Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH IMUNOLOGI GIZI

”FUNGSIONAL FOOD ALKOHOL DAN IMUNITAS”

OLEH KELOMPOK 1:

1. NI WAYAN ARI MILAWATI (PO7131223091)


2. KOMANG TRI WAHYUNI (P07131223094)
3. NI WAYAN MARMAWATI ( P07131223104)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN GIZI PRODI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DENPASAR
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat- Nya
penulis dapat menyelesaikan "Tugas Makalah Imunologi tentang Fungsional Food, Alkohol
dan Imunitas tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah Imunologi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Denpasar.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah penelitian ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Pande Putu Sri Sugiani, DCN. M.kes yang telah memberikan arahan dan masukan
yang berguna bagi mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Denpasar, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
C. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Punggunaan Makanan Fungsional (Fungsional Food) dan Alkohol................3
B. Jenis-jenis Makanan Fungsional (Fungsional Food) dan Alkohol...................8
C. Makanan Fungsional (Fungsional Food), Alkohol dan Imunitas.....................12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...........................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUTAKA...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya memahami peran makanan fungsional (functional foods) dan
alkohol terhadap sistem imun memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan
berbagai faktor, termasuk jenis dan jumlah konsumsi, interaksi dengan faktor gaya hidup
lainnya, dan kondisi kesehatan individu (Abbas, 2020). Melalui pendekatan yang
berbasis bukti dan penyesuaian terhadap kebutuhan individu, dapat dicapai
keseimbangan kesehatan individu dalam mendukung dan memperkuat sistem imun
(Finnegan et al., 2023). Selain itu, penting juga untuk mengetahui peran vital makanan
fungsional, serta dampak konsumsi alkohol terhadap kemampuan tubuh dalam melawan
infeksi dan penyakit.
Makanan fungsional, yang kaya akan vitamin, mineral, antioksidan, dan
komponen bioaktif lainnya, dikenal karena potensi mereka dalam mempromosikan
kesehatan yang optimal dan mencegah berbagai penyakit. Nutrisi ini berperan tidak
hanya dalam mendukung fungsi sistem imun secara langsung melalui penguatan
pertahanan tubuh terhadap patogen, tetapi juga dalam modulasi respons inflamasi dan
pemulihan dari stres oksidatif (Suter, 2020).
Alkohol dalam dosis tinggi dan konsumsi jangka panjang dikenal dapat
mengganggu fungsi imun. Meskipun konsumsi moderat mungkin memiliki beberapa efek
protektif, terutama pada penyakit kardiovaskular, penggunaan berlebihan berpotensi
merusak penghalang fisik seperti penghalang usus, mengurangi kemampuan sel imun
untuk merespons efektif, dan menyebabkan peradangan sistemik.
Interaksi antara makanan fungsional dan alkohol terhadap imunitas
mencerminkan kebutuhan untuk pendekatan diet yang seimbang dan bertanggung jawab.
Strategi nutrisi yang memprioritaskan makanan fungsional beriringan dengan membatasi
konsumsi alkohol dapat mendukung sistem imun yang sehat dan mengurangi risiko
penyakit. Selain itu, pemahaman tentang bagaimana bahan-bahan tertentu mempengaruhi
imunitas dapat membantu dalam pengembangan intervensi dietetik yang ditargetkan
untuk populasi tertentu, termasuk individu dengan kondisi imunokompromi atau mereka
yang berusaha meningkatkan kesehatan imun secara umum (Finnegan et al., 2023;
Sibuea, 2021). Dengan menjaga diet yang seimbang, kaya akan mikronutrien esensial,
dan mengadopsi gaya hidup yang mendukung kesehatan imun. Maka dapat disimpulkan

1
bahwa perbaikan pola makan dan faktor gaya hidup lainnya juga memperngaruhi
kesehatan dan kesejahteraan secara menyeluruh.
Melalui penjabaran diatas, maka makalah ini bertujuan untuk memberikan
wawasan komprehensif tentang pentingnya makanan fungsional dan efek modulasi
alkohol terhadap sistem imun, dengan mengeksplorasi literatur ilmiah terkini dan studi
kasus yang relevan. Dengan demikian, penulisan makalah ini tidak hanya akan
memperkaya pemahaman kita tentang hubungan antara diet, gaya hidup, dan imunitas,
tetapi juga menyajikan rekomendasi praktis untuk mengoptimalkan kesehatan imun
melalui pilihan makanan yang bijaksana.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami penggunaan makanan fungsional (functional food) dan alkohol
2. Untuk memahami jenis-jenis makanan fungsional (functional food) dan alkohol
3. Untuk memahami interaksi antara makanan fungsional (functional food) dan alkohol,
serta pengaruhnya terhadap imunitas.

