Anda di halaman 1dari 21

A.

KEJAHATAN TERHADAP NEGARA


Bab 1 – Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
Pasal 104
Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan
kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 105
Pasal ini ditiadakan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1946, pasal VIII, butir 13.
Pasal 106
Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari wilayah negara, diancam dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 107
(1) Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
(2) Para pemimpin dan pengatur makar tersebbut dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 108
(1) Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun:
1. orang yang melawan pemerintah Indonesia dengan senjata;
2. orang yang dengan maksud melawan Pemerintah Indonesia menyerbu bersama-sama atau
menggabungkan diri pada gerombolan yang melawan Pemerintah dengan senjata.
(2) Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 109
Pasal ini ditiadakan berdasarkan S. 1930 No. 31.
Pasal 110
(1) Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan menurut pasal 104, 106, 107, dan 108
diancam berdasarkan ancaman pidana dalam pasal-pasal tersebut.
(2) Pidana yang sama diterapkan terhadap orang-orang yang dengan maksud berdasarkan pasal
104, 106, dan 108, mempersiapkan atau memperlancar kejahatan:
1. berusaha menggerakkan orang lain untuk melakukan, menyuruh melakukan atau turut
serta melakukan agar memberi bantuan pada waktu melakukan atau memberi kesempatan,
sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan;
2. berusaha memperoleh kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan
bagi diri sendiri atua orang lain;
3. memiliki persediaan barang-barang yang diketahuinya berguna untuk melakukan
kejahatan;
4. mempersiapkan atau memiliki rencana untuk melaksanakan kejahatan yang bertujuan
untuk memberitahukan kepada orang lain;
5. berusaha mencegah, merintangi atau menggagalkan tindakan yang diadakan pemerintah
untuk mencegah atau menindas pelaksanaan kejahatan.
(3) Barang-barang sebagaimana dimaksud dalam butir 3 ayat sebelumnya, dapat dirampas.
(4) Tidak dipidana barang siapa yang ternyata bermaksud hanya mempersiapkan atau
memperlancar perubahan ketatanegaraan dalam artian umum.
(5) Jika dalam salah satu hal seperti yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 pasal ini, kejahatan
sungguh terjadi, pidananya dapat dilipatkan dua kali.
Pasal 111
(1) Barang siapa mengadakan hubungan dengan negara asing dengan maksud menggerakkannya
untuk melakukan perbuatan permusuhan atau perang terhadap negara, memperkuat niat mereka,
menjanjikan bantuan atau membantu mempersiapkan mereka untuk melakukan perbuatann
permufakatan atua perang terhadap negara, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.
(2) Jika perbuatan permusuhan dilakukan atau terjadi perang, diancam dengan pidana mati atua
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 111 bis
(1) Dengan pidana penjara paling lama enam tahun diancam:
1. barang siapa mengadakan hubungan dengan orang atau badan yang berkedudukan di luar
Indonesia, dengan maksud untuk menggerakan orang atau badan itu supaya membantu
mempersiapkan, memperlancar atau menggerakkan untuk menggulingkan pemerintah,
untuk memperkuat niat orang atau badan itu atau menjanjikan atau memberi bantuan
kepada orang atau badan itu atau menyiapkan, memperlancar atau menggerakkan
penggulingan pemerintah;
2. barang siapa memaksudkan suatu benda yang dapat digunakan untuk memberi bantuan
material dalam mempersiapkan, memperlancar atau menggerakkan penggulingan
pemerintah, sedangkan diketahuinya atau ada alasan kuat untuk memnduga bahwa benda
tersebut akan dipergunakan untuk perbuatan tersebut;
3. orang yang mempunyai atau mengadakan perjanjian mengenai suatu benda yang dapat
dipergunakan untuk memberikan bantuan material dalam mempersiapkan, memperlancar
atau menggerakkan penggulingan pemerintah, sedangkan diketahuinya atau ada alasan
baginya untuk menduga bahwa benda itu akan dipergunakan untuk perbuatan tersebut atau
benda itu atau barang lainsebagai penggantinya, dimaksudkan dengan tujuan tersebut atau
untuk untuk diperuntukkan bagi tujuan itu oleh orang atau benda yang berkedudukan di
luar Indonesia.
