Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

Etika Profesi

DISUSUN OLEH

Kelompok 8

NAMA

1. ILONNA TITARSOLE, NIM: P07131018053

2. BERNADETTE TUHUMENA,NIM: P07131018049

3. TRESYE TROMLAY,NIM: P071310180

TINGKAT : IIIB

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PRODI GIZI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahanrahmat
dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul“sistem uji Kompetensi profesi gizi"

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Etika Profesi.Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan dantuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu,dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh darikesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya.

Untuk itu tim penulis dengan rendahhati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran
dan usul dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.Akhirnya tim penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
DAFTAR ISI

JUDUL KAVER ……………………………………………………………..………..


KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….
A.Latar Belakang ………………………………………………………………………
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………....
C.TUJUAN
a.Tujuan Khusus……………………………………………………………………………………………………
…

b.Tujuan umum …………………………………………………………………………………

D.Manfaat…………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………

A.Kesimpulan…………………………………………………………………………..

B.Saran …………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
Bab I

Pendahuluan

A.Latar Belakang

llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubunganantara makanan
yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang handaldan profesional
serta tanggap dalam mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik nasional maupun
internasional. Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumberdayamanusia sebagai ahli
gizi professional di Indonesia yang berkesinambungan danmempunyai daya saing
internasionalPeran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah
satukompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam
kepmenkesnomer 347 tahun 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-
penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yangbaru
untuk kepentingan bersama, dan melalui penelitiannya diharapkan mampumeningkatkan
status gizi pada masyarakat, serta memecahkan masalah gizi dimasyarakat.

B.Rumusan Masalah

penyusunan standar profesi gizi sebagai landasan pengembangan profesi gizi di


indonesia,sebagai acuan bagi penyelenggara pendidikan gizi di indonesia dalam rangka
menjaga mutu gizi,sebagai acuan perilaku gizi dalam mendarmabaktikan dirinya di
masyarakat,menjaga dan melibatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk
individu maupun kelompok

C.Tujuan

1. Tujuan umum
penyusunan standar profesi gizi sebagai landasan pengembangan profesi gizi di
indonesia

2. Tujuan khusus

a. sebagai acuan bagi penyelenggara pendidikan gizi di indonesia dalam rangka


menjaga mutu gizi

b. sebagai acuan perilaku gizi dalam mendarmabaktikan dirinya di masyarakat

c. menjaga dan melibatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu
maupun kelompok

D.Manfaat

untuk menjaga gizi di Indonesia dan sekaligus sebagai wujud kesiapan tenaga gizi dalam
dan meningkatkan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kondisi ini
menguatkan upaya bagi profesi gizi di Indonesia untuk menyiapkan tenaga gizi yang
profesional dan berkualitas dengan kemampuan keilmuan/kompetensi yang sesuai
dengan standar profesi gizi yang ditetapkan
BABII

Pembahasan

Kompetensi program studi ilmu gizi dilakukan berdasarkan dari peran dan fungsisarjana
gizi/ahli gizi (S.GZ) di masyarakat dan sistem pelayanan gizi dalam aspekpromotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif serta mengacu kepada tujuan pendidikansebagai berikut :

 Menjelaskan secara benar dasar-dasar ilmu gizi dan kaitannya dengan kesehatan
danpangan;

 Mengkaji secara menyeluruh keterkaitan gizi, kesehatan, dan pangan dalam suatusistem

 Mengkaji, menilai, dan mengidentifikasi keadaan gizi individu, kelompok,


ataumasyarakat;

 Membuat perencanaan intervensi dan pelayanan gizi yang sesuai dengan kebutuhan;

 Melaksanakan intervensi dan pelayanan gizi sesuai dengan rencana intervensi;

 Melaksanakan kegiatan monitoring pelaksanaan intervensi dan pelayanan gizi;

 Melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan intervensi dan pelayanan gizi;

 Melakukan promosi gizi dan melakukan mobilisasi sosial untuk pencegahan


danpenanganan masalah gizi

 Memahami pentingnya kerjasama lintas sektor, lintas disiplin dan lintas profesi
dalammenangani masalah gizi

 Melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk kegiatan advokasi


dalammenangani masalah gizi;

 Merancang dan melaksanakan penelitian dibawah bimbingan seorang ahli ataukelompok


ahli;
 Menerapkan hasil-hasil penelitian terbaru pada intervensi dan pelayanan gizi;

 Memutakhirkan diri dalam perkembangan ilmu dan teknologi bidang gizi.

