Anda di halaman 1dari 36

PENCEGAHAN DAN PENEMUAN

DINI GIZI BURUK PADA BALITA


KEKURANGAN GIZI PADA BALITA

Kekurangan gizi adalah suatu kondisi yang


dapat terjadi secara akut dan kronis
disebabkan oleh masukan zat gizi yang tidak
memadai, gangguan penyerapan dan/atau
metabolisme zat gizi akibat penyakit.

?
GIZI BURUK
Menurut WHO (2013), gizi buruk dibedakan menurut umur anak:

Usia kurang dari 6 bulan dengan BB/PB (atau BB/TB) kurang dari
-3 SD, atau edema bilateral yang bersifat pitting (tidak kembali setelah
ditekan).

Usia 6-59 bulan: dengan BB/PB (atau BB/TB) kurang dari -3 SD atau LiLA <
11,5 cm, atau edema bilateral yang bersifat pitting.
GIZI BURUK Kwashiorkor: Kekurangan Protein

Marasmus: Kekurangan Energi


Protein

GIZI BURUK
Gizi buruk adalah penyakit Gabungan Marasmus dan
gangguan gizi yang kwasdiarkor
merupakan bentuk terparah
.
dari proses kekurangan
Energi dan protein
Akar masalah gizi buruk
Keamanan dan Higiene dan sanitasi
Ketahanan pangan dan Kemiskinan dan ketersediaan air bersih lingkungan
gizi pendidikan

Penyebab gizi buruk dipengaruhi oleh beberapa faktor langsung yaitu ASUPAN GIZI dan
INFEKSI yang saling terkait.
Asupan makanan yang kurang disebabkan karena tidak tersedianya makanan secara adekuat,
anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, pola makan yang salah, serta anak sering
menderita sakit.
Kekurangan konsumsi makanan yang berlangsung lama, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pemeliharaan gizi anak, serta rendahnya kondisi kesehatan lingkungan, selain itu juga
dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, serta pola asuh yang kurang
memadai sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah balita dengan status gizi
Berdasarkan ada/tidaknya 2. Gizi buruk dengan komplikasi,
komplikasi, gizi buruk yang ditandai oleh : Anoreksia,
dikategorikan sebagai berikut. dehidrasi berat (muntah terus-
1. Gizi buruk tanpa komplikasi, menerus, diare), letargi atau
yang ditandai :
penurunan kesadaran, demam
a. Lingkar lengan atas (LiLA) <
11,5 cm untuk balita berusia 6-59
tinggi, pneumonia berat (sulit
bulan; bernafas atau bernafas cepat),
b. BB/PB (atau BB/TB) kurang anemia berat.
dari -3 SD;
c. Adanya edema bilateral
dengan derajat +1 atau +2.
GIZI KURANG
Sebelum mengalami gizi kurang, balita terlebih dahulu mengalami
keadaan yang disebut sebagai hambatan pertumbuhan (growth
faltering). Keadaan ini ditandai oleh berat badan yang: i) naik, tapi
tidak optimal; ii) tidak naik; atau iii) turun pada penimbangan
bulanan. Dalam upaya penemuan dini gizi buruk di masyarakat,
maka penemuan hambatan pertumbuhan inilah yang ditekankan, di
samping penemuan balita dengan gizi kurang.

Gizi kurang ditandai oleh satu atau lebih hal-hal sebagai berikut :
LILA berada di antara 11,5 cm sampai kurang dari 12,5 cm untuk balita
usia 6-59 bulan.
BB/PB (atau BB/TB) berada di antara -3 SD sampai kurang dari -2 SD.
Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi
di Bawah Usia 6 Bulan
• jangka panjang dan
● Gizi buruk pada bayi di bawah usia tidak langsung,
6 bulan dapat terjadi sejak di dalam
kandungan atau setelah lahir, atau
akibat adanya penyakit/kelainan
bawaan.
• jangka pendek
1. Jangka Panjang
Dan Tidak 2. Pencegahan Jangka
Langsung Pendeknya

Bersifat karena terkait dengan Pencegahan jangka pendeknya


status kesehatan dan kondisi adalah dengan memberikan
ibu sebelum/selama kehamilan kolostrum/IMD dan memenuhi
dan pada masa menyusui kebutuhan ASI, (ASI eksklusif).
serta faktor risiko lainnya.
Faktor Risiko Gizi Buruk Pada Usia < 6 Bulan

01 02 03 04

bayi lahir sebelum bayi lahir cukup Penyakit/kelainan Pola asuh yang
waktunya umur (37 minggu bawaan tidak
(preterm/prematur) atau lebih) menunjang
Tujuannya mengawal status gizi ibu dan janin/bayinya agar
tetap sehat sejak di dalam kandungan
(270 hari) sampai usia dua tahun (730 hari), melalui;

1 3

Pencegahan pernikahan Konseling pranikah


dini dan kehamilan pada 2
remaja puteri.

