Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN GANGGUAN NUTRISI DAN GANGGUAN CAIRAN

Disusun Oleh:

1. Grita Cyntia Dewi (P27820714008)


2. Addib Auladana Farekha El Berra (P27820714029)
3. Hariyani Safitri (P27820714035)

PRODI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Makalah Keperawatan Gerontik: Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Gangguan Nutrisi dan Gangguan Cairan”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing
Keperawatan Gerontik, yaitu Ibu Irine Christiany, SST.,M.Kes yang telah
membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi
maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila
ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) nantinya.

Surabaya, 17 April 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Nutrisi pada Lansia 3
B. Kebutuhan Cairan pada Lansia 13
C. Askep Lansia 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 54
3.2 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berdasarkan pada pencapaian
kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini, asuhan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien bersifat komprehensif, yang ditujukan kepada individu,
kelompok, keluarga dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit,
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Asuhan keperawatan gerontik
diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut usia karena adanya kelemahan fisik,
mental, dan sosial; keterbatasan pengetahuan; kurangnya kemampuan dan
kemauan dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Adapun
tujuan asuhan keperawatan lanjut usia salah satunya adalah agar lanjut usia dapat
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan, sehingga memiliki ketenangan
hidup dan produktif sampai akhir hayatnya.
Fokus asuhan keperawatan lanjut usia adalah peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit (preventif), mengoptimalkan fungsi mental serta mengatasi
gangguan kesehatan yang umum. Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi
secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi
proses menua, dan memperlambat terjadinya usia biologis Kebutuhan kalori pada
klien lanjut usia berkarang karena berkurangnya kalori dasar akibat kegiatan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh
dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernapasan, ginjal, dan
lain-lain. Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak melebihi 1700 kalori, sebaiknya
disesuaikan dengan macam kegiatannya. Kebutuhan protein normal usia lanjut
usia adalah 1 gram/kg BB/hari.

B. RUMUSAN MASALAH

4
1. Bagaimanakah masalah gizi pada lanjut usia?
2. Bagaimanakah kebutuhan cairan pada lanjut usia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan pada
lanjut usia?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami masalah gizi pada lanjut usia
2. Mengetahui dan memahami kebutuhan cairan pada lanjut usia
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gangguan kebutuhan nutrisi
dan cairan pada lanjut usia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. NUTRISI PADA LANSIA


a) Masalah Gizi Pada Lanjut Usia
Masalah gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi ternyata
sering kali menimpa lanjut usia. Hal yang perlu mendapat perhatian ialah gizi
berlebih, gizi kurang, dan kekurangan vitamin.
1. Gizi berlebih
Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menvebabkan berat
badan berlebih, apalagi pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurang
karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sulit untuk
diubah walaupun klien telah menyadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya
penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan
tekanan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah sosial-ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan, hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal.
Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein, kerusakan sel terjadi yang
tidak dapat diperbaiki. Akibatnya, rambut rontok, daya tahan terhadap
penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.
Faktor penyebab malnutrisi pada lanjut usia:
a) Penyebab akut dan kronis
b) Keterbatasan sumber/penghasilan
c) Faktor psikologis
d) Hilangnya gigi
e) Kesalahan dalam pola makan

6
f) Kurangnya energi untuk mempersiapkan makanan
g) Kurang pengetahuan tentang nutrisi yang tepat

3. Kekurangan vitamin
Bila lanjut usia kurang mengonsumsi buah dan sayur, ditambah
kekurangan protein dalam makanan, hal tersebut mengakibatkan nafsu
makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu, lemah lunglai, dan
tidak semangat.

b) Pengkajian Status Gizi


Perawat harus melakukan pengkajian status gizi secara cermat dan
sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter. Pertama, menggunakan
pengukuran antropometrik, yaitu mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan
(BB), kemudian menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan
membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat TB (dalam meter
persegi). IMT normal untuk perempuan 17-23, sedangkan untuk laki-laki
adalah 13-25.
Pada saat mengukur tinggi badan seoramg lanjut usia, perlu diingat
bahwa lanjut usia dapat mengalami pengurangan tinggi badan seiring dengan
pertambahan usia. Pengurangan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain:
a) Komponen cairan tubuh berkurang sehingga diskus intervertebralis relatif
kurang mengandung air sehingga menjadi lebih pipih.
b) Semakin tua cenderung semakin kifosis, sehingga tinggi dan tegak lurusnya
tulang punggung berkurang.
c) Osteoporosis yang sering kali terjadi pada wanita lanjut usia akan mudah
mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan berkurang.
d) Penurunan tinggi badan tersebut akan memengaruhi hasil penghitungan
Indeks Massa Tubuh (IMT).

7
Oleh sebab itu, dianjurkan menggunakan ukuran tinggi lutut (knee height)
untuk menentukan secara pasti tinggi badan seseorang. Tinggi lutut tidak akan
berkurang, kecuali jika terdapat fraktur tungkai bawah. Dari tinggi lutut, dapat
dihitung tinggi badan sesungguhnya. Perhatikan rumus berikut:

TB pria = 59,01 + (0,28 x TL)


TB wanita = 75,00 + (1,91 x TL) - (0,17 x U)

Catatan: TL = tinggi lutut (cm)


U = umur (tahun)

Selain itu, bisa juga menggunakan parameter laboratorium, yang biasa


digunakan, yaitu nilai hemoglobin dan albumin serum. Perlu diperhatikan
bahwa waktu paruh albumin adalah 21 hari sehingga pemantauan status gizi
dapat pula menggunakan kadar transferin (waktu paruh delapan hari) atau
kadar pre-albumin (waktu paruh, dua hari).

c) Pemberian Makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan:
a) Apakah makanan yang disajiakan memenuhi kebutuhan gizi.
b) Sajikan makanan tersebut pada waktunya secara teratur dan dalam porsi
yang kecil saja.
c) Jangan menunjukkan rasa bosan dalam melayani klien lanjut usia,
tunjukkan wajah yang cerah dan gembira
d) Beri makanan secara bertahap dan bervariasi, terutama bila nafsu makan
kurang.
e) Perhatikan makanan apa yang disukai atau tidak, agar dapat menentukan
jenis makanan yang sesuai dengan seleranya.
f) Jika mendapat diet tertentu, perhatikan apakah diet tersebut sesuai
dengan petunjuk dokter, misalnya untuk diabetes dan tekanan darah

8
tinggi.
g) Beri makanan yang lunak untuk menghindari konstipasi serta
memudahkan untuk mengunyah, terutama untuk klien lanjut usia yang
sudah ompong, misalnya dalam bentuk nasi tim atau bubur.

Bagi lanjut usia yang mampu sendiri, diharapkan untuk makan sendiri.
Keluarga atau perawat membantu menyajikan saja. Usahakan klien
didorong untuk mengerjakan sendiri segala sesuatunya. Bagi klien lanjut
usia yang tidak mampu bergerak sendiri atau pasif, perlu diberi pertolongan
dan bantuan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kebutuhan makanannya
(perlu disuapi).
Cara pemberian makan lanjut usia :
1. Posisikan klien setengah duduk
2. Periksa apakah mulutnya dalam keadaan bersih
3. Letakkan lap makan atau serbet diatas dadanya, guna mencegah bajunya
tidak menjadi kotor.
4. Suapi dengan sendok yang tidak terlalu penuh, lalu masukkan kedalam
mulutnya.
5. Penolong atau perawat dapat duduk atau berdiri di sisi tempat tidur.
6. Sediakan waktu yang cukup untuk membantu memberi makan
7. Jangan tergesa-gesa agar jalan makanan tidak terganggu dan juga tidak
mengganggu atau mengurangi nafsu makan.

d) Perencanaan Makan Untuk Lanjut Usia


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan untuk
klien lanjut usia:
a) Porsi makan perlu diperhatikan, jangan terlalu kenyang, Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih
sering dengan porsi yang kecil.
b) Banyak minum dan kurangi garam. Banyak minum dapat memperlancar

9
pengeluaran sisa makanan. Menghindari makanan yang terlalu asin akan
mengurangi kerja ginjal dan mencegah kemungkinan terjadinya tekanan
darah tinggi.
c) Membatasi penggunaan kalori hingga berat badan dalam batas normal,
terutama makanan yang manis atau gula dan makanan yang berlemak.
Kebutuhan usia di atas 60 tahun adalah 1700 kalori dan di atas 70 tahun
adalah 1500 kalori.
d) Bagi lanjut usia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut, hal berikut
perlu diperhatikan:

1. Mengonsumsi makanan yang mudah dicerna


2. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan gorengan
3. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang
baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang
4. Makan dalam porsi kecil, tetapi sering
5. Makanan kudapan, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
e) Batasi minum kopi dan teh. Minuman tersebut boleh diberikan, tetapi
harus diencerkan karena berguna untuk merangsang gerakan usus dan
menambah nafsu makan.

e) Faktor Risiko
Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011), lansia lebih besar mempunyai
resiko terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi dibandingkan dengan
kelompok usia yang lain disebabkan oleh berbagai faktor risiko, antara lain:
1. Faktor Biologis
1) Pemenuhan rasa penciuman dan pengecapan akan menyebabkan
terjadinya pemenuhan nafsu makan
2) Fungsi absorbsi pada usus halus melemah
3) Penurunan motilitas usus akan menimbulkan konstipasi
4) Pada lambung, terjadi penurunan sensitivitas rasa lapar oleh karena

10
penurunan produksi asam lambung (suasana menjadi basa) sehingga
waktu pengosongan memanjang
5) Adanya penyakit kronis
6) Adanya penyalahgunaan alcohol dapat menyebabkan kelelahan,
kebingungan yang berakibat penurunan nafsu makan oleh karena efek
alcohol terhadap mukosa lambung
7) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan karena kerusakan gigi
atau ompong, radang gusi, periodontitis dan kanker
8) Penggunaan obat yang terlalu banyak yang berefek pada nafsu makan
dan penyerapan nutrisi.
2. Psikologis/Sosial
1) Depresi dan kesepian
2) Faktor ekonomi

Sedangkan over nutrisi diakibatkan karena faktor asupan makanan


yang berlebihan dan mengandung berbagai jenis makronutrien (protein
dan KH), dan jenis lemak serta gula.
f) Menu Seimbang Untuk Lansia
Syarat menu seimbang untuk lansia sehat:
1. Mengandung zat gizi beraneka ragam bahan makanan yang teridiri atas
zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengukur.
2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50%
hidrat arang yang merupakan hidrat arang kompleks (sayuran,
kacang-kacanagan, dan biji-bijian)
3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori
4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia, yaitu
8-10% dari total kalori.
5. Dianjurkan mengandung tinggi serat (selulosa) yang bersumber pada
buah, sayur, dan macam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah
secara bertahap

11
6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu
non-fat, yoghurt, dan ikan
7. Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacang-kacangan,
hati, daging, bayam, atau sayuran hijau
8. Membatasi penggunaan garam.
9. Bahan makanan sebgaai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan
yang segar dan mudah dicerna
10. Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alcohol
11. Pilih makanan yang mudah dikunyah seperti makanan lunak

Syarat menu untuk lansia dengan berat badan yang kurang:


1. Jika lansia mengalami kekurangan BB, makanan yang diberikan adalah
yang mengandung tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
2. Diet TKTP teridiri atas TKTP I dan TKTP II
a. TKTP I 2100 kalori, protein 85g (12-15% total kalori)
b. TKTP II 2500 kalori, protein 100g
3. Bahan makanan yang baik diberikan adalah:
a. Sumber protein hewani: ayam, telur, hati, susu, keju, dan ikan
b. Sumber protein nabati: kacang-kacangan, tahu, tempe, dan oncom
4. Cara pemberian makanan dengan berat badan yang rendah adalah
makanan biasa dengan diberi makanan tambahan.

Syarat menu untuk lansia dengan berat badan lebih (kegemukan):


1. Jika berat badan berlebih (kegemukan), konsumsi energy harus dikurangi
sampai mencapai berat badan normal
2. Diet rendah kalori untuk lansia harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Kalori dikurangi 500 sampai dengan 100 kalori dari kebutuhan
normalnya
b. Pengurangan kalori sebaiknya dilakukan dari pengurangan karbohidrat
dan lemak

12
c. Protein diberikan dalam jumlah normal, dapat juga di atas kebutuhan
normal, yaitu 1-1,5 gram per kg berat badan
d. Serat diberikan cukup tinggi
e. Vitamin dan mineral diberikan dalam jumlah seperti biasa
f. Diet rendah kalori terdiri atas:
● Rendah kalori I (1200 kalori)
● Rendah kalori II (1500 kalori)
● Rendah kalori III (1700 kalori)

g) Pemberian Obat
Bila klien lanjut usia mendapat obet atau resep dari dokter, pemberian
obat sebaiknya dilakukan tepat pada waktunya. Untuk menghindari
kekeliruan serta hal yang dapat berakibat fatal, keluarga atau perawat harus
mengawasi apakah obat itu benar diminum sesuai aturan.
Beberapa cara pemberian obat :
1. Melalui mulut (per oral)
2. Melalui jaringan tubuh (parenteral)
3. Melalui anus atau rektal
4. Melalui vagina
5. Melalui kulit
Hal yang penting diingat dan diperhatikan adalah :
1. Pastikan klien yang dituju
2. Waktu pemberian obat harus tepat, misal pagi, sore, malam, serta
sebelum atau sesudah makan
3. Dosis obat harus diperhatikan serta diteliti secara cermat (memakai
ukuran atau dosis yang tepat)
4. Baca etiket (label) obat yang tertera pada botol atau bungkus obat setiap
kali sebelum diberikan
5. Jika obat berbentuk cairan, kocokterlebih dahulu dan berikan sesuai
dengan takaran yang telah ditentukan. Jangan biarkan etiket pada botol