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami penggunaan makanan fungsional (functional food) dan alkohol
dalam kesehatan individu
2. Dapat memahami jenis-jenis makanan fungsional (functional food) dan alkohol untuk
penggunaan sehari-hari
3. Dapat memahami interaksi antara makanan fungsional (functional food) dan alkohol,
serta pengaruhnya terhadap imunitas, sehingga dapat memberikan rekomendasi diet
kepada pasien secara tepat, dan efektif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penggunaan Makanan Fungsional (Fungsional Food) dan Alkohol


1. Pengertian makanan fungsional (fungsional food)
Makanan fungsional (fungsional food) diartikan sebagai makanan yang mampu
memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan disamping efek nutrisi yang secara
prinsip dimiliki oleh makanan. Makanan fungsional merupakan pangan alami seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran atau pangan olahan yang mengandung komponen
bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme tubuh
manusia. Di Jepang, makanan fungsional dikenal sebagai FOSHU, yaitu makanan yang
memiliki efek spesifik terhadap kesehatan karena mengandung senyawa kimia tertentu.
Menurut Goldberg (1994), makanan fungsional adalah makanan alami yang dikonsumsi
sebagai bagian dari diet harian dan memiliki fungsi tertentu yang membantu
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, atau mendukung penyembuhan.
The International Food Information Council mendefinisikan makanan fungsional
sebagai pangan yang memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat dasar. Sedangkan
Badan POM mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang alami atau telah
diproses mengandung satu atau lebih senyawa dengan fungsi fisiologis yang bermanfaat
bagi kesehatan, dapat dikonsumsi seperti makanan atau minuman biasa, dan memiliki
karakteristik sensoris yang dapat diterima oleh konsumen tanpa kontraindikasi atau efek
samping pada dosis yang dianjurkan (Astawan, 2011).
Dengan demikian, makanan fungsional pada dasarnya adalah pangan yang, berkat
kandungan komponen aktifnya di luar zat gizi, dapat memberikan manfaat kesehatan
yang signifikan. Ini merupakan bagian dari diet sehari-hari dan harus memiliki sifat
sensoris yang memadai untuk diterima oleh konsumen. Pendekatan ini menuntut sebuah
pergeseran dalam pemikiran tentang makanan, dari sekadar memenuhi kebutuhan dasar
menjadi sumber kesehatan dan kesejahteraan.
2. Persyaratan makanan fungsional (fungsional food)
Makanan fungsional, terutama dalam konteks perkembangan dan regulasi, harus
memenuhi beberapa kriteria penting untuk dapat diklasifikasikan sebagai makanan yang
memberikan manfaat lebih dari sekedar nilai gizi. Para peneliti mengidentifikasi tiga
fungsi dasar yang harus dimiliki oleh makanan fungsional, yaitu sensori, nutrisi, dan
fisiologis. Ini menunjukkan bahwa makanan fungsional tidak hanya harus menyenangkan

3
dari segi warna, penampilan, dan rasa, tetapi juga harus kaya nilai gizi dan memberikan
manfaat fisiologis yang menguntungkan bagi tubuh (Triandita et al., 2020). Fungsi
fisiologis yang diharapkan dari makanan fungsional mencakup pencegahan penyakit,
peningkatan imunitas, regulasi ritme fisik tubuh, perlambatan proses penuaan, dan
pemulihan kondisi kesehatan. Dengan kata lain, makanan fungsional harus berkontribusi
secara positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan konsumen melalui mekanisme yang
spesifik dan terukur (Suter, 2020).
Adapun persyaratan untuk suatu produk agar dapat dianggap sebagai makanan
fungsional mencakup, sebagai berikut (Astawan, 2011):
a. Sumber Alami
Produk harus berasal dari bahan alami, tidak dalam bentuk kapsul, tablet, atau
bubuk, menegaskan pentingnya bentuk makanan yang utuh dan alami.
b. Bagian dari Diet Harian
Makanan fungsional harus dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari menu
sehari-hari, mengintegrasikan manfaat kesehatan ke dalam diet tanpa memerlukan
konsumsi dalam bentuk suplemen.
c. Fungsi Tertentu Saat Dicerna
Harus memiliki efek fisiologis tertentu, seperti memperkuat pertahanan tubuh,
mencegah penyakit, mempercepat pemulihan kesehatan, menjaga kondisi fisik dan
mental, serta memperlambat penuaan.
3. Fungsi makanan fungsional
a. Sebagai sumber zat gizi
b. Sebagai pemberi cita rasa dan aroma
c. Fungsi yang berkaitan dengan aspek fisiologis seperti :
1) Meredam zat berbahaya
2) Regulator fungsi badan dan kondisi fisik
3) Mencegah penyakit
4) Meningkatkan kesehatan
5) Mempercepat pemulihan setelah sakit
4. Komponen bioaktif pada makanan fungsional (fungsional food)
a. Serat pangan
Serat pangan tersusun dari polisakarida non pati seperti selulosa dan berbagai
komponen tumbuhan seperti dektrin, inulin, lignin, malam, kitin, pectin, beta-glukan dan
oligosakarida. Sumber serat pangan yaitu terdapat pada sayur, buah, roti dan kurma.

