Etika Profesi
DISUSUN OLEH
Kelompok 8
NAMA
TINGKAT : IIIB
PRODI GIZI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahanrahmat
dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul“sistem uji Kompetensi profesi gizi"
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Etika Profesi.Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan dantuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu,dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh darikesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya.
Untuk itu tim penulis dengan rendahhati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran
dan usul dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.Akhirnya tim penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
DAFTAR ISI
D.Manfaat
BAB II PEMBAHASAN ...
A.Kesimpulan ..
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubunganantara makanan
yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang handaldan profesional
serta tanggap dalam mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik nasional maupun
internasional. Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumberdayamanusia sebagai ahli
gizi professional di Indonesia yang berkesinambungan danmempunyai daya saing
internasionalPeran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah
satukompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam
kepmenkesnomer 347 tahun 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-
penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yangbaru
untuk kepentingan bersama, dan melalui penelitiannya diharapkan mampumeningkatkan
status gizi pada masyarakat, serta memecahkan masalah gizi dimasyarakat.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
1. Tujuan umum
penyusunan standar profesi gizi sebagai landasan pengembangan profesi gizi di
indonesia
2. Tujuan khusus
c. menjaga dan melibatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu
maupun kelompok
D.Manfaat
untuk menjaga gizi di Indonesia dan sekaligus sebagai wujud kesiapan tenaga gizi dalam
dan meningkatkan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kondisi ini
menguatkan upaya bagi profesi gizi di Indonesia untuk menyiapkan tenaga gizi yang
profesional dan berkualitas dengan kemampuan keilmuan/kompetensi yang sesuai
dengan standar profesi gizi yang ditetapkan
BABII
Pembahasan
Kompetensi program studi ilmu gizi dilakukan berdasarkan dari peran dan fungsisarjana
gizi/ahli gizi (S.GZ) di masyarakat dan sistem pelayanan gizi dalam aspekpromotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif serta mengacu kepada tujuan pendidikansebagai berikut :
Menjelaskan secara benar dasar-dasar ilmu gizi dan kaitannya dengan kesehatan
danpangan;
Mengkaji secara menyeluruh keterkaitan gizi, kesehatan, dan pangan dalam suatusistem
Membuat perencanaan intervensi dan pelayanan gizi yang sesuai dengan kebutuhan;
Memahami pentingnya kerjasama lintas sektor, lintas disiplin dan lintas profesi
dalammenangani masalah gizi
Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telahmengikuti pendidikan
profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelahmengikuti ujian kompetensi
profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijinmemberikan pelayanan dan
menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD bertugasmelakukan pengkajian gizi,
menentukan diagnosa gizi, menentukan danmengimplementasikan intervensi gizi, dan
kemudian melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan
kondisi pasien. Selain itu, RD juga bertugasmelakukan edukasi gizi untuk pencegahan
penyakit dan konseling gizi untuk kondisikronis (ADA, 2007).Sebagai ahli gizi profesional,
hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional harusmemiliki
persyaratan sebagai berikut :
Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagaidietisien, sebagai
konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010)
1. Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yangbekerja
untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepadaindividu atau
kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasipenyelenggaraan dan
penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).
2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien)mengenali
mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih
cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapatdilaksanakan oleh klien secara
efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebihprivat, berupa komunikasi dua arah
antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai
dengan kondisi pasien dalam upaya perubahansikap dan perilaku terhadap makanan
(Magdalena, 2010).
Ketiga peran ituhanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah
mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun,
karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.
Kemudian, dari mana masyarakat umum dapat memeroleh informasi dan pengetahuan-
pengetahuan tentang gizi guna memperbaiki pola hidup mereka? Di sinilah peran seorang
ahli gizisebagai penyuluh dan konselor gizi sangat diperlukan. Seorang ahli gizi yang tentu
saja harus memiliki kompetensi sebagai seorang dietisien ini juga harus mau „membagi
ilmu‟ yang dimilikinya kepada masyarakat umum melalui konseling dan penyuluhan.
Dengan ilmu yangmenjadi keahliannya, ahli gizi dapat membantu masyarakat mengatasi
masalah kesehatan merekadan keluarga terutama yang berkaitan dengan gizi dengan
menggunakan bahasa yang umum dan sederhana yang mudah dimengerti oleh
masyarakat awam.
Selain memberikan informasi mengenai makanan dan gizi yang dikandungnya, ahli gizi
juga wajib menguasai tentang penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gizi, seperti
penyakit-penyakit degeneratif, penyakit-penyakit akibat malnutrisi, dan penyakit-
penyakit infeksi untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat. Hal-hal yang dapat
diinformasikan antara laindimulai dari pengertian dan penjelasan singkat mengenai
penyakit tersebut, kemudian apa sajatanda dan gejalanya, apa penyebabnya, bagaimana
cara mengatasi, mengobati, dan mencegahnya,serta apa saja makanan dan minuman
yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.Sebagai seorang penyuluh, ahli gizi dapat
menyampaikan informasi-informasi kesehatanyang khususnya berkaitan dengan gizi
serentak kepada audiens yang jumlahnya relatif lebihbanyak. Hal ini menguntungkan
karena informasi penting tersebut dapat langsung tersebar kepadasasaran yang lebih luas
dalam waktu yang relatif lebih singkat. Namun, informasi yangdisampaikan biasanya
bersifat umum, kurang detail, dan respon dari audiens yang dapat ditanggapi pun
terbatas.Sedangkan dalam melakukan kegiatan konseling gizi, biasanya terjadi
komunikasilangsung dua arah antara konselor dan klien. Hal ini lebih efektif, karena
informasi yangdisampaikan pun dapat lebih detail dan lengkap. Komunikasi yang
dibangun pun dapat lebihintens dan mendalam sehingga dapat benar-benar dipahami
apa keinginan dan kebutuhan klien.Hanya saja, penyampaian informasi yang dilakukan
melalui metode konseling ini akan memerlukan waktu yang lebih lama jika sasaran yang
dicapai lebih banyak
Mengingat betapa pentingnya peran ahli gizi dalam membantu meningkatkanderajat
kesehatan masyarakat Indonesia, mari kita dukung mereka dalam menjalankanprogram-
program gizi dan kesehatan guna menuju Indonesia yang lebih sehat.Selain ketiga peran
yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji pada rincian di bawah ini :
1. Ahli Gizi
e. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
d. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
1.Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat
mencakupsemua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.
2.Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi
antaraahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal
4.Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-
jawabnyasehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalamupaya memelihara dan
memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasandan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembanganilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.
Ahli Gizi dalam menjalankan profesinyaharus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap danperbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai
Pancasila, Undang-UndangDasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Persatuan Ahli GiziIndonesia serta etik profesinya.
a.Kewajiban Umum
1.Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusipelayanan gizi
atau di masyarakat umum.
2.Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klienmasih
atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klienmeninggal dunia kecuali
bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3.Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegahmasalah gizi
di masyarakat.
4.Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi
danmeningkatkan status gizi masyarakat.
5.Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbangsesuai
dengan nilai paktek gizi individu yang baik.
5.Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk
melawan hukum.
6.Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
1.Mengelola Pelayanan Gizi pada populasi yang berbeda dalam daur kehidupan.
2.Melakukan penilaian/ evaluasi dampak program pangan dan gizi yang berbasis
3.masyarakat.
9.populasi sasaran
a. Kurangnya tenaga/jumlah ahli gizi sehingga ahli gizi masih merangkap tugassehingga
asuhan gizi kurang berjalan maksimal
b. Keselamatan pasien (Patient Safety) masih belum dilakukan karena masih banyak
ditemukan kurang tepatnya diit yang diberikan
f. Masih banyak pasien yang belum mengenal ahli gizi ruangan terutama pasien yang
hanya menerima Medical Nutrition Therapy (MNT)
Bab III
Penutup
a. Kesimpulan
seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk
meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan
bersama,dan melalui penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada
masyarakat,serta memecahkan masalah gizi di masyarakat.Kewajiban Ahli Gizi terhadap
masyarakat diantaranya : Melindungi masyarakatumum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yangtidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet,Memberikan pelayanannya
sesuai dengan informasi faktual, akurat dandapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat
mencegah masalah gizi di masyarakat
b.saran
Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan
meningkatkan status gizi masyarakat, Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan
dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik, Dalam
bekerja sama denganprofesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya
senantiasa berusahamemberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan
sungguh-sungguhdemi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat,
Mempromosikan ataumengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa
tidak dengan cara yang salahatau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan.
PenuntunDiet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nasihah, Fathiya. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.
http://bleumariposa.wordpress.com/2010/07/06/peran-ahli-gizi-sebagai-penyuluh-
konselor-gizi/
http://mypersagi.blogspot.com/2010/02/kompetensi-inti-1.html#uds-search-results
http://widya-adrianingtias.blogspot.com/2012/03/peran-ahli-gizi.html