Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIZI DAN DIET

PENGANTAR KONSEP DASAR GIZI DAN DIET

DISUSUN OLEH :

SOPIANTI

(PO72201211734 )

Dosen Pengajar :

Zulya Erda, STp.,Msi

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKES KEMENKES TANJUNGPINANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan
rahmat_Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
pengantar konsep dasar gizi dan diet disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah gizi
dan diet jurusan D3 keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis berterimakasih kepada dosen pengajar
mata kuliah ini yaitu ibu Zulya Erda, STp.,Msi yang telah membimbing, memotifasi dan
mendampingi kami dalam pembelajaran.Makalah ini berisi tentang konsep dasar gizi
dan diet Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini.Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tanjung pinang 25 juli 2022

Sopianti
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................

1.1 Latar belakang ..............................................................................................


1.2 Rumusan masalah.........................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................................

2.1 Sejarah perkembangan gizi dan


diet .............................................................

2.2 Masalah gizi


diindonesia ...............................................................................

2.3 Definisi gizi dan


diet.......................................................................................

2.4 zat
gizi............................................................................................................

BAB III
PENUTUP .............................................................................................................

3.1
kesimpulan ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seorang perawat akan selalu berhubungan dengan klien/pasien baik dalam


keadaan sehat maupun sakit. Tugas perawat mencakup bagaimana meningkatkan
status kesehatan pada semua klien/pasien yang sehat agar dapat mencapai status
kesehatan yang optimal, sedangkan bagi klien/pasien yang sakit, perawat membantu
pasien mencapai kesembuhannya. Aspek yang paling penting untuk dapat
meningkatkan kesehatan manusia serta penyembuhan penyakit adalah dengan
pemenuhan kebutuhan gizi. Jadi, untuk dapat membantu klien/pasien memenuhi
kebutuhan gizinya, kita harus memahami ilmu gizi. Mempelajari ilmu gizi tidak hanya
bermanfaat bagi profesi perawat tetapi juga bagi kita sebagai pribadi . Apabila kita
tidak memahami makanan yang dimakan akan menyebabkan penyakit atau
memperlambat proses penyembuhan, sebaliknya memahami makanan yang kita
makan meningkatkan kesehatan atau membantu menyembuhkan penyakit Bab ini
akan membantu Anda memahami konsep dasar ilmu gizi bagi perawat. Dasar ilmu gizi
yang akan dijelaskan pada bab ini meliputi pengantar ilmu gizi dan jenis-jenis zat gizi
untuk mengenalkan konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan gizi,dan bagaimana
perawat bisa melakukan penilaian status gizi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah perkembangan gizi dan diet ?

2. Apa saja masalah gizi di indonesia?

3. Apa definisi gizi dan diet ?


4. Apa yang dimaksud zat gizi ?

BABiII

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah perkembangan gizi dan diet

Gizi dari segi bahasa memiliki beberapa makna. Nutrition dari kata nutr menjadi
nurture yang memiliki makna pemberian makan yang baik. Dalam bahasa arab disebut
dengan ghiza yang artinya adalah makanan menyehatkan.  Dari beberapa arti kata
tersebut didapatkan pengertian ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari makanan serta
hubungannya dengan kesehatan individu. 

Sedangkan makna zat gizi adalah ikatan kimia yang menghasilkan energi
pembangun dan pemeliharaan jaringan di dalam tubuh serta pengatur proses
kehidupan. Setiap manusia pasti memiliki status gizi tubuhnya masing - masing, status
gizi sendiri artinya adalah keadaan tubuh individu masing - masing setelah
mengkonsumsi makanan.  Makanan, pangan, dan juga bahan makanan memiliki
makna yang berbeda - beda. Makanan adalah bahan non obat yang mengandung gizi
ataupun ikatan kimia yang akan diubah oleh setiap tubuh penerimanya menjadi zat gizi
untuk tubuh. Pangan memeiliki arti yaitu Semua bahan yang dijadikan makanan atau
dikonsumsi, termasuk obat dan makanan. Sedangkan untuk bahan makanan sendiri
artinya adalah bahan baku mentah yang digunakan untuk membuat masakan atau
makanan.