13
menjadi kotor sehingga tidak terbaca lagi
6. Jangan lupa sediakan teh atau air minum sebelum obat diberikan
7. Kalau tidak dapat menelan obat (pil dengan air), usahakan dengan cara
lain yang aman (mis; dengan pisang atau dihaluskan)
8. Perhatikan reaksi yang mungkin timbul sesudah minum obat (terutama
kalau mendapat obat baru), segera laporkan ke dokter atau unit kesehatan
yang terdekat

Faktor yang mempengaruhi respon obat pada lanjut usia :


1) Menurunnya absorpsi obat
a. menurunnya HCl lambung
b. perubahan pegrerakan gastrointestinal
2) Perubahan distribusi obat
a. menurunnya albumin serum yang mengikat obat
b. tersimpannya obat pada jaringan lemak
3) Perubahan metabolisme obat
a. menurunnya aliran darah ke ginjal
b. menurunnya kecepatan filtrasi glomelurus
c. menurunnya beberapa fungsi tubulus ginjal

Untuk menanggulangi gejala yang sering dihadapi oleh lanjut usia di


rumah, dapat disediakan beberapa macam obat, antara lain :
1) Tablet parasetamol/tablet aspirin
Tablet ini biasa digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Bila ada
gangguan pencernaan, lebih cocok gunakan tablet parasetamol. Jangan
menggunakan tablet aspirin, terlebih bila luka pada lambung atau usus,
hal ini akan lebih memperberat.
2) Tablet antasid ini dapat digunakan untuk membantu klien yang
mengalami gangguan pencernaan. Bila diperlukan, harus dikonsul ke
dokter atau puskesmas rutin lebih dari 2 minggu.
3) Sebotol antiseptik, misalnya hidrogen peroksida.

14
4) Plester
5) Pembalut

Perlu diingat bahwa obat adalah setiap zat atau campuran zat baik
kimia, hewani, atau nabati, memiliki takaran serta bentuk sediaan tertentu,
dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit atau gejala.
Namun, obat juga dapat membahayakan jiwa. Oleh karena itu, hati-hati
dengan penggunaan obat.
Aturan sederhana tentang penggunaan obat di rumah
a. Obat yang dibeli sendiri atau sesuai dengan anjuran dokter bukan berarti
dapat digunakan sepanjang waktu. Jika obat tersebut tidak ada
pengaruhnya selama 5 hari, konsultasikan dengan dokter atau puskesmas.
b. Minum obat harus mengikuti petunjuk dokter.
c. Jangan memakai obat yang kadaluarsa
d. Hati-hati dengan obat yang diberi sendiri. Selalu konsultasikan hal ini
dengan dokter atau ahli.
e. Buang obat yang telah lama dibeli atau tidak digunakan atau tanyakan
kepada ahli (dokter)

Gejala tertentu yang tidak dapat dirawat atau diobati sendiri, meliputi :
a. Sakit pada dada
b. Sakit yang terus-menerus pada perut atau kolik hebat
c. Terlihat adanya perdarahan pada bagian tubuh
d. Sesak napas dan lain-lain yang berat

15
B. KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANSIA
a) PENDAHULUAN
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
setelahmelakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air
membantumenjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit
disaluran kemihseperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai pelumas
bagi fungsi tulang dansendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah
mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan dalam usus sangat
dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal
dan timbullah sembelit.Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh
kental, softdrink, alkohol,es, maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum
air putih 1.5 sampai dengan 2liter/hari. Minuman seperti kopi, teh kental,
softdrink, alkohol, es, maupun sirupbahkan tidak baik untuk kesehatan dan
harus dihindari terutama bagi para lansia yangmempunyai penyakit-penyakit
tertentu seperti kencing manis, darah tinggi, obesitas,dan jantung.
b) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN PADA 
LANSIA 
1. Berat  badan  (lemak  tubuh)  cenderung  meningkat  dengan  bertambahnya  usia, 
sedangkan  sel-sel  lemak  mengandung  sedikit  air,  sehingga  komposisi  air 
dalam  tubuh  lansia  kurang  dari  manusia  dewasa  yang  lebih  muda  atau 
anak-anak dan bayi. 
2. Fungsi  ginjal  menurun  dengan  bertambahnya  usia.  Terjadi  penurunan 
kemampuan  untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih 
tinggi. 
3. Terdapat  penurunan  asam  lambung,  yang  dapat  mempengaruhi individu untuk 
mentoleransi  makanan-makanan  tertentu.  Lansia  terutama  rentan  terhadap 
konstipasi  karena  penurunan  pergerakan  usus.  Masukan  cairan  yang  terbatas, 
pantangan  diit,  dan  penurunan  aktivitas  fisik  dapat  menunjang  perkembangan 
konstipasi.  Penggunaan  laksatif  yang  berlebihan  atau  tidak  tepat  dapat 
mengarah pada masalah diare. 
4. Lansia  mempunyai  pusat  haus  yang  kurang  sensitif  dan  mungkin  mempunyai 

16
masalah  dalam  mendapatkan  cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau 
mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke). 
 
c) MASALAH CAIRAN PADA LANSIA 
Masalah  cairan  yang  lebih  sering  dialami  lansia  adalah  kekurangan  cairan 
tubuh,  hal  ini  berhubungan  dengan  berbagai  perubahan-perubahan  yang  dialami 
lansia,  diantaranya  adalah  peningkatan  jumlah  lemak  pada  lansia,  penurunan 
fungsi ginjal untuk memekatkan urin dan penurunan rasa haus. 
d) PEMANTAUAN STATUS CAIRAN PADA LANSIA 
1. Tanda-tanda kekurangan cairan 
Tanda – tanda vital 
a. Terjadi peningkatan suhu tubuh 
b. Dapat  terjadi  peningkatan  frekuensi  pernafasan  dan  kedalaman  pernafasan 
(normal : 14 – 20 x/mnt) 
c. Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus 
d. Tekanan darah menurun 
Pemeriksaan Fisik : 
a. Kulit kering dan agak kemerahan 
b. Lidah kering dan kasar 
c. Mata cekung 
d. Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastis 
e. Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat) 
Perilaku : 
a. Penurunan kesadaran 
b. Gelisah 
c. Lemah 
d. Pusing 
e. Tidak nafsu makan 
f. Mual dan muntah 
g. Kehausan (pada lansia kurang signifikan) 
h. Terjadi penurunan jumlah urin 

17
2. Tanda-tanda kelebihan cairan 
Tanda –tanda vital 
a. Terjadi penurunan suhu tubuh 
b. Dapat terjadi sesak nafas 
c. Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat 
d. Tekanan darah meningkat 
Pemeriksaan fisik : 
a. Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat) 
b. Edema 
c. Peningkatan BB secara tiba-tiba 
d. Kulit lembab 
Perilaku : 
a. Pusing 
b. Anoreksia / tidak nafsu makan 
c. mual muntah 
Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik) 
e) PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotesin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik
dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa
dahaga.
b. Anti diuretik hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipoofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan
reabsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat

18
air.
c. Aldosteron
Hormon ini di sekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan system
angiotensin renin.

d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah,
kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin
berperan mengatur sirkulasi ginjal, respon natrium, dan efek ginjal pada
ADH.
e. Glikokortikoid
Meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik
dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah. (Tarwoto dan Wartonah,
2006).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