(2) Benda-benda yang dengan mana atau yang ada hubungan dengan ayat 1 ke-2 dan ke-3 yang
dipakai untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas.
Pasal 112
Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau keterangan-
keterangan yang diketahuinya bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara, atau dengan
sengaja memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 113
(1) Barang siapa dengan sengaja, untuk seluruhnya atau sebagian mengumumkan, atau
memberitahukan maupun menyerahkan kepada orang yang tidak berwenang mengetahui, surat-
surat, peta-peta, rencana-rencana, gambar-gambar atau benda-benda yang bersifat rahasia yang
bersangkutan dengan pertahanan atau keamanan Indonesia terhadap serangan dari luar, yang ada
padanya atau yang isinya, bentuknya atau susunanya benda- benda itu diketahui olehnya,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika surat-surat atau benda-benda ada pada yang bersalah, atau pengetahuannya tentang itu
karena pencariannya, pidananya dapat ditambah sepertiga.
Pasal 114
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan surat-surat atau benda- benda
rahasia sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 113 harus menjadi tugasnya untuk
menyimpan atau menaruhnya, bentuk atau susunannya atau seluruh atau sebagian diketahui oleh
umum atau dikuasai atau diketahui oleh orang lain (atau) tidak berwenang mengetahui, diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana kurungan paling lama satu
tahun atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 115
Barang siapa melihat atua membaca surat-surat atau benda-benda rahasia sebagaimana dimaksud
dalam pasal 113, untuk seluruhnya atau sebagian, sedangkan diketahui atau selayaknya harus
diduganya bahwa benda-benda itu tidak dimaksud untuk diketahui olehnya, begitu pula jika
membuat atau menyuruh membuat salinan atau ikhtisar dengan huruf atau dalam bahasa apa pun
juga, membuat atau menyuruh buat teraan, gambaran atau jika tidak menyerahkan benda-benda
itu kepada pejabat kehakiman, kepolisian atau pamongh praja, dalam hal benda-benda itu ke
tangannya, diancam dengan pidana penjara palling lama tiga tahun.
Pasal 116
Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan sebagaimana diamksud dalam pasal 113 dan 115,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun.
Pasal 117
Diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah, barang siapa tanpa wenang:
1. dengan sengaja memasuki bangunan Angkatan Darat atau Angkatan Laut, atau memasuki
kapal perang melalui jalan yang bukan jalan biasa;
2. dengan sengaja memasuki daerah, yang oleh Presiden atau atas namanya, atau oleh
penguasa tentara ditentukan sebagai daerah tentara yang dilarang;
3. dengan sengaja membuat, mengumpulkan, mempunyai, menyimpan, menyembunyikan
atau mangangkut gambat potret atau gambar tangan maupun keterangan-keterangan atau
petunjuk-petunjuk lain mengenai daerah seperti tersebut dalam pasal ke-2, beserta segala
sesuatu yang ada di situ.
Pasal 118
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau denda sembilan ribu rupiah, barang
siapa tanpa wenang, sengaja membuat, mengumpulkan, mempunyai, menyimpan,
menyembunyikan atau petunjuk-petunjuk lain mengenai sesuatu hal yang bersangkutan dengan
kepentingan tentara.
Pasal 119
Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun:
1. barang siapa memberi pondokan kepada orang lain, yang diketahuinya mempunyai niat
atau sedang mencoba untuk mengetahui benda-benda rahasia seperti tersebut dalam pasal
113, padahal tidak wenang untuk itu, atau mempunyai niat atau sedang mencoba untuk
mengetahui letak, bentuk, susunan, persenjataan, perbekalan, perlengkapan mesin, atau
kekuatan orang dari bangunan pertahanan atau sesuatu hal lain yang bersangkutan dengan
kepentingan tentara;
2. barang siapa menyembunyikan benda-benda yang diketahuinya behawa dengan cara
apapun juga, akan diperlukan dalam melaksanakan niat seperti tersebut pada ke-1.
Pasal 120
Jika kejahatan tersebut pasal 113, 115, 117, 118, 119 dilakukan dengan akal curang seperti
penyesatan, menyamakan, pemakaian nama atau kedudukan palsu, atau dengan menawarkan
atau menerima, membayangkan atau menjanjikan hadiah, keuntungan atau upah dalam bentuk
apapun juga, atau dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, maka pidana hilang
kemerdekaan dapat diperberat lipat dua.
Pasal 121
Barang siapa ditugaskan pemerintah untuk berunding dengan suatu negara asing, dengan sengaja
merugikan negara, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 122
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. barang siapa dalam masa perang yang tidak menyangkut Indonesia, dengan sengaja
melakukan perbuatan yang membahayakan kenetralan negara, atau dengan sengaja
melanggar suatu aturan yang dikeluarkan dan diumumkan oleh pemerintah, khusus untuk
mempertahankan kenetralan tersebut;
2. barang siapa dalam masa perang dengan sengaja melanggar aturan yang dikeluarkan dan
diumumkan oleh pemerintah guna keselamatan negara.
Pasal 123
Seorang warga negara Indonesia yang dengan suka rela masuk tentara negara asing, padahal ia
mengetahui bahwa negara itu sedang perang dengan negara Indonesia, atau akan menghadapi
perang dengan Indonesia, diancam dalam hal terakhir jika pecah perang, denga pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 124
(1) Barang siapa dalam masa perang dengan sengaja memberi bantuan kepada musuh atau
merugikan negara terhadap musuh, diancam dengan pidana penjara lima belas tahun.
(2) Diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu atau paling lama
dua puluh tahun jika si pembuat:
1. memberitahukan atau memberikan kepada musuh peta, rencana, gambar, atau penulisan
mengenai bangunan-bangunan tentara;
2. menjadi mata-mata musuh, atau memberikan pondokan kepadanya.
(3) Pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh
tahun dijatuhkan jika si pembuat:
1. memberitahukan atau menyerahkan kepada musuh, menghancurkan atau merusakkan
sesuatu tempat atau pos yang diperkuat atau diduduki, suatu alat perhubungan, gudang
persediaan perang, atau kas perang ataupun Angkatan Laut, Angkatan Darat atau bagian
daripadanya, merintangi, menghalang-halangi atau menggagalkan suatu untuk
menggenangi air atau karya tentara lainya yang direncanakan atau diselenggarakan untuk
menangkis atau menyerang;
2. menyebabkan atau memperlancar timbulnya huru-hara, pemberontakan atau desersi
dikalangan Angkatan Perang.
Pasal 125
Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 124,
diancam dengan pidana paling lama enam tahun.
Pasal 126
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun barang siapa dalam masa perang, tidak
dengan maksud membantu musuh atau merugikan negara sehingga menguntungkan musuh,
dengan sengaja:
1. memberikan pondokan kepada mata-mata musuh, menyembunyikannya atau
membantunya melarikan diri;
2. menggerakkan atau memperlancar pelarian (desersi) prajurit yang bertugas untuk negara.
Pasal 127
(1) Barang siapa dalam masa perang menjalankan tipu muslihat dalam penyerahan barang-
barang keperluan Angkatan Laut atau Angkatan Darat, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
(2) Diancam dengan pidana yang sama barang siapa diserahi mengawasi penyerahan barang-
barang, membiarkan tipu muslihat itu.
Pasal 128
(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal 104, dapat dipidana pencabutan hak-hak
berdasarkan pasal 35 no. 1-5.
(2) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal-pasal 106-108, 110-125, dapat dipidana
pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 no. 1-3.
(3) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal 127, yang bersalah dapat dilarang
menjalankan pencarian yang dijalankannya ketika melakukan kejahatan itu, dicabut hak- hak
berdasarkan pasal 35 no. 1-4, dan dapat diperintahkan supaya putusan hakim diumumkan.
Pasal 129
Pidana-pidana yang berdasarkan terhadap perbuatan-perbuatan dalam pasal-pasal 124-127,
diterapkan jika salah satu perbuatan dilakukan terhadap atua bersangkutan dengan negara sekutu
dalam perang bersama.
