Anda di halaman 1dari 3

NAMA : BAGOES PRANATA NAGARA

NIM : 19.11.021761
MATA KULIAH : SISTEM ADMINISTRASI NKRI

PERANG TERHADAP KORUPSI MASIH BERLANGSUNG

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris adalah
corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam bahasa Belanda
disebut dengan coruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa
Indonesia. Korup berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya). Korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya).

Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak lama dengan menggunakan berbagai
cara, sanksi terhadap pelaku korupsi sudah diperberat, namun hampir setiap hari kita masih
membaca atau mendengar adanya berita mengenai korupsi. Berita mengenai operasi tangkap
tangan (OTT) terhadap pelaku korupsi masih sering terjadi. Yang cukup menggemparkan adalah
tertangkap tangannya 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang oleh KPK. Kemudian, tidak kalah
menggemparkannya adalah berita mengenai tertangkap tangannya anggota DPRD Kota Mataram
yang melakukan pemerasan terkait dengan dana bantuan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang
terdampak bencana gempa bumi Lombok, NTB. Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan, sebanyak 24 dari 36 provinsi sudah


terjaring kasus korupsi sepanjang tahun 2004 hingga 2020. Lembaga antirasuah itu mencatat
bahwa Jawa Barat (Jabar) menjadi provinsi dengan tingkat korupsi tertinggi. Mengacu catatan
KPK, secara beruntun kasus korupsi terbanyak kedua ada di Jawa Timur, Sumatera Utara, Riau
dan Kepulauan Riau, DKI Jakarta , Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Banten, Papua,
Kalimantan Timur, Bengkulu, Aceh,.Nusa Tenggara Barat, Jambi, Sulawesi Utara, Kalimantan
Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Tengah, Bali dan terakhir Sumatera Barat.
Perang terhadap korupsi merupakan focus yang sangat signifikan dalam suatu Negara
berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Salah satu
unsure yang sangat penting dari penegakan hokum dalam suatu Negara adalah perang terhadap
korupsi, karena korupsi merupakan penyakit kanker yang imun, meluas, permanent dan merusak
semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk perekonomian serta penataan ruang
wilayah. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam
darah, sehingga si empunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia
menginginkan dapat hidup terus.

Korupsi telah membuat lumpuh sebagian besar daya dan kekuatan yang dimiliki bangsa ini
untuk bangkit dari keterpurukan. Selama ini, program pemberantasan korupsi melalui pendekatan
konvensional telah divonis gagal dalam mengurangi tingginya korupsi yang terjadi. Kegagalan
demi kegagalan dalam memberantas korupsi menumbuhkan sebuah keyakinan bahwa, dalam
sebuah sistem tempat korupsi telah menjadi endemik, mekanisme penegakan hukum yang biasa
hanya akan menutupi pejabat negara yang korup. Institusi penegak hukum konvensional yang
bertindak menegakkan hukum semakin tidak berdaya dalam mendeteksi dan menuntut kasus-kasus
korupsi yang kian kompleks. Bahkan institusi-institusi tersebut telah menjadi bagian dari mata
rantai korupsi yang merajalela. Karena itu, kehadiran KPK seharusnya merupakan sebuah jawaban
bagi deadlock-nya upaya melawan korupsi. Namun pada kenyataannya terdapat berbagai
kelemahan yang ditemukan, salah satu yang mendasar adalah tidak mencukupinya basis analisis
untuk melihat akar dan problematika korupsi itu sendiri. Sehingga desain kebijakan dan program
pemberantasan korupsi yang dikembangkan oleh KPK dirasa kurang efektif, efisien, relevan, dan
berkelanjutan. Oleh itu dampak dampak korupsi semakin kian dirasakan oleh seluruh masyarakat,
seperti terhambatnya investasi dan pertumbuhan ekonomi, korupsi melemahkan kapasitas dan
kemampuan pemerintah dalam menjalankan program pembangunan, tentunya juga korupsi akan
menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan serta korupsi
berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak.

Sudah sangat jelas diketahui bahwa dimanapun berada istilah korupsi sudah sangat dikenal di
Negara – negara manapun terutama Indonesia, dan kita tahu bahwa dampak tindakan korupsi
sangat menyengsarakan, khususnya bagi kita sendiri, Bangsa Indonesia. Sebagai putra – putri
Bangsa Indonesia apakah kita tidak sedih, melihat saudara kita yang taraf ekonomi kebawah
( miskin) yang harus tinggal di lingkungan yang tidak selayaknya, dan bahkan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sulit, begitu sangat terlihat dampak korupsi dari kesenjangan Ekonomi.
Jelaslah, korupsi memeberi dampak yang buruk bagi kita semua.

Referensi:

Setiadi, Wicipto. 2008. KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya
Pemberantasan, Serta Regulasi). Diakses 6 November 2020.
file:///C:/Users/USER/Downloads/234-822-1-PB.pdf

Hermawan, Bayu. 2020. KPK: Provinsi Jabar Tertinggi Kasus Korupsi di Indonesia. Diakses 6
November 2020. https://republika.co.id/berita/qiimrl354/kpk-provinsi-jabar-tertinggi-kasus-
korupsi-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai