Anda di halaman 1dari 15

FUNCTIONAL FOOD

ANTIOKSIDAN BAGI PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER

Oleh:
Kelompok 4 Lokus Palembang
1. Aurellia Salsabila
2. Nyimas Aulia Putri Erliani
3. Salsabila Valeta
4. Anisatul Mardiyah
5. Selvy Juliantika
6. Putri Novalia Fadhilah
7. Mira Yuniarti
8. Jeannieta Hasty A
9. Salvia Salsabila
10. Yuli Astuti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Fungsional Food.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si., Apt., M.M., M.Kes. selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang.
2. Ibu Susyani, S.Si.T., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Palembang.
3. Ibu Eliza, S.Gz., M.Si. selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika
Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Ibu Imelda Telisa, S.Gz. MP, selaku dosen pengajar mata kuliah Fungsional
Food yang telah memberikan ilmu dan waktu untuk membimbing dan
mengarahkan dalam pembuatan tugas ini.
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan, serta semangat
untuk selalu berusaha.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari
bahwa tugas dari Fungsional Food ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dalam
penulisan selanjutnya.

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
A. Fungsional Food...................................................................................6
B. Konsep Dasar Penyakit Jantung Koroner............................................7
1. Pengertian.......................................................................................7
2. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner......................................7
3. Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Koroner.................................8
4. Diagnosis Penyakit Jantung Koroner.............................................9
5. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner..........................................9
C. Antioksidan.........................................................................................10
D. Fungsional Food Antioksidan pada Penyakit Jantung Koroner..........11
1. Pengertian Kurkumin....................................................................11
2. Dosis Pemberian Kurkumin..........................................................12
3. Peranan Kurkumin bagi Penyakit Jantung Koroner......................12
BAB III PENUTUP........................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika pembuluh darah
jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Pada awalnya, kondisi
ini mungkin tidak menyebabkan gejala. Namun, sumbatan total pada arteri
koroner dapat menyebabkan serangan jantung.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya
oksigen ke otot jantung. Penumpukan lemak di arteri koroner membuat
pembuluh darah ini menyempit dan mengeras. Akibatnya, aliran darah dan
asupan oksigen ke otot jantung berkurang.
Ketika asupan oksigen berkurang, otot jantung bisa rusak sehingga
kemampuannya untuk bekerja juga menjadi terbatas. Hal inilah yang
menyebabkan gejala serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2019, ada 17,9 juta penduduk di
dunia yang meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskular), di antaranya akibat penyakit jantung koroner (PJK).
Sementara di Indonesia, tercatat lebih dari 2 juta orang menderita penyakit
kardiovaskular pada tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Fungsional Food?
2. Apa konsep dasar Penyakit Jantung Koroner?
3. Apa yang dimaksud dengan Antioksidan?
4. Bagaimana Fungsi Antioksidan terhadap Penyakit Jantung Koroner?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Fungsional Food.
2. Menjelaskan tentang Penyakit Jantung Koroner.
3. Menjelaskan tentang antioksidan serta manfaatmya.

4
4. Menjelaskan tentang fungsi antioksidan terhadap Penyakit Jantung
Koroner.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Funsional Food
Wildman (2001) menjelaskan pangan fungsional sebagai pangan
alami (sebagai contoh, buah - buahan dan sayur - sayuran) atau pangan olahan
yang mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak
positif pada fungsi metabolisme manusia. Definisi lain yang dijelasakan oleh
Wildman (2001) yaitu pangan fungsional merupakan pangan olahan yang
mengandung bahan-bahan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai
fungsi fisiologis tertentu, tidak membahayakan, dan bermanfaat bagi
kesehatan. Kalra (2003) menambahkan bahwa pangan fungsional dapat
bertindak sebagai nutraceutical (Hartati, 2017)

Sebagai contoh dapat digunakan sebagai bahan fortifikasi pada


produk susu. FAO tahun 2007 menjelaskan pangan fungsional memiliki
persamaan dengan makanan konvensional dari segi tampilannya. Namun
terdapat perbedaanyaitu makanan fungsional menunjukkan manfaat fisiologis
dan dapat mengurangi risiko penyakit kronis, termasuk pemeliharaan
kesehatan. Makanan yang dimasak atau diolah dengan menggunakan
"scientific intelligence" maka makanan tersebut disebut sebagai "pangan
fungsional". Dengan demikian, makanan fungsional memberikan gizi pada
tubuh dengan jumlah yang diperlukan seperti vitamin, lemak, protein,
karbohidrat, dll yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehat.Di dalam
The First Internasional Conferensi East- West Perspective on Fungsional
Foods tahun 1996 terdapat definisi lain tentang pangan fungsional, yaitu
pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan
manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang
terkandung di dalammya (Hartati, 2017).
Badan POM (2001) menjelaskan pangan fungsional sebagai pangan
yang secara alamiah maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih

6
senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-
fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Serta dikonsumsi
sebagai mana layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik
sensori berupa penampakan, warna dan tekstur dan cita rasa yang dapat
diterima oleh konsumen, tidak memberikan kontraindikasi dan tidak
memberikan efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap
metabolisme zat gizi lainnya.Pangan fungsional berupa pangan yang dapat
dikonsumsi setiap saat oleh yang memerlukannya, jadi bukan berbentuk
kapsul atau tablet. Jika diperhatikan berdasarkan fungsinya, maka pangan
fungsional dapat berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah
penyakit, memulihkan kondisi tubuh, dan menghambat proses penuaan
(Hartati, 2017).

B. Konsep Dasar Penyakit Jantung Koroner


1. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner adalah suatu kondisi ketidakseimbangan
antara suplay darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat dari
tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab yang
paling sering adalah aterosklerosis (Saferi Wijaya & Mariza Putri, 2013).
Penyakit Jantung Koroner adalah suatu akibat adanya penyempitan atau
sumbatan pada pembuluh darah jantung baik itu sebagian atau total yang
akan berdampak menurunnya aliran darah ke otot – otot jantung, hal ini
yang akan menimbulkan gejala nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri,
rahang bawah (Bachrudin & Najib, 2016).

2. Faktor Resiko Penyebab Jantung Koroner


Faktor risiko terjadinya Penyaki Jantung Koroner dibagi menjadi dua,
yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor dapat diubah. Menurut
(Bachrudin & Najib, 2016):

7
a. Faktor yang dapat dirubah:
1) Hipertensi
2) Hiperkolesterolemia
3) Merokok
4) Obesitas
5) Diabetus Millitus
6) Exercise/Latihan dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan
memperbaiki kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat
dikurangi.
b. Faktor yang tidak dapat dirubah:
1) Umur, telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan
kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada
laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya
umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai
meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat
sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause (45
tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama.
Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi
lebih tinggi dari pada laki-laki.
2) Jenis kelamin, di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60
tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan.
Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3x lebih besar
dari perempuan.

3. Tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner


Manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner menimbulkan
gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri
penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung
progresif, dan suplai darah tidak adekuat yang ditimbulkannya akan
membuat sel – sel otot iskemia terjadi dalam berbagai tingkat, manifestasi
utama dari iskemia miokardium adalah sesak nafas, rasa lelah

8
berkepanjangan, irama jantung yang tidak teratur dan nyeri dada atau
sering disebut dengan Angina Pektoris (Saferi Wijaya & Mariza Putri,
2013). Gejala penyakit jantung koroner yang utama adalah angina, nyeri
dada meremas yang dapat menyebar ke leher, rahang, perut dan bagian kiri
atas dari tubuh. Gejala penyerta antara lainnya adalah disertai dengan
keringat dingin, mual dan muntah, lemas, pusing melayang dan pingsan
(Dwiputra, 2018). Menurut Herliana & Sitanggang, (2009) gejala jantung
koroner antara lain: ujung – ujung jari tangan dan kaki terasa kesemutan,
leher dan bahu terasa kaku dan pegal, kepala pusing (vertigo), sesak nafas,
dan juga dada sebelah kiri terasa sakit.

4. Diagnosis Penyakit Jantung Koroner


Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan gejala dan
memeriksa faktor risiko yang dimiliki pasien. Bila pasien berisiko terkena
penyakit jantung koroner, dokter akan mengukur tekanan darah dan
memeriksa kadar kolesterol pasien.
Guna memastikan diagnosis, dokter akan menjalankan metode
pemeriksaan berikut:
 Elektrokardiografi (EKG), untuk merekam aktivitas listrik jantung
serta menilai apakah detak dan irama jantung pasien tergolong normal
atau tidak.
 Stress test, untuk mendeteksi gejala penyakit jantung koroner yang
sering muncul saat pasien sedang beraktivitas.
 Kateterisasi jantung dan angiografi koroner, untuk melihat aliran darah
menuju jantung dan mendeteksi penyumbatan di pembuluh darah
coroner

5. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner


Pengobatan penyakit jantung koroner umumnya melibatkan
perbaikan pola hidup yang akan dikombinasikan dengan obat-obatan atau

9
prosedur medis. Dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani pola
hidup sehat, seperti:
 Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
 Mengurangi atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol
 Berhenti merokok
 Menjaga berat badan ideal
 Berolahraga teratur

C. Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau
menetralisir radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit
degeneratif seperti kardiovaskuler,karsinogenesis, dan penyakit lainnya.
Senyawa antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk
menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh
radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Senyawa ini memiliki
struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal
bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas, Sehingga saat ini jenis antioksidan yg paling
banyak digunakan adalah jenis antioksidan alami yang banyak terkandung
pada tanaman hijau salah satunya binahong (Pratiwi et al., 2023).
Tubuh memiliki antioksidan sebagai mekanisme pertahanan tubuh
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk. Antioksidan merupakan
inhibitor proses oksidasi, bahkan pada konsentrasi yang relatif kecil.
Antioksidan ini dapat berkurang dan habis dengan cepat, menyebakan
gangguan pada status equilibrium dari sistem prooksidan dan antioksidan pada
sel intak. Faktor yang berperanan atas penurunan produksi antioksidan adalah
infeksi bakteri, virus atau inflamasi kronik dan proses penuaan (Rosi Andarina
& Tantawi Djauhari, 2017).
Strategi dalam menangani kondisi penyakit jantung koroner melalui
pemberian antioksidan sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian.
Antioksidan ini berpotensi sebagai terapi pendukung dalam mengatasi kondisi

10
penyakit jantung koroner sekaligus dapat mengurangi munculnya komplikasi.
Pada akhirnya dapat menekan tingginya angka morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit jantung coroner (Santosa & Baharuddin, 2020).
Antioksidan dapat berupa moleku yang kompleks seperti superoksida
dismutase, katalase dan peroksiredoksin, maupun berupa senyawa sederhana
yaitu glutation, vitamin (vitamin A, C, E dan β-karoten) dan senyawa lain
(seperti flavonoid, albumin, bilirubin, seruplasmin dan lain-lain). Disamping
antioksidan yang enzimatis ada juga yang non-enzimatis yang dapat berupa
senyawa nutrisi maupun non-nutrisi. Antioksidan non-enzimatis dapat
ditemukan dalam sayuran maupun buah-buahan, bijibijian, serta kacang-
kacangan. Senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok antioksidan dan
dapat ditemui pada tanaman antara lain berasal dari golongan polifenol,
bioflavonoid, asam askorbat, vitamin E, betakaroten, katekin dan lain
sebagainya (Pratiwi et al., 2023).

D. Fungsional Food Antioksidan Pada PJK


1. Pengertian Kurkumin

Kurkumin merupakan senyawa utama yang ada pada kunyit dan


bertanggung jawab atas warna kuning kunyit. Kunyit mengandung 28%
glukosa, 12% fruktosa, 8% protein, 52% minyak atsiri yang terdiri 25%
keton seskuiterpen, 25% zingiberina dan 50% kurkumin berserta
turunannya. Berikut disajikan struktur kimia dari kurkumin. Kunyit sudah
digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan berbagai penyakit
seperti batuk, ulkus diabetes, penyakit hati, gangguan empedu, rematik,
sinusitis dan anoreksia. Saat ini, kurkumin telah dipelajari karena