B. KEJAHATAN TERHADAP BARANG
A.    Pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal  362 KUHP
“Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
Bagian inti delik (delict bestanddelen) :
1. barangsiapa;
2. mengambil;
Kata mengambil (wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan dan jari-jari,
memegang barangnya, dan mengalihkannya ke lain tempat.Perbuatan mengambil juga diartikan
perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah kekuasaan yang melakukan atau yang
mengakibatkan barang berada di luar kekuasaan pemiliknya.Menurut HR tanggal 12 Nopember
1894 pengambilan telah selesai jika barang berada pada pelaku, sekalipun ia kemudian
melepaskan karena diketahui.sesuatu barang;
3. sesuatu barang
dalam pengertian sesuatu barang, tidak hanya yang mempunyai nilai ekonomis akan tetapi
termasuk juga yang mempunyai nilai non ekononomis seperti karcis kereta api yang telah
terpakai (HR 28 April 1930) dan sebuah kunci sehingga pelaku dapat memasuki rumah orang
lain (HR 25 Juli 1933).
4. barang itu seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;
Barang yang diambil oleh pelaku tidak perlu kepunyaan orang lain pada keseluruhannya, barang
itu bisa saja merupkan milik atau kepunyaan bersama antara korban dan pelaku.
5. dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.
Perbuatan mengambil barang orang lain itu dilakukan oleh pelaku untuk memilikinya yang
dikendaki tanpa hak atau kekuasaan pelaku. Dalam hal ini pelaku harus menyadari bahwa barang
yang diambilnya ialah milik orang lain.
B.     Pencurian dengan Pemberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 363 KUHP
 
 Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
o Pencurian ternak
o Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa
laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru
hara, pemberontakan atau bahaya perang;
o Pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak
dikehendaki oleh yang berhak;
o Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
o Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk sampai
pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat,
atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu
 Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir
4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pencurian yang dirumuskan dalam Pasal 363 KUHP disebut dengan Pencurian Berat yaitu
pencurian dalam bentuk pokok sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP ditambah
dengan unsur-unsur lain yang memberatkan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 363 Ayat (1)
KUHP dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Pencurian ternak; Obyek dari pencurian disini ialah berupa hewan ternak
2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut,
gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru hara,
pemberontakan atau bahaya perang; Keadaaan-keadaan tersebut diatas merupakan
keadaan bencana dan dapat dipastikan pada saat itu orang-orang dalam kondisi panik dan
cemas hingga mereka kurang memperhatikan barang-barang kepunyaannya. Oleh karena
itu dalam keadaan seperti itu akan mempermudah tindakan pencurian.
3. Pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak
dikehendaki oleh yang berhak; Rumah merupakan tempat kediaman atau tempat tinggal.
Disamping rumah, gerbong kereta api, perahu atau setiap bangunan yang dibuat
sedemikian rupa untuk tempat kediaman termasuk juga dalam pengertian rumah.
Pekarangan tertutup ialah sebidang tanah yang mempunyai tanda-tanda batas yang nyata
yang menunjukkan bahwa tanah dapat dibedakan dari bidang-bidang tanah sekelilingnya.
Tanda-tanda batas itu dapat juga berupa saluran air, tumpukan batu-batu, pagar bambu,
dsb.)
4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; Dalam hal ini
pencurian itu harus dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bekerja sama baik fisik
maupun psikis, artinya tindakan pencurian yang mereka lakukan haruslah didasarkan
pada kehendak bersama.
5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan atau untuk sampai pada
barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan
memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. Perintah palsu ialah
perintah yang seakan-akan asli dan seakan-akan dikeluarkan oleh orang yang berwenang
membuatnya berdasarkan UU atau peraturan lain, sedangkan pakaian jabatan palsu ialah
pakaian yang dipakai oleh seseorang yang seakan-akan orang itu berhak memakainya.
Pasal 365 KUHP
 Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan
maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap
tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta yang lain, atau untuk
tetap menguasai barang yang dicuri.
 Diancam dengan pidana paling lama dua belas tahun : Jika perbuatan dilakukan pada
waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan
umum, atau dalam kerta api, atau trem yang sedang berjalan.
o Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
o Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau
dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu.
o Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
 Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau
kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh
salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1 dan 3
Bagian inti delik (delict bestanddelen) pasal ini sama dengan delik pencurian biasa (Pasal 362
KUHP).
Ketentuan dalam Pasal 365 KUHP tidak berarti gabungan antara pencurian dengan delik
kekerasan yang lain meskipun dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Kekerasan dan ancaman kekerasan merupakan keadaan yang berkualifikasi. Maksudnya suatu
keadaan yang mengubah kualifikasi pencurian (biasa) menjadi pencurian dengan kekerasan
(sehari-hari disebut perampokan).