Gizi hadir pertama kali pada era gizi pangan yang ditandai dengan adanya
penemuan bahwa didalam makanan dan minuman terdapat zat yang mencegah
adanya rasa lapar dan haus yang memiliki manfaat untuk tubuh. Pada tahun 480
sebelum masehi kesehatan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu sistem tubuh dan
eksternal yaitu ekologi. Pada tahun 1535 ditemukan penyakit scurvy pada pelaut
prancis yang kemudian bisa disembuhkan dengan konsumsi jus spruce needles. Pada
tahun 1747 ditemukan bahwa vitamin c dapat menyembuhkan penyakit scurvy.

Gizi berkembang pada era gizi makro, dimana ada hasil penelitian bahwa zat
kimia dan biokimia pangan yang dikonsumsi dapat menghasilkan energi, karbohidrat,
lemak dan protein. Tahun 1785 Pembuktian oleh Antonie Lavoiser bahwa tubuh
manusia mendapat O2 atau oksigen dari udara sebagai proses metabolisme dan
kemudian menghasilkan energi, CO2, H2O. CO2 dan O2 yang dihasilkan dan
digunakan ada hubungannya dengan jumlah makanan yang dimakan dan juga aktivitas
fisik yang dilakukan. Gizi semakin meluas pada Era Gizi Mikro yaitu pada awal abad
20. Tahun 1912 ada penggunaan kata vitamin dan uji klinis bagi manusia. Tahun 1917
ada pemanfaatan suplementasi yodium di anak - anak sekolah Ohio dan menghasilkan
peristiwa awal mula penelitian atau analisis tentang mineral. 1945 ditemukan sintesis
vitamin B9.

Adapula era gizi molekuler yaitu dimana ditemukannya hubungan antara gizi,
kimia dan biologi. Tahun 1995 seorang peneliti yaitu Eagle menemukan fakta bahwa
sel membutuhkan beragam zat gizi. Pada Tahun 1951 hingga 1955 penelitian struktur
protein dan pengurutan asam amino insulin. Ditandai juga dengan kejadian tahun 1950
an yaitu ditemukan aktivitas dan fungsi mitokondria sebagai pembangkit energi.

Era selanjutnya yaitu Era nutrigenetik dan nutrigenomik, penelitian pemetaan


genom manusia pada tahun 1998 sampai 2005 yaitu nutrigenetik dan nutrigenomik. 

Nutrigenetik adalah hubungan respon atau ekspresi gen dengan diet, zat gizi,
komponen bioaktif pangan kemudian menghasilkan variasi genetik yang merespon zat
gizi secara spesifik. Sedangkan nutrigenomik adalah hubungan efek atau variasi diet,
zat gizi atau komponen bioaktif pangan dengan ekspresi gen, bagaimana zat gizi
mempengaruhi gen sehingga reversible.

 Era yang terakhir adalah era gizi holistik, ditandai dengan ekspresi yang
mementingkan pendekatan multidisiplin, multisektor, multi stake holder, contohnya
yaitu scalling up nutrition atau gerakan seribu hari pertama kehidupan atau 1000
HPK. Ada program gizi sensitif yang meliputi pertanian, fortifikasi pangan, air bersih,
sanitasi lingkungan, entas kemiskinan, jaminan sosial, dan masih banyak lagi. Gizi
holistik adalah pendekatan modern secara alami untuk menciptakan dan meralisasikan
gizi sehat dan baik dengan memfokuskan pada tubuh individu dan lingkungan mereka.