Pemberian tablet tambah


darah pada remaja puteri.
4 5

Peningkatan upaya Pelayanan antenatal


kepesertaan Keluarga sesuai dengan
Berencana (KB). standar,
LANJUTAN….

6 7
Pelayanan persalinan
Pemantauan dan stimulasi
dan nifas serta
tumbuh kembang anak.
kunjungan neonatal .
8

Pelayanan imunisasi dasar.


9 10

Pelayanan kesehatan bayi Upaya


penanggulangan
kelainan bawaan.
Pencegahan Gizi Buruk pada Balita 6-59 Bulan

kekurangan gizi pada balita 6-59 bulan


lebih banyak dipengaruhi oleh faktor luar
FAKTOR LUAR MELIPUTI
asupan makanan
01

kekebalan tubuh
02 terhadap infeksi

terpapar sumber
03 infeksi penyakit

ketersediaan jamban
keluarga dan air
04 bersih

kondisi lingkungan

05
Kebutuhan kalori pada balita berusia 6-59 bulan dengan
rincian sebagai berikut :

● ● Balita usia 12 – <24 bulan:


Balita usia 6 – < 9 bulan:
memerlukan 600 kkal/hari memerlukan 1100 kkal/hari
dengan porsi ASI 60-70%, dengan porsi ASI 30-40%,
porsi lemak 30-45% dari porsi lemak 30-45% dari
kebutuhan kalori dan kalori dari kebutuhan kalori dan kalori
MP-ASI 300 kkal. dari MP-ASI 550 kkal.

● ● Balita usia 24-59 bulan:


Balita usia 9 – <12 bulan:
memerlukan 800 kkal/hari kebutuhan kalorinya adalah
dengan porsi ASI 60-70%, 90 kkal/kg BB, porsi lemak
porsi lemak 30-45% dari 30-35% dari kebutuhan kalori
kebutuhan kalori dan kalori dari dan sisanya dipenuhi dari
MP-ASI 300 kkal. makanan keluarga.
Prinsip pencegahan kekurangan gizi pada
balita 6-59 bulan adalah:

1 4

Pembinaan secara aktif pada keluarga Pemantapan peran lintas sektor


dan masyarakat dengan edukasi dalam memberikan dukungan untuk
tentang pola asuh yang benar pada mencegah kekurangan gizi pada
anak, 2 3 balita

Pemanfaatan pelayanan Penapisan kekurangan gizi


kesehatan,tatalaksana balita sakit di pada balita oleh
tingkat pelayanan dasar (MTBS) dan kader/masyarakat
faskes rujukan sesuai standar, serta
SDIDTK.
1. Dampak Jangka 2. Dampak Jangka
Pendek Gizi buruk Panjang Gizi Buruk

Angka Kesakitan - Perawakan pendek


Angka Kematian - Menurunkan kecerdasan
Disabilitas - Mempengaruhi kekebalan
tubuh
- Produktivitas kerja
- Fungsi reproduksi
- Resiko Obesitas, Jantung,
Diabetes, Hipertensi
Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pada
Balita Gizi Kurang Usia 6-48 Bulan Terhadap Status
Gizi Di Wilayah Puskesmas Sei Tatas Kabupaten
Kapuas
Penelitian ini dilakukan oleh Edvina pada tahun 2015.

Tujuan : mengetahui pengaruh pemberian makanan


tambahan pada balita gizi kurang usia 6-48 bulan
terhadap status gizi di wilayah Puskesmas Sei Tatas
Kecamatan Pulau Petak Kabupaten Kapuas.

Rancangan pada penelitian ini adalah studi kohort


retrospektif
Subjek pada penelitian ini adalah semua balita usia 6
sampai 48 bulan sebanyak balita 35 orang. Analisis
yang digunakan adalah Uji Wilcoxon

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata berat badan


sebelum dan sesudah PMT sebesar 7,57 kg dan 8,67
kg. Ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah
PMT, yakni mengalami kenaikan sebesar 6,81% dari
berat badan sebelum pemberian PMT. Uji Wilcoxon
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang
usia 6–48 bulan terhadap status gizi di Wilayah
Puskesmas Sei Tatas Kabupaten Kapuas (p < 0,05).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
STATUS GIZI BURUK PADA BALITA DI KOTA
SEMARANG TAHUN 2017
(Studi di Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang)
Silvera Oktavia, Laksmi Widajanti, Ronny Aruben

JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017
(ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/in
dex.php/jkm
Faktor yg berhubungan dengan status gizi buruk pada
balita di Kota Semarang (Silvera Oktavia, Laksmi Widajanti, Ronny
Aruben 2017)

1 Faktor yang tidak


berhubungan :
Pengetahuan a. Pendidikan
4 b. Riwayat
BBLR
2 3
Infeksi
Tingkat Status ekonomi
kecukupan
energy dan
protein
Pembahasan ..........

Balita yang terkena penyakit infeksi


Status ekonomi erat kaitannya
cenderung mengalami penurunan berat
dengan daya beli dalam keluarga. Status
badan, hal ini dikarenakan terjadi ekonomi seseorang dipengaruhi oleh
pendapatan orang tersebut. Semakin tinggi
peningkatan metabolisme dalam tubuh
tingkat pendapatan responden, maka akan
balita dan biasanya juga diikuti penurunan
semakin beraneka ragam makanan yang
nafsu makan. Penurunan berat badan yang dikonsumsi dan akan semakin baik pula
nilai asupan makanan (energi) dari
terus menerus dapat menyebabkan
balitanya.
terjadinya penurunan status gizi.
Pembahasan ...........

Bayi dengan BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat karena pada
bayi dengan BBLR sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi pertumbuhan
interuterin serta mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat pada
organ-organ tubuhnya dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya, dan bayi BBLR
juga mengalami gangguan pencernanaan seperti kurang menyerap lemak dan
protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh .
FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI
BURUK PADA BALITA DI DUSUN
TERUMAN BANTUL

Ari Sulistyawati, Jurnal Kesehatan


Madani Medika, Vol 10, No 1, Juni
2019 (hal:13-19)
Lanjutan . Tabel 2. Hubungan Faktor-faktor Terhadap Status Gizi Balita
..
Variabel Nilai p
Hasil Penelitian

Riwayat sakit 0,066


Status pekerjaan ibu 0,229
Status Pendidikan ibu 0,751
Jenis kelamin 0,270
Jumlah anggota keluarga 0,047
Pengasuh utama 0,000
Pola pemenuhan gizi 0,332
Pola asuh 0,035
Berat badan lahir balita 0,695
Pola perawatan kesehatan balita 0,034
Pengetahuan ibu tentang gizi 0,423
Hasil Penelitian

Jumlah responden sebanyak 108 yang terdiri dari enam balita


dengan gizi buruk, dan 102 balita dengan gizi baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak status gizi buruk laki-laki
sama besarnya dengan perempuan, masing-masing tiga orang. Ibu
yang bekerja lebih tinggi pada kelompok balita dengan gizi buruk
sebesar 66.7%% (4) daripada balita dengan status gizi baik (53.7%).
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar balita dengan gizi buruk
memiliki riwayat sakit yang sama dengan balita dengan gizi baik. Namun hal ini tidak
diikuti dengan kualitas perawatan kesehatan anak yang lebih baik pada kelompok
balita dengan gizi buruk (33%).

