Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


NUTRISI

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik
Dosen Pengampu : Rika Maya Sari, S.Kep., Ns., M. Kes

Disusun Oleh : Kelompok 1

No Nama NIM
1 Yunita Dwi Krismuna 17613116
2 Nurul Kurniawati 17613110
3 Sinta Ratnasari 17613106
4 Adelia Putri Yuniardi 17613098
5 Magfiroh 17613094
6 Anggraeta Dheka V 17613090
7 Anisa Ayu Anggraini 17613057
8 Devi Aprelia Ningtyas 17613019
9 Kevin Setiawan 17613012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis memanjatkan atas segala rahmat dan
anugrahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi” untuk
memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Gerontik Program Studi D-III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penyusunan Makalah ini tidak
akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan motivasi kepada
penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Rika Maya Sari, S. Kep., Ns., M. Kes.
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi bidang
Keperawatan.

Ponorogo, 26 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
1.3 TUJUAN ............................................................................................................ 2
1.4 MANFAAT ........................................................................................................ 2
BAB 2 ................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar .......................................................................................................... 4
2.1.1Pengertian Lansia ............................................................................................. 4
2.1.2 Pengertian Nutrisi ............................................................................................ 4
2.1.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia ..................................................................... 4
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi ........... 5
2.1.5 Gangguan Nutrisi Pada Lansia....................................................................... 7
2.1.6 Faktor Risiko Perubahan Nutrisi Pada Lansia ............................................. 9
2.1.7 Status Gizi Pada Usia Lanjut ........................................................................ 12
2.1.8 Pathway ........................................................................................................... 14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................................. 15
2.2.1 Pengkajian ...................................................................................................... 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 18
2.2.3 Analisa Data ................................................................................................... 19
2.2.4 Rencana Keperawatan ................................................................................... 20
BAB 3 ............................................................................................................................... 24
PENUTUP........................................................................................................................ 24
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 24
3.2 Saran ...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25
LAMPIRAN..................................................................................................................... 26

ii
12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Nutrisi adalah zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan
sisanya (Tarwoto & Wartonah, 2010). Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari
dalam tubuh itu sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan. Sumber lain yang berasal dari luar
tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia.
Lansia (Lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas, baik pria maupun wanita (Kushariyadi, 2011). Lansia sendiri bukan
merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Effendi, 2009). Lansia diklasifikasikan
menjadi 3 kategori, yaitu Lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir ( 56-65
tahun), dan manula (diatas 65 tahun) (Depkes RI, 2009)
Abraham Masslow mengatakan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi untuk mencapai kebutuhan tertinggi. Kebutuhan
manusia dapat digolongkan menjadi lima tingkat kebutuhan yaitu: kebutuhan
fisiologis (oksigen, makanan, air, tidur), keamanan, rasa cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri. Salah satu kebutuhan dasar yang harus diperhatikan pada
lansia adalah kebutuhan nutrisi. Lansia dimasukkan dalam kelompok rentan
gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan, bahkan
sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya.
Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik
anatomis maupun fungsionalnya.

11
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi lansia?
2. Apakah definisi nutrisi?
3. Bagaimanakah kebutuhan nutrisi pada lansia?
4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada
lansia?
5. Apa sajakah gangguan nutrisi pada lansia?
6. Apa sajakah faktor resiko perubahan nutrisi pada lansia?
7. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan pemenuhan nutrisi?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
pemenuhan nutrisi?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi lansia
2. Untuk mengetahui definisi nutrisi
3. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
pada lansia
5. Untuk mengetahui gangguan nutrisi pada lansia
6. Untuk mengetahui faktor resiko perubahan nutrisi pada lansia
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan pemenuhan nutrisi
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
pemenuhan nutrisi
1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Makalah ini mampu memberikan informasi dan referensi, selain itu

mampu memberikan pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan

keperawatan lansia dengan gangguan pemenuhan nutrisi.

12
2. Bagi Dosen

Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam mengajar mahasiswa.

3. Bagi Masyarakat

Makalah ini sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat secara

umum.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Mampu menambah khasanah keilmuan dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Konsep dasar penyakit pada makalah ini diharapkan dapat

membantu dalam penyusunan makalah berikutnya maupun dalam

penyusunan asuhan keperawatan lansia dengan gangguan pemenuhan

nutrisi.