C. KEJAHATAN TERHADAP
Tindak pidana terhadap “Nyawa” dalam KUHP dimuat pada Bab XIX dengan judul “Kejahatan
Terhadap Nyawa Orang” yang diatur dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. Mengamati
pasal-pasal tersebut maka KUHP mengaturnya sebagai berikut:
 Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia.
 Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa anak yang sednag / baru dilahirkan.
 Kejahatan yang ditujukan terhadap anak yang masih dalam kandungan.
 
Dilihat dari segi “Kesengajaan” (dolus) maka tindak pidana terhadap nyawa ini terdiri atas:
 Yang dilakukan dengan sengaja.
 Yang dilakukan dengan sengaja disertai kejahatan berat.
 Yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu.
 Atas keinginan yang jelas dari yang dibunuh.
 Menganjurkan atau membantu orang untuk bunuh diri.
 
Kejahatan terhadap nyawa yang dimuat KUHP adalah sebagai berikut:
 Pembunuhan (Pasal 338)
 Pembunuhan dengan pemberatan (Pasal 339)
 Pembunuhan berencana (Pasal 340)
 Pembunuhan bayi oleh ibunya (Pasal 341)
 Pembunuhan bayi berencana (Pasal 342)
 Pembunuhan atas permintaan yang bersangkutan (Pasal 344)
 Membujuk / membantu oragng agar bunuh diri (Pasal 345)
 Pengguguran kandungan dengan izin ibunya (Pasal 346)
 Pengguguran kandungan tanpa izin ibunya (Pasal 347)
 Matinya kandungan dengan izin perempuan yang mengandungnya (Pasal 348)
 Dokter / Bidan / Tukang obat yang membantu pengguguran / matinya kandungannya
(Pasal 349).
Pada RUU – KUHP 1993, terhadap beberapa perubahan, antara lan sebagai berikut:
 Unsur sengaja pada pembunuhan, dihapuskan (Pasal 443)
 Pembunuhan berencana, dihapuskan
 Selain dari pada itu, pada RUU – KUHP 1993 tersebut, sanksi yang terberat adalah
hukuman penjara seumur hidup.
Terhadap sanksi-sanksi yang dimuat dalam KUHP maupun RUU – KUHP yang akan datang,
perlu dipertimbangkan dengan cermat sehingga penjatuhan hukuman / pidana atua perumusan
sanksi, benar-benar dirasakan masyarakat “Setimpal dengan kesalahannya”.
 
 
PEMBUNUHAN (MURDER)
Hal ini diatur oleh Pasal 338 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang dihukum karena bersalah
melakukan pembunuhan dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun”.
Unsur-unsur pembunuhan adalah:
 Barang siapa: ada orang tertentu yang melakukannya
 Dengan sengaja : dalam ilmu hukum pidana, dikenal 3 (tiga) jenis bentuk sengaja (dolus)
yakni:
o Sengaja sebagai maksud.
o Sengaja dengan keinsyafan pasti.
o Sengaja dengan keinsyafan kemungkinan / dolus eventualis.
o Menghilangkan nyawa orang lain.
Sebagian pakar mempergunakan istilah “Merampas jiwa orang lain”. Setiap perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan / merampas jiwa orang lain adalah pembunuhan.
Perbuatan yang mana yang dapat merampas / menghilangkan jiwa orang lain, menimbulkan
beberapa pendapat yakni:
 Teori Aequivalensi dari Von Buri yang disebut juga Teori Conditio Sine Qua Non yang
menyamaratakan semua factor yang turut serta menyebabkan suatu akibat.
 Teori Adaequate dari Van Kries yang juga disebut dengan teori keseimbangan yakni
perbuatan yang seimbang dengan akibat.
 Teori Individualis dan Teori Generalis dari Dr. T. Trager yang pada dasarnya
mengutarakan bahwa yang paling menentukan terjadinya akibat tersebut itulah yang
menyebabkan, sedang menurut Teori Generalisasi, berusaha memisahkan setiap aktor
yang menyebabkan akibat tersebut.
Pada teks RUU-KUHP 1993 masih menggunakan istilah “Merampas Nyawa Barang Lain”.
Rumusan tersebut, perlu mendapat perhatian, karena dengan kata “Membunuh” persepsi
masyarakat umum, telah jelas.
Kata “Murder” pada “The Lexicon Webster Dictionary”, dimuat artinya sebagai berikut:
“The act of unlawfully killing a human being being by another human with premeditated
malice”. “The act of unlawfully” (perbuatan melawan hukum) seyoginya dimuat dalam rumusan
“pembunuhan” sebab jika membunuh tersebut dilakukan dengan tanpa melawan huku, misalnya,
melaksanakan hukuman mati, maka hal tersebut bukan “Pembunuhan”.
Kata-kata “Menghilangkan nyawa orang lain” atau “merampas nyawa orang lain”, sudah saatnya
dipikirkan untuk diganti dengan istilah yang lebih realistis.
 
 
PEMBUNUHAN DENGAN PEMBERATAN
Hal ini diatur oleh Pasal 339 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan yang yang dilakukan
dengan maksud untuk memudahkan pembuatan itu, atau jika tertangkap tanga, untuk
melepaskan diri sendiri atau pesertanya daripada hukuman, atau supaya barang yang
didapatnya dengan melawan hukum tetap ada dalam tangannya, dihukum dengan hukuman
penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.
Perbedaaan dengan pembunuhan Pasal 338 KUHP ialah : “diikuti, disertai, atau didahului oleh
kejahatan.”
Kata “diikuti” dimaksudkan diikuti kejahatan lain. Pembunuhan itu dimaksud untuk
mempersipakan dilakukannya kejahatan lain”. Misalnya: A hendak membunuh B; tetapi karena
B dikawal P maka A lebih dahulu menembak P, baru kemudian membunuh B.
Kata “disertai” dimaksudkan, disertai kejahatan lain: pembunuhan itu dimaksudkan untuk
mempermudah terlaksananya kejahatan lain itu. Misalnya: C hendak membongkar sebuah bank.
Karena bank tersebut ada penjaganya, maka C lebih dahulu membunuh penjaganya.
Teks Pasal 339 KUHP tersebut, diambil alih oleh RUU – KUHP 1993 dan tampaknya
perumusannya tidak berubah kecuali sanksinya yang memuat sanksi paling rendah yakni 5
(Lima) tahun. Ancaman hukuman (sanksi) bagi pembunuhan yang dilakukan dengan pemberatan
tersebut, perlu dikaji ulang secara sermata dengan mempedomani Pancasila, khususnya dalam
pelaksanaan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang wajib tidak membenci sesama
manusia sehingga penilaian terhadap “Jiwa” atau “Nyawa” manusi tidka boleh lebih rendah
nilainya dari harta atau kekayaan. Tampaknya akhir-akhir ini tendensi pengutamaan materi atau
harta kekayaan semakin kuat sehingga penilaian terhadap nyawa atau jiwa manusia,
mempelihatkan kecenderungan menurun. Hal yang demikan sudah saatnya diwaspadai.
PEMBUNUHAN BERENCANA
Hal ini diatur oleh Pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu menghilangkan nyawa orang
lain dihukum karena salahnya pembunuhan berencana, dengan hukuman mati atau hukuman
seumur hidup atau penjara semenatra selama-lamanya dua puluh tahun”.
Pengertian “Dengan rencana lebih dahulu” menurut M.v.T. pembentukan Pasal 340 diutarakan,
antara lain:
“Dengan rencana lebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan tenang dan berpikir dengan
tenang. Untuk itu sudah cukup jika si pelaku berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia
akan melakukan kejahatan sehingga ia menyadari apa yang dilakukannya.
Mr.M.H. Tirtaamidjaja mengutarakan “direncanakan lebih dahulu” antara lain sebagai berikut:
“bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk mempertimbangkan, untuk
berpikir dengan tenang”.
PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBUNYA
Hal ini diatur oleh Pasal 341 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau
tidak berapa lama sesudah melahirkan karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak
dihukum karena pembunuhan anak dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun”.
Pasal ini oleh RUU-KUHP 1993, diambil alih pada Pasal 444 (19.02). Pada penjelasan resmi,
antara lain diutarakan:
keadaan kejiwaan (psikologik) si wanita pada saat itu maka suatu ancaman pidana yang lebih
ringan adalah wajar. Tidaklah relevan disini untuk membedakan apakah wanita itu sudah
menikah (kawin) atau belum. Redaksi pasal ini mensyaratkan bahwa bayi yang dilahirkan
haruslah dalam keadaan hidup. Untuk menentukan hal itu, wajib dimintakan visum dari yang
berwenang. Apabila bayi itu dilahirkan dalam keadaan tidak bernyawa atau sudah mati, maka
Pasal 05.26 yang diterapkan”.
Pada penanganan kasus pembunuhan bayi oleh ibunya, agar diarahkan atau disubsidairkan
dengan Pasal 181 KUHP. Hal ini perlu, jika pada pemeriksaan persidangan ternyata bayi tersebut
telah meninggal dalam kandungan.
 
 
PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBUNYA SECARA BERENCANA
Hal ini diatur oleh Pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambil sebab takut
ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu
pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian daripada itu dihukum karena membunuh bayi
secara berencana dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun”.
Pasal 342 KUHP dengan Pasal 341 KUHP bedanya adalah bahwa Pasal 342 KUHP, telah
direncanakan lebih dahulu artinya sebelum melahirkan bayi tersebut, telah dipikirkan dan telah
ditentukan cara-cara melakukan pembunuhan itu dan mempersiapkan alat-alatnya. Tetapi
pembunhan bayi yang baru lahir, tidak memerlukan peralatan khusus sehingga sangat rumit
untuk membedakan dengan Pasal 341 KUHP khususnya dalam pembuktian karena keputusan
yang ditentukan hanya si ibu tersebut yang mengetahuinya dan baru dapat dibuktikan jika si ibu
tersebut telah mempersiapkan alat-alatnya. Hal ini yang dapat membuat dugaan bahwa RUU-
KUHP 1993, tidak memuat Pasal 342 KUHP. Bahwa kemungkinan terjadi pelanggaran Pasal
342 KUHP, masih tetap ada dan jika dapat dibuktikan bahwa “pembunuhan bayi tersebut
dilakukan secara berencana” maka wajar jika diancam dengan hukuman yang lebih berat. Oleh
karena itu, perlu dikaji ulang tentang penghapusan Pasal 342 KUHP. Sebaiknya Pasal 341 dan
Pasal 342 dirumuskan dalam satu pasal yang terdiri dari ayat (1) dan ayat (2).
 
 
PEMBUNUHAN ATAS PERMINTAAN SENDIRI
Hal ini diatur oleh Pasal 344 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang lain itu sendiri, yang
disebutkan dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas
tahun”.
Pasal 344 KUHP, diambil alih RUU-KUHP 1993 pada Pasal 445 (19.02). Untuk jelasnya perlu
diamati penjelasan resmi Pasal 19.02 yang rumusannya sebagai berikut:
“Pasal ini hampir sama dengan Pasal 344 KUHP lama. Pasal ini menunjuk pada bentuk
euthanasia aktif. Tidak dirumuskan bentuk euthanasia pasif, oleh karena dunia kedokteran dan
masyarakat tidak menganggap hal itu sebagai perbuatan anti sosial. Meskipun ada kata-kata “atas
permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati”, namun perbuatan
itu tetap diancam dengan pidana. Hal ini untuk mencegah kemungkinan yang tidak dikehendaki.
Misalnya, oleh si pembuat justru diciptakan suatu keadaan yang demikian rupa sehingga timbul
permintaan untuk merampas nyawa dari yang bersangkutan. Ancaman pidana disini tidak
ditunjukan terhadap kehidupan seseorang, melainkan ditujukan terhadap penghormatan
kehidupan manusia pada umumnya, meskipun dalam kondisi pasal ini, orang tersebut sangatlah
menderita, baik secara fisik, maupun secara rohani”.
 
 
PENGANJURAN AGAR BUNUH DIRI
Hal ini diatur oleh Pasal 345 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang suapya membunuh diri, atau menolongnya
dalam perbuatan itu, atau memberi ikhtiar kepadanya untuk itu, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya empat tahun, kalau jadi orangnya bunuh diri”.