19
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
C. ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN NUTRISI
KASUS
Ny. N berusia 75 tahun, memiliki riwayat gastritis 3 tahun yang lalu.
Tinggal dengan anak pertamanya, menantu dan 2 orang cucu. Keadaan fisik
sudah mengalami ompong dan giginya tinggal 3 pada bagian depan sehingga
sulit untuk mengunyah makanan yang keras. Kebiasaan makan tidak teratur.
Saat ini Ny. N sedang mengalami diare karena pola makannya yang suka
mengkonsumsi makanan yang pedas dan masam, selain itu Ny. N juga sering
makan telat.
Ny. N dibawa ke RS dikarenakan Ny.N mual muntah selama 4 hari dan
diare selama 3 hari.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat Asal : Surabaya
MRS : 17 April 2016
b. Data Keluarga
Nama : Tn. K

20
Hubungan : Anak
Pekerjaan : PNS
Alamat : Surabaya
c. Status Kesehatan Sekarang:
Keluhan utama : Mual
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan :
Mengompres abdomen dengan air hangat
Obat-Obatan : Promag
d. Age Related Changes (Perubhaan Terkait Proses Menua)
1) Kondisi Umum
Klien mengatakan, ia merasa lemas dan kelelahan karena
sering bolak-balik kamar mandi. Keluarga klien mengatakan bahwa
klien mengalami penurunan BB 5 bulan terakhir dari 50 kg menjadi
43 kg. Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami
penurunan nafsu makan, dan sering terbangun ketika malam hari.
2) Integumen
Suhu klien 37,9​o​C. Permukaan kulit kusam, kasar, dan sedikit
bersisik, turgor kulit > 2 detik. Timbul bercak pigmentasi dan
respon terhadap trauma menurun. Adanya kerut-kerut d ujung mata.
Tidak ada lesi maupun memar di tubuh klien. Kuku klien kasar dan
tidak rata. Sedangkan rambutnya kusam.
3) Hematopoetic
Tidak ditemukan perdarahan dan pembengkakan kelenjar
limfe. Klien mengalami anemia (eritrosit 3,9 jt/mm​3​).
4) Kepala
Raut wajah klien simetris. Klien mengatakan bahwa ia pusing.
5) Mata
Mata klien cekung. Klien mengatakan bahwa penglihatannya
sedikit buram, namun tidak menggunakan kaca mata. Dan mata
klien mengalami kekeringan.

21
Klien mengatakan bahwa ia tidak punya riwayat infeksi pada
mata.
6) Telinga
Klien mengalami penurunan pendengaran, namun klien sudah
menggunakan alat bantu dengar. Keluarga klien mengatakan tidak
pernah ada riwayat infeksi pada telinganya. Dan keluarga klien
setiap 2 minggu sekali membantu klien membersihkan telinga.
7) Hidung Sinus
Tidak ditemukan adanya rhinorrhea, discharge, epistaksis,
snoing, maupun obstruksi. Namun klien memiliki riwayat alergi
debu. Dan tidak ada riwayat infeksi pada hidung klien.
8) Mulut, Tenggorokan
Klien ompong dan giginya tinggal 3 pada bagian depan.
Mukosa mulut kering, dan keluarga klien mengatakan bahwa klien
mengalami kesulitan untuk menelan. Kemampuan klien untuk
membau dan mengecap mengalami penurunan, maka dari itu klien
sering makan makanan yang terlalu pedas dan masam.
9) Leher
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid dan nyeri tekan.
Tidak ditemukan kaki kuduk.
10) Pernafasan
RR klien 20x/mnt, irama teratur. Tidak ditemukan wheezing
dan hemoptysis.
11) Kardiovaskuler
Nadi klien 98x/mnt, irama teratur dan lemah. Tekanan darah
klien 130/90 mmHg. Tidak ada suara tambahan jantung, dan tidak
ditemukan adanya ​chest pain.​ Akral hangat. Tidak ditemukan
adanya pembengakakan vena jugularis.
12) Gastrointestinal
Tinggi klien 160 cm dan BB klien 43 kg, IMT klien 16,8

22
kg/m​2​, termasuk kurus. Bising usus klien 18x/mnt. Klien mengalami
anoreksia, mual muntah dan diare. Klien BAB 5-6 kali/hari selama
3 hari dengan konsistensi encer. Klien sering makan makanan yang
sangat pedas dan masam serta suka mengonsumsi kopi (4-5
cangkir/hari). Klien makan 1-2 kali/hari
13) Perkemihan
Klien BAK 5-7 kali/hari dengan konsistensi urin encer, warna
kuning pekat, dan bau amoniak. Dengan frekuensi 2-3 kali setiap
malam. Keluarga klien mengatakan bahwa dalam sehari klien
mengkonsumsi cairan (minum) 750-1250 mL/hari.
14) Reproduksi
Tidak ditemukan lesi maupun discharge pada area alat
kelamin. Payudara mengalami atrofi. Klien sudah menopause dan
keluarga klien mengatakan bahwa klien sudah tidak pernah
melakukan hubungan seksual.

15) Muskuloskeletal
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami nyeri
sendi pada bagian patella dengan frekuensinya 1-2 minggu sekali
dengan durasi 3-5 jam. Tidak ditemukan bengkak maupun kaku
sendi dan masalah gaya berjalan. Meskipun klien mengalami nyeri
sendi, klien bisa melakukan ADL mandiri.
16) Persyarafan
Wajah klien simetris, dan tingkat kesadaran klien
composmentis. Klien tidak mengalami demensia maupun syncope
dan masalah memori yang lain.
e. Potensi Pertumbuhan Psikososial dan Spiritual
Psikososial :
Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang. Klien
khawatir jika berat badannya akan semakin turun. Hal ini karena klien

23
depresi sehingga menyebabkan kehilangan nafsu makan dan tidak mau
bersusah payah untuk memakan makanannya. Klien juga mengatakan
bahwa klien sering insomnia dan sulit untuk berkonsentrasi. Dalam
pengambilan keputusan klien mengandalkan anggota keluarganya.
Spiritual :
Selama di rawat di pasien mengatakan bahwa kebutuhan spiritual,
khususnya untuk melakukan sholat 5 waktu terganggu. Pasien
mengatakan ibadah yang dia lakukan hanyalah berdoa agar dirinya
cepat sembuh.
f. Negative Functional Consequence
1) Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (indeks Bartel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat
1 Makan 5 10 5
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, 5-10 15 10
2
atau sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 5 2
0
gosok gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 5 10 5
menyeka tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 0
6 Beijalan di permukaan datar (jika tidak bisa, 0 5 0
dengan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10 7
8 Mengenakan pakaian 5 10 8
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 5
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 5

24
2) Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar: Tahun:
Hari
Musim: Bulan:
Tanggal:
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara:
Propinsi:
Kabupaten/kota:
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal: kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatian dan 5 3 Meminta klien berhitung mulai dari
kalkulasi 100 kemudia kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Jawaban:
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
6 Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1) Kertas
2) Bolpoin
3)Minta klien untuk mengulangi kata
berikut: “ tidak ada, dan, jika, atau

25
tetapi)
Klien menjawab : sesui perintah
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
d. “Tutup mata anda”
e. Perintahkan kepada klien
untuk menulis kalimat dan
f. Menyalin gambar 2 segi
lima yang saling bertumpuk

Total nilai 30 25

Interpretasi hasil:
24 - 30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan: tidak ada gangguan pada aspek kognitif pasien, sesuai
dengan hasil pemeriksaan bahwa score pasien 25.

g. Kecemasan GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1​. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1

26
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 0
2. 1 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 1 0 1
melakukan sesuatu hal
Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan 0
10. 1 0
anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri 1
1 0
anda
Jumlah 8

Interpretasi : Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan


depresi
Kesimpulan : dari hasil pengkajian didapatkan hasil dengan score 8,
maka pasien diindikasikan mengalami depresi (merupakan salah satu
penyebab nafsu makan menurun).

h. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia
No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 2

27
perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 2
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 0
2
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 0
2
sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 0
6. 4
makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 1
8. 1
kali atau lebih setiap harinya
Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam 2
9. 2
bulan terakhir
Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2
10. 2
untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 11

Interpretasi:
0–2 : Good
3–5 : Moderate nutritional risk
6> : High nutritional risk
Kesimpulan : berdasarkan pengkajian status nutrisi, score yang
diperoleh adalah 11. Maka pasien mengalami resiko tinggi tentang
nutrisinya (High nutritional risk).

i. Fungsi Sosial Lansia APGAR Keluarga dengan Lansia


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATION 2

28
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP 2
2. membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 2
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 10
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1) Selalu : skore 2
2) Kadang-kadang : 1
3) Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

Kesimpulan : berdasarkan hasil pengkajian pengkajian menggunakan


APGAR Score, hasil yang diperoleh adalah 10. Maka fungsi social pasien
masih baik tidak mengalami disfungsi.

29
ANALISA DATA

KEMUNGKINA MASALAH
DATA FOKUS
N PENYEBAB KEPERAWATAN
DS:​ - Klien mengatakan Peningkataan Diare
bahwa perutnya sedikit konsumsi kafein
kram
- Keluarga klien
mengatakan bahwa
klien sering
mengonsumsi kopi 4-5
cangkir/hari

DO:​ - Klien defeekasi 5-6


kali/hari
- Konsistensi feses encer
- Bising usus klien
18x/mnt

DS:​ - Klien mengatakan Mual muntah dan Kebutuhan cairan dan


bahwa ia merasa mual diare elektrolit kurang dari
dan muntah kebutuhan
- Keluarga klien
mengatakan bahwa
klien mengalami
penurunan nafsu makan

DO: -​Turgor kulit>2 detik


- Klien mengalami
penurunan BB 5 bulan
terakhir dari 50 kg
menjadi 43 kg

30
- Mata cekung
- Mukosa mulut kering
- Nadi klien 98x/mnt,
lemah
- BAB 5-6 kali/hari
selama 3 hari
konsistensi encer
- Klien sering makan
makanan yang sangat
pedas dan masam

DS: ​- Keluarga klien Anoreksia dan Kebutuhan nutrisi


mengatakan bahwa asupan nutrisi kurang dari kebutuhan
klien mengalami kurang dari
penurunan nafsu makan kebutuhan
- Klien mengatakan
bahwa ia merasakan
mual dan mengalami
muntah
- Keluarga klien
mengatakan bahwa
klien mengalami
kesulitan untuk menelan

DO: - ​Klien mengalami


penurunan BB 5 bulan
terakhir dari 50 kg
menjadi 43 kg
- Klien mengalami
anoreksia
- IMT klien 16,8 kg/m​2
- Klien makan 1-2

31
kali/hari
- Klien mengalami
keompongan dan
giginya tinggal 3 pada
bagian depan
- Klien mengalami
penurunan kemampuan
membau dan merasa

DS:​ - Keluarga klien Sering terbangun Gangguan pola tidur


mengatakan bahwa di malam hari
klien sering terbangun
setiap malam
- Keluarga klien
mengatakan bahwa tidur
klien < 5 jam
- Klien mengatakan
bahwa ia pusing
- Klien merasa kelelahan

DO:​ - TD klien 130/80 mmHg


- Nadi klien 98x/mnt
lemah
- Mata sembab

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan peningkatan konsumsi kafein
2. Kebutuhan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual muntah dan diare
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia dan
asupan nutrisi kurang

32
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun di malam hari

INTERVENSI
1. Dx: Diare berhubungan dengan peningkatan konsumsi kafein
Tujuan: ​Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien tidak
mengalami diare
Kriteria Hasil: ​- feses berbentuk, BAB 1-2 kali/hari
- Tidak mengalami diare

Intervensi:
1) Hindari produk susu, lemak, makanan serat tinggi, dan kafein
R/ Produk kafein menyebabkan diuresis
2) Secara bertahap, tambahkan makanan semipadat dan padat
R/ memaksimalkan kerja kolon secara bertahap
3) Perbanyak cairan tinggi kalium dan rendah gula
R/ memperbaiki elektrolit klien
4) Pantau dengan seksama adanya hypovolemia dan ketidakseimbangan
elektrolit
R/ deteksi dini terjadinya syok hipovolemik. TD di bawah 80/50 mmHg
merupakan salah satu tanda terjadinya syok hipovolemik
5) Observasi turgor kulit secara rutin
R/ Turgor kulit > 2 detik menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
6) Kolaborasi pemberian obat antidiare
R/ menghentikan diare
2. Dx: Kebutuhan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah dan diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi
Kriteria Hasil:​ - Turgor kulit klien ≤ 2 detik
- Mukosa mulut lembab

33
- Nafsu makan klien bertambah
- Nadi klien 70-100 x/mnt kuat
- BAB klien 1-2 kali/hari dengan konsistensi feses berbentuk
Intervensi:
1) Kaji minuman yang disukai dan yang tidak disukai klien, berikan cairan
yang disukai dalam batasan diet
R/ hidrasi klien terpenuhi tanpa adanya rasa mual
2) Intsruksikan klien untuk minum 8 sampai 10 gelas cairan per hari
R/ minimal cairan yang harus terpenuhi dalam tubuh adalah antara
1000-1500 cc/hari
3) Sarankan untuk minum sedikitnya 4 gelas air putih, waspadai minuman
berkafein dan bergula
R/ minuman berkafein menyebakan diuresis (semakin sering berkemih
dan kehilangan cairan)
4) Jelaskan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan diuresis
dan dapat memperberat kehilangan cairan
R/ kehilangan cairan yang berlebih dapat meningkatkan resiko
terjadinya syok hipovolemik
5) Ajarkan untuk memantau hidrasi berdasarkan warna urin
R/ warna urin pekat menunjukkan bahwa kurangnya asupan cairan
6) Timbang berat badan klien setiap hari dengan jenis baju yang sama, dan
pada waktu yang sama
R/ untuk memonitor berat badan klien. Berat badan yang terlalu rendah,
resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik
7) Pantau kadar elektrolit serum
R/ kreatini serum > 1 mg/dL menunjukkan menurunnya fungsi ginjal
3. Dx: Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia dan asupan nutrisi kurang
Tujuan: ​Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi

34
Kriteria Hasil:​ - Nafsu makan klien meningkat
- Klien tidak merasa mual dan muntah
- Klien makan 3x/hari dengan makanan tambahan
- Klien mampu mengunyah makanan yang bertekstur lembut
Intervensi:
1) Konsultasikan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat dengan
ahli gizi
R/ nutrisi klien terpenuhi dengan gizi yang seimbang tanpa mengganggu
fungsi tubuh yang lain
2) Timbang berat badan setiap hari
R/ mengetahui perkembangan berat badan klien, dan deteksi dini resiko
terjadinya syok hipovolemik
3) Anjurkan klien untuk menggunakan rempah-rempah untuk membantu
memperkaya rasa dan aroma makanan
R/ meningkatkan nafsu makan klien
4) Anjurkan klien untuk makan bersama
R/ membuat klien merasa masih dihargai dan dibutuhkan
5) Ciptakan suasana yang menyenangkan
R/ klien tidak bosan dan meningkatkan nafsu makan klien
6) Pertahankan kebersihan mulut yang baik
R/ hygiene yang baik dapat meningkatkan nafsu makan
7) Anjurkan untuk meningkatkan asupan kalsium sampai 1200mg/hari
R/ mengganti kalsium yang sudah terbuang dan memenuhi kalsium yang
adekuat dikarenakan kurangnya asupan nutrisi
8) Anjurkan untuk mengonsumsi suplemen beta-karoten dan vitamin C dan E
setiap hari.
R/ beta karoten dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan peningkatan
kesehatan secara umum

4. Dx: Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun di

35
malam hari
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien bisa tidur
dengan nyaman
Kriteria Hasil:​ - Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-7 jam/hari
- Pola tidur, kualitas dalam batas normal
- Perasaan segar setelah tidur atau istirahat
- mampu mengidentifikasi hal-hal yang mengingatkan tidur
Intervensi:
1) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
R/ Tidur kurang dapat menyebabkan kelelahan
2) Minta klien untuk membatasi masukan cairan di waktu malam dan
berkemih sebelum tidur
R/ konsumsi cairan yang berlebih di malam hari dapat menyebabkan
frekuensi berkemih yang sering pula dan mengganggu tidur
3) Batasi asupan minuman yang mengandung kafein setelah sore hari
R/ minuman yang mengandung kafein dapat menyebabkan diuresis
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien tertidur lebih nyenyak
5) Jelaskan kepada klien dan keluarga klien mengenai penyebab gangguan
tidur
R/ klien dan keluarga mengetahui penyebab gangguan tidur
6) Kolaborasikan pemberian obat tidur
R/ tidur klien dapat terpenuhi dengan adekuat

36
37
IMPLEMENTASI

Diagnosa Tanggal/Waktu Implementasi (Tindakan Kep

1. Diare berhubungan dengan 18 April 2016 1) menghindari produk susu, lem


peningkatan konsumsi kafein 08.00
tinggi, dan kafein
Hasil: klien kooperatif terhadap

08.10
2) Secara bertahap, menamb
semipadat dan padat
Hasil: klien mampu menguny
diberikan dengan baik
08.20
3) memperbanyak cairan tinggi k
gula
08.25
Hasil: ahli gizi memenuhi diet k
4) memantau dengan seksama ad
dan ketidakseimbangan elektroli
08.35 Hasil: TD 130/80 mmHg, nadi :
5) Observasi turgor kulit secara ruti
08.40
Hasil: turgor kulit lebih dari 2 de
6) Kolaborasi pemberian obat antid
Hasil: klien kooperatif dalam m
diberikan

2. Kebutuhan cairan dan 18 April 2016 1) Mengkaji minuman yang disuk


elektrolit kurang dari 08.05 disukai klien, berikan cairan y
kebutuhan berhubungan batasan diet
dengan mual muntah dan diare Hasil: klien menyukai jus wortel
2) Mengintsruksikan klien untuk m
08.15 gelas cairan per hari

38
Hasil: Klien hanya minum 4-5 g
3) Menyarankan untuk minum sed
08.25 putih, waspadai minuman berkaf
Hasil: Klien tidak sukaminum
hanya minum 2-3 gelas
4) Menjelaskan bahwa kopi, teh, d
08.28 menyebabkan diuresis dan d
kehilangan cairan
Hasil: Klien dan keluarga
menjelaskan akibat dari diuresis
5) Mengajarkan untuk memantau h
warna urin
08.45 Hasil: Klien dan keluarga klie
mampu menjelaskan bahwa war
merupakan gejala dari dehidrasi
6) Menimbang berat badan klien
jenis baju yang sama, dan pada w
08.55 Hasil: BB klien 43 kg, TB klien
kg/m​2
7) Memantau kadar elektrolit serum
Hasil: Kadar elektrolit serum kli
09.10

3. Kebutuhan nutrisi kurang dari 18 April 2016 1) Mengkonsultasikan kebutuhan k


07.50
kebutuhan berhubungan realistis dan adekuat dengan ahli g
dengan anoreksia dan asupan 08.55 2) Menimbang berat badan setiap ha
nutrisi kurang Hasil: BB klien 43 kg, TB klien
kg/m​2
09.00
3) Menganjurkan klien untuk
rempah-rempah untuk membantu
dan aroma makanan

39
Hasil: Klien menyukai rempah-
mengkonsumsi temulawak
08.15 4) Menganjurkan klien untuk makan
Hasil: Klien makan bersama anak
08.18 5) Menciptakan suasana yang menye
Hasil: Disela-sela makan, ana
‘guyonan’
08.18
6) Mempertahankan kebersihan mulu
Hasil: Klien dilakukan oral hygien
09.05
7) Menganjurkan untuk meningkatk
sampai 1200mg/hari
Hasil: Klien mengkonsumsidiit
sediakan

09.06 8) menganjurkan untuk mengon


beta-karoten dan vitamin C dan E
Hasil : klien kooperatif dal
suplemen dna vitamin

4. Gangguan pola tidur 18 April 2016 1) Menjelaskan pentingnya tidur ya


09.10
berhubungan dengan sering Hasil: Klien dan keluarga m
terbangun di malam hari pentingnya tidur yang adekuat

09.20 2) Meminta klien untuk membatasi


waktu malam dan berkemih sebe
Hasil: Klien masih sering minum
09.25 3) Membatasi asupan minuman
kafein setelah sore hari
Hasil: klien tidak mengkonsum
mengandung kafein
09.30 4) Menciptakan lingkungan yang ny
Hasil: Lingkungan klien masih

40
bising
5) Menjelaskan kepada klien da
09.45
mengenai penyebab gangguan ti
Hasil: Klien dan keluarga klien
penyebab gangguan tidur pada k
6) Kolaborasikan pemberian obat ti
09.50 Hasil: Klien kooperatif dalam m
yang telah diberikan