13
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1Pengertian Lansia
Menurut WHO (World Health Organization) lansia dalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia akan terjadi proses yang disebut aging
process atau proses penuaan.

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-


tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara
umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).

2.1.2 Pengertian Nutrisi


Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat,
protein, lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan
berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting
berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang
rendah, seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori
tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010).

2.1.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia


Konsumsi kebutuhan makanan pada lansia bervariasi sesuai dengan
keadaan tubuh, dimana kebutuhan karbohidrat (kh), lemak (l) dan protein (p)
merupakan zat gizi yang menghasilkan energi tergantung pada basal

14
metabolisme rate (BMR) dan kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, suhu, lingkungan penyakit dan komposisi tubuh.setiap kelebihan
energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan diubah menjadi lemak
dan disimpan dalam jaringan adipose. Kecukupan energi per orang perhari
laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 2200 kalori/hari, untuk wanita umur 60
tahun keatas adalah 1500 kalori / hari. (Almatsier, 2003).

Konsumsi sumber protein pada lansia diperlukan untuk pembentukan dan


perbaikan semua jaringan-jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim,
hormon, kulit, rambut dan kuku. Angka energy yang ditunjukkannya akan
demikian tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan
hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Ada dua jenis protein yaitu
protein nabati dan protein hewani. Protein hewani mengandung lemak jenuh,
sedangkan protein nabati mengandung lemak tak jenuh. Kecukupan protein
untuk laki- laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/hari, sedang untuk
wanita dengan umur yang sama adalah 40 gram/hari. (Almatsier, 2003)
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia
antara lain (Nugroho, 2000) :
1) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat kerusakan gigi
atau ompong).
Pada lansia terjadi gangguan nutrisi terjadi pada gigi geligi dan semuanya
tanggal yang akan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan,
apabila makanan yang disajikan tidak diolah sedemikian rupa sehingga
tidak memerlukan pengunyahan maka akan terjadi gangguan dalam
pencernaan dan penyerapan oleh usus.
2) Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah)
Hal ini terjadi pada lansia dengan berkurangnya cita rasa yang
disebabkan oleh gangguan pada indera pengecap yang menurun serta
adanya iritasi yang kronis dari selapur lendir. Hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, serta hilangnya
sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada
lansia apabila terjadi gangguan emosional seperti stress, putus asa dan

15
rasa takut akan menyebabkan mulut kering, yang dipengaruhi oleh
pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom yang menyebabkan
sekresa saliva. Keluhan mulut kering dapat menghambat nafsu makan
pada lansia yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang. Pada lansia
sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva
dan mengubah komposisi sedikit (Ernawati, 2000).
3) Berkurangnya koordinasi otot-otot syaraf
Sistem persyarafan yang terjadi suatu perubahan sistem persyarafan yang
cepat dapat menurunkan hubungan persyarafan menjadi lambat dalam
respon dan waktu bereaksi, serta mengecilnya syaraf panca indera,
adanya gangguan pendengaran, penglihatan serta sistem respirasi. Pada
lansia gangguan ini terjadi karena pengaruh pertambahan umur dan
menurunnya fungsi organ tubuh misalnya pada gangguan refleks yang
dapat menurun. Pada syaraf otot terejadi flaksi atau lemah, tonus kurang,
tendernes dan tidak mampu bekerja. Untuk otot pada saluran cerna yang
terjadi suatu kelemahan karena pengunaan yang menurun yang berakibat
terjadinya konstipasi (Ernawati, 2000)
4) Keadaan fisik yang kurang baik
Keadaan fisik pada lansia terjadi suatu perubahan-perubahan fisik
diantaranya dari perubahan sel yang lebih sedikit jumlahnya dan lebih
besar ukurannya. Masalah yang menyangkut fisik yaitu lansia tidak bisa
berjalan atau melakukan sesuatu sendiri. Masalah fisik misalnya apatis
dan lesu dengan tanda-tanda fisik yaitu berat badan menurun, wajah
pucat, sedangkan kelemahan fisik terjadi seperti artritis (cedera
serebrovaskuler) yang menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan
memasak (Darmojo, 2000).
5) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi mempengaruhi lansia dalam melaksanakan pengobatan.
Pada lansia secara umu lansia yang memiliki pendapatan sendiri
cenderung menolak bantuan orang lain. Lansia yang tidak memiliki
penghasilan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudara
meskipun status ekonomi mereka juga tergolong miskin,dimana lansia

16
menggantungkan hidupnya terutama pada anak perempuan terdekat.
Rata-rata penghasilan lansia adalah < Rp 300.000 lebih rendah daripada
rata-rata pengeluaran >300.000. Keadaan tersebut menunjukkan betapa
rentannya kondisi ekonomi lansia apalagi kalau dilihat dari lansia yang
tidak berpenghasilan yang secara langsung akan mempengaruhi dalam
hal pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia dan perawatan lansia (Siroit,
1999)
6) Faktor Sosial lansia
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan
atau sadar akan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam
melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari
lingkungan sosial dari segi ekonomi akibat pemberhentian jabatan atau
pensiun yang dipengaruhi oleh meningkatnya biaya hidup dengan
penghasilan yang rendah sulit, serta bertambahnya biaya untuk
pengobatan. Keadaan lansia ini membutuhkan dukungan keluarga
sepenuhnya khususnya dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari
karena hal ini penting dan bertujuan untuk menjaga kondisi dan status
gizi lansia sehari-harinya.Tanpa adanya dukungan keluarga akan
menyebabkan keadaan lansia tidak baik dan menimbulkan permasalahan
misalnya akan menimbulkan berbagai penyakitnya. Karena kurangnya
pemenuhan asupan nutrisi.
7) Faktor Penyerapan Makanan lansia
Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi obsorpsi yang
melemah (adanya daya penyerapan yang terganggu). Apabila hal ini
terjadi pada lansia maka akan mempengaruhi status gizinya yang
berakibat timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh asupan makanan
yang terganggu.

2.1.5 Gangguan Nutrisi Pada Lansia


1) Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status
kesehatan (Watson, Roger. 2003).

17
2) Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak
yang berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20%
dari jumlah yang di anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola
konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung lemak, protein
dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus
berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, serta
Diabetes Melitus.
3) Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh
penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam
jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun
pada wanita dan 45 tahun pada pria.
4) Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang
tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh
yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya
akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering
pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
5) Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di
tambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu
makn berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan
menjadi lesu dan tidak bersemangat.
6) Kekurangan anti oksidan
Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran mampu menangkal
efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang
kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal
bebas, seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga
menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput.
7) Sulit buang air besar

18
Karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat
diolah dalam tubuh.Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8) Kelebihan gula dan garam
a. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada
orangtua
b. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan
kolesterol dan gula darah

c. Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

2.1.6 Faktor Risiko Perubahan Nutrisi Pada Lansia

Faktor risiko adalah karakteristik atau kejadian yang meningkatkan


kecenderungan hasil. Karena keheterogenan populasi lansia, usia kronologis
tidak terlalu bermakna dalam menentukan faktor risikoperubahan nutrisi,
bandingkan dengan pengelompokan fungsional (White, 1994). Saat
menentukan faktor risiko yang penting untuk perubahan nutrisi (White, 1994)
menganjurkan pengelompokan nutrisi, lansia mandiri yang tinggal di
masyarakat, lansia bergantung yang tinggal di masyarakat, lansia yang tinggal
di panti wreda. Satu kategori tambahan yang disertakan adalan lansia yang
dirawat inap akibat serangan akut, memiliki kebutuhan unik terkait faktor
risiko dan intervensi. Klasifikasi risiko lain dapat dibuat berdasarkan
intervensi yang dibutuhkan lansia sehat yang saat ini tidak berisiko tetapi
membutuhkan konseling nutrisi dan intervensi pencegahan melalui
penyuluhan; lansia berisiko yang saat ini tidak mengalami masalah nutrisi,
tetap berpotensi mengalami perubahan nutrisi dan membutuhkan pengkajian
nutrisi dan intervensi pemantauan;lansia yang mengalami perubahan nutrisi
dan membutuhkan terapi untuk nutrisi. Faktor yang berhubungan didefinisi
oleh NANDA sebagai ketidakmampuan mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat gizi karena faktor biologis, psikologis, atau ekonomi. Lebih
spesifik lagi, faktor risiko yang telah diidentifikasi dalam literatur untuk
perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh mencakup penyakit,
medikasi, penggunaan alkohol, masalah kesehatan mulut, hambatan fungsi