Pada RUU-KUHP 1993, pasal ini diambil alih pada Pasal 446 (19.04) yang penjelasan resminya
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal ini hampir sama dengan Pasal 345 KUHP lama. Diadakannya pasal ini berdasarkan
pertimbangan terhadap penghormatan kehidupan manusia. Apabila orang yang didorong atau
yang ditolong untuk bunuh diri itu, tidak mati, maka yang mendorong atau menolong, tidak kena
ancaman pidana pasal ini. Dalam hubungan ini, perhatikan kata-kata pada akhir redaksi pasal ini
“……………kalau orang itu jadi bunuh diri”. Hal tidak dikenal ancaman pidana dalam pasal ini
kalau orang itu tidak jadi bunuh diri, didasarkan atas pertimbangan bahwa bunuh diri bukanlah
suatu tindak pidana. Oleh sebab itu, percobaan yang bertalian dengan kualifikasi pasal ini, tidak
diancam dengan pidana”.
 
 
PENGGUGURAN KANDUNGAN
Kata “pengguguran kandungan” adalah terjemahan dari kata “abortus provocatur” yang dalam
Kamus Kedokteran diterjemahkan dengan : “membuat keguguran”. Pengguguran kandungan
diatur dalam KUHP pleh Pasal-pasal 346, 347, 348, dan 349. jika diamati pasal-pasal tersebut
maka akan dapat diketahui bahwa ada 3 (tiga) unsur atau faktor pada kasus pengguguran
kandungan yakni:
– Janin
– Ibu yang mengandung
– Orang ketiga yaitu yang terlibat pada pengguguran tersebut.
Tujuan pasal-pasal tersebut adalah untuk melindungi janin. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia dimuat arti “janin” sebagai berikut: “1. Bakal bayi (masih di kandungan) 2. Embrio
setelah melebihi umur 2 bulan.”
Pengaturan KUHP mengenai “pengguguran kandungan” adalah sebagai berikut:
a. Pengguguran Kandungan oleh si Ibu
Hal ini diatur oleh Pasal 346 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
“Perempuan dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh
orang lain menyebabkan itu dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.”
Pada RUU-KUHP 1993, pasal ini diambil alih pada Pasal 447 (19.05) ayat (1).
b. Pengguguran Kandungan oleh Orang Lain Tanpa Izin Perempuan yang Mengandung
Hal ini diatur Pasal 347 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
 Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang
perempuan tidak dengan izin perempuan itu, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya dua belas tahun.
 Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun.
c. Pengguguran Kandungan dengan Izin Perempuan yang Mengandungnya

Hal ini diatur oleh Pasal 348 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
 Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mata kandungan seorang
perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya lima tahun enam bulan.
 Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya tujuh tahun.
RUU-KUHP 1993 mengambil alih Pasal ini pada Pasal 448 (19.06). Perlu pula diperhatikan
Pasal-pasal 349 dan 350 KUHP yang memuat pemberatan-pemberatan hukuman. Pasal-pasal ini
pun diambil alih oleh RUU-KUHP 1993 pada pasal 449 (19.07) dan Pasal 450 (19.08). Untuk
jelasnya perlu diperhatikan penjelasan resmi pasal-pasal tersebut, yang bunyinya, antara lain
sebagai berikut:
“Pasal ini hampir sama dengan Pasal 349 KUHP lama. Oleh karena perbuatan-perbuatan seperti
yang dimaksud dalam Pasal-pasal 19.05 dan 19.06 diancam dengan pidana maka seudah
seharusnya apabila dokter, bidan, atau juru obat yang melakukan atau membantu melakukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang itu, juga diancam dengan pidana. Mengingat tujuan dan sifat
pekerjaan (profesi) mereka demikian mulia, wajarlah kalau ancaman pidana terhadap mereka
dapat ditambah dengan sepertiga serta dapat dicabut hak mereka untu berpraktek. Ancaman pasal
ini tidak berlaku terhadap dokter yang melakukan abortus provocatus dengan pertimbangan
medis.
Pasal 450 (19.08) (350 KUHP)
“Pasal ini hampir sama dengan Pasal 350 KUHP. Dasar hukum dari pasal ini pada dasarnya sama
dengan maksud dan tujuan dari Pasal 19.07. bedanya, yaitu, tidak ditambah (ancaman) pidana
dengan sepertiga, melainkan dicabut hak-hak tertentu.

Anda mungkin juga menyukai