4
b. Probiotik, prebiotik dan synbiotik
Di dalam usus manusia dan hewan secara alami ada sekitar 100 – 400 jenis bateri
yang secara sederhana dapat dikelompokkan dalam bakteri baik (yang bermanfaat bagi
kesehatan) dan bakteri jahat (yang bisa menyebabkan penyakit) atau disebut juga bakteri
pathogen.
Probiotik adalah mikroba hidup yang bermanfaat bagi hewan atau manusia yang
mengkonsumsinya dengan meningkatkan keseimbangan mikroflora saluran pencernaan
bagian bawah. Berikut adalah beberapa spesies probiotik:
1) Bifidobacterium bifidum
2) Bifidobacterium longum
3) Bifidobacterium breve
4) Bifidobacterium lactis
5) Lactobacillus acidophilus
6) Lactobacillus casei
7) Laktobacillus plantarum
Prebiotik adalah suatu ingredient pangan yang tak tercerna yang mempunyai efek
menguntungkan bagi orang yang mengkonsumsinya dengan memacu pertumbuhan
Bifidobacteria dan probiotik dalam saluran pencernaan sehingga meningkatkan
kesehatan.
Sinbiotik (Eubiotik) adalah kombinasi probiotik dan prebiotik. Penambahan
mikroorganisme hidup (probiotik) dan substrat (prebiotik) untuk pertumbuhan bakteri
misalnya fructooligosaccharide (FOS) dengan bifidobacterium atau lactitol dengan
lactobacillus.
c. Antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa kimia yang dalam kadar tertentu mampu
menghambat atau memperlambat kerusakan lemak dan minyak karena proses oksidasi.
Antioksidan sekunder tidak dihasilkan di dalam tubuh tetapi berasal dari makanan seperti
vitamin A, beta karoten, vitamin C, selenium, Flavonoid, dan lain-lain. Antioksidan ini
berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Antioksidan
tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal
bebas. Antioksidan Eksteral berasal dari makanan contohnya vitamin C, vitamin E,
karotenoid, flavonoid, dan EGCG ( Epigallocatechin gallate ).
d. Asam lemak omega-3, omega-6, dan omega-9

5
Lemak atau minyak merupakan salah satu makanan yang banyak digunakan untuk
diet sehari – hari. Beberapa hal mempengaruhi sifat – sfat minyak adalah asam lemka
penyusunnya yaitu asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) dan asam lemak tak
jenu (Unsaturated Fatty Acid/UFA) yang terdiri atas mono-unsaturated fatty acid
(MUFA) dan poly-unsaturated fatty acid (PUFA).
e. Senyawa fitokimia
Fitokimia berasal dari kata phytochemical, phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan
chemical berarti zat kimia, sehingga merupakan zat kimia yang terdapat dalam
tumbuhan. Phytochemicals adalah senyawa didalam pangan nabati yang aktif secara
fisiologis, bersifat antioksidan, serta mempengaruhi metabolisme tubuh manusia secara
baik sehingga berpotensi meningkatkan kesehatan dan mencegah berbagai penyakit,
terutama kanker.
5. Penggunaan makanan fungsional (fungsional food)
Penggunaan makanan fungsional di Indonesia telah berkembang seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat dan nutrisi
yang baik untuk pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan umum. Faktor-faktor
seperti perubahan gaya hidup, peningkatan pendidikan kesehatan, dan akses informasi
yang lebih luas melalui media sosial dan internet telah mendorong konsumen Indonesia
untuk lebih memperhatikan manfaat kesehatan dari makanan yang mereka konsumsi.
Berikut adalah beberapa aspek penting mengenai penggunaan makanan fungsional di
Indonesia (Sari, 2019 dan Sibuea, 2021):
a. Kesadaran Kesehatan yang Meningkat
Kesadaran akan hubungan antara diet, kesehatan, dan pencegahan penyakit semakin
meningkat di kalangan masyarakat Indonesia. Ini telah mendorong peningkatan
permintaan untuk makanan fungsional yang dapat menyediakan manfaat kesehatan
tertentu, seperti peningkatan imunitas, pengelolaan berat badan, dan kesehatan
pencernaan.
b. Varietas Makanan Fungsional
Indonesia memiliki beragam produk makanan fungsional yang tersedia di pasaran,
mulai dari produk tradisional yang sudah lama dikenal memiliki khasiat kesehatan
hingga produk modern yang diperkaya dengan bahan-bahan tertentu. Contohnya
termasuk minuman probiotik, yogurt, madu, jamu (minuman herbal tradisional), serta
makanan dan minuman yang diperkaya dengan vitamin, mineral, serat, dan antioksidan.
c. Regulasi dan Standarisasi

