KEWARGANEGARAAN
Tentang :
Oleh :
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. KONSTITUSI
2.1 Pengertian Konstitusi
Konstitusi bangsa Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar
1945 merupakan instrument perubahan sosial, salah satu yang
mengatur tentang perubahan sosial adalah Pasal 28 H ayat (1)
UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Konstitusi adalah hukum dasar tertulis yang dijadikan
pegangan dalam penyelenggaraan suatu Negara, konstitusi dapat
berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang
Dasar dan dapat pula tidak tertulis. 1 Konstitusi sebagai hukum
dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara dapat berupa konstitusi tertulis dan konstitusi tidak
tertulis. Dalam hal konstitusi terstulis, hampir semua negara di
dunia memilikinya yang lajim disebut undang-undang dasar
(UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai pembentukan,
pembagian wewenang dan cara bekerja berbagai lembaga
kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.
1
Jimly Asshiddiqie, (2010), Konstitusi dan Konstituasonalisme Indonesia: edisi kedua, Sinar Grafika.
Jakarta, hlm.29
2. Herman Heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD.
Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan
politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang
terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai
kedudukan nyata di dalam masyarakat, misalnya kepala negara
angkatan perang, partai politik, dsb.
2
Menurut C.F. Strong
menghormati HAM dan berhak mendapatkan perlindungan
dalam melakukan haknya.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan
bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Selain
memberikan batasan-batasan untuk penguasa dalam
menjalankan kekuasaanya, hal ini juga bertujuan untuk
memberikan pedoman bagi penyelenggara negara agar negara
dapat berdiri kokoh
2.3 Nilai-Nilai Konstitusi
Nilai konstitusi yaitu:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima
oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya
berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku
dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum
tetaplah berlaku, tetapi tidak sempurna. Ketidaksempurnaan
itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku / tidak
seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku
bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya
untuk kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi
kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat
untuk melaksanakan kekuasaan politik.
B. KONSTITUSIONALISME
2.4 Pengertian Konstitusionalisme
Konstitusionalisme adalah suatu konsep atau gagasan
yang berpendapat bahwa kekuasaan pemerintah perlu dibatasi,
agar penyelenggaraan negara tidak sewenang-wenang
atau otoriter.
Sesungguhnya konstitusionalisme adalah suatu paham
yang sudah sangat tua, yang hadir sebelum lahirnya gagasan
tentang konstitusi. Terbukti konstitusionalisme sudah menjadi
anutan semenjak pemerintahan polis— negara kota jaman
Yunani Kuno, masa Romawi Kuno, dan sejarah kekhalifahan
Islam, sebagaimana terungkap dalam Piagam Madinah.
Sederhananya konstitusionalisme dihadirkan dengan tujuan
untuk menjaga berjalannya pemerintahan secara tertib.
Meskipun telah tua usianya, akan tetapi konstitusionalisme
masih menjadi satu paham yang paling efektif untuk mengelola
kekuasaan pada masa modern saat ini.
Ramlan Surbakti (2014) juga menjelaskan bahwa negara yang
menganut sistem pengendalian atas kekuasaan negara disebut
konstitusionalisme. Hal ini sekaligus mengantarkan kita pada
pemahaman bahwa pada dasarnya konstitusi atau Undang-
Undang Dasar (UUD) ada yang menganut paham
konstitusionalisme dan ada yang tidak.
Bagi negara yang UUDnya menganut konstitusionalisme berakar
dari prinsip untuk membatasi kekuasaan politik agar hak warga
negara tetap terjaga. Surbakti menjelaskan, “Konstitusionalisme
merupakan mekanisme sentral untuk mengendalikan kekuasaan
politik dan menjamin kebebasan warga negara.3
(Konstitusionalisme mengatur pelaksanaan rule of law
dalam hubungan individu dengan pemerintah.
Konstitusionalisme menghadirkan situasi yang dapat memupuk
rasa aman, karena adanya pembatasan terhadap wewenang
pemerintah yang telah ditentukan terlebih dahulu), kata Richard
Kay (Miriam Budiarjo, 2008:170).
Dalam hal aktualisasi nilai-nili konstitusionalisme dalam
sistem politik yang demokratis. Konstitusionalisme mendasari
gagasannya pada ide, kedaulatan hukum yang lahir
3
(Surbakti, 2014: 18).
dari konsensus yang melibatkan seluruh rakyat atau perwakilan
daripada rakyat untuk menyusun konstitusi yang menjadi
landasan kehidupan bernegara. Konstitusionalisme juga
menekankan pada aspek Kedaulatan Rakyat, karena menurut
cara pandang konstitusionalis, kekuasaan tertinggi ada pada
rakyat, dan negara harus bekerja untuk rakyat sesuai dengan
undang-undang yang telah diakui bersama.4
4
Mursalin, Mushlihin. "Pengertian Konstitusionalisme". Referensi Makalah (dalam bahasa Inggris).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Meskipun saya sebagai penulis menginginkan
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
saya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat saya harapkan sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya. Dan dengan ada makalah ini semoga para
pembaca bisa memahami bahwa ilmu dan pengetahuan memiliki
perbedan yang telah saya bahas dalam pembahasan di bab
sebelumnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/107733-ID-konstitusi-
dan-konstitusionalisme.pdf
https://limamenitbukapuasa.blogspot.com/2015/06/makalah-
konstitusi-indonesia.html
http://www.pojokwacana.com/pengertian-konstitusi-dan-
konstitusionalisme-serta-posisi-pentingnya-bagi-suatu-negara/
https://media.neliti.com/media/publications/107733-ID-konstitusi-
dan-konstitusionalisme.pdf
https://jdihn.go.id/files/414/342-553-1-SM.pdf