Anda di halaman 1dari 8

Perimenopause

Perimenopause merupakan fase transisi menuju menopause yang dimulai beberapa


tahun sebelum menopause terjadi. Pada periode ini, hormon estrogen akan
meningkat dan menurun secara tidak teratur.
Perubahan kadar esterogen secara tidak teratur ini akan memberikan dampak pada
siklus menstruasi seorang wanita pada masa perimenopause.
Terkadang, menstruasi bisa berlangsung lebih panjang daripada biasanya, dan
terkadang bisa sangat singkat. Wanita pada masa perimenopause juga dapat
mengalami gejala-gejala yang menyerupai menopause seperti gangguan tidur, hot
flashes, serta vagina menjadi kering.

Setiap wanita memulai fase perimenopause pada usia yang berbeda-beda, umumnya
di usia 40 tahunan. Namun perimenopause bisa juga mulai terjadi ketika usia
pertengahan 30 tahun.
Pada kebanyakan wanita, periode ini berlangsung selama 4 tahun, namun dapat juga
terjadi hanya beberapa bulan atau hingga 10 tahun. Perimenopause akan berakhir
dan disebut sebagai menopause saat seorang wanita tidak mengalami menstruasi
selama 12 bulan.
Gejala Perimenopause
Saat melalui fase perimenopause, wanita akan mengalami beberapa perubahan pada
tubuh mereka. Beberapa perubahan tersebut di antaranya adalah:

 Siklus menstruasi tidak teratur. Jeda antara periode menstruasi akan semakin
cepat atau bahkan semakin lama. Demikian juga untuk jumlah menstruasi, bisa
sangat banyak atau sedikit. Apabila Anda mengalami perubahan yang terus
menerus selama periode menstruasi (umumnya 7 hari), Anda kemungkinan
berada pada masa perimenopause awal. Lain halnya apabila Anda mengalami
jeda antar-menstruasi selama setidaknya 60 hari, Anda kemungkinan berada
pada masa akhir perimenopause.
 Perubahan mood. Mudah tersinggung atau meningkatnya risiko depresi dapat
terjadi pada masa perimenopause.
 Gangguan tidur dan hot flashes. Wanita akan merasakan sensasi hangat
secara mendadak pada bagian wajah, leher dan dada (hot flashes) yang
biasanya umum terjadi pada masa perimenopause. Hot flashes ini bisa
mengakibatkan gangguan tidur.
 Gangguan fungsi kandung kemih dan vagina. Ketika kadar estrogen
berkurang, lapisan vagina akan kehilangan cairan pelumas dan keelastisan
yang mengakibatkan rasa nyeri saat berhubungan seksual. Kurangnya
estrogen juga dapat membuat wanita lebih berisiko terkena infeksi saluran
kemih atau infeksi vagina.
 Perubahan pada fungsi seksual. Dorongan serta gairah seksual wanita akan
menurun saat memasuki fase perimenopasue.
 Menurunnya fertilitas. Karena frekuensi ovulasi menjadi tidak tentu,
kemampuan wanita untuk hamil juga akan menurun.
 Pengeroposan tulang. Wanita akan lebih mudah terkena osteoporosis akibat
menurunnya hormon estrogen.
 Perubahan kadar kolesterol. Turunnya kadar estrogen juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) di dalam darah. Selain itu, kadar
kolesterol baik (HDL) juga akan ikut menurun seiring bertambahnya usia.
Kedua hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.

Penyebab dan Faktor Risiko Perimenopause


Produksi hormon progesteron dan estrogen di dalam tubuh wanita akan mengalami
naik turun ketika melewati masa transisi menuju menopause. Perubahan-perubahan
yang dirasakan wanita pada fase perimenopause adalah akibat dari menurunnya
kadar hormon estrogen.
Beberapa hal yang dapat membuat wanita mengalami fase perimenopause pada usia
yang lebih muda adalah:

 Histerektomi. Prosedur pengangkatan rahim ini akan meningkatkan risiko


untuk seseorang mengalami periode perimenopause dan menopause lebih
cepat, terutama apabila kedua ovarium (indung telur) ikut diangkat.
 Merokok. Wanita perokok lebih cepat mengalami menopause 1-2 tahun
daripada wanita yang tidak merokok.
 Pengobatan kanker. Kemoterapi atau terapi radiasi panggul dapat
menyebabkan menopause dini.
 Faktor keturunan. Wanita yang memiliki sanak saudara dengan riwayat
menopause dini akan lebih berisiko untuk mengalami kondisi yang sama.