A.Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional

Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telahmengikuti pendidikan
profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelahmengikuti ujian kompetensi
profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijinmemberikan pelayanan dan
menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD bertugasmelakukan pengkajian gizi,
menentukan diagnosa gizi, menentukan danmengimplementasikan intervensi gizi, dan
kemudian melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan
kondisi pasien. Selain itu, RD juga bertugasmelakukan edukasi gizi untuk pencegahan
penyakit dan konseling gizi untuk kondisikronis (ADA, 2007).Sebagai ahli gizi profesional,
hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat

2.Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan

3.Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah

4.Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku

5.Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya

6.Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan

7.Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayananyang


diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya

8.Pekerjaan/sumber utama seumur hidup

9.Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif


10.Otonomi dalam melakukan tindakan

11.Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir

12.Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik

13.Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi)

Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional harusmemiliki
persyaratan sebagai berikut :

1.Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis

2.Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional

3.Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat

4.Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah

5.Mempunyai peran dan fungsi yang jelas

6.Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur

7.Memiliki organisasi profesi sebagai wadah

8.Memiliki etika Ahli Gizi

9.Memiliki standar praktek

10.Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuaidengan


kebutuhan pelayanan

11.Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

B.Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi


Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat iniyaitu ahli gizi
dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung jawabyang berbeda.
Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalahsebagai landasan
pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegahtumpang tindih
kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Adapun tujuansecara khusus adalah
sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu Ahli Gizi, menjagadan meningkatkan mutu
pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupunkelompok serta mencegah
timbulnya malpraktek gizi (Persagi, 2010).

C.Peran Ahli Gizi di bidang masyarakat

Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagaidietisien, sebagai
konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010)

1. Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yangbekerja
untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepadaindividu atau
kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasipenyelenggaraan dan
penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).

2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien)mengenali
mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih
cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapatdilaksanakan oleh klien secara
efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebihprivat, berupa komunikasi dua arah
antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai
dengan kondisi pasien dalam upaya perubahansikap dan perilaku terhadap makanan
(Magdalena, 2010).

3. Penyuluh gizi,yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakansuatu


upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makananuntuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakatdalam
mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (KamusGizi, 2010).
Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah(komunikasi satu
arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnyayang dapat digunakan.
Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukanlebih pribadi, penyuluhan gizi
disampaikan lebih umum dan biasanya dapatmenjangkau sasaran yang lebih banyak.

Ketiga peran ituhanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah
mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun,
karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.

Kemudian, dari mana masyarakat umum dapat memeroleh informasi dan pengetahuan-
pengetahuan tentang gizi guna memperbaiki pola hidup mereka? Di sinilah peran seorang
ahli gizisebagai penyuluh dan konselor gizi sangat diperlukan. Seorang ahli gizi yang tentu
saja harus memiliki kompetensi sebagai seorang dietisien ini juga harus mau „membagi
ilmu‟ yang dimilikinya kepada masyarakat umum melalui konseling dan penyuluhan.
Dengan ilmu yangmenjadi keahliannya, ahli gizi dapat membantu masyarakat mengatasi
masalah kesehatan merekadan keluarga terutama yang berkaitan dengan gizi dengan
menggunakan bahasa yang umum dan sederhana yang mudah dimengerti oleh
masyarakat awam.

Dengan adanya peran ahli gizi di dalam masyarakat, diharapkan dapat


membantumemperbaiki status kesehatan masyarakat, khususnya melalui berbagai upaya
preventif (pencegahan). Mudahnya begini, jika kita tahu apa saja dan bagaimana
makanan yang aman,sehat, dan bergizi untuk dikonsumsi, kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, niscaya kita akan terhindar dari berbagi penyakit
mengerikan yang sudah disebutkan di atas.Bayangkan jika tidak, dan kemudian kita harus
mengobati penyakit-penyakit itu, tentunya akanterasa sangat menyakitkan dan pastinya
akan mengabiskan biaya yang tidak sedikit untuk mengobatinya. Kita semua tahu, bahwa
mencegah itu lebih baik (dan lebih murah) daripadamengobati. Jika kita bisa menerapkan
kebiasaan itu, kita menjadi tidak mudah sakit, dan tidak terlalu tergantung kepada jasa
dokter dan perawat, serta tidak perlu mengonsumsi obat-obatanyang umumnya selalu
memiliki efek samping terhadap kesehatan.
Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi-
informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan gizi. Jika dilakukan
tatapmuka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan ahli gizi dan
berkonsultasi langsungdengan mudah mengenai permasalahan gizi yang mereka hadapi.
Ahli gizi yang memberikanpenyuluhan dan konseling pun hendaknya memiliki bekal
pengetahuan dan wawasan yang cukupyang harus terus ditambah dan diperbaharui
setiap waktu.

Selain memberikan informasi mengenai makanan dan gizi yang dikandungnya, ahli gizi
juga wajib menguasai tentang penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gizi, seperti
penyakit-penyakit degeneratif, penyakit-penyakit akibat malnutrisi, dan penyakit-
penyakit infeksi untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat. Hal-hal yang dapat
diinformasikan antara laindimulai dari pengertian dan penjelasan singkat mengenai
penyakit tersebut, kemudian apa sajatanda dan gejalanya, apa penyebabnya, bagaimana
cara mengatasi, mengobati, dan mencegahnya,serta apa saja makanan dan minuman
yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.Sebagai seorang penyuluh, ahli gizi dapat
menyampaikan informasi-informasi kesehatanyang khususnya berkaitan dengan gizi
serentak kepada audiens yang jumlahnya relatif lebihbanyak. Hal ini menguntungkan
karena informasi penting tersebut dapat langsung tersebar kepadasasaran yang lebih luas
dalam waktu yang relatif lebih singkat. Namun, informasi yangdisampaikan biasanya
bersifat umum, kurang detail, dan respon dari audiens yang dapat ditanggapi pun
terbatas.Sedangkan dalam melakukan kegiatan konseling gizi, biasanya terjadi
komunikasilangsung dua arah antara konselor dan klien. Hal ini lebih efektif, karena
informasi yangdisampaikan pun dapat lebih detail dan lengkap. Komunikasi yang
dibangun pun dapat lebihintens dan mendalam sehingga dapat benar-benar dipahami
apa keinginan dan kebutuhan klien.Hanya saja, penyampaian informasi yang dilakukan
melalui metode konseling ini akan memerlukan waktu yang lebih lama jika sasaran yang
dicapai lebih banyak
Mengingat betapa pentingnya peran ahli gizi dalam membantu meningkatkanderajat
kesehatan masyarakat Indonesia, mari kita dukung mereka dalam menjalankanprogram-
program gizi dan kesehatan guna menuju Indonesia yang lebih sehat.Selain ketiga peran
yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji pada rincian di bawah ini :

1. Ahli Gizi

a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik

b. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat

c. Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS

d. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masale

e. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi

f. Pelaksana penelitian gizi

g. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha

h. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral

i. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis

2. Ahli Madya Gizi

a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik

b. Pelaksana pelayanan gizi masyarakat

c. Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massal

d. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi

e. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha


f. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis (Persagi,
2010)Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi
belumberjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh :

1.Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat
mencakupsemua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.

2.Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi
antaraahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal

3.Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-


heightcaliper, pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline
dantimbangan berat badan.

4.Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-
jawabnyasehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.

5.Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien,


sehinggamemungkinkan pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi.

D.Kode Etik Ahli Gizi (Persagi, 2010)

Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalamupaya memelihara dan
memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasandan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembanganilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.
Ahli Gizi dalam menjalankan profesinyaharus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap danperbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai
Pancasila, Undang-UndangDasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Persatuan Ahli GiziIndonesia serta etik profesinya.

a.Kewajiban Umum

1.Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam


meningkatkankecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku,dan budi
luhur serta tidak mementingkan diri sendiri

3.Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.

4.Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.

5.Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dandalam


menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakanindividu dan dapat
menunjukkan sumber rujukan yang benar.

6.Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama denganpihak


lain atau membuat rujukan bila diperlukan.

7.Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan


berkewajibansenantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.

8.Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun


lainnyaberkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

b.Kewajiban Terhadap Klien

1.Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusipelayanan gizi
atau di masyarakat umum.

2.Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klienmasih
atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klienmeninggal dunia kecuali
bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.

3.Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap


klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan
diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin,usia dan tidak
menunjukkan pelecehan seksual.

4.Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.

5.Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehinggamemungkinkan


klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkaninformasi tersebut.

6.Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa


berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyaikeahlian.

c.Kewajiban Terhadap Masyarakat

1.Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan,informasi


yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangantermasuk makanan
dan terapi gizi/diet.

2.Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dandapat


dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3.Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegahmasalah gizi
di masyarakat.

4.Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi
danmeningkatkan status gizi masyarakat.

5.Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbangsesuai
dengan nilai paktek gizi individu yang baik.

6.Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, AhliGizi berkewajiban


hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan
lain dengan sungguh-sungguhdemi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di
masyarakat.
7.Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajibansenantiasa
tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi ataumenyesatkan
masyarakat

d.Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja

1.Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakatsecara


optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagaidisiplin ilmu sebagai
mitra kerja di masyarakat.

2.Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi ataudisiplin


ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi,kesehatan, kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat.

3.Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesamaprofesi dan


mitra kerja.

e.Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri

1.Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan olehprofesi.

2.Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan


dalammenjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini sertapeka
terhadap perubahan lingkungan.

3.Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakanpendapat


serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerimapendapat orang lain yang
benar.
4.Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi olehkepentingan
pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuaidengan jasanya, meskipun
dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimanaahli gizi diperkerjakan).

5.Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk
melawan hukum.

6.Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.

7.Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan ataukebesaran


seseorang.

8.Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.

E.Standar Kompetensi Gizi Masyarakat

1.Mengelola Pelayanan Gizi pada populasi yang berbeda dalam daur kehidupan.

2.Melakukan penilaian/ evaluasi dampak program pangan dan gizi yang berbasis

3.masyarakat.

4.Mengembangkan program pangan dan gizi yang berbasis masyarakat

5.Berpartispiasi dalam survailans dan pemantauan gizi pada masyarakat

6.Berpartisipasi dalam penelitian berbasis masyarakat

7.Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi kebijakan pangan dan giziberdasarkan


pada kebutuhan dan sumber daya.
8.Berkonsultasi dengan berbagai organisasi yang berkaitan dengan penyediaan panganpada

9.populasi sasaran

10.Mengembangkan proyek-proyek intervensi, pencegahan penyakit dan promosikesehatan

11.Berpartisipasi dalam penetapan ambang batas dalam pemeriksaaan laboratorium.

12.Melaksanakan pengkajian kesehahatan umum, seperti tekanan darah.Berdasarkan kondisi


dilahan, ahli gizi sudah berusaha memenuhi peran danfungsinya sesuai kompetensi dank
kode etik profesi yang dimiliki meskipun masihbanyak kendala yang ditemukan diantaranya :

a. Kurangnya tenaga/jumlah ahli gizi sehingga ahli gizi masih merangkap tugassehingga
asuhan gizi kurang berjalan maksimal

b. Keselamatan pasien (Patient Safety) masih belum dilakukan karena masih banyak
ditemukan kurang tepatnya diit yang diberikan

c. Kegiatan skrining gizi belum dilaksanakan ke seluruh pasien sehingga


terdapatkemungkinan tidak terpaparnya pasien yang seharusnya mendapat asuhan
gizi karenaresiko malnutrisi

d. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung seperti pengukur tinggi


badan,tinggi lutut, pengukur Lila sehingga hasil pengukuran kurang valid
karenamenggunakan metline biasa.

e. Konseling gizi terkadang belum berjalan secara maksimal. Beberapa pasien


yangmendapatkan lefleat masih mengaku belum mengerti dengan materi yang
diberikan.

f. Masih banyak pasien yang belum mengenal ahli gizi ruangan terutama pasien yang
hanya menerima Medical Nutrition Therapy (MNT)

g. Kompetensi dan tingkat pendidikan ahli gizi masih perlu ditingkatkan


karenamayoritas tenaga masih Diploma III (Tiga) Gizih.
h. Tim asuhan gizi belum berjalan optimal

Beberapa kondisi diatas menggambarkan kurang optimalnya kegiatan asuhan


gizidiruangan sehingga perlu peningkatan sarana dan prasarana yang
mendukung,penambahan tenaga ahli gizi yang proporsional dengan beban kerja yang
ada,peningkatan profesionalitas ahli gizi yang salahsatunya dengan meningkatkan
pendidikanbaik formal maupun informal (Shortcourse, seminar/symposium/work
shop), kemitraandengan profesi lain khususnya tim asuhan gizi juga perlu
ditingkatkan sehingga kegiatanasuhan gizi lebih optimal dijalankan.

Bab III

Penutup

a. Kesimpulan

seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk
meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan
bersama,dan melalui penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada
masyarakat,serta memecahkan masalah gizi di masyarakat.Kewajiban Ahli Gizi terhadap
masyarakat diantaranya : Melindungi masyarakatumum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yangtidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet,Memberikan pelayanannya
sesuai dengan informasi faktual, akurat dandapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat
mencegah masalah gizi di masyarakat

b.saran
Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan
meningkatkan status gizi masyarakat, Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan
dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik, Dalam
bekerja sama denganprofesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya
senantiasa berusahamemberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan
sungguh-sungguhdemi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat,
Mempromosikan ataumengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa
tidak dengan cara yang salahatau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

 Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan.
PenuntunDiet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

 Nasihah, Fathiya. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.

 American Dietetic Association. 2007. The Role Of Registered


Dietitian.http://www.eatright.org

 http://bleumariposa.wordpress.com/2010/07/06/peran-ahli-gizi-sebagai-penyuluh-
konselor-gizi/

 http://mypersagi.blogspot.com/2010/02/kompetensi-inti-1.html#uds-search-results

 http://widya-adrianingtias.blogspot.com/2012/03/peran-ahli-gizi.html

 Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi.http://persagi.org

Anda mungkin juga menyukai