19
(termasuk fisik, kognitif, dan fungsi sosial), dan keterbatasan finansial
(Marwick, 1997)
1) Penyakit
Selain perubahan normal seiring penuaan yang dapat menyebabkan
gangguan nutrisi, populasi lansia lebih sering mengalami penyakit kronis.
Penanganan yang dianjurkan untuk penyakit kronis dapat membatasi jenis
makanan dan kemampuan merasakan makanan. Sebagai contoh diabetes
(penurunan asupan karbohidrat), gagal jantung kronik (penurunan asupan
natrium), gagal ginjal (penurunan asupan kalium, natrium, protein), dan
penyakit hati (penurunan asupan protein).
2) Medikasi
Masalah nutrisi akibat penggunaan obat timbul akibat penggunaan obat
resep, pemberian resep yang tidaktepat, polifarmasi dan interaksi obat-
makanan atau obat- alkohol (White, 1994). Obat dapat mempengaruhi
ingesti atau absorpsi zat gizi dalam berbagai cara. Obat yang direspkan
untuk penyakit kronik dapat menyebabkan interaksi obat zat gizi dan
memicu kurang gizi. Interaksi obat-gizi meliputi
a) Penurunan absorpsi obat,
b) Peningkatan absorpsi obat,
c) Penurunan kandungan gizi akibat reaksi efek samping obat.
Dengan demikian, penilaian status gizi penting bagi pasien lansia yang
menerima satu atau lebih obat yang dapat berinteraksi dengan asupan atau
absorpsi zat gizi.
3) Penggunaan dan penyalahgunaan Alkohol
Alkoholisme atau penyalahgunaan alkohol sering kali disertai status gizi
buruk. Pada lansia dengan awitan alkoholisme baru, kesepian, dan depresi
merupakan faktor penyebab (White, 1994). Penyalahgunaan alkohol dapat
menyebabkan masalah nutrisi ketika lansia mengganti makanan bergizi
dengan alkohol. Konsumsi alkohol meningkatkan kebutuhan gizi pada
lansia, sebagai akibat efek metabolik alkohol (White, 1994).
Penyalahgunaan alkohol juga mengakibatkan defisiensi beberapa vitamin
(Klein & Iber, 1991).

110
4) Masalah Kesehatan Mulut
Kondisi gigi yang buruk karena ompong atau pemasangan gigi palsu yang
kurang pas dapat menyebabkan kesulitan mengunyah.
5) Hambatan Fungsi
Fungsi Fisik, hambatan fungsi dapat membuat individu lansia bergantung
pada orang lain untuk makan, mengatur pembatasan pilihan makanan. Salah
satu penelitian menemukan antara indeks massa tubuh (IMT) dan risiko
hambatan fungsi. Perubahan IMT (baik tinggi atau rendah) dihubungkan
dengan peningkatan risiko hambatan fungsi. Keputusan tentang kapan dan
apa yang dikonsumsi harus dibuat untuk lansia yang bergantung, sehingga
menurunkan rasa kendali dan pilihan tersebut. Gangguan motorik dan
sensorik dapat mneimbulkan situasi isolasi sosial. Penurunan fungsi motorik,
penglihatan, serta pendengaran biasa terjadi pada lansia, selanjutnya akan
disertai penurunan bertahap pada fungsi perasa dan pembau, dapat
mengakibatkan penurunan asupan makanan dan kurang gizi.
Fungsi Kognitif, Gangguan kognitif dapat mengganggu status gizi dalam
berbagai cara, termasuk ketidakmampuan memperoleh dan mengelola
makanan, penilaian yang buruk terhadap pemilihan makanan, atau tidak
makan. Lansia yang mengalami demensia berisiko mengalami kekurangan
gizi karena mengalami kesulitan dalam membuat keputusan dan berdaptasi
dengan lingkungan yang baru (panti wreda). Depresi juga dapat disebabkan
penurunan asupan makanan, yang berhubungan dengan kemampuan lansia
untuk mengatur, memilih, dan memperoleh zat gizi yang cukup.
Fungsi Sosial, Hidup sendiri merupakan faktor risiko penting terhadap
status gizi buruk. Lansia yang tinggal sendiri tetap memiliki banyak pilihan
makanan, tetapi cenderung mengonsumsi lebih sedikit kalori. Pemanfaatan
sosialisasi sebagai sarana meningkatkan asupan nutrisi bergantung pada jenis
interaksi sosial. Pemanfaatan sosialisasi terutama pengaruh berbagai jenis
sosialisasi saat makan, harus diuji dengan individu lansia.
6) Masalah Finansial
Terdapat hubungan yang konsisten antara pendapatan rendah dengan asupan
nutrisi yang buruk. Lansia berpendapatan rendah sering kali harus memilih

111
antara makanan, kegunaan, obat, dan perawatan medis, serta tempat tinggal,
juga cara memanfaatkan sumber yang terbatas. Hubungan antara pendapatan
rendah dan status gizi buruk didukung oleh bukti kurangnya variasi makanan,
asupan kelompok makanan atau vitamin, dan mineral tertentu yang tidak
adekuat, konsumsi lemak dan kolesterol yang berlebihan, dan asupan kalori
yang tidak adekuat.(White, 1994). Temapt tinggal yang kumuh yang
merupakan dampak pendapatan rendah tidak dilengkapi dengan fasilitas
penyimpanan makanan dan tidak memiliki area pengolahan makanan yang
adekuat.
2.1.7 Status Gizi Pada Usia Lanjut
1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia
cenderung mengalami kegemukan/obesitas
2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak
dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang
energi protein yang kronis
5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang
berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi
klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi
defisiensi zat-zat gizi mikro
7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga
lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu
terjadinya anemia
8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan
nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk
menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi

112
10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu
makan menurun dan menjadi kurang gizi
11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun
akibatnya menjadi kurang gizi
12. Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan,
yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

113
2.1.8 Pathway
LANSIA

PERUBAHAN PERUBAHAN KOGNITIF PERUBAHAN


BIOLOGIS/FISIK SOSIAL

Kerusak- Kerusakan Penurunan daya ingat,


fungsi Pensiun
an tingkat pendidikan rendah
neuromus sendi,
kular kekuatan
sendi, otot
Fungsi Gangguan Sumber
mengecil
intelektual proses keuangan
sehingga
Keterbata berfikir menurun
pergerakan
san
lambat, otot
neuromus Demensia
kram dan
kular Fungsi sosial
tremor
menurun kehilangan
Perasa Mudah hubungan keluarga
an marah
Ketidak Hambatan sedih
mampuan mobilitas Depresi
menahan Perasaan
fisik tidak
pengosong Merasa
an blader tenang
kurang
diperhati Perubahan
kan Cemas cara hidup
Ketidak mampuan
pengosongan Kurang Insomnia
motivasi
Perubahan
Inkontinensia urine psikososial
Defisit
perawatan diri Gangguan pola
tidur Menarik
diri

Ketidakmampuan mencerna Penuaan : Keseimbangan tubuh menurun,


penurunan fungsi penglihatan, dan pendengaran,
Penurunan masukan nutrisi penurunan kekuatan ektremitas, kesulitan berjalan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Resiko jatuh
Sumber : (Aspiani, 2014)