Diagnosis Perimenopause
Untuk mendiagnosis apakah seorang wanita sedang dalam masa perimenopause
dokter akan mengacu pada sejumlah faktor, seperti gejala atau perubahan-perubahan
yang dirasakan pasien, riwayat menstruasi, serta usia mereka.
Selain itu, dokter biasanya akan menyarankan dilakukannya tes darah untuk melihat
kadar hormon di dalam tubuh pasien. Tes ini harus dilakukan beberapa kali guna
melihat adanya perubahan kadar hormon yang memang terjadi di masa
perimenopause.

Pengobatan Perimenopause
Perimenopause merupakan kondisi alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap
wanita. Oleh karenanya, tidak diperlukan obat-obatan untuk mengatasi kondisi ini.
Namun, beberapa obat mungkin dapat diresepkan oleh dokter guna meringankan
gejala-gejala yang dialami, antara lain:

 Terapi hormon. Terapi estrogen sistemik tetap menjadi penanganan paling


efektif untuk meredakan gejala perimenopause khususnya hot flashes dan
keringat malam. Jenis terapi hormon esterogen ini pun beragam, mulai dari pil,
obat tempel di kulit, gel, atau krim.
 Estrogen vaginal. Untuk menangani vagina kering, hormon estrogen dapat
dimasukkan ke dalam vagina menggunakan tablet, ring, atau krim vagina.
Estrogen vaginal ini juga dapat mengurangi rasa nyeri saat melakukan
hubungan seksual serta gangguan berkemih yang dialami wanita pada masa
perimenopause.
 Gabapentin. Selain untuk menangani kejang-kejang, obat ini juga dapat
mengurangi hot flashes. Gabapentin juga dapat digunakan pada pasien wanita
yang tidak bisa melakukan terapi estrogen.
 Antidepresan. Beberapa antidepresan dapat mengurangi hot flashes akibat
perimenopause. Obat ini umum diresepkan bagi mereka yang tidak dapat
menerima terapi esterogen karena alasan kesehatan lainnya.
Menopause

Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya terjadi
saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita dikatakan sudah
menopause bila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12 bulan.
Tidak hanya berhenti menstruasi, banyak perubahan lain terjadi dalam tubuh wanita
yang menopause, mulai dari penampilan fisik, kondisi psikologis, hasrat
seksual, hingga kesuburan. Wanita yang sudah menopause tidak bisa hamil lagi.

Perubahan ini bisa terjadi secara bertahap atau tiba-tiba, dan disebut sebagai gejala
menopause. Masa terjadinya perubahan tersebut dinamakan masa
perimenopause, yang dapat berlangsung selama beberapa tahun sebelum
menopause, dan umumnya dimulai saat usia 40 tahun atau bisa juga lebih awal.

Gejala Menopause
Gejala menopause terjadi dalam masa perimenopause, yaitu beberapa bulan atau
beberapa tahun sebelum menstruasi berhenti. Durasi dan tingkat keparahan gejala
yang timbul berbeda-beda pada tiap orang. Gejala menopause dapat berupa:

Perubahan siklus menstruasi


 Menstruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat atau lebih awal dari
biasanya.
 Darah yang keluar saat menstruasi dapat lebih sedikit atau justru lebih banyak.

Perubahan penampilan fisik

 Rambut rontok.
 Kulit kering.
 Payudara kendur.
 Berat badan bertambah.

Perubahan psikologis

 Suasana hati berubah-ubah atau moody.


 Sulit tidur.
 Depresi

Perubahan seksual

 Vagina menjadi kering.


 Penurunan libido (gairah seksual).

Perubahan fisik

 Merasa panas atau gerah, sehingga mudah berkeringat. Kondisi ini disebut hot
flashes.
 Berkeringat di malam hari.
 Pusing.
 Jantung berdebar.
 Infeksi berulang pada saluran kemih.

Selain mengalami berbagai perubahan di atas, wanita yang telah menopause menjadi
lebih berisiko mengalami penyakit jantung dan osteoporosis.

Penyebab Menopause
Menopause merupakan proses alami yang terjadi saat seorang wanita bertambah tua.
Seiring bertambahnya usia, indung telur akan semakin sedikit memproduksi hormon
kewanitaan. Akibatnya, indung telur tidak lagi melepaskan sel telur dan menstruasi
akan berhenti.
Namun, menopause juga dapat terjadi lebih dini, yaitu sebelum usia 40
tahun. Menopause dinidapat terjadi akibat:

 Primary ovarian insufficiency


Kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik atau penyakit autoimun, yang
membuat indung telur berhenti berfungsi.
 Operasi pengangkatan rahim (histerektomi)
Setelah histerektomi, seorang wanita memang tidak akan langsung mengalami
menopause, namun cenderung akan mengalami menopause lebih awal.
Menopause dapat langsung terjadi setelah histerektomi bila indung telur ikut
diangkat.
 Pengobatan kanker
Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker rahim dapat merusak
indung telur, sehingga memicu menopause dini.

