Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PROFESI

AHLI GIZI

DiSusun Oleh kelompok 3:

Sri Octaviani Pusungulena

Afifa Humaira Ake

Chichi Nur Anisa Basiru

Husnul Khatimah Muchtar

Teknologi Pangan

Fakultas Pertanian

Universitas Sam Ratulangi

Manado

2019
Pengertian dan Gambaran Umum

Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic
internship) dan dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak
untuk mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD bertugas
melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi,
dan kemudian melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien.
Selain itu, RD juga bertugas melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi untuk kondisi
kronis (ADA, 2007). Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat


 Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan
 Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
 Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku
 Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
 Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan
 Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat oleh anggotanya
 Pekerjaan/sumber utama seumur hidup
 Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif
 Otonomi dalam melakukan tindakan
 Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir
 Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik
 Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi)

Kode Etik Ahli Gizi (Persagi, 2010)


Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki
keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan
gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan
profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi olehfalsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

A. Kewajiban Umum
 Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat
 Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta
tidak mementingkan diri sendiri
 Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
 Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
 Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat
menunjukkan sumber rujukan yang benar.
 Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan.
 Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
 Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban
senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

B. Kewajiban Terhadap Klien


 Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di
masyarakat umum.
 Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah
tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk
keperluan kesaksian hukum.
 Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang
dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku,
agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
 Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
 Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti
dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut.
 Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi
dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

C. Kewajiban Terhadap Masyarakat


 Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah
dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
 Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di
masyarakat.
 Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan
status gizi masyarakat.
 Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan
nilai paktek gizi individu yang baik.
 Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya
senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-
sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
 Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak
dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat
D. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja
 Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal,
berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di
masyarakat.
 Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin
ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat.
 Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra
kerja.

E. Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri


 Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.
 Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan
profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
 Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta
senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
 Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi
termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan
pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
 Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.
 Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
 Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran
seseorang.
 Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.

Tanggung jawab dan kewajiban Ahli Gizi terhadap profesi

1. Ahli Gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi Gizi dengan menunjukan Sikap, perilaku, dan
budi luhur serta tidak mementingkan kepentingan pribadi
a. Ahli Gizi tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan etika profesi gizi seperti :
• Meminta imbalan yang berlebihan untuk jasa yang diberikan
• Mencantumkan nama sebagai penanggung jawab,penulis,atau konsultan suatu kegiatan yang a
sendiri sama sekali tidak terlibat
• Mencantumkan namanya sebagai Ahli Gizi dalam iklan yang isinya menyesatkan
• Menggunakan nama organisasi profesi untuk kepentingan pribadi yang merugikan organisasi.
Misalnya menggunakan nama PERSAGI tanpa izin organisasi untuk kegiatan atau usaha pribadi
b. Ahli Gizi dapat memberikan pelayanan gizi hendaknya menerapkan standar praktek setinggi-
tingginya atas dasar kemanusiaan tana membedakan asal,suku bangsa,agama dan tingkat sosial
ekonomi
c. Ahli Gizi dituntut bersikap disiplin, jujur, ramah, sopan, menghargai orang lain dan tidak
menyombongkan diri.

2. Ahli Gizi wajib menghargai profesi lain dan menjalin hubungan kerja sama yang baik.
Ahli Gizi dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, berkaitan dan tidak lepas dengan profesi lain. Ahli
Gizi hendaknya menjalin hubungan kerja sama yang serasi dengan profesi dan organisasi lain untuk
peningkatan status gizi masyarakat.
Dalam menjalin kerjasama ini seorang Ahli Gizi hendaknya menghargai wewenang dan pendapat
profesi lain sebagai masukan bagi upaya perbaikan gizi.

Peran Ahli Gizi

Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor
gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010).

1. Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja
untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok,
merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian
makanan (Kamus Gizi, 2010).\

2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali,
mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara
pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif
dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara
konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi
pasien dalam upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010).

3. Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya
menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan
sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian
besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya
masih ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang
komunikasinya dilakukan lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya
dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak.

Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah mendapat
pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun, karena ketiga peran itu
saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.

Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi belum berjalan secara maksimal. Hal
ini disebabkan oleh :

1. Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat mencakup semua ruang
rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.

2. Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara ahli gizi dan
profesi yang lain belum berjalan secara maksimal.
3. Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-height caliper,
pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline dan timbangan berat badan.

4. Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-jawabnya sehingga
memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.

5. Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga memungkinkan
pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi.

Contoh Kasus dan Pembahasan Singkat terkait Etika Profesi Ahli Gizi

Kasus 1 :
Ny Rahmini datang berkonsultasi kepada dokter di RS Budi Asih. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
dan laboratorium ternyata Ny Rahmini menderita penyakit DM karena faktor risiko obesitas. Ny
Rahmini mempunyai BB 69 kg, TB 155 cm. Dokter kemudian merujuk Ny Rahmini kepada ahli gizi untuk
berkonsultasi tentang dietnya dan dokter memberikan diet DD3. Ahli gizi kemudian melakukan
anamnesa da pengkajian, kasus ternyata dapat di simpulkan bahwa Ny Rahmini lebih tepat diberikan
DD4.
a. Bagaimana sikap dan tindakan
·         Berdasarkan hasil anamnesa dan pengkajian diet yang saya lakukan terhadap pasien, pasien ini lebih
tepat diberikan DD4; memberikan masukan kepada dokter tentang preskripsi diet yang terbaik untuk
pasien yang disertai alasan logis dan tepat sesuai kondisi pasien, kemudian dihitung kebutuhan
energinya dan menyusun menu yang tepa buat pasien.

b. Sebutkan kompetensi ahli madya gizi yang sesuai untuk kasus diatas
·         Berpenampilan sesuai dengan kode etik profesi gizi
·         Turun aktif dalam kegiatan profesi gizi
·         Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan komunikasi
·         Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi
·         Mendidik klien dalam rangja promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan terapi gizi untuk
kondisi tanpa komplikasi

Kasus 2 :
Di rumah sakit A system pembelian bahan makanannya adalah system lelang dan menggunakan
spesifikasi bahan makanan yang telah disepakati antara pihak rumah sakit dan rekanan bahan
makanan.pada hari senin kemarin saudara sebagai ahli gizi yang bekerja di bagian penerimaan bahan
makanan menemukan tomat dan ayam yang tidak sesuai dengan spesifikasinya .tomat ada yang
berwarna hijau dan kecil-kecil yang seharusnya berwarna merah dan isinya 12-13 buah/kg sedangkan
berat ayam satu ekornya kurang dari 1(satu) kg,yang seharusnya berat ayam tersebut 1 (satu) kg/ekor:
a. Bagaimana sikap dan tindakan saudara dengan adanya kasus tomat dan ayam tersebut?
b. Sebutkan kompetensi-kompetensi ahli madya gizi yang sesuai untuk kasus di atas.

  Jawab :
a. Sebagai ahli gizi yang bertugas di bagian penerimaan, tindakan yang harus dilakukan adalah
tidak menerima tomat dan ayam yang diberikan dan meminta ganti bahan tersebut sesuai
dengan spesifikasi bahan makanan yang telah disepakati dengan rekanan.
b. Kompetensi ahli gizi:
·         Berpartisipasi dalam proses kebijakan legislatif dan publik-publik yang berdampak pada pangan,gizi dan
pelayanan kesehatan.
·         Berpartisipasi dalam proses penataan dan pengembangan organisasi
·         Ikut serta dalam penyusunan dan rencana operasional dan anggaran institusi
·         Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi
·         Ikut serta dalam pemberdayaagunaan dan pembinaan SDM dalam pelayanan gizi
·         Ikut serta dalam manajemen sarana dan prasarana pelayanan gizi
·  Menyelia sumber daya dalam unit pelayanan gizi meliputi: keuangan,sumber daya manusia,sarana dan
prasarana dan pelayanan gizi.
·         Mengawasi atau menyelia masalah keamanan dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan atau
industry pangan
·         Menyelia produkdsi makanan yang memenuhi kecukupan gizi, biaya dan daya terima
·         Menyelia pengadaan dan distribusi bahan makanan serta transportasi makanan.

Kasus 3 :
Rudi usia 3 tahun 4 bulan selalu dibawa setiap bulan oleh ibunya ke Posyandu SAYANG ANAK untuk
ditimbang berat badannya. pada bulan September 2012 berat badan Rudi berada di pita warna hijau ,
sedangkan pada penimbangan bulan oktober  2012 berat badan Rudi tiba-tiba turun dan berada dipita
warna merah. Penimbangan berat badan balita dilakukan oleh kader Posyandu saudara adalah ahli gizi
yang bertugas dipuskesmas X,sedangkan posyandu SAYANG ANAK berada di wilayah kerja puskesmas
X.
a. Bagaimana sikap dan tindakan saudara terhadap kasus Rudi di atas ?
b. Sebutkan kompetensi-kompetensi ahli madya gizi yang sesuai untuk kasus tersebut.
Jawab :
a. Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dari kasus diatas adalah :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menemui kader posyandu dan menanyakan apakah
Rudi mengalami gangguan kesehatan, apabila terjadi gangguan kesehatan pada Rudi disarankan
kepada keluarga Rudi untuk membawa Rudi berobat dan memberikan konsultasi gizi kepada orang tua
Rudi untuk memberikan makanan bergizi, sehingga bisa menaikkan BB Rudi mencapai BB normal. Jika
tidak ada gangguan keshatan pada Rudi, mungkin terjadi kesalahan pengukuran BB dan TB, dan
pencatatan oleh kader Posyandu, sehingga Kader Posyandu perlu diberikan pelatihan.

b. Kompetensi-kompetensi ahli madia gizi yang sesuai dengan kasus diatas adalah:
-          Turut aktif dalam kegiatan profesi gizi
-          Melakukan pendidikan gizi dalam kegiatan praktik tersupervisi
-          Melaksanakan pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran.
-          Berpatisipasi dalam pengembangan dan pengukuran kinerja bagi pelayanan gizi.
-          Ikut serta dalam pendayagunaan dan pembinaan SDM dalam pelayanan gizi
-          Ikut serta dalam manajemen sarana dan prasarana pelayanan gizi

Anda mungkin juga menyukai