114
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pangkajian meliputi identitas klien, meliputi nama, umur, pendidikan
terakhir, pekerjaan, suku bangsa, penanggung jawab, agama, alamat.
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian,
misalnya:
1). Sulit mengunyah makanan
2). Nafsu makan menurun
3). Badan terasa letih dan lemah
b. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih
berhubungan dengan penyakit sekarang, misalnya penyakit gastritis,
dyspepsia, dll.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh klien maupun
penyakit keturunan dan menular lainnya.
2. Aktivitas sehari hari
Mencangkup pengkajian tantang miksi, defekasi, mandi, menggosok gigi,
cuci rambut, makan, minum,tidur dan lain-lain.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kulit kepala
Inspeksi : lihat ada tidaknya lesi, warna kehitaman/ kecoklatan,
edema.
Palpasi : raba dan tentukan turgor kulit elastis atau tidak, tekstur
kasar atau halus, akral hangat atau dingin, ada tidaknya
benjolan dikepala.
b. Rambut
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang, warna rambut (hitam, merah, beruban atau

115
menggunakan cat rambu) ketombe ada atau tidak, bau
rambut atau tidak.
Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur kasar atau halus.
c. Kepala/ wajah
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri
berbeda itu menunjukkan ada parase, lihat bentuk wajah.
Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri
dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.
d. Mata
Inspeksi : kesimetrisan mata (simetris/tidak, lengkap/tidak,
cowong/tidak), pada palpebra (odema/tidak, adakah
ptosis, ada benjolan/tidak, bulu mata rontok/tidak),
konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau
kuning, pupil isokor atau anisokor, reflek pupil mengecil
atau melebar (miosis atau midriasis), gerakan bola mata
normal atau tidak.
Palpasi : tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO
(tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba
keras, kaji adanya nyeri tekan.
e. Hidung
Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah
ada secret, terpasang O2 atau tidak.
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada sinus, ada atau tidak
benjolan pada tulang mastoid.
f. Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, ukuran, bentuk,
kebersihan dan terdapat lesi atau tidak.
Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, ketegangan
daun telinga.
g. Mulut dan faring
Inspeksi : amati bibir apakah ada kelainan congenital (bibir
sumbing) kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan,

116
lesi, amati jumlah dan bentuk gigi, adakah karang gigi,
adakah caries gigi, lidah (warna merah/putih, tampak
kotor/bersih ada bercak-bercak putih/ tidak). Anjurkan
klien membuka mulut lalu amati rongga mulut :
Adakah bau nafas, ada peradangan atau tidak, uvula
simetris/tidak, tonsil ada pembesaran atau tidak
Palpasi : pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada
massa atau tumor atau tidak, pembengkakan dan nyeri.
h. Leher
Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut,
amati adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati
kesimetrisan leher.
Palpasi : adakah pembesaran kelenjar limfe (terutama pada leher,
submandibula, dan sekitar telinga), raba denyut nadi
karotis.
i. Dada
1). Paru
Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati retraksi
interkosta, amari pergerakan dada, bentuk dada ( normal
chest, pigeon chest, funnel chest, barrel chest)
Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan ,vocal fremitus teraba atau
tidak.
Perkusi : biasanya didapatkan resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru.
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan yang abnormal
seperti ronki,wheezing,crackles.
2). Jantung
Inspeksi : amati area aorta dan pulmonal terdapat pulsasi atau
tidak
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS 4 dan ICS 5 di
midclavikula sinistra
Perrkusi : pekak (dullness)

117
Auskultasi : bunyi jantung I dan bunyi jantung II terdengar tunggal
j. Abdomen
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, kesimetrisan, warna
kulit, adanya retraksi, adanya asites, terdapat umbilicus,
apakah ada scar, colostomy, ataupun kelinan lainnya.
Aukultasi : bising usus normal 8-12x/menit.
Palpasi : ada tidaknya massa dan respon nyeri tekan.
Perkusi : timpani atau hipertimpani bila ada distensi abdomen.
k. Ektremitas
Inspeksi : warna kuku kemerahan atau cyanosis, adakah
penggunaan alat bantu, adakah oedema, terpasang infus
ditangan mana.
Kekuatan otot Oedema Fraktur

5 5 - - - -
5 5 - - - -

Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan, kaji reflek triseps, patella
dan reflek patologis.
l. Integumen
Inspeksi : warna kulit kuning langsat,putih atau hitam, kebersihan
kulit, adakah lesi, kelembaban kulit.
Palpasi : kasar atau halus permukaan kulit, ada atau tidak nyeri
tekan. Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
matabolik
Batasan Karakteristik :
1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan minimal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare

118
5) Gangguan sensasi rasa
6) Kehilangan rambut berlebih
7) Kelemahan otot mengunyah
8) Kelemahan otot untuk menelan
9) Kerapuhan kapiler
10) Kesalahan informasi
11) Kesalahan presepsi
12) Ketidakmampuan memakan makanan
13) Kram abdomen
14) Kurang minat pada makanan
15) Membran mukosa pucat
16) Nyeri abdomen
17) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
18) Sariawan rongga mulut
19) Tonus otot menurun
Faktor yang Berhubungan :
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan sosial
4) Ketidakmampuan makan
5) Ketidakmampuan mencerna makanan
6) Ketidakmampuan mengabsorpsi makanan
7) Kurang asupan makanan
2.2.3 Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS : Pemasukan nutisi Ketidakmampuan
Biasanya Klien Mengeluh tidak adekuat mencerna
1. Nafsu Makan Menurun
2. Sulit Menelan Penurunan
3. Perut Kembung/Tidak masukan nutrisi
Enak
4. Mual Muntah Ketidakseimbangan

119
5. Letih Lemah nutrisi kurang dari
DO : kebutuhan tubuh
1. Penurunan Berat Badan
2. Gigi Tidak Lengkap
3. Sariawan
4. Mukosa Bibir Pucat
5. Konstipasi

2.2.4 Rencana Keperawatan


a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN DAN
KRITERIA
HASIL
1. Ketidakseimbangan Setelahdilaku NIC : NIC :
nutrisi:kurang dari kan asuhan Manajemen Manajemen
kebutuhan keperawatan Nutrisi : Nutrisi
tubuh b.d selama 3x24 1. Tentukan 1. Mengetahui
tidak nafsu jamdiharapka status gizi status
makan. n pemenuhan pasien dan gizipasien
kebutuhan kemampuan dan
Definisi: pasien untuk kemampua
Asupannutrisi tercukupi memenuhi nnya untuk
tidakcukup untuk dengan kebutuhan memenuhi
memenuhikebutuha kriteria hasil: nutrisi. nutrisi.
nmetabolik NOC : 2. Bantu pasien 2. Agar klien
Manajemen dalam mampu
Nutrisi menentukan untuk
-Intake pedoman memenuhi
nutrisi yang cocok nutrisi.
tercukupi dalam 3. Mengetahui
- memenuhi jumlah
Asupanmaka nutrisi dan kalori yang

120
nandan preferensi. dibutuhkan
cairantercuku 3. Tentukan klien.
pi jumlah 4. Zat besi
Monitor kalori yang dapat
Nutrisi dibutuhkan. membantu
-Asupan 4. Anjurkan tubuh
nutrisi pasien sebagai zat
terpenuhi mengkonsum penambah
Nausea dan si makanan darah
vomiting tinggi zat sehingga
severity besi atau Fe mencegah
-Penurunan seperti terjadinya
intensitas sayuran anemia atau
terjadinya hijau. kekurangan
mual 5. Pastikan darah.
muntah makanan 5. Untuk
-Penurunan disajikan meningkatk
frekuensi dengan cara an nafsu
terjadinya yang makan
mual dan menarik pada klien.
muntah suhu yang 6. Lingkungan
Weight Body cocok untuk yang
Mass dikonsumsi. baik dapat
-Pasien 6. Ciptakan mendukung
mengalami lingkungan nafsu
peningkatan yang optimal makan
berat pada saat klien
badan mengkonsum
si makanan.

Nausea

121
Management: Nausea
1. Kaji Management:
frekuensi 1. Penting
mual, untuk
durasi, mengetahui
tingkat karateristik
keparahan, mual dan
faktor faktor yang
frekuensi, menyebabk
presipitasi an mual.
yang 2. Makan
menyebabka sedikit
nmual. demi
2. Anjurkan sedikit
pasien dapat
makan meningkatk
sedikit tapi an intake
sering. nutrisi.
3. Anjurkan 3. Makanan
pasien dalam
makan selagi kondisi
hangat. hangat
4. Mengendalik dapat
an menurunka
faktor n rasa mual
lingkungan sehingga
yang intake
memungkink nutrisi
an dapat
membangkit ditingkatka
kan mual n.
seperti bau 4. Lingkungan

122
yang tidak yang
menyenangk nyaman
an. dapat
5. Mengajari mengurangi
teknik keinginan
non- untuk
farmakologi muntah.
untuk 5. Mengontrol
mengontrol mual
mual seperti muntah
dengan
teknik
relaksasi
tarik nafas Weight
dalam. Management:
Weight 1. Untuk
Management : mengetahui
1. Hitung berat berat
badan klien. badanideal.
2. Diskusikan 2. Untuk
pada klien mengajarka
mengenai nklien
hubungan tentang
antara hubungan
asupan asupan
makanan dan makanan
penurunan dengan
berat badan penurunan
berat badan

123
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki


tahapan akhir dari fase kehidupannya. Proses penuaan adalah siklus kehidupan
yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya.

Konsumsi sumber protein pada lansia diperlukan untuk pembentukan dan


perbaikan semua jaringan-jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim,
hormon, kulit, rambut dan kuku. Angka energy yang ditunjukkannya akan
demikian tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan
hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi pada lansia yaitu berkurangnya kemampuan mencerna
makanan (akibat kerusakan gigi atau ompong), berkurangnya cita rasa (rasa
dan buah), berkurangnya koordinasi otot – otot syaraf, keadaan fisik yang
kurang baik dan lain sebagainya. Sedangkan gangguan nutrisi yang dapat
terjadi pada lansia adalah malnutrisi, obesitas, osteoporosis, anemia, kurangnya
vitamin, sulit BAB dan lain – lain.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan diatas.

124
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Darmojo. 2000. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Depkes RI. 2009. Kategori Usia. Dalam http://kategori-umur-menurut-


Depkes.html. Diakses pada tanggal 20 September 2019

Effendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek Dalam


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta

Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawtan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :


Salemba Medika

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC

Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku


Ed.7.Jakarta : EGC
Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC

125
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Diskusi


1. Apakah permasalahan lansia itu kurang nutrisi dan apakah boleh
melakukan diet?
(pertanyaan dari Fitri kel 3)
Jawaban : Permasalahan lansia kurang gizi adalah karena pada lansia
terjadi perubahan dan penurunan pada berbagai sistem, salah satu
sistemnya adalah pencernaan, pada sistem pencernaan tejadi perubahan-
perubahan yaitu gigi yang mulai ompong akibatnya menurunkan napsu
makan pada lansia dan juga lansia akan kesulitan untuk memakan
makanan jika tidak dengan porsi yang halus, terjadi juga perubahan rasa
pada mulut salah satunya yang paling tumpul adalah rasa manis sehingga
menyebabkan lansia kurang menyukai makanan yang kurang manis, tejadi
perubahan pula pada lambungnya yaitu proses mencerna makanan
semakin lambat akibatnya lansia jarang merasa kelaparan dan jika makan
akan mudah kenyang. Diet pada lansia bertujuan mengubah pola makan
menjadi lebih sehat dan seimbang. Singkatnya, dengan melakukan diet,
para lansia berupaya untuk menjaga kesehatan dengan menerapkan pola
makan yang sehat, misalnya dengan membatasi asupan lemak, gula, garam
serta memperbanyak makan makanan sumber protein, serat, vitamin,
mineral, dan zat gizi lainnya.
2. Jelaskan faktor yang menyebabkan lansia mengalami susah buang air
besar? (pertanyaan dari Krinadini kel 4)
Jawaban : Jadi menurut kelompok kami penyebab lansia susah buang air
besar dikarenakan menurunnya fungsi otot penggerak usus sehingga lansia
menjadi susah buang air besar. Selain itu lansia pasti jarang berolohrga
juga bisa menyebabkan konstipasi, lansia yg sudah ompong pastinya
asupannya nutrisinya pun kurang sehingga kurang serat dan menyebabkan
konstipasi
3. Bagaimana peran perawat untuk mengurangi faktor yang mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia? (pertanyaan dari Andika P.S kel 2)

126
Jawaban : Peran perawat adalah sebagai pendidik atau mengedukasi
sehingga lansia mampu mengetahui apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia.

127

Anda mungkin juga menyukai