Diagnosis Menopause
Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila menstruasi telah berhenti
selama 12 bulan. Menopause didahului dengan munculnya berbagai perubahan pada
masa perimenopause, yang disebut gejala menopause.
Untuk lebih memastikannya, atau bila dokter mencurigai adanya penyebab lain dari
menopause, dapat dilakukan:

 Pemeriksaan FSH (follicle-stimulating hormone) dan hormon estrogen


Menopause ditunjukkan saat kadar FSH meningkat, sedangkan kadar estrogen
rendah.
 Pemeriksaan TSH (thyroid-stimulating hormone) dan hormon tiroid
Pemeriksaan kadar hormon ini untuk memastikan penderita tidak
mengalami hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid, yang dapat
menimbulkan gejala serupa dengan menopause.

Penanganan Menopause Secara Mandiri


Menopause tidak membutuhkan penanganan khusus. Penanganan yang dilakukan
hanya bertujuan untuk meredakan gejala, yaitu dengan:

1. Menghindari makanan/minuman tertentu


Makanan pedas dan minuman panas, berkafein, atau beralkohol dapat membuat
gejala menopause, seperti hot flashes dan jantung berdebar, menjadi lebih parah.

2. Mengenakan pakaian tipis berbahan katun


Cara ini dapat mengurangi hot flashes yang dirasakan selama masa perimenopause.

3. Menerapkan teknik relaksasi


Teknik relaksasi yang dimaksud antara lain adalah meditasi, pengaturan napas, yoga,
serta taichi. Teknik-teknik ini dapat membantu mengurangi tingkat stres serta
mencegah depresi.
4. Menggunakan pelumas vagina berbahan dasar air
Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat vagina yang kering.
Jangan menggunakan produk pelumas vagina yang mengandung gliserin, karena
berisiko menimbulkan iritasi.
Untuk mencegah penyakit yang dapat timbul akibat menopause, seorang wanita
disarankan untuk menjalani gaya hidup sehat. Caranya adalah dengan tidur yang
cukup, rutin berolahraga, serta menerapkan pola makan yang sehat.
Pola makan yang dianjurkan adalah mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
dan memperbanyak asupan serat, seperti buah, sayur, atau biji-bijian. Selain itu,
batasi asupan lemak, gula, dan minyak. Jika dibutuhan, konsumsi suplemen
kalsium dan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang. Selain itu, hindarilah
konsumsi alkohol, karena bisa menyebabkan sulit tidur.

Penanganan Menopause oleh Dokter


Bila gejala menopause sangat mengganggu. Terapi ini efektif untuk meredakan gejala
menopause. Terdapat dua jenis terapi pengganti hormon untuk menopause, yaitu:

 Terapi pengganti hormon estrogen


Terapi ini diberikan pada wanita yang sudah menjalani operasi pengangkatan
rahim.
 Terapi kombinasi (estrogen dan progesteron)
Terapi ini diberikan pada wanita yang mengalami menopause secara alami.

Terapi pengganti hormon dapat diberikan dalam bentuk tablet, krim, atau gel. Namun,
terapi ini tidak dianjurkan bagi wanita yang menderita kanker payudara atau berisiko
tinggi mengalami kanker payudara.
Selain terapi pengganti hormon, beberapa jenis obat juga dapat diberikan untuk
mengatasi gejala menopause, antara lain:

 Obat antidepresan
Obat ini diberikan untuk mengatasi gejala hot flashes dan ganguan suasana
hati, bila pil estrogen tidak dapat diberikan karena alasan kesehatan.
 Gabapentin
Obat kejang ini diberikan untuk mengatasi keringat yang muncul pada malam
hari.
 Clonidine
Obat untuk hipertensi ini diberikan untuk meredakan gejala hot flashes.
 Antibiotik
Antibiotik diberikan bila terjadi infeksi berulang pada saluran kemih.
 Minoxidil
Produk perawatan rambut yang mengandung minoxidil dapat diberikan untuk
mengatasi rambut rontok.
 Obat tidur
Obat tidur diiberikan untuk mengatasi sulit tidur, dan harus dikonsumsi di
bawah pengawasan dokter.
Setelah 3 bulan pengobatan, penderita dianjurkan untuk memeriksakan diri kembali
ke dokter. Setelah itu, pemeriksaan ulang dapat dilakukan setiap satu
tahun. Pemeriksaan rutin ini bertujuan untuk memastikan efektivitas pengobatan yang
diberikan, sekaligus memantau kondisi kesehatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai