Disusun Oleh :
Kelompok 11
Evania
Herunnisa
Rada
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dkarunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Hak dan Kewajiban Ahli madya Gizi Terhadap Profersi Gizi” Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Etika Profesi. Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu kami menerima masukan,saran dan usul
dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini. kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca khususnya tentang Hak dan Kewajiban Ahli madya Gizi
Terhadap Profersi Gizi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti
biasa karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut. Suatu
profesi bukanlah dimaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, melainkan
untuk pengabdian kepada masyarakat Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi
dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya.
Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi sering
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Untuk mencapai
keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita
sendiri. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya
senantiasa memberikan pelayanann yang sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Peraturan Mentri Kesehatan Republ ik Indonesia Nomor 26 T ahun 2013 Tentang
Penyelengaaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi Undang-undang ini mengatur
bahwa tenaga gizi sebagai salah satu dari jenis tenaga kesehatan, berwenang untuk
menyelenggarakan pekerjaan dan praktik pelayanan gizi sesuai dengan bidang keahlian
yang dimiliki.
Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
Pendidikan gizi dapat ditempuh melalui jalur akademik strata I dan diploma. Setelah itu
dilanjutkan dengan jalur profesi.
Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah Seorang yang telah mengikuti dan
Menyelesaikan Pendidikan Akademik dalam Bidang Gizi Sesuai Aturan yang
berlaku,Mempunyai Tugas, Tanggung jawab dan wewenang secara Penuh untuk
melakukan kegiatan Fungsional dalam bidang pelayanan Gizi,Makanan dan Diatetik
baik Di masyrakat,Individu atau Rumah sakit dalam rangka menjaga mutu Ahli Gizi,
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu
maupun kelompok dan mencegah timbulnya mal-praktek gizi
Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi sering
terjadi pertententan tangan karena hak hak dan dan kewaajiban tidak seimbang. Untuk
mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri.
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu ahli madya
2. Untuk Mengetahui Apa itu profesi Gizi
3. Untuk Mengetahui Hak dan kewajiban madya Gizi terhadap profesi Gizi
4. Untuk mengetahui Standar profesi Ahli madya Gizi
C. Rumusan
1. Apa Pengertian Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi ?
2. Apa Pengertian Profesi Gizi ?
3. Hak dan Kewajiban Ahli Madya Gizi terhadap profesi ?
4. Apa yang dimaksud dengan Standar Profesi Ahli madya gizi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah
mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus
ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD
bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan
mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk
memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Selain itu, RD
juga bertugas melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi
untuk kondisi kronis (ADA, 2007).
Seorang professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang tinggi. Atau
seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktikkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedarnya, untuk
mengisi waktu. Antara profesi dan pekerjaan pada umumnya terdapat perbedaan
penting: profesi mengandalkan suatu ketrampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan
sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama, dilaksanakan sebagai sumber nafkah
hidup, dan dilaksanakan sebagai keterlibatan pribadi yang mendalam. Orang yang
profesional adalah orang yang tau akan keahlian dan ketrampilannya, meluangkan
seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatan itu, hidup dari situ, dan bangga akan
pekerjaanya.
Profesional sendiri diartikan sebagai tindakan yang dapat dipertanggung
jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten, tepat atau taat asas, cermat, intelektual
atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas kemampuan, optimistik, bermoral, dan
bersikap serta berpikir positif (Siswanto H., 2010).
Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan(body of knowledge), memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat. (Standart profesi Gizi 2007,Dep. Kes RI).
Sebagai profesi, gizi telah memiliki karakteristik sebagai berikut. (Standart
profesi Gzi 2007, Dep. Kes RI):
1. Memiliki serangkaian pengetahuan (body of knowledge) yang melandasi
praktik atau suatu pekerjaan di bidang gizi.
2. Pendidikan gizi sebagai pendidikan profesi dikembangkan dalam sistem
pendidikan tinggi melalui jalur akademik strata 1 dan diploma sebagai
bagian integral dari sistem pendidikan tinggi gizi nasional. Profesi Teknisi
Register Dietisien (TRD) merupakan integrasi antara pendidikan diploma
III Gizi dengan lama pendidikan 3 tahun dan internship training sebagai
Teknisi dietisien. Sedangkan profesi Register Dietisien (RD) dengan lama
pendidikan 1 tahun internship training, setelah menempuh pendidikan
Strata 1 Gizi
3. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
4. Otonomi dalam melakukan tindakan.
5. Bekerja sesuai standar dan kode etik profesi yaitu standar profesi gizi (saat
ini telah ditetapkan melalui SK Menteri Kesehatan No.
374/MENKES/SK/III/2007).
6. Memiliki suatu organisasi profesi yaitu Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI) yang senantiasa meningkatkan kualitas layanan yang
diberikan kepada masyarakat.
7. Bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya dan menerima
imbalan jasa atas layanan yang diberikan.
Gizi sebagai profesi mempersyaratkan pembekalan pengetahuan dan
keterampilan kepada tenaga gizi melalui pendidikan khusus dan uji kompetensi yang
merupakan dasar untuk membentuk kemampuan yang harus dimiliki tenaga gizi
sesuai standar kompetensi berdasarkan jenis dan jenjang pendidikan.
Peran Ahli Gizi Sebagai suatu profersi dalam hal penelitian merupakan salah
satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi Seperti yang tertulis dalam
kemenkes Nomor 347 tahun 2007,maka seorang Ahli gizi harus selalu melakukan
Penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan penetahuan serta menenmukan
Sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama dan untuk Menanggulangi berbagai
permasalahan Gizi tersebut dibutuhakan tenang ahli gizi sera Ilmuan yang
dinamis,mandiri dan menjunjung etik professional yang tinggi sehingga dapat
memberikan konstribusi dalam upaya berbagai pengembangan ilmu dan pelayanan
kesehatan diberbagai bidang termasuk gizi.
Ahli Madya Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai
tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan
fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat,
individu atau rumah sakit.
Adapun hak dan kewajiban tenaga gizi secara umum tertulis dalam Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 pada Bab III pasal 20
dan 21. Hak yang dimiliki oleh tenaga gizi yang telah di tetapkan dalam Bab III Pasal
20 yaitu: Dalam melaksanakan pelyananan Gizi, Tenaga Gizi mempunyai Hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan pekerjaannya sesuai
standar profesi Tenaga Gizi;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari standar profesi Tenaga Gizi;
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien atau keluarganya
d. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan sesuai dengan kompetensi;
e. Menerima imbalan jasa profesi dan Memeroleh jaminan perlindungan terhadap
risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan di Pasal 21 Ayat (1) tertulis, dalam melaksanakan Pelayanan Gizi,
Tenaga gizi mempunyai kewajiban :
a. Menghormati hak pasien / klien;
b. Memberikan informasi tentang amsalah gizi pasien/klien dan pelayanan yang
dibutuhkan dalam lingkup tindakan Pelayanan Gizi;
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani;
d. Menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur.
(2) Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. (3)
Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi harus membantu program
Pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenjang kualifikasi dan
jenisnya. Jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi dimana
wewenang dan tanggung jawabnya berbeda.
Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalah sebagai
landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia dengan tujuan agar dapat
mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi.
Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu
Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik
untuk individu maupun kelompok serta mencegah timbulnya mal-praktik gizi.
Standar kompetensi yang tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/111/2007 tentang Standar Profesi Gizi.
disampaikan di bawah ini adalah standar kompetensi bagi Ahli Madya Gizi sebagai
tenaga kesehatan.
ISI
Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. Hak
kekeuasaan/kewewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu
Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya senatiasa
memberikan pelayannya sesuai dengan informasifaktual, akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya
Hak ahli gizi sanitarian dan bidan tidak diatur khusus dalam suatu peraturan. Hak
tenaga kesehatan secara umum dijelaskan pada PP nomor 36 tahun 1996
Kewenangan ahli gizi dan sanitarian tidak diatur khusus dalam suatu peraturan secara
umum kewenangan tenaga kerja diatur dalam UU No 36 tahun 2009 pasal 2 yaitu tenanga
kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelaynanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA