ketersediaan atau stabilitas komponen suatu
makanan yang diketahui mempunyai efek baik terhadap
kesehatan.

Contoh komponen zat gizi yang sering ditambahkan ke dalam bahan


makanan adalah (Astawan, 2011) :
a) Vitamin A, vitamin E, beta-karoten, flavonoid, selenium, dan seng
(zinc) yang telah diketahui peranannya sebagai antioksidan untuk
mengatasi serangan radikal bebas yang menjurus kepada timbulnya
berbagai penyakit kanker.
b) Asam lemak omega-3 dari minyak ikan laut untuk menurunkan
kolesterol dan meningkatkan kecerdasan otak, terutama pada bayi dan
anak balita.
10

c) Kalsium untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, mencegah


osteoporosis (kerapuhan tulang) dan tekanan darah tinggi
d) Asam folat untuk mencegah anemia dan kerusakan syaraf.
e) Zat besi untuk mencegah anemia gizi
f) Iodium untuk mencegah gondok dan kretinisme (kekerdilan)
g) Oligosakarida untuk membantu pertumbuhan mikroflora yang
dibutuhkan usus (Bifido bacteria).

Tabel 1. Senyawa-senyawa fungsional, sumber dan fungsinya


11
12

2.7 Klaim Pangan Fungsional


Untuk klaim kesehatan yang diizinkan pada produk pangan fungsional, meliputi
klaim kandungan gizi, klaim fungsi gizi dan klaim manfaat terhadap kesehatan.
Contoh klaim kandungan gizi yang diizinkan adalah “diperkaya vitamin”,
“mengandung serat pangan”, “tinggi kalsium”. Contoh klaim fungsi gizi yang
diizinkan adalah “Kalsium berperan dalam pembentukan tulang, dan meningkatkan
kepadatan tulang dan gigi”. Contoh klaim manfaat terhadap kesehatan adalah
“Latihan fisik rutin, dan diet sehat yang disertai konsumsi kalsium yang cukup, dapat
mengurangi risiko terjadinya kerapuhan tulang.”. Dalam melakukan klaim kesehatan
pada produk pangan fungsional, sering digunakan istilah “To help“, “To maintain“,
“To improve“, “Is good for“, dan sebisa mungkin menghindari istilah “To prevent,
“To cure“, “To treat“, “To diagnose“.

2.8 Strategi Konsumsi Pangan Fungsional


Sesuai dengan definisinya bahwa pangan fungsional dapat dikonsumsi tanpa
dosis tertentu, maka melibatkan pangan fungsional dalam menu sehari-hari adalah
tindakan yang sangat baik dan tepat dari segi gizi. Konsumsi pangan fungsional dapat
dilakukan oleh semua kelompok umur (kecuali bayi). Diversifikasi konsumsi pangan
fungsional perlu diperkenalkan sedini mungkin sejak masa kanak-kanak, agar setelah
dewasa memperoleh manfaat dan khasiat yang optimal, yaitu sehat dan bugar,
produktif, mandiri, serta berumur panjang. Di masa mendatang kehadiran pangan
fungsional atau yang diklaim sebagai pangan fungsional akan semakin semarak di
Tanah Air kita ini. Sebagai konsumen yang bijak dan sadar akan pentingnya gizi bagi
kesehatan, maka selayaknya kita memperhitungkan betul manfaat dari biaya yang kita
13

keluarkan untuk membeli bahan makanan tersebut. Kita harus terhindar dari
perbuatan membeli makanan yang semata-mata didasari atas pertimbangan 5 selera
dan prestise, tetapi tidak berarti bagi pencapaian tingkat kesehatan yang optimal.
Strategi penggunaan pangan fungsional yang paling penting adalah
1. Pemilihan pangan fungsional harus berdasarkan atas hasil penelitian ilmiah
2. Membaca label produk makanan fungsional sebelum memutuskan untuk
membeli suatu produk
3. Kritis terhadap iklan dan promosi yang ditawarkan dengan merujuk kepada
bukti-bukti ilmiah atas promosi tersebut
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya
dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh
zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya.
2. Konsep pangan fungsional pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun
1984 dengan istilah FOSHU (Food for Special Dietary Uses).
3. Tiga syarat umum makanan yang dapat dikatakan pangan fungsional yaitu
merupakan produk pangan (bukan kapsul, tablet atau powder), dapat
dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari, dan memiliki sifat
fisiologis untuk kesehatan.
4. Tiga fungsi pangan fungsional yaitu fungsi gizi, fungsi sensori, fungsi dan
fungsi fisiologi
5. Contoh klaim kandungan gizi yang diizinkan adalah “diperkaya vitamin”,
“mengandung serat pangan”, “tinggi kalsium”.
6. Strategi penggunaan pangan fungsional yang paling penting adalah Pemilihan
pangan fungsional harus berdasarkan atas hasil penelitian ilmiah, Membaca
label produk makanan fungsional, Kritis terhadap iklan dan promosi yang
ditawarkan dengan merujuk kepada bukti-bukti ilmiah atas promosi tersebut.

3.2 Saran
Melalui makalah ini hendaknya pembaca/masyarakat meningkatkan kesadaran
terhadap kesehatan dengan mengonsumsi pangan yang bersifat fungsional untuk
meningkatkan derajat kesehatan, serta mengembangkan dan menciptakan produk-
produk pangan lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fahreja, dkk. 2018. Makalah Makanan Fungsional. http://Sule-


Epol.Blogspot.Com/2018/02/Makalah-Makanan-Fungsional.Html. (diakses
tanggal 20 agustus 2020)

Suter, Ketut. 2013. Pangan Fungsional Dan Prospek Pengembangannya.


https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/ID3_19501231197
602100323091304927makalah-gizi.pdf (diakses tanggal 20 agustus 2020)

Uwnknow. 2019. Pangan Fungsional.


https://id.wikipedia.org/wiki/Pangan_fungsional#:~:text=Konsep%20pangan%20fu
ngsional%20pertama%20kali,yang%20dikhususkan%20untuk%20diet%20tertentu.
(diakses tanggal 1 september 2020)

D, Alina , dkk. 2012. Makanan Fungsional. https://dokumen.tips/documents/makalah-


makanan-fungsional.html. (diakses tanggal 1 september 2020)

Khurniawan, Agus. 2015. Pangan Fungsional Dan Kesehatan


http://jurnal.akpermuh.ac.id/index.php/jamc/article/download/42/40. (diakses
tanggal 5 september 2020)

Yulia. 2015. Makanan Fungsional. https://foodtech.binus.ac.id/2015/01/13/makanan-


fungsional/. (diakses tanggal 8 september 2020)

Anda mungkin juga menyukai