11
manfaatnya bagi kesehatan, yaitu penyembuhan luka, kanker, penyakit
neurodegeneratif, penyakit artritis dan penyakit jantung.
Studi menunjukkan bahwa kurkumin memiliki peran protektif
dalam menekan perkembangan hipertrofi jantung, gagal jantung,
kardiotoksisitas yang diinduksi obat, infark miokard, aterosklerosis,
neurisma aorta, stroke dan komplikasi kardiovaskular.
Kurkumin memiliki efek hipolipidemik, aktivitas antioksidan, anti-
inflamasi dan dapat berkontribusi untuk mengurangi kejadian
aterosklerosis. Kandungan antioksidan yang luar biasa dari kurkumin
mengurangi peroksidasi lipid dan pembentukan oxLDL, dan akibatnya,
mengurangi respons peradangan serta perkembangan aterosklerosis.
2. Dosis Pemberian Kurkumin
1) Pemberian kurkumin (200 mg/kg/hari, selama 8 minggu) mengurangi
lesi aterosklerotik, memperbaiki peningkatan sel Th2 dan Th17,
meningkatkan sel T regulatori dan menghambat ekspresi dari mediator
pro inflamasi pada makrofag M1 yang diisolasi dari limpa).
2) Pemberian kurkumin (500, 1000 dan 1500 mg/kg) selama 16 minggu
memberikan efek antiinflamasi yang signifikan dan juga menekan
protein adiposit 2 (aP2) dan klaster diferensiasi 36 (CD36) level dalam
makrofag yang merupakan faktor sentral dalam pengendapan lipid
serta pembentukan sel busa.
3) Pemberian kurkumin (100 mg/kg/hari, selama 4 minggu) secara
signifikan meningkatkan permeabilitas arteri koroner melalui
penghambatan matrix metalloproteinase 9 (MMP-9), CD40L, TNF-α
dan C- ekspresi protein reaktif (CRP).
3. Peranan Kukumin bagi Penyakit Jantung Koroner
Studi menunjukkan bahwa kurkumin dapat mengubah ekspresi gen
yang terkait dengan adhesi leukosit dan migrasi transendotelial dalam
jaringan aorta dengan dimediasi oleh peningkatan ekspresi inhibitor
protein NF-κB (IκB) dan penurunan ikatan NFκB dan aktivitas transkripsi
setelah stimulasi dengan tumor necrosis factor-α (TNF-α). Selain itu,
dibuktikan

12
bahwa kurkumin dapat menurunkan regulasi aktivasi toll-like receptor 4
(TLR4) yaitu sebuah reseptor yang mengenali pola molekul eksogen atau
endogen dan memodulasi respon imun dan inflamasi. Peran kurkumin
lainnya terhadap aterosklerosis adalah proliferasi dan migrasi sel otot
polos (SMC). Kurkumin adalah antioksidan yang dapat menjadi salah satu
tatalaksana penyakit jantung koroner dikarenakan mampu menekan
pembentukan atersklerosis dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Hal ini berkaitan dengan salah satu fungsinya yaitu dapat menghambat
kinerja enzim Hmg CoA dan pembentukan kolesterol dari asam lemak
bebas sehingga sintesis lemak dapat berjalan dengan baik (Elidiya et al.
2019).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurkumin merupakan senyawa utama yang ada pada kunyit.
Kurkumin adalah antioksidan yang dapat menjadi salah satu tatalaksana
penyakit jantung koroner dikarenakan mampu menekan pembentukan
atersklerosis dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Pemberian kurkumin dapat menjadi modalitas terapi mutakhir pada
penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh aterosklerosis sehingga dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas PJK. Namun, efek ini harus diteliti dan
diterapkan lebih lanjut terhadap berbagai jenis ras/etnis individu agar dapat
dijadikan pengobatan awal pasien dengan penyakit jantung koroner.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ariyanti Hartari (2017). Pangan Fungsional, Kanal UGM,


https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id

Bachrudin, M. dan Najib, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I (1st ed.; H.


Purwanto, Ed.). Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Elidiya, Anggun, Putu Ristyaning Ayu, Risti Graharti, Fakultas Kedokteran, and
Universitas Lampung. 2019. “Efek Curcumin Sebagai Pengobatan Penyakit
Jantung Koroner Effect Of Curcumin As Coronary Heart Disease.” 9:244–48.

Herliana, E. dan Sitanggang, M. (2009) Solusi Sehat Mengatasi Kolesterol Tinggi.


Tangerang: PT Agromedia Pustaka.

Pratiwi, A. ., Yusran, & Islawati. (2023). ANALISIS KADAR ANTIOKSIDAN PADA


EKSTRAK DAUN BINAHONG HIJAU Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.
Bioma : Jurnal Biologi Makassar, 8(August 2022), 66–74.
https://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma

Rosi Andarina, & Tantawi Djauhari. (2017). Antioksidan Dalam Dermatologi. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, 4(1), 39–48.

Santosa, W. N., & Baharuddin, B. (2020). Penyakit Jantung Koroner dan Antioksidan.
KELUWIH: Jurnal Kesehatan Dan Kedokteran, 1(2), 98–103.
https://doi.org/10.24123/kesdok.v1i2.2566

15

Anda mungkin juga menyukai