6
Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
mengatur produk makanan fungsional untuk memastikan keamanan, kualitas, dan klaim
kesehatan yang dibuat oleh produsen. BPOM menetapkan pedoman dan persyaratan
ketat terkait komposisi, etiket, dan promosi makanan fungsional untuk melindungi
konsumen dari klaim yang menyesatkan dan memastikan manfaat kesehatan yang sahih.
d. Edukasi dan Promosi
Produsen makanan fungsional aktif mempromosikan produk mereka melalui
berbagai kanal, termasuk iklan televisi, media sosial, dan kegiatan pemasaran lainnya.
Edukasi konsumen mengenai manfaat kesehatan dari makanan fungsional juga menjadi
bagian penting dari strategi pemasaran, seringkali dengan menonjolkan penelitian atau
bukti ilmiah yang mendukung klaim kesehatan mereka.
e. Tantangan
Meskipun penerimaan makanan fungsional meningkat, masih ada tantangan,
termasuk harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan makanan konvensional, yang
dapat membatasi aksesibilitas bagi sebagian konsumen. Selain itu, masih ada kebutuhan
untuk edukasi yang lebih luas untuk membedakan antara klaim kesehatan yang berbasis
bukti dan informasi yang menyesatkan.
Penggunaan makanan fungsional di Indonesia mencerminkan tren global menuju
konsumsi makanan yang lebih sehat dan berorientasi pada kesehatan. Dengan
meningkatnya penelitian dan inovasi, diharapkan produk makanan fungsional akan terus
berkembang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang beragam dari masyarakat
Indonesia.
6. Pengertian alkohol
Alkohol adalah senyawa kimia organik dengan karakteristik khas terdapat gugus
hidriksil (-OH) yang berkaitan dengan salah satu gugus karbon dalam rumus kimia suatu
molekul. Sumber alkohol yang umum beredar antara lain ethanol, methanol, isopropanol,
dan diethylene glikol. Etanol digunakan sebagai zat adiktif gazoline, pelarut kosmetik,
farmasi dan minumal berakohol. Ethanol berasal dari fermentasi berbagai jenis
karbohidrat dari gandum, buah-buahan atau bunga. Dalam bentuk murni ethanol bersifat
tidak berwarna, transparan, mudah menguap, titik didih pada 78 derajat celsius.
7. Penggunaan Alkohol
Alkohol memliki manfaat dan juga dampak negatif jika digunakan. Sebut saja etanol
salah satu jenis alkohol yang sering kita jumpai dalam bentuk minuman keras. Konsumsi
etanol dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan kematian. Kendati demikian alkohol

7
juga memiliki manfaat yang disepakati dalam dunia medis. Beberapa manfaat alkohol
tersebut diantaranya dapat merangsang keaktifan otak, menurunkan kadar gula darah
secara berkesinambungan dan dan terbukti sebagai antiseptik yang ampuh membunuh
bakteri. Salah satu jenis alkohol ini adalah etanol, etanol dalam dunia medis digunakan
sebagai bahan pembuatan desinfektan dan antiseptik (Lukmanudin, 2015:83). Pemakaian
alkohol dalam dunia medis utamanya sebagai bahan pembantu dalam proses fomulasi
atau pembuatan obat tersebut. Jadi alkohol dalam obat-obatan bukan merupakan bagian
utama yang dimaksudkan untuk "obat", tetapi lebih sebagai bahan "penolong".
Pemakaian alkohol dalam obat obatan biasanya dalam obat yang berbentuk cair, yang
dimaksudkan untuk melarutkan bahan obat yang sukar larut dalam air. Fungsi alkohol
yang satu ini sudah banyak digantikan oleh emulgator atau bahan pensuspensi. Sebagai
contoh, alkohol dengan konsentrasi 70% umumnya digunakan sebagai cairan antiseptik
yang dapat digunakan untuk membersihkan luka atau alat-alat medis. Konsentrasi ini
jauh lebih tinggi daripada konsentrasi alkohol pada minuman sehingga alkohol yang
digunakan pada bidang medis tidak boleh digunakan untuk konsumsi sehari-hari karena
berisiko menyebabkan keracunan yang mengancam nyawa.
Mnafaat positif mengonsumsi alkohol adalah :
a. Minum alkohol atau wine khususnya dalam jumlah ringan, dapat mengurangi risiko
penyakit jantung, stroke, batu empedu, diabetes tipe 2, dimensia, dan meningkatkan
sistem metabolisme dalam tubuh.
b. Alkohol terutama anggur merah, memiliki resevaratrol, antioksidan dan bioflavonoid
serta polifenol yang kesemuanya memiliki fungsi melebarkan arteri dan mengurangi
peradangan. Alkohol jelas dapat menjadi bagian dari diet jantung sehat jika
diminumm secara bertanggung jawab.
Manfaat negatif mengonsumsi alkohol adalah :
a. Merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian menimbulkan ketagihan
dan merusak sebagian unsur otak.
b. Alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah dan dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi.

B. Jenis-Jenis Makanan Fungsional (Fungsional Food) dan Alkohol


1. Jenis-jenis makanan fungsional (fungsional food)
Tidak semua pangan memiliki fungsionalitas atau fungsi tertentu terhadap tubuh
manusia, hanya beberapa pangan yang memiliki zat bioaktif yang bermanfaat bagi

8
kesehatan. Pangan ini dapat memberikan efek fungsional saat dikonsumsi, setelah
dilakukan pengolahan maupun setelah dikombinasikan dengan pangan fungsional
lainnya. Makanan fungsional dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Makanan fungsional nabati
Makanan fungsional nabati adalah makanan fungsional yang berasal dari tumbuhan.
1) Oat
Oat merupakan sumber serat terlarut, kandungan beta glukan dapat menurunkan
kadar kolesterol. Konsumsi 3 gram beta glukan yang terdapat dalam 60 gram produk
oat dapat menurunkan kadar kolesterol sebesar 5%. Konsumsi oat secara teratur
pada anak dibawah 18 tahun terjadi penurunan obesitas 50% lebih besar dari yang
tidak mengonsumsi oat.
2) Kedelai
Kedelai mengandung protein, isoflavon (genestein dan daidzein), dan fitoserol yang
berperan aktif untuk menurunkan kolesterol. Isoflavon dapat berfungsi sebagai
antiestrogen, yang berkompetisi dengan estrogen alami yang lebih potensial untuk
berkaitan dengan reseptor estrogen. Konsumsi 40 gram isolat protein kedelai per hari
akan meningkatkan kandungan mineral tulang secara nyata.
3) Tomat
Korotenoid utama pada tomat adalah likopen yang memounyai efek menurunkan
risiko kanker. Konsumsi tomat akan meningkartkan kadar karotenoid dalam darah
dan mencegah kerusakan DNA limposit. Ini berarti meningkatkan resistensi tergadap
tekanan oksidatif dalam mengurangi risiko terjadinya kanker. Likopen dapat
mengurangi risiko kanker prostat, kanker payudara, saluran pencernaan, servik,
kantong kemih dan kanker kulit. Likopen juga potensial untuk meningkatkan
kesuburan pada laki-laki. Kandungan likopen pada tomat yang diolah seperti pada
saos tomat 6 kali lebih besar dari tomat segar.
4) Bawang putih
Efek bawang putih yakni mencegah kanker, antibiotik, antihipertensi, dan
menurunkan kolesterol. Zat aktif berbau spesifik karena kandungan sulfor organik
seperti asam amino allin, s-allyl cysteine yang dalam keadaan utuh tidak berbau.
Pada bawang putih yang diiris atau dihancurkan alliin akan kontak dengan enzim
allinase yang akan mengubah alliin menjadi allicin yang berbau khas, yang larut
dalam minyak dan air. Penguraian allicin berperan mencegah kanker melalui inhibisi
sintesis nitrit dan nitrosamin (karsinogen).