2. 2 Masalah gizi di indonesia

Dari berbagai sumber data, perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat


dikelompokkan menjadi 3, yaitu: Masalah gizi yang secara public health sudah
terkendali; Masalah yang belum dapat diselesaikan (un-finished); dan Masalah gizi
yang sudah meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat (emerging).
Masalah gizi lain yang juga mulai teridentifikasi dan perlu diperhatikan adalah
defisiensi vitamin D.

demikian disampaikan Menkes RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, saat
memaparkan “Arah Kebijakan Pembangunan Gizi di Indonesia”, pada kegiatan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke X tahun 2012 di Jakarta (20/11). Dalam
paparannya, Menkes menyatakan bahwa ada tiga masalah gizi yang sudah dapat
dikendalikan, yaitu Kekurangan Vitamin A pada anak Balita, Gangguan Akibat
Kurang Iodium dan Anemia Gizi pada anak 2-5 tahun.

Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak Balita sudah


dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin
A setiap 6 bulan, dan peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A.
Dua survei terakhir tahun 2007 dan 2011 menunjukkan, secara nasional proporsi
anak dengan serum retinol kurang dari 20 ug sudah di bawah batas masalah
kesehatan masyarakat, artinya masalah kurang vitamin A secara nasional tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Penanggulangan GAKI dilakukan sejak tahun 1994 dengan mewajibkan


semua garam yang beredar harus mengandung iodium sekurangnya 30 ppm. Data
status Iodium pada anak sekolah sebagai indikator gangguan akibat kurang
Iodium selama 10 tahun terakhir menunjukkan hasil yang konsisten. Median
Ekskresi Iodium dalam Urin (EIU) dari tiga survai terakhir berkisar antara 200-230
µg/L, dan proporsi anak dengan EIU <100 µg/L di bawah 20%. Secara nasional
masalah gangguan akibat kekurangan Iodium tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Masalah gizi ketiga yang sudah bisa dikendalikan adalah
anemia gizi pada anak 2-5 tahun. Prevalensi anemia pada anak mengalami
penurunan, yakni 51,5% (1995) menjadi 25,0% (2006) dan 17,6% (2011).

Selanjutnya, Menkes menjelaskan bahwa masalah gizi yang belum selesai


adalah masalah gizi kurang dan pendek (stunting). Pada tahun 2010 prevalensi
anak stunting 35.6 %, artinya 1 diantara tiga anak kita kemungkinan besar pendek.
Sementara prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% (1989), menjadi 17.9%
(2010). Dengan capaian ini target MDGs sasaran 1 yaitu menurunnya prevalensi
gizi kurang menjadi 15.5% pada tahun 2015 diperkirakan dapat dicapai.

“Disparitas masalah gizi kurang menurut propinsi sangat lebar. Beberapa


propinsi mengalami kemajuan pesat dan prevalensinya sudah relatif rendah, tetapi
beberapa propinsi lain prevalensi gizi kurang masih sangat tinggi”, kata Menkes.
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 mengungkapkan bahwa faktor pengetahuan,
perilaku masyarakat sangat berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang di
masyarakat. Data lain menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

Sementara itu, masalah gizi yang mengancam kesehatan masyarakat


(emerging) adalah gizi lebih. Hal ini merupakan masalah baru selama beberapa
tahun terakhir, yang menunjukkan kenaikan. Prevalensi gizi lebih, baik pada
kelompok anak-anak maupun dewasa meningkat hampir satu persen setiap tahun.
Prevalensi gizi lebih pada anak-anak dan dewasa, masing-masing 14,4% (2007)
dan 21,7% (2010). Di samping itu, Menkes menyebutkan bahwa secara umum
pola konsumsi pangan masih belum mencerminkan pola makan yang sesuai
dengan pedoman gizi seimbang. Karakteristik pola konsumsi pangan masyarakat
(Susenas, 2011), antara lain: Konsumsi kelompok minyak dan lemak, sudah diatas
anjuran kecukupan; Konsumsi sayur/buah baru mencapai 63,3%; Konsumsi
pangan hewani 62,1%; Konsumi kacang-kacangan 54%; Konsumsi umbi-umbian
35,8%; dan Kontribusi pangan olahan dalam pola makan sehari-hari sudah tinggi.
“Pola makan pangan yang tidak seimbang merupakan salah satu faktor risiko
utama penyakit degeneratif”, tandas Menkes