 Pemenuhan kebutuhan gizi antara kelompok gizi buruk dan gizi baik memiliki
proporsi yang sama, sementara itu pengetahuan ibu tentang gizi lebih baik pada
kelompok anak gizi buruk. Bagi anak dengan gizi buruk, untuk mendapatkan gizi
yang baik nampaknya sangat dipengaruhi oleh pendapatan perkapita (Smith dan
Shively, 2019).
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH, POLA MAKAN DAN PENYAKIT
INFEKSI TERHADAP KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI
KABUPATEN MAGETAN 2016
Tabel Hubungan variabel bebas dengan
kejadian gizi buruk di Kabupaten Magetan

Variabel Kasus Kontrol P OR 95% CI


value
(n) (%) (n) (%)

Pola Asuh              
Kurang baik 33 61,1 20 18,5 0,000 6,914 3,327-
Baik 21 38,9 88 81,5 14,369
Pola makan              
Kurang baik 37 68,5 22 20,4 0,000 8,508 4,055-
Baik 17 31,5 86 79,6 17,850
Penyakit infeksi              
Ya 45 83,3 36 33,3 0,000 10,000 4.405-
Tidak 9 16,7 72 66,7 22,703
Status Ekonomi              
Rendah 36 66,7 33 30,6 0,000 4,545 2,261-9,139
(<UMR)
Tinggi (≥UMR) 18 33,3 75 69,4      
Hubungan antara Pola Asuh
dengan Kejadian Gizi buruk
Berdasarkan hasil wawancara
terkait pengasuhan anak pada
kasus gizi buruk sebanyak 18,52%
balita diasuh oleh orang lain,
sedangkan balita gizi normal
.
sebanyak 13,89% diasuh orang
lain. dapat diartikan bahwa pola
pengasuhan yang kurang baik
berisiko sebesar 6 kali untuk
mengalami gizi buruk
dibandingkan dengan pola
pengasuhan yang baik.
● Hubungan antara Pola Makan dengan
Kejadian Gizi buruk
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rahim (2011), Lutfiana (2013), dan Faiza dkk
(2007) bahwa ada hubungan antara pola
makan dengan kejadian gizi buruk pada
balita.Menurut Kartasapoetra (2010) dan
Nurlinda (2013), makanan yang diberikan
kepada anak harus memadai dalam hal
kuantitas maupun kualitas, sesuai dengan
umur atau tahap perkembangan anak.
Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Kejadian Gizi buruk
ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi dengan kejadian gizi buruk pada balita.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penyakit infeksi yang diderita balita
yaitu, diare, demam yang disertai flu dan batuk, bronkhitis, cacingan, campak, flu singapura. Ada juga
penyakit bawaan yang diderita oleh balita meliputi kelainan jantung, kelainan kongenital dan kelainan
mental.
Menurut Moehji (2003), balita merupakan usia yang rentan untuk menderita suatu infeksi. Hal ini
dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang belum matang. Penyakit infeksi yang menyerang anak dapat
mengganggu penyerapan asupan gizi, sehingga mendorong terjadinya gizi kurang dan gizi buruk.
Hubungan pola makan dengan
kejadian gizi buruk berdasarkan
stratifikasi status ekonomi

Menu makanan yang sembarangan sering


kali tidak seimbang dan harganya relatif
mahal. Jika ekonomi keluarga rendah,
maka sebisa mungkin pengeluaran untuk
makanan diperkecil dimana masih
mempertimbangkan kualitas dan gizi dari
makanan. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan lain yang
menyebabkan orang-orang tak mampu
membeli pangan dalam jumlah yang
diperlukan tubuh.
Sebagian besar pada kasus gizi buruk pola asuh balita
banyak yang kurang baik yaitu 33 orang (61,1%).
Sedangkan pada kontrol pola asuh cenderung baik yaitu
88 orang (81,5%)
Sebagian besar pada kasus gizi buruk pola makan balita
banyak yang kurang baik yaitu 37 orang (68,5%).
Sedangkan pada kontrol pola makan balita cenderung
baik yaitu 86 orang (79,6%).
Sebagian besar pada kasus gizi buruk banyak balita
yang menderita penyakit infeksi yaitu 45 balita (83,3%).
Sedangkan pada kontrol sebagian besar balita tidak
menderita penyakit infeksi yaitu 72 orang (66,7%).
Kesimpulan

Penyebab gizi buruk secara langsung yaitu


asupan makanan yang kurang,jika zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh dan penyakit infeksi yang
menyerang anak dapat menganggu penyerapan
asupan gizi.
Kedua penyebab langsung tersebut dipengaruhi
oleh tiga faktor yang merupakan penyebab
tidak langsung, yaitu
a. ketahanan pangan keluarga
b. pola pengasuhan anak dimana peranan
keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak
sangat menentukan tumbuh
kembang anak,
c. pelayanan kesehatan
Thank you !!!

Anda mungkin juga menyukai