9
5) Brokoli
Brokoli dan golongan sayuran cruciferai, seperti kembang kol dan kol bersifat anti
kanker. Kandungan glukosianolat akan dihidrolisis oleh enzim myrosinase dalam
sayuran menjadi senyawa seperti isothiosianat dan indole yang diduga aktif sebagai
anti kanker.
6) Buah jeruk
Buah jeruk kaya senyawa phytochemicals yaitu limonoida yang terdiri dari limonin
dan nomilin. Limonoida yang menyebabkan rasa pahit meningkatkan aktifitas
Glutathione S Transferase (GST) yang merupakan enzim detosifikasi yang
mengkatalisis kunyugasi glutatione dengan elektrofil, termasuk karsinogen aktif.
Zat-zat yang meningkatkan aktivitas GST menunjukkan hambatan terhadap
karsinogenesis yang disebabkan oleh karsinogen kimia. Flavonoid pada jeruk seperti
nobitelin, tangeretin dan polifenol lainnya memperlihatkan sifat anti kanker dengan
berbagai mekanisme. Zat lain yang bermanfaat pada buah jeruk adalah beta karoten,
vitamin C dan asam folat yang aktif sebagai antioksidan yang dapat meredam radikal
bebas seperti peroksil, hidroksil dan oksigen singlet. Pektin yang terdapat pada buah
jeruk merupakan serat larut yang dapat menurunkan kolesterol.
7) Teh
Komponen aktif pada teh terutama teh hijau adalah golongan polifenol yang
kadarnya mencapai 30% dari bahan kering. Katekin merupakan polifenol yang
dominan dalam teh. Jenis katekin pada teh hijau adalah epigalokatekin 3-gallat,
epigallokatekin, epikatekin 3-gallat, dan epikatekin. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mengkonsumsi teh dapat mengurangi resiko PJK karena polifenol dapat
mengurangi agregasi platelet sehingga mencegah trombosis koroner. Polifenol juga
bersifat antioksidan dan melindungi kerusakan makromolekul dari proses oksidatif.
8) Anggur
Anggur merah mengandung flavonoid 20-50 kali lebih banyak dari anggur putih.
Anggur merah juga mengandung trans-resveratrol yaitu suatu fitoaleksin yang
berasal dari kulit buah anggur yang dapat mengurangi resiko kanker. Sari buah
anggur efektif menghambat oksidasi LDL kolsterol sehingga diyakini dapat
mengurangi PJK.
b. Makanan fungsional hewani
Makanan fungsional hewani adalah makanan yang berasal dari hewan. Senyawa
bioaktif makanan fungsional hewani disebut zoonutrient.
10
1) Ikan
Asam lemak omega 3 pada ikan terdiri dari DHA (Docosa Haxaenoic Acid) dan EPA
(Eicosa Pentaenoic Acid) yang berperan dalam menanggulangi kanker, PJK, dan
berperan penting dalam perkembangan awal manusia. Asupan EPA dan DHA dari
ikan akan menggantikan AA (asam arakhidonat) dari membran fosfolipid sel.
Konsumsi EPA dan DHA akan mengarah pada keadaan fisiologis dimana terjadi
produksi prostanoid dan leukotrien yang bersifat aktif sebagai antitrombotik,
antikemotaktik, antivasokontriktif, hipointensif, antiateromatik, dan anti-inflamatori.
Konsumsi ikan sekali dalam seminggu dapat mengurangi resiko kematian karena
PJK (Albert,dkk. 1998)
2) Susu
Susu merupakan sumber kalsium yang terbaik. Jenis peptida dalam susu dapat
mempengaruhi tekanan darah, aktivitas neurologis, fungsi kekebalan, fungsi
pencernaan, dan kalsifikasi gigi. Fragmen laktoferin hasil hidrolisis oleh enzim
proteolitik pada susu bersifat bakterisidal, antiviral, antiinflamasi, dan meningkatkan
aktivitas probiotik.
3) Daging sapi
Daging sapi panggang mengandung asam linoleat terkonyugasi (Conjugated
Linoleic Acid /CLA) yang bersifat antikarsinogenik.
2. Jenis Alkohol
Berdasarkan proses fermentasinya minuman alkohol dapat digolongkan menjadi 2
bagian yaitu :
a. Produk hasil fermentasi yang dikonsumsi langsung
1) Wine
Wine termasuk minuman berakakohol yang dihasilkan dari fermentasi buah-buahan.
Kandungan energi pada wine sangat bervariasi, tergantung jenisnya yaitu antara 50-
160 kkal/100 g. Energi pada wine umumnya berasal dari karbohidrat, terutama gula.
2) Bir
Bir adalah minuman berakohol yang diproduksi melalui proses fermentasi bahan
berpati tanpa melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Proses pembuatan bir
disebut brewing. Kadar alkohol bir biasanya berkisar antara 4 dan 6% abv.
b. Produk hasil fermentasi yang didistilasi lebih dulu sebelum dikonsumsi.
1) Whisky