1. Diare berhubungan dengan 19 April 2016 1) menghindari produk susu, lem


peningkatan konsumsi kafein 08.00
tinggi, dan kafein
Hasil: klien kooperatif terhadap

08.10 2) Secara bertahap, menamb


semipadat dan padat
Hasil: klien mampu menguny
diberikan dengan baik

08.20 3) memperbanyak cairan tinggi k


gula
Hasil: ahli gizi memenuhi diet k
08.25 4) memantau dengan seksama ad
dan ketidakseimbangan elektroli
08.35 Hasil: TD 120/80 mmHg, nadi :
5) Observasi turgor kulit secara ruti
08.40 Hasil: turgor kulit lebih dari 1 de
6) Kolaborasi pemberian obat antid
Hasil: klien kooperatif dalam m
diberikan

2. Kebutuhan cairan dan 19 April 2016 2) Mengintsruksikan klien untuk m


elektrolit kurang dari 08.05
gelas cairan per hari

41
kebutuhan berhubungan Hasil: Klien hanya minum 5-6 g
dengan mual muntah dan diare
3) Menyarankan untuk minum sed
08.15 putih, mewaspadai minuman ber
Hasil: Klien tidak suka minum
hanya minum 2-3 gelas
4) Menjelaskan bahwa kopi, teh, d
08.25 menyebabkan diuresis dan d
kehilangan cairan
Hasil: Klien dan keluarga
menjelaskan akibat dari diuresis
5) Mengajarkan untuk memantau h
08.28 warna urin
Hasil: Klien dan keluarga klie
mampu menjelaskan bahwa war
merupakan gejala dari dehidrasi
6) Menimbang berat badan klien
08.45 jenis baju yang sama, dan pada w
Hasil: BB klien 43 kg, TB klien
kg/m​2
7) Memantau kadar elektrolit serum
08.55 Hasil: Kadar elektrolit serum kli
8) menganjurkan klien makan serin
09.05 kecil
Hasil : klien kooperatif dala
diberikan

3. Kebutuhan nutrisi kurang dari 19 April 2016 1) Mengkonsultasikan kebutuhan


kebutuhan berhubungan 07.50
realistis dan adekuat dengan ahli
dengan anoreksia dan asupan
nutrisi kurang 08.55 2) Menimbang berat badan setiap h
Hasil: BB klien 43 kg, TB klien

42
kg/m​2
09.00
3) Menganjurkan klien untuk
rempah-rempah untuk membantu
dan aroma makanan
Hasil: Klien menyukai rempah-
mengkonsumsi temulawak
08.15 4) Menganjurkan klien untuk makan
Hasil: Klien makan bersama anak
08.18 5) Menciptakan suasana yang menye
Hasil: Disela-sela makan, ana
‘guyonan’
08.18
6) Mempertahankan kebersihan mulu
Hasil: Klien dilakukan oral hygien
09.05
7) Menganjurkan untuk meningkatk
sampai 1200mg/hari
Hasil: Klien mengkonsumsidiit
sediakan
09.06 8) menganjurkan untuk mengo
beta-karoten dan vitamin C dan E
Hasil : klien kooperatif dal
09.10
suplemen dna vitamin

4. Gangguan pola tidur 19 April 2016 2) Meminta klien untuk membatasi


berhubungan dengan sering 09.10
waktu malam dan berkemih sebe
terbangun di malam hari
Hasil: Klien masih sering minum
3) Membatasi asupan minuman
09.20
kafein setelah sore hari
Hasil: klien tidak mengkonsum
mengandung kafein
09.25
4) Menciptakan lingkungan yang ny
Hasil: Lingkungan klien masih

43
bising
5) Menjelaskan kepada klien da
09.30 mengenai penyebab gangguan ti
Hasil: Klien dan keluarga klien
penyebab gangguan tidur pada k

09.45 6) Kolaborasikan pemberian obat ti


Hasil: Klien kooperatif dalam m
yang telah diberikan

2. Kebutuhan cairan dan elektrolit 20 April 2016 2) Mengintsruksikan klien untuk m


kurang dari kebutuhan 08.05
gelas cairan per hari
berhubungan dengan mual
muntah dan diare Hasil: Klien mulai minum 8 gela
3) Menyarankan untuk minum sed
08.15
putih, mewaspadai minuman ber
Hasil: klien minum 3-4 gelas
4) Menjelaskan bahwa kopi, teh, d
menyebabkan diuresis dan d
08.25
kehilangan cairan
Hasil: Klien dan keluarga
menjelaskan akibat dari diuresis
5) Mengajarkan untuk memantau h
warna urin
08.28
Hasil: Klien dan keluarga klie
mampu menjelaskan bahwa war
merupakan gejala dari dehidrasi
6) Menimbang berat badan klien
jenis baju yang sama, dan pada w
08.45
Hasil: BB klien 43 kg, TB klien
kg/m​2
7) Memantau kadar elektrolit serum
Hasil: Kadar elektrolit serum kli

44
08.55 8) menganjurkan klien makan serin
kecil
09.05 Hasil : klien kooperatif dala
diberikan

3. Kebutuhan nutrisi kurang dari 20 April 2016 1) Mengkonsultasikan kebutuhan


kebutuhan berhubungan dengan 07.50
realistis dan adekuat dengan ahli
anoreksia dan asupan nutrisi
kurang 08.55 2) Menimbang berat badan setiap h
Hasil: BB klien 43 kg, TB klien
kg/m​2
09.00
3) Menganjurkan klien untuk
rempah-rempah untuk membantu
dan aroma makanan
Hasil: Klien menyukai rempah-
mengkonsumsi temulawak
08.15 4) Menganjurkan klien untuk makan
Hasil: Klien makan bersama anak
08.18 5) Menciptakan suasana yang menye
Hasil: Disela-sela makan, ana
‘guyonan’
08.18
6) Mempertahankan kebersihan mulu
Hasil: Klien dilakukan oral hygien
09.05
7) Menganjurkan untuk meningkatk
sampai 1200mg/hari
Hasil: Klien mengkonsumsidiit
sediakan
09.06 8) menganjurkan untuk mengo
beta-karoten dan vitamin C dan E
Hasil : klien kooperatif dal
09.10
suplemen dna vitamin

45
4. Gangguan pola tidur 20 April 2016 2) Meminta klien untuk membatasi
berhubungan dengan sering 09.10
waktu malam dan berkemih sebe
terbangun di malam hari
Hasil: Klien sudah membatasi
hari
09.20
3) Membatasi asupan minuman
kafein setelah sore hari
Hasil: klien tidak mengkonsum
09.25
mengandung kafein
4) Menciptakan lingkungan yang ny
Hasil: Lingkungan klien masih
bising
09.30
5) Menjelaskan kepada klien da
mengenai penyebab gangguan ti
Hasil: Klien dan keluarga klien
09.45 penyebab gangguan tidur pada k
6) Kolaborasikan pemberian obat ti
Hasil: Klien kooperatif dalam m
yang telah diberikan

EVALUASI

TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGA


19 April 2016 Diare berhubungan dengan S: Klien mengatakan perutnya masih kram
peningkatan konsumsi kafein
O: - Klien defekasi 3-4 kali/hari
- Konsistensi feses masih encer
- Bisisng usus klien17x/mnt
- Turgor kulit > 2 detik

A: Intervensi belum teratasi


P: Intervensi 1,2,3,4,5,6 dianjutkan

46
19 April 2016 Kebutuhan cairan dan elektrolit S: Klien mengatakan masih mual dan mun
kurang dari kebutuhan O: - Turgor kulit klien > 2 detik
berhubungan dengan mual - BB klien 43 kg
muntah dan diare - Mukosa mulut lembab
- Nadi klien 86x/mnt, lemah
- TD klien 130/80 mmHg
- Klien defekasi 3-4 kali/hari

A: Intervensi teratasi sebagian


P: Intervensi 2,3,4,5,6,7 dilanjutkan dan d
tindakan makan sering tapi dalam porsi ke
19 April 2016 Kebutuhan nutrisi kurang dari S: Klien mengatakan masih merasa mual
kebutuhan berhubungan dengan O: - BB klien 43 kg
anoreksia dan asupan nutrisi - IMT klien 16,8 kg/m​2
kurang - Klien makan 3x/hari
- Kemampuan membau dan merasa kl
mengalami penurunan
- Klien anoreksia

A: Intervensi belum teratasi


P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8
19 April 2016 Gangguan pola tidur S: - Klien mengatakan masih pusing
berhubungan dengan sering - Keluarga klien mengatakan bahwa k
terbangun di malam hari sering terbangun
- Klien mengatakan merasa kelelahan

O: - TD klien 130/80 mmHg


- Nadi klien 86x/mnt
- Mata klien masih sembab

A: Intervensi teratasi sebagaian


P: Intervensi 2,3,4,5,6 dilanjutkan
20 April 2016 Diare berhubungan dengan S: Klien mengatakan perutnya sudah tidak
peningkatan konsumsi kafein
47
O: - Klien defekasi 1-2 kali/hari
- Konsistensi feses padat
- Bisisng usus klien12x/mnt
- Turgor kulit 1 detik

A: Intervensi sudah teratasi


P: Intervensi dihentikan
20 April 2016 Kebutuhan cairan dan elektrolit S: Klien mengatakan masih mual dan mun
kurang dari kebutuhan O: - Turgor kulit klien 1 detik
berhubungan dengan mual - BB klien 43 kg
muntah dan diare - Mukosa mulut lembab
- Nadi klien 75x/mnt, lemah
- TD klien 120/80 mmHg
- Klien defekasi 1-2 kali/hari

A: Intervensi teratasi sebagian


P: Intervensi 2,3,4,5,6,7 dilanjutkan dan d
tindakan makan sering tapi dalam porsi ke
20 April 2016 Kebutuhan nutrisi kurang dari S: Klien mengatakan masih merasa mual
kebutuhan berhubungan dengan O: - BB klien 43 kg
anoreksia dan asupan nutrisi - IMT klien 16,8 kg/m​2
kurang - Klien makan 3x/hari
- Kemampuan membau dan merasa kl
mengalami penurunan
- Klien anoreksia

A: Intervensi belum teratasi


P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8
20 April 2016 Gangguan pola tidur S: - Klien mengatakan masih sedikit pusin
berhubungan dengan sering - Keluarga klien mengatakan bahwa k
terbangun di malam hari sering terbangun
- Klien mengatakan merasa kelelahan

48
O: - TD klien 120/80 mmHg
- Nadi klien 75x/mnt
- Mata klien masih sembab

A: Intervensi teratasi sebagaian


P: Intervensi 2,3,4,5,6 dilanjutkan
21 April 2016 Kebutuhan cairan dan elektrolit S: Klien mengatakan masih mual dan mun
kurang dari kebutuhan O: - Turgor kulit klien 1 detik
berhubungan dengan mual - BB klien 43 kg
muntah dan diare - Mukosa mulut lembab
- Nadi klien 75x/mnt
- TD klien 120/80 mmHg
- Klien defekasi 1 kali/hari

A: Intervensi teratasi
P: Intervensi dihentikan
21 April 2016 Kebutuhan nutrisi kurang dari S: Klien mengatakan udah tidak merasa m
kebutuhan berhubungan dengan O: - BB klien 43 kg
anoreksia dan asupan nutrisi - IMT klien 16,8 kg/m​2
kurang - Klien makan 3x/hari
- Klien tidak mengalami anoreksia

A: Intervensi teratasi
P: Intervensi dihentikan
21 April 2016 Gangguan pola tidur S: - Klien mengatakan sudah tidak pusing
berhubungan dengan sering - Keluarga klien mengatakan bahwa k
terbangun di malam hari jarang terbangun

O: - TD klien 120/80 mmHg


- Nadi klien 75x/mnt
- Mata klien tidak sembab

A: Intervensi teratasi

49
P: Intervensi dihentikan

50
51
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebutuhan gizi klien lansia perlu dipenuhi secara adekuat untuk
kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua,
dan memperlambat terjadinya usia biologis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan gizi lansia antara lain: berkurangnya kemampuan
mencerna makanan (akibat kerusakan gigi/ompong), berkurangnya cita rasa,
berkurangnya koordinasi otot, keadaan fisik yang kurang baik, faktor
ekonomi dan social, dan faktor penyerapan makanan (daya absorbsi).
Pada asuhan keperawatan lansia, pengkajian harus dilakukan terhadap
semua system, status gizi, dan aspek psikosoialnya. Dan pada klien lansia
dengan gangguan nutrisi, difokuskan pada pengkajian system gastrointestinal.
Klien lansia dengan gangguan nutrisi, didapatkan dua diagnosa yaitu
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pemasukan yang tidak
adekuat, dan gangguan nutrisi lebih dari kebuthan b.d intake nutrisi yang
berlebihan.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini mampu memberikan arahan yang memudahkan
perawat maupun rekan sejawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien lansia secara efektif dan efisien dan semoga makalah ini juga dapat
menjadi bahan bacaan serta salah satu sumber referensi dalam tindakan
keperawatan.

52
53
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. ​Keperawatan Lanjut Usia​. Edisi Pertama.


Yogyakarta: Graha Ilmu.
Carpenito, Lynda Juall. 2012. ​Daignosis Keperawatan: Buku Saku.​ Jakarta:
EGC.N
Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007​. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia dan Aplikasi dalam Praktek​. Jakarta: EGC.
Nugroho, Wahjudi. 2008. ​Keperawatan Gerontik & Geriatrik​. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Nurarif, Amin Husada dan Hardhi Kusuma. 2015. ​Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA: NIC NOC​. Edisi 3. Jogjakarta:
Mediaction.
Ode, Sharif La. 2012. ​Asuhan Keperawatan Gerontik: Berdasarakan Nanda, NIC
dan NOC.​ Yogyakarta: Nuha Medika.
Saryono dan Anggriyana Tri Widianti. 2010. ​Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM). ​Yogyakarta: Nuha Medika.
Tarwoto dan Wartonah. 2006. ​Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 3. J​ akarta: Salemba Medika.

54

Anda mungkin juga menyukai