TINJAUAN PUSTAKA
mengadakan pencelaan yang harus ada terlebih, baru kemudian segi yang
yang harus dicari dalam psikis orang yang melakukan perbuatan itu sendiri
dengan menyelidiki bagaimana hubungan batinnya itu dengan apa yang telah
diperbuat”.1
untuk adanya suatu kesalahan harus ada keadaan psikis atau batin tertentu, dan
harus ada hubungan yang tertentu antara keadaan batin tersebut dengan
1
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, 1985, hal 145.
Menurut Moeljatno, syarat-syarat kesalahan yaitu :2
kealpaan;
bentuk, yaitu kesalahan dalam bentuk kesengajaan (dolus atau opzet) dan
tindak pidana.4
2
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1993,hal 54.
3
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Aksara Baru,
Jakarta, 1999, hal 80.
4
Ibid, hal 75.
dalam Undang-Undang. Dilihat dari sudut terjadinya tindakan yang dilarang,
apabila tindakan tersebut melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau
oleh si pembuat.
sengaja atau kesalahan dalam arti sempit (culpa). Yang mana pelaku
Asas legalitas hukum pidana Indonesia yang diatur dalam Pasal 1 ayat
5
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal 130.
perbuatan pidana apabila perbuatannya tersebut telah sesuai dengan rumusan
dan apabila kesengajaan seperti ini ada pada suatu tindak pidana, si
6
Leden Mapaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Sinar Grafrika, Jakarta, 2005,
hal 15.
dasar dari delik dan mengetahui pasti atau yakin benar bahwa selain
menyadari bahwa mungkin akan timbul akibat lain yang juga dilarang
dikenakan sanksi pidana maka harus dipenuhi 2 (dua) unsur yakni adanya unsur
7
Ibid, hal 26
terbukti, berarti bahwa perbuatan pidana (actus reus) sebenarnya tidak terbukti,
karena tidak mungkin hakim akan membuktikan adanya kesalahan jika ia telah
mengetahui lebih dahulu bahwa perbuatan pidana tidak ada atau tidak terbukti
perbuatan.
yang buruk, adalah merupakan faktor akal (intelektual factor) yaitu dapat
8
Andi Zainal Abidin, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama. Alumni, Bandung,
1987, hal 72.
9
Roeslan Saleh. Op.Cit, hal 80.
10
Leden Mapaung. Ibid, hal 72.
dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana yang
diperbolehkan dan mana yang tidak. Sebagai konsekuensi dari dua hal tadi
dipertanggungjawabkan.11
seperti jiwanya tidak normal dikarenakan dia masih muda, maka pasal 44 ayat
harus melakukan perbuatan yang aktif atau pasif seperti yang ditentukan oleh
11
Saifudien. Pertanggungjawaban Pidana. Diakses pada tanggal 19 Juni 2018, Pukul
10.00 WIT Http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/pertanggungjawaban-pidana.html
tidak adanya alasan pembenar serta adanya kesalahan dalam arti luas yang
harus ditanggung oleh siapa saja yang telah bersikap tindak, baik yang selaras
Tanggungjawab pidana adalah akibat lebih lanjut yang harus diterima, dibayar
atau ditanggung seseorang yang melakukan tindak pidana secara langsung dan
tidak langsung.
dalam satu bab khusus, akan tetapi terpisah-pisah dalam bab tertentu. Didalam
KUHP;
359-367 KUHP.
12
R. Soesilo, Pokok-pokok hukum pidana umum dan delik-delik khusus, Karya
Nusantara, Bandung, 1984, hal 30.
Adapun bentuk-bentuk kejahatan kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Kejahatan pembunuhan
4. Kejahatan perkosaan
tersebut diatas.
1. Kejahatan Pembunuhan
XIX yang merupakan kejahatan terhadap nyawa orang yang selanjutnya diatur
dalam KUHP pada pasal 338 sampai pasal 350 adalah merupakan suatu delik
materiil, maka menitik beratkan pada akibat yang diancam dengan pidanaa oleh
Berbicara tentang penganiayaan berat, hal ini tidak terlepas dari pasal
354 dan pasal 355 KUHP, pasal 354 KUHP yang berbunyi :13
13
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dengan Penjelasan resmi dan
Komentar, POLITEIA, Bogor, 1981, hal 213
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai atau melukai berat orang lain,
dimaksud dengan luka berat serta apa yang menjadi indikator atau tolak ukur
1. Penyakit atau luka yang tidak boleh diharap lagi akan sembuh lagi
dengan sempurna dan dapat mendatangkan bahaya maut, jadi luka atau
berat.
berat.
14
Ibid, hal 85
yang menjadi buta satu mata atau tuli satu telinga belum masuk
tidak dapat berpikir lagi secara normal, semua itu lamnya empat
adalah merupakan tujuan utama, jadi niat si pembuat harus ditujukan kepada
melukai berat. Artinya luka harus dimaksudkan oleh si pembuat, apabila tidak
dimaksudkan oleh si pembuat dan luka berat itu hanya merupakan akibat saja,
maka perbuatan itu masuk penganiayaan biasa yang mengakibatkan luka berat
undang diatur dalam pasal 365 KUHP yang rumusannya sebagai berikut :15
15
Ibid, hal 219.
(1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun,
diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap ada ditangannya.
dijalan umum atau didalam suatu kereta api atau trem yang sedang
berjalan.
lebih.
(4) Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara
itu menjadikan ada orang mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh
dua orang bersama-sama atau lebih dan disertai pula oleh hal dalam ayat
pencurian. Unsur ini merupakan unsur pokok yang penting dalam pencurian
4. Kejahatan Pemerkosaan
belas tahun.
Melihat isi dari pasal tersebut, maka pemerkosaan memiliki beberapa unsur,
perempuan itu bukan isterinya, dan paksaan itu dilakukan untuk bersetubuh.
Hal lain lagi yang harus diperhatikan dalah bahwa persetubuhan itu harus
benar-benar terjadi.
16
Ibid, hal 182.
5. Kejahatan Kekerasan Terhadap Ketertiban Umum
atau Dolus dan Keapaan atau Culpa. Sebagian besar pasal-pasal dalam KUHP
misalnya saja pada Pasal 359 dan 360 KUHP yang sering diterapkan di dalam
17
Ibid, hal 126.
1. Kesengajaan (dolus)
Dolus dalam bahasa Belanda disebut opzet dan dalam bahasa inggris
disebut (intention) yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sengaja atau
Hukum Pidana (KUHP) sendiri tidak merumuskan apa yang dimaksud dengan
opzet. Walaupun demikian, pengertisn opzet ini sangat penting, oleh karena
itu. Menurut Memori van Toeliching dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
itu dan harus menginsyafi atau mengetahui akibat yang mungkin akan terjadi
kealpaan atau culpa adalah kebalikan dari dolus disatu pihak dan kebalikan
dari kebetulan dipihak lain. Kiranya kata kebalikan adalah kurang tepat,
Unsur kesengajaan dan kealpaan ini hanya berlaku untuk kejahatan dan
18
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 95-96.
19
Ibid, hal 96-97
1. Perbuatannya yang dilarang
seseorang itu menghendaki akibat, karena paling banter orang hanya bias
diluar kekuasaanya yang memengaruhi hubungan sebab akibat itu. Oleh karena
1. Teori Kehendak
yang paling kuat. Dari penjelasan dan teori tersebut dapat disimpulkan
tersebut.
dilakukan.20
2. Teori Membayangkan
istilahnya saja.
20
Ibid, hal 97
a. Corak kesengajaan
tidak. Tetapi disamping akibat tersebut ada akibat lain yang tidak
b. Rumusan Kesengajaan
antara lain :
21
Ibid, hal 97-106
dengan tenang, pembuktiannya disimpulkan dari keadaan yang
objektif.
untuk membunuh.
telah mati.
tetapi culpa pada ilmu pengetahuan hokum mempunyai arti teknis yaitu suatu
sengaja sesuatu terjadi. KUHP tidak menegaskan apa arti kealpaan sedang Vos
Bentuk-bentuk kealpaan :
22
Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal 54-55.
23
Ibid, hal 56-106
1. kealpaan yang disadari (bewuste), seseorang melakukan sesuatu
perbuatan yang sudah dapat di bayangkan akibat buruk akan terjadi, tapi
tetap melakukannya
seharusnya di bayangkan
kesalahan. Bentuk kesalahan yaitu dolus yang tidak dirumuskan dalam KUHP
punya unsur culpa. Culpa atau kelalaian suatu macam kesalahan sebagai akibat
pelaku dalam keadaan sehat dan normal. adanya hubungan batin antara si
24
Muhamad Taufik Makaro, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jakarta, PT Rineka Cipta, hal 121