Anda di halaman 1dari 20

TUGAS ETIKA PROFESI

Hak dan Kewajiban Ahli madya Gizi Terhadap Profersi Gizi

Disusun Oleh :

Kelompok 11

Evania

Herunnisa

Rada

PRODI : DIII GIZI REG. XIX

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN PANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA


MANUSIA POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dkarunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Hak dan Kewajiban Ahli madya Gizi Terhadap Profersi Gizi” Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Etika Profesi. Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu kami menerima masukan,saran dan usul
dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini. kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca khususnya tentang Hak dan Kewajiban Ahli madya Gizi
Terhadap Profersi Gizi.

Palangkaraya, 28 Agustus 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti
biasa karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut. Suatu
profesi bukanlah dimaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, melainkan
untuk pengabdian kepada masyarakat Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi
dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya.
Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi sering
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Untuk mencapai
keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita
sendiri. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya
senantiasa memberikan pelayanann yang sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Peraturan Mentri Kesehatan Republ ik Indonesia Nomor 26 T ahun 2013 Tentang
Penyelengaaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi Undang-undang ini mengatur
bahwa tenaga gizi sebagai salah satu dari jenis tenaga kesehatan, berwenang untuk
menyelenggarakan pekerjaan dan praktik pelayanan gizi sesuai dengan bidang keahlian
yang dimiliki.
Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
Pendidikan gizi dapat ditempuh melalui jalur akademik strata I dan diploma. Setelah itu
dilanjutkan dengan jalur profesi.
Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah Seorang yang telah mengikuti dan
Menyelesaikan Pendidikan Akademik dalam Bidang Gizi Sesuai Aturan yang
berlaku,Mempunyai Tugas, Tanggung jawab dan wewenang secara Penuh untuk
melakukan kegiatan Fungsional dalam bidang pelayanan Gizi,Makanan dan Diatetik
baik Di masyrakat,Individu atau Rumah sakit dalam rangka menjaga mutu Ahli Gizi,
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu
maupun kelompok dan mencegah timbulnya mal-praktek gizi
Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi sering
terjadi pertententan tangan karena hak hak dan dan kewaajiban tidak seimbang. Untuk 
mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi   diri kita sendiri.

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu ahli madya
2. Untuk Mengetahui Apa itu profesi Gizi
3. Untuk Mengetahui Hak dan kewajiban madya Gizi terhadap profesi Gizi
4. Untuk mengetahui Standar profesi Ahli madya Gizi

C. Rumusan
1. Apa Pengertian Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi ?
2. Apa Pengertian Profesi Gizi ?
3. Hak dan Kewajiban Ahli Madya Gizi terhadap profesi ?
4. Apa yang dimaksud dengan Standar Profesi Ahli madya gizi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah
mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus
ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD
bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan
mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk
memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Selain itu, RD
juga bertugas melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi
untuk kondisi kronis (ADA, 2007).
Seorang professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang tinggi. Atau
seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktikkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedarnya, untuk
mengisi waktu. Antara profesi dan pekerjaan pada umumnya terdapat perbedaan
penting: profesi mengandalkan suatu ketrampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan
sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama, dilaksanakan sebagai sumber nafkah
hidup, dan dilaksanakan sebagai keterlibatan pribadi yang mendalam. Orang yang
profesional adalah orang yang tau akan keahlian dan ketrampilannya, meluangkan
seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatan itu, hidup dari situ, dan bangga akan
pekerjaanya.
Profesional sendiri diartikan sebagai tindakan yang dapat dipertanggung
jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten, tepat atau taat asas, cermat, intelektual
atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas kemampuan, optimistik, bermoral, dan
bersikap serta berpikir positif (Siswanto H., 2010).
Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan(body of knowledge), memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat. (Standart profesi Gizi 2007,Dep. Kes RI).
Sebagai profesi, gizi telah memiliki karakteristik sebagai berikut. (Standart
profesi Gzi 2007, Dep. Kes RI):
1. Memiliki serangkaian pengetahuan (body of knowledge) yang melandasi
praktik atau suatu pekerjaan di bidang gizi.
2. Pendidikan gizi sebagai pendidikan profesi dikembangkan dalam sistem
pendidikan tinggi melalui jalur akademik strata 1 dan diploma sebagai
bagian integral dari sistem pendidikan tinggi gizi nasional. Profesi Teknisi
Register Dietisien (TRD) merupakan integrasi antara pendidikan diploma
III Gizi dengan lama pendidikan 3 tahun dan internship training sebagai
Teknisi dietisien. Sedangkan profesi Register Dietisien (RD) dengan lama
pendidikan 1 tahun internship training, setelah menempuh pendidikan
Strata 1 Gizi
3. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
4. Otonomi dalam melakukan tindakan.
5. Bekerja sesuai standar dan kode etik profesi yaitu standar profesi gizi (saat
ini telah ditetapkan melalui SK Menteri Kesehatan No.
374/MENKES/SK/III/2007).
6. Memiliki suatu organisasi profesi yaitu Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI) yang senantiasa meningkatkan kualitas layanan yang
diberikan kepada masyarakat.
7. Bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya dan menerima
imbalan jasa atas layanan yang diberikan.
Gizi sebagai profesi mempersyaratkan pembekalan pengetahuan dan
keterampilan kepada tenaga gizi melalui pendidikan khusus dan uji kompetensi yang
merupakan dasar untuk membentuk kemampuan yang harus dimiliki tenaga gizi
sesuai standar kompetensi berdasarkan jenis dan jenjang pendidikan.
Peran Ahli Gizi Sebagai suatu profersi dalam hal penelitian merupakan salah
satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi Seperti yang tertulis dalam
kemenkes Nomor 347 tahun 2007,maka seorang Ahli gizi harus selalu melakukan
Penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan penetahuan serta menenmukan
Sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama dan untuk Menanggulangi berbagai
permasalahan Gizi tersebut dibutuhakan tenang ahli gizi sera Ilmuan yang
dinamis,mandiri dan menjunjung etik professional yang tinggi sehingga dapat
memberikan konstribusi dalam upaya berbagai pengembangan ilmu dan pelayanan
kesehatan diberbagai bidang termasuk gizi.
Ahli Madya Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai
tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan
fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat,
individu atau rumah sakit.
Adapun hak dan kewajiban tenaga gizi secara umum tertulis dalam Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 pada Bab III pasal 20
dan 21. Hak yang dimiliki oleh tenaga gizi yang telah di tetapkan dalam Bab III Pasal
20 yaitu: Dalam melaksanakan pelyananan Gizi, Tenaga Gizi mempunyai Hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan pekerjaannya sesuai
standar profesi Tenaga Gizi;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari standar profesi Tenaga Gizi;
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien atau keluarganya
d. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan sesuai dengan kompetensi;
e. Menerima imbalan jasa profesi dan Memeroleh jaminan perlindungan terhadap
risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan di Pasal 21 Ayat (1) tertulis, dalam melaksanakan Pelayanan Gizi,
Tenaga gizi mempunyai kewajiban :
a. Menghormati hak pasien / klien;
b. Memberikan informasi tentang amsalah gizi pasien/klien dan pelayanan yang
dibutuhkan dalam lingkup tindakan Pelayanan Gizi;
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani;
d. Menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur.
(2) Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. (3)
Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi harus membantu program
Pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenjang kualifikasi dan
jenisnya. Jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi dimana
wewenang dan tanggung jawabnya berbeda.
Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalah sebagai
landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia dengan tujuan agar dapat
mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi.
Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu
Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik
untuk individu maupun kelompok serta mencegah timbulnya mal-praktik gizi.
Standar kompetensi yang tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/111/2007 tentang Standar Profesi Gizi.
disampaikan di bawah ini adalah standar kompetensi bagi Ahli Madya Gizi sebagai
tenaga kesehatan.

Kompetensi Ahli Madya Gizi (Dasar Pendidikan DIII Gizi)


No Kode Judul Unit Kompetensi
1 Kes.AG.01.01.01 Berpenampilan (unjuk kerja) sesuai dengan kode etik profesi
gizi.
2 Kes.AG.01.02.01 Merujuk klien/pasien kepada ahli lain saat situasinya berada di
luar kompetensinya.
3. Kes.AG.01.03.01 Ikut aktif dalam kegiatan profesi gizi.
4 Kes.AG.01.04.01 Melakukan pengkajian diri menyiapkan portofolio untuk
pengembangan profesi dan ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pendidikan berkelanjutan.
5 Kes.AG.01.05.01 Berpartisipasi dalam proses kebijakan legislatif dan kebijakan
publik yang berdampak pada pangan gizi dan pelayanan
kesehatan.
6 Kes.AG.01.06.01 Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan
komunikasi.
7 Kes.AG.02.07.01 Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi.
8 Kes.AG.02.08.01 Melakukan pendidikan gizi dalam kegiatan praktik
tersupervisi.
9 Kes.AG.02.09.01 Mendidik pasien/klien dalam rangka promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan terapi gizi untuk kondisi tanpa
komplikasi.
10 Kes.AG.02.10.01 Melakukan pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok
sasaran.
11 Kes.AG.02.11.01 kut serta dalam pengkajian dan pengembangan bahan
pendidikan untuk kelompok sasaran.
12 Kes.AG.02.12.01 Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan baru dalam
kegiatan pelayanan gizi.
13 Kes.AG.01.13.01 Ikut serta dalam peningkatan kualitas pelayanan atau praktik
dietetik untuk kepuasan konsumen.
14 Kes.AG.01.14.01 Berpartisipasi dalam pengembangan dan pengukuran kinerja
dalam pelayanan gizi.
15 Kes.AG.01.15.01 Berpartisipasi dalam proses penataan dan pengembangan
organisasi
16 Kes.AG.02.16.01 Ikut serta dalam penyusunan rencana operasional dan
anggaran institusi.
17 Kes.AG.02.17.01 Berpatisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi.
18 Kes.AG.02.18.01 Ikut serta dalam pemasaran produk pelayanan gizi.
19 Kes.AG.01.19.01 Ikut serta dalam pendayagunaan dan pembinaan SDM dalam
pelayanan gizi
20 Kes.AG.02.20.01 Ikut serta dalam manajemen sarana dan prasarana pelayanan
gizi.
21 Kes.AG.01.21.01 Menyelia sumber daya dalam unit pelayanan gizi meliput
keuangan, sumber daya manusia, sarana prasarana dan
pelayanan gizi.
22 Kes.AG.02.22.01 Menyelia produksi makanan yang memenuhi kecukupan gizi,
biaya dan daya terima.
23 Kes.AG.02.23.01 Mengembangkan dan atau memodifikasi resep/formula
(mengembangkan dan meningkatkan mutu resep dan
makanan formula)
24 Kes.AG.02.24.01 Menyusun standar makanan (menerjemahkan kebutuhan gizi
ke bahan makanan/menu) untuk kelompok sasaran.
25 Kes.AG.02.25.01 Menyusun menu untuk kelompok sasaran.
26 Kes.AG.02.26.01 Melakukan uji cita rasa /uji organoleptik makanan
27 Kes.AG.02.27.01 Menyelia pengadaan dan distribusi bahan makanan serta
transportasi makanan.
28 Kes.AG.02.28.01 Mengawasi/menyelia masalah keamanan dan sanitasi dalam
penyelenggaraan makanan (industri pangan).
29 Kes.AG.02.29.01 Melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada
klien/pasien secara individu.
30 Kes.AG.02.30.01 Melakukan pengkajian gizi (nutritional assesment) pasien
tanpa komplikasi (dengan kondisi kesehatan umum, misalnya
hipertensi, jantung dan obesitas).
31 Kes.AG.02.31.01 Membantu dalam pengkajian gizi (nutritional assesment) pada
pasien dengan komplikasi (kondisi kesehatan yang kompleks,
misalnya penyakit ginjal, multisistem organ failure, trauma).
32 Kes.AG.02.32.01 Membantu merencanakan dan mengimplementasikan rencana
asuhan gizi pasien.
33 Kes.AG.02.33.01 Melakukan monitoring dan evaluasi asupan gizi/makan
pasien.
34 Kes.AG.02.34.01 Berpartisipasi dalam pemilihan formula enteral serta
monitoring dan evaluasi penyediaannya.
35 Kes.AG.02.35.01 Melakukan rencana perubahan diit.
36 Kes.AG.01.36.01 Berpartisipasi dalam konferensi kesehatan untuk
mendiskusikan terapi dan rencana pemulangan klien/pasien.
37 Kes.AG.01.37.01 Merujuk pasien/klien ke pusat pelayanan kesehatan lain.
38 Kes.AG.02.38.01 Melaksanakan penapisan gizi/csreening status gizi populasi dan
atau kelompok masyarakat.
39 Kes.AG.02.39.01 Membantu, menilai status gizi populasi dan atau kelompok
masyarakat.
40 Kes.AG.02.40.01 Melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kebudayaan
dan kepercayaan dari berbagai golongan umur (tergantung level
asuhan gizi kelompok umur).
41 Kes.AG.01.41.01 Berpartisipasi dalam program promosi kesehatan /pencegahan
penyakit di masyarakat.
42 Kes.AG.01.42.01 Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program
pangan dan gizi di masyarakat.
43 Kes.AG.02.43.01 Melaksanakan dan mempertahankan kelangsungan program
pangan dan gizi masyarakat.
44 Kes.AG.01.44.01 Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi.
BAB III

ISI

a. Pengertian Ahli madya Gizi Terhadap Profersi Gizi


Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah Seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku,
mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan
kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di
masyarakat, individu atau rumah sakit.
b. Gizi sebagai Profesi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Mengingat dan memperhatikan hal tersebut di atas, keberadaan ahli gizi
dan ahli madya gizi di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pelayanan gizi berada dimana-mana dan kapan saja
selama masyarakat dan individu masih mau untuk hid up sehat dalam siklus
kehidupan manusia.
Ada beberapa pengertian tentang ahli gizi. Dari berbagai pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa ahli gizi adalah profesi khusus, orang yang
mengabdikan diri dalam bidang gizi serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui suatu pendidikan khususnya bidang gizi. Tugas yang
diem ban oleh ahli gizi berguna untuk kesejahteraan manusia. Demikian
juga dengan pengertian masyarakat, ada permasalahan gizi pasti ada ahli gizi.
Pada saat ini, pengertian Register Dietisien adalah seseorang yang
menyelesaikan pendidikan akademik strata I dan pendidikan profesi gizi dalam
suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi yang telah direkomendasikan.
Pelayanan gizi adalah pelayanan profesional gizi yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada masyarakat dalam
kurun waktu tertentu.
Sebagai profesi gizi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program
pendidikan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang
berlaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan
profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang
diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan
kualitas pelayanan yang di berikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
8. Pekerjaan/ sumber utama seumur hidup.
9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan objektif
10. Otonomi dalam melakukan tindakan
11. Melakukan ikatan propesi, disensi jalur karir.
12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik

c. Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional


Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi adalah pekerja profesional.
Persyaratan sebagai pekerja profesional telah dimiliki oleh Ahli Gizi maupun
Ahli Madya Gizi tersebut. Persyaratan tersebut adalah:
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus
atau spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional.
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah.
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8. Memiliki etika Ahli Gizi.
9. Memiliki standar praktek.
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

d. Prinsip-Prinsip Kode Etik


Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan
kecerdasan bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu
dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan meningkatkan
pengetahuan gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi
dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar :
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap
bangsa dan negara.
2. Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting
dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi
tercapainya masyarakat adil, makmur dan sehat sentosa.
Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan
tugasnya perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan
sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik
dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi
maupun dengan diri sendiri.
Dengan melihat cakupan dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa
profesi gizi berperan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik
dan mengintervensi individu, kelompok, masyarakat serta meneliti dan
mengembangkan demi menjaga mutu pelayanan. Oleh karena itu, perlu
disusun standar kompetensi ahli gizi dan ahli madya gizi Indonesia yang
dilandasi dengan peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik, penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku
praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis.
e. Peran Ahli Gizi di bidang masyarakat
Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien,
sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010)
1. Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik,
yang bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan
kepada individu atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta
mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).
2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien)
mengenali mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk
mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat
dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan
lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang
bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam
upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010).
3. Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang
merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah
bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehingga
meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi
sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah),
walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan.
Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih pribadi,
penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat menjangkau
sasaran yang lebih banyak.
Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang
yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi
kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak
dapat dipisahkan.
f. Hak dan Kewajiban Ahli Madya Gizi
Hak adalah tuntutan seseorang terhadap pribadinya sesuai dengan
keadilan,moralitas dan Legalitas. Hak kekeuasaan/kewewenangan yang dimiliki oleh
seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk
berbuat sesuatu, hak dapat dipandang dari sudut hukum dan pribadi sedangkan
kewajiban sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang
atau suatu badan hukum. Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untuk
melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung jawabkan
sesuai dengan haknya.
Kewenangan dan hak serta kewajiban ahli gizi
Kewenangan ahli gizi dan sanitarian tidak diatur khusus dalam suatu peraturan
secara umum kewenangan tenaga kerja diatur dalam UU No 36 tahun 2009 pasal 2
yaitu tenanga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelaynanan kesehatan
pelayanan keehatan yang diamksud dilakukan sesuai bidang keahlian yang dimiliki.
Hak ahli gizi sanitarian dan bidan tidak diatur khusus dalam suatu peraturan. Hak
tenaga kesehatan secara umum dijelaskan pada PP nomor 36 tahun 1996, yaitu :
Pasal 10
Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
dibidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 24
Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugas nya
sesuai dengan stndar profesi tenanga kesehatan
Pasal 25
Pada tenaga kesehtan yang bertugas pada sarna kesehtan atas dasar prestasi
kerja,pengabdian,kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal dunia dalam
melakukan tugas diberikan penghargaan.
Pasal 26
Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat dan
kesahjatraan tenaga kesehatan.
Kewajiban ahli gizi diatur dalam keputusan menteri kesehatan nomor 374 tahun2007
Tentang standar profesi gizi . Berbagai kewajiban tersebut antara lain :
1) Kewajiban Umum
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam
meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap,
perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri.
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan
individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun
lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

2) Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Klien


1. Ahli Gizi ber li Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha
memelihara dan meningkatkan status gizi gkatkan status gizi klien baik klien
baik dalam lingkup institus dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau gizi
atau di masyarakat umum.
2. Ahli Gizi b i Gizi berkewajiban senantiasa menjaga ker aga kerahasiaan
klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau
sudah tidak dalam pelayanannya, pelayanannya, bahkan juga setelah setelah
klien meninggal meninggal dunia kecuali kecuali bila diperlukan untuk
keperluan kesaksian hukum.
3. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan perbedaan budaya, budaya, dan tidak melakukan melakukan
diskriminasi diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis
kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Ahli Gizi b i Gizi berkewajiban sena an senantiasa memberikan pelayanan
gizi p an gizi prima, cepa a, cepat, dan akurat.
5. Ahli Gizi berkewajiban memberikan info an informasi kepada klien dengan
tepat dan jelas, jelas, sehingga sehingga memungkinkan memungkinkan
klien mengerti mengerti dan mau memutuskan memutuskan sendiri sendiri
berdasarkan informasi tersebut.
6. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.
3) Kewajiban Terhadap Masyarakat
1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan,
informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi,
pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. 3. Melakukan kegiatan pengawasan
pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat. 4.
Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi
dan meningkatkan status gizi masyarakat. 5. Memberi contoh hidup sehat
dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai
paktek gizi individu yang baik. 6. Dalam bekerja sama dengan profesional
lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha
memberikan 12 dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan
sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di
masyarakat. 7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan
salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat d. Kewajiban Terhadap
Teman Seprofesi Dan Mitra
4) Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Diri Sendiri
1. Ahli Gizi berkewajiban menta ban mentaati, melindungi dan menj dan
menjunjung tingg ung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.
2. Ahli Gizi berkewajiban senant ban senantiasa memajukan dan kan dan
memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan
profesinya sesua perkembangan perkembangan ilmu dan teknologi teknologi
terkini terkini serta peka terhadap terhadap perubahan perubahan lingkungan.
3. Ahli Gi Ahli Gizi haru zi harus menunj s menunjukan sik ukan sikap percaya
di ap percaya diri, ber ri, berpengetahuan luas ahuan luas, dan beran , dan
berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati
dan mau menerima pendapat orang lain yang menerima pendapat orang lain
yang benar.
4. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain
imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5. Ahli Gizi berke i Gizi berkewajiban tidak mela ak melakukan perbuatan yang
mela an yang melawan hukum wan hukum, dan memaksa orang lain untuk
melawan hukum.
6. Ahli Gizi berkewajiban meme ban memelihara kese ara kesehatan dan
keadaan gizi aan gizinya agar dapat nya agar dapat bekerja dengan baik.
7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
8. Ahli Gizi berkew i berkewajiban sela ban selalu menja lu menjaga nama baik
profesi dan mengharumkan organisasi profesi.

g. Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi


Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat
ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi
adalah sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat
mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi.
Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu Ahli
Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk
individu maupun kelompok serta mencegah timbulnya malpraktek gizi (Persagi, 2010).
KESIMPULAN

Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. Hak
kekeuasaan/kewewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu
Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya senatiasa
memberikan pelayannya sesuai dengan informasifaktual, akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya
Hak ahli gizi sanitarian dan bidan tidak diatur khusus dalam suatu peraturan. Hak
tenaga kesehatan secara umum dijelaskan pada PP nomor 36 tahun 1996
Kewenangan ahli gizi dan sanitarian tidak diatur khusus dalam suatu peraturan secara
umum kewenangan tenaga kerja diatur dalam UU No 36 tahun 2009 pasal 2 yaitu tenanga
kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelaynanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Arenga Nucifera. 2014. Etika Profesi Gizi.


http://arenganucifera.blogspot.com/2016/04/etika-profesi-gizi.html?m=1 (diakses tanggal 27
Agustus 2020)

Intan Wellisya Putri. 2014. Makalah Etika Profesi Gizi.


https://intanwellisyaputri.wordpress.com/ (diakses tanggal 27 Agustus 2020).

Kemenkes. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan No. 374/MENKES/SK/III/2007.


https://www.scribd.com/doc/48463308/standar-Profesi-Gizi (diakses tanggal 27 Agustus
2020)

Kemenkes. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan No. 374/MENKES/SK/III/2007.


https://www.slideshare.net/ppidkemenkes/pmk-no-26-ttg-pekerjaan-dan-praktik-tenaga-gizi

(diakses tanggal 27 Agustus 2020)

Tjaronosari, Edith. 2018. Bahan Ajar Etika Profesi.


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Etika-Profesi_SC.pdf

Anda mungkin juga menyukai