11
Merujuk secara luas kepada kategori minuman beralkohol dari fermentasi serealia
yang mengalami proses mashing (dihaluskan, dicampur air serta dipanaskan), dan
hasilnya melalui proses distilasi sebelum dimatangkan dengan cara disimpan di
dalam tong kecil dari kayu. Jenis whisky yang dihasilakn bergantung jenis serealia
yang dipakai sebagai bahan baku, yakni jelai, malt (jelai yang dikecambahkan),
gandum hitam (rye), rye yang dikecambahkan, gandum dan jagung.

C. Makanan Fungsional (Fungsional Food), Alkohol, dan Imunitas


1. Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah kemampuan organisme multisel untuk melawan
mikroorganisme berbahaya atau pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh
dengan pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Kekebalan
melibatkan komponen spesifik dan nonspesifik. Komponen nonspesifik bertindak
sebagai penghalang atau membunuh patogen atau melepaskan susunan antigeniknya.
Komponen lain dari sistem kekebalan menyesuaikan diri dengan setiap penyakit baru
yang ditemui dan dapat menghasilkan kekebalan khusus patogen. Sistem imunitas ini
berbentuk sel-sel tertentu yang berfungsi sebagai pasukan pertahanan tubuh dalam
memerangi patogen yang berpotensi menyebabkan gangguan pada tubuh.
2. Hubungan makanan fungsinal (fungsional food) dan imunitas
Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas yang tinggi (no 2 setelah
Brazil) tidak diragukan lagi akan adanya potensi pangan fungsional yang memiliki
komponen biokimia atau senyawa-senyawa aktif yang berfungsi mencegah penyakit
yang mampu menurunkan berbagai resiko penyakit. Sejarahpun membuktikan dengan
adanya warisan-warisan leluhur yang menggunakan tumbuhan dan sumber-sumber
hewani untuk membantu meningkatkan kesehatan tubuh yang diramu dan diracik
menjadi kuliner atau produk olahan berupa makanan dan minuman yang enak dan
disukai.
Sumber makanan dengan sifat fisiologis positif di luar kegunaan nutrisinya untuk
menyediakan nutrisi penting dan zat alami yang dapat dikonsumsi setiap hari untuk
mengatur atau mempengaruhi sistem tubuh setelah dikonsumsi. Konsesus Eropa
memberikan definisi yang paling umum dan terkini, yang menyatakan bahwa suatu
pangan dapat dianggap fungsional jika terbukti mampu mempengaruhi satu atau lebih
fungsi target dalam tubuh, di luar efek gizi yang memadai, dengan cara relevan.

12
Fungsional food tidak hanya memberikan nutrisi dasar, tetapi juga memiliki potensi
untuk memberikan manfaat kesehatan tambahan di luar kebutuhan nutrisi dasar.
Makanan fungsional dapat meningkatkan imunitas karena makanan tersebut mengandung
komponen-komponen tertentu yang memiliki potensi untuk memodulasi atau
memperkuat fungsi sistem imun. Beberapa mekanisme yang menjelaskan hubungan
antara fungsional food dan imulitas melibatkan berbagai komponen nutrisi yang
mendukung, seperti makanan yang kaya akan antioksidan, vitamin dan mineral.
3. Hubungan alkohol dengan sistem imunitas
Meningkatkan sistem imun dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
menonsumsi sumber makanan yang mengandung antioksidan. Misalnya minuman
alkohol seperti wine dengan takaran yang tepat. Wine merupakan minuman beralkohol
yang mengandung senyawa fenol. Fenol atau flavonoid merupakan antioksidan yang
sangat kuat, sehingga mempunyai efek kardiopretektif (melindungi jantung dari serangan
radikan bebas) dan dapat mencegah oksidasi LDL (kolesterol jahat) 20 kali lebih kuat
dari vitamin E. Tetapi konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah yang tinggi akan
mengakibatkan kerusakan sistem imun. Karean alkohol dapat merusak sistem
metabolisme dalam tubuh manusia yang kemudian menimbulkan ketagihan dan merusak
sebagian unsur otak.

13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Makanan fungsional (fungsional food) diartikan sebagai makanan yang mampu
memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan. Makanan fungsional merupakan
pangan alami mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak
positif pada fungsi metabolisme tubuh manusia. Jenis makanan fungsional dibagi
menjadi 2 yaitu fungsional nabati dan fungsional hewani.
2. Alkohol memliki manfaat dan juga dampak negatif jika digunakan. Minum alkohol
atau wine khususnya dalam jumlah ringan, dapat mengurangi risiko penyakit
jantung, stroke, batu empedu, dll jika diminum sesuai takaran dan tidak berlebihan.
3. Makanan fungsional dapat meningkatkan imunitas karena makanan tersebut
mengandung komponen-komponen tertentu yang memiliki potensi untuk
memodulasi atau memperkuat fungsi sistem imun. Beberapa mekanisme yang
menjelaskan hubungan antara fungsional food dan imulitas melibatkan berbagai
komponen nutrisi yang mendukung, seperti makanan yang kaya akan antioksidan,
vitamin dan mineral.
B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya nutrisi harian harus dipenuhi dengan baik.
Sebaiknya perbanyak mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan antioksidan.
Fungsional food dapat menjadi pilihan untuk konsumsi sehari-hari karena mengandung
berbagai senyawa bioaktif dan kaya akan antioksidan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. (2020). POTENSI PANGAN FUNGSIONAL DAN PERANNYA DALAM
MENINGKATKAN KESEHATAN MANUSIA YANG SEMAKIN RENTAN—
MINI REVIEW. TEKNOSAINS: MEDIA INFORMASI SAINS DAN TEKNOLOGI,
14(2). https://doi.org/10.24252/teknosains.v14i2.14319

Astawan, M. (2011). Pangan fungsional untuk kesehatan yang optimal. Fakultas


Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

Calder, P. C., & Kew, S. (2002). The immune system: A target for functional foods?
British Journal of Nutrition, 88(S2), S165–S176.
https://doi.org/10.1079/BJN2002682

Finnegan, D., Tocmo, R., & Loscher, C. (2023). Targeted Application of Functional
Foods as Immune Fitness Boosters in the Defense against Viral Infection. Nutrients,
15(15), 3371. https://doi.org/10.3390/nu15153371

Goldberg, I. (1994). Functional Foods: Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals.


Springer New York, NY.

Lidiana, E. H., Norman Wijaya Gati, & Sri Hartutik. (2023). UPAYA PENINGKATAN
IMUNITAS TUBUH DALAM PENCEGAHAN COVID-19. GEMASSIKA: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 48–54.
https://doi.org/10.30787/gemassika.v7i1.853

Mustofa, A., & Suhartatik, N. (2020). MENINGKATKAN IMUNITAS TUBUH


DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 DI KARANGTARUNA
KEDUNGGUPIT, SIDOHARJO, WONOGIRI, JAWA TENGAH. SELAPARANG
Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(1), 317.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v4i1.3100

Oktavia, D. (2021). EDUKASI TENTANG UPAYA MENINGKATKAN IMUNITAS


TUBUH DI MASA PANDEMI COVID-19 DI RUANG LINGKUP KARANG
TARUNA DAN FORKOMDARISMA RW.09 CIRENDEU, CIPUTAT.

Putra, A. (2012). Pengaruh Alkohol Terhadap Kesehatan. SEMNAS FMIPA UNDIKSHA


2012.

Sari, T. A. (2019). Perencanaan Bisnis Katering Bayi dan Anak Maestro di Kota
Semarang. 1(2).

Sibuea, P. (2021). Review: Kajian Manfaat Makanan Fungsional di Saat Pandemi Covid-
19. Jurnal Riset Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian (RETIPA), 83–92.
https://doi.org/10.54367/retipa.v2i1.1483

Suter, I. K. (2020). PANGAN FUNGSIONAL DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA


1).

15
Triandita, N., Maifianti, K. S., Rasyid, M. I., Yuliani, H., & Angraeni, L. (2020).
PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN FUNGSIONAL DALAM
MENINGKATKAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI
DESA SUAK PANDAN ACEH BARAT. Logista Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada
Masyarakat, Vol. 4 No. 2 Tahun 2020.

Tritama, T. K. (2015). Konsumsi Alkohol dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan.

16

Anda mungkin juga menyukai