2. 3 Definisi gizi dan dan diet

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau
zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi
diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan
tenaga. (Djoko Pekik Irianto, 2006:

Diet berasal dari bahasa Yunani, yaitu diaita yang berarti cara hidup. Definisi
diet menurut tim kedokteran EGC tahun 1994 (dalam Hartantri, 1998) adalah
kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal makanan dan minuman yang dimakan
oleh seseorang dari hari ke hari, terutama yang khusus dirancang untuk mencapai
tujuan dan memasukkan atau mengeluarkan bahan makanan tertentu. Manurung
(dalam Wulandari, 2000) mengemukakan bahwa perubahan perilaku adalah hal
pertama yang harus dilakukan bagi mereka yang ingin menurunkan berat
badannya. Langkah selanjutnya dapat berupa aktivitas fisik (olahraga) dan diet
yang sehat, yaitu diet yang menyeimbangkan antara kebutuhan hidrat arang,
protein , vitamin , air dan mineral. Masukan makanan harus selalu cukup untuk
mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas
(kegemukan) karena makanan yang beragam mengandung berbagai bagian
protein - karbohidrat dan lemak. Keseimbangan metabolisme tubuh dapat disuplai
dengan bahan yang dibutuhkan (Guyton, 1992).
Berdasarkan pengertian tentang diet di atas, dapat dikatakan bahwa perilaku
diet merupakan bagian dari pola makan. Pola makan di sini khususnya adalah
perilaku makan pada setiap individu yang jelas berbeda. Perilaku ini merupakan
salah satu penentu tingkat kesehatan seseorang. Perilaku diet adalah perilaku
yang berusaha membatasi jumlah asupan makanan dan minuman yang jumlahnya
diperhitungkan untuk tujuan tertentu. Tujuan diet sendiri bermacam-macam hanya
tampaknya sebagian besar masyarakat mengasosiasikan diet sebagai penurunan
berat badan. Perilaku diet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku
yang ditempuh individu untuk memodifikasi jumlah asupan makanan dengan
tujuan menurunkan berat badan. Program diet kini tidak lagi hanya menjadi proyek
rumah sakit, namun juga merambah pada pusat kebugaran dan salon kecantikan.
Dengan banyaknya tawaran program sulit bagi konsumen untuk menentukan
program terbaik.
2. 4 zat gizi

Pengertian Zat Gizi

Definisi zat gizi adalah zat kimia yang dapat digunakan oleh organisme untuk
mempertahankan kegiatan metabolisme tubuhnya. Kegiatan metabolisme pada
manusia dan hewan lainnya termasuk penyediaan energi, pertumbuhan,
pembaruan jaringan, dan reproduksi. Beberapa bahan kimia yang berperan
sebagai zat gizi adalah karbohidrat, protein, asam lemak, vitamin dan mineral.
Bahan kimia seperti serat makanan dan metabolit sekunder tanaman merupakan
bagian dari makanan tetapi tidak diklasifikasikan sebagai zat gizi. Zat gizi adalah
senyawa dari makanan yang digunakan tubuh untuk fungsi fisiologis normal.
Definisi yang luas ini mencakup senyawa yang digunakan langsung untuk produksi
energi yang membantu dalam metabolisme (koenzim), untuk membangun struktur
tubuh atau untuk membantu dalam sel tertentu. Suatu zat gizi sangat penting
untuk organisme dalam kelangsungan siklus hidup dan terlibat dalam fungsi
organisme Dalam pengelompokannya, zat gizi dibagi berdasarkan fungsi dan
jumlah yang dibutuhkan. Berdasarkan fungsinya zat gizi

digolongkan kedalam “Triguna Makanan”. yaitu sebagai berikut:

1) Sumber zat tenaga, yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan,


seperti beras, jagung, ubi-ubian, kentang, sagu, roti, dan makanan yang
mengandung sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
2) Sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan. Zat pengatur
mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan
bekerjanya fungsi organ tubuh.

3) Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani, dan hasil


olahannya. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan makanan sumber zat pembangun
yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil
olahannya. Zat pembangun berperan sangat penting untuK pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan seseorang .Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh
tubuh, zat gizi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut:

1) Zat Gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi
energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram (g).
Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein.

2) Zat Gizi Mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat
berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit,
tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Zat
gizi mikro menggunakan satuan miligram (mg) untuk sebagian besar mineral

dan vitamin1

b. Klasifikasi Zat Gizi

Dalam ilmu gizi dikenal lima macam zat gizi, yaitu karbohidrat,

lemak, protein, mineral dan vitamin.

1) Karbohidrat

Karbobidrat merupakan zat gizi makro yang meliputi gula, pati dan serat. Gula dan
pati memasok energi berupa glukosa, yaitu sumber energi utama untuk sel-sel
darah merah, otak, sistem saraf pusat, plasenta dan janin. Glukosa dapat pula
disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati dan otot, atau diubah menjadi lemak
tubuh ketika energi dalam tubuh berlebih. Gula tergolong jenis karbohidrat yang
cepat dicerna dan diserap dalam aliran darah sehingga dapat langsung digunakan
tubuh sebagai energi. Pati termasuk jenis karbohidrat yang lama dicerna dan
diserap darah, karena perlu dipecah dulu oleh enzim pencernaan menjadi gula,
sebelum dapat digunakan tubuh sebagai energi, tetapi ada beberapa jenis pati
yang tahan terhadap enzim pencernaan.

2) Protein

Protein merupakan komponen struktur utama seluruh sel tubuh dan berfungsi
sebagai enzim, hormon, dan molekul-molekul penting lain. Protein dikenal sebagai
zat gizi yang unik sebab menyediakan asam-asam amino esensial untuk
membangun sel-sel tubuh maupun sumber energi. Karena menyediakan "bahan
baku" untuk membangun tubuh, protein disebut zat pembangun. Protein terbentuk
dari asam-asam amino dan bila asamasam amino tersebut tidak berada dalam
keseimbangan yang tepat, kemampuan tubuh untuk menggunakan protein akan
terpengaruh. Jika asam-asam amino yang dibutuhkan ntuk sintesis protein
terbatas, tubuh dapat memecah protein tubuh untuk memperoleh asam-asam
amino yan dibutuhkan. Kekurangan protein memengaruhi seluruh organ dan
terutama selama tumbuh kembang sehingga asupan protein kualitas tinggi yang
memadai untuk kesehatan. Kualitas protein sangat bervariasi dan tergantung pada
komposisi asam amino protein dan daya cerna (digestibility). Protein hewani yang
diperoleh dari telur, ikan, daging, daging unggas dan susu, pada umumnya adalah
protein berkualitas tinggi. Adapun protein nabati yang diperoleh dari biji-bijian dan
kacang-kacangan, pada umumnya merupakan protein berkualitas lebih rendah,
kecuali kedelai dan hasil olahnya (tempe, tahu). Makanan yang tinggi daya cerna
proteinnya (>95%) ialah telur, daging sapi (98%), susu sapi dan kedelai (95%).
Narnun, bila kacang-kacangan dan padipadian dikonsumsi secara kombinasi,
protein nabati dapat membentuk protein lebih lengkap7

3) Lemak

Lemak merupakan zat gizi makro, yang mencakup asam lemak dan trigliserida.
Lemak adalah zat gizi yang padat energi (9 kkal per gram) sehingga lemak penting
untuk menjaga keseimbangan energi dan berat badan. Lemak menyediakan
medium untuk penyerapan vitamin-vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K). Di
dalam makanan, lemak berfungsi sebagai pelezat makanan sehingga orang
cenderun lebih menyukai makanan berlemak. Tubuh manusia tidak dapat
membuat asam lemak omega-6 dan omega-3 sehingga asam lemak ini adalah zat
yang esensia17
4) Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen dan
terkadang nitrogen atau elemen lain yang dibutuhkan dalam jumlah kecil agar
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal. Jenis nutrien ini
merupakan zat-zat organik yang dalam kecil ditemukan pada berbagai macam
makanan. Vitamin tidak dapat digunakan untuk rnenghasilkan energi. Vitamin
dapat dipilah menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang larut dalam lemak dan
yang larut dalam air.

Vitamin yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K. Sedangkan
vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin B kompleks yang dibedakan
menjadi 8 jenis vitamin yaitu vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin
B3 (Niasin), vitamin B5 (Pantothenic Acid), vitamin B6 (Piridolasin), vitamin B7
(Biotin), vitamin B9 (Folat), vitamin B12 (Kobalamin) dan vitamin C8

5) Mineral

Mineral merupakan komponen anorganik yang terdapat dalam tubuh manusia.


Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang
lebih banyak terdapat dalam makanan nabati. Hewan memperoleh mineral dari
tumbuh tumbuhan dan menumpuknya di jaringan tubuhnya.
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gizi dari segi bahasa memiliki beberapa makna. Nutrition dari kata nutr
menjadi nurture yang memiliki makna pemberian makan yang baik. Dalam
bahasa arab disebut dengan ghiza yang artinya adalah makanan
menyehatkan. Dari beberapa arti kata tersebut didapatkan pengertian ilmu
gizi adalah ilmu yang mempelajari makanan serta hubungannya dengan
kesehatan individu.

Dari berbagai sumber data, perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat


dikelompokkan menjadi 3, yaitu: Masalah gizi yang secara public health sudah
terkendali; Masalah yang belum dapat diselesaikan (un-finished); dan
Masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat
(emerging). Masalah gizi lain yang juga mulai teridentifikasi dan perlu
diperhatikan adalah defisiensi vitamin D.

Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme


menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. (Djoko Pekik
Irianto, 2006:
Diet berasal dari bahasa Yunani, yaitu diaita yang berarti cara hidup. Definisi
diet menurut tim kedokteran EGC tahun 1994 (dalam Hartantri, 1998) adalah
kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal makanan dan minuman yang
dimakan oleh seseorang dari hari ke hari, terutama yang khusus dirancang
untuk mencapai tujuan dan memasukkan atau mengeluarkan bahan makanan
tertentu.

Zat gizi adalah senyawa dari makanan yang digunakan tubuh untuk fungsi
fisiologis normal. Definisi yang luas ini mencakup senyawa yang digunakan
langsung untuk produksi energi yang membantu dalam metabolisme
(koenzim), untuk membangun struktur tubuh atau untuk membantu dalam sel
tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Rokom. (2012, November 21). Menkes: Ada Tiga Kelompok Permasalahan


Gizi di Indonesia. Sehat Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20121121/286362/menkes-ada-tiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-
indonesia/( diakses pada tanggal 25 juli 2022 pukul 09: 12 WIB )

firdaus. (2020, November 24). Sejarah Perkembangan Gizi Halaman 2 -


Kompasiana.com. KOMPASIANA; Kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/anitafirdaus4764/5fbcb6988ede48030b5821a2/
sejarah-perkembangan-gizi?page=2&page_images=1 ( diakses pada tanggal 25
juli 2022 pukul 09: 30 WIB )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (n.d.).


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14821/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y( Diakses pada tanggal 25 juli 2022 pukul 09:48 WIB )

Pustaka, T., Telaah Pustaka, A., Hakikat, Z., Gizi, & Pengertian, Z.
(n.d.). BAB II. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1333/4/Chapter%202.pdf ( diakses
pada tanggal 25 juli 2022 pukul 09 :55 WIB )

Anda mungkin juga menyukai