Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH GERONTIK TENTANG

PERUBAHAN FISIOLOGI PADA KASUS NUTRISI LANSIA

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Proses Penilaian


Salah Satu Mata Kuliah Gerontik

Dosen Pengampu:
Ns. Cahya Tribagus Hidayat,.S.Kep.,M.Kes.

oleh :
Maulidatul Hasanah
1801021008

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

i
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1......................................................................................................... Lata
r Belakang ......................................................................................1
1.2......................................................................................................... Rum
usan Masalah .................................................................................2
1.3......................................................................................................... Tuju
an Penulisan ...................................................................................2
1.4......................................................................................................... Man
faat penulisan .................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN ...............................................................................4

2.1......................................................................................................... Peru
bahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia .........................................4
2.2......................................................................................................... Kea
daan Gizi Lansia ............................................................................5
2.3......................................................................................................... Pem
antauan Status Gizi Pada Lansia ....................................................7
2.4......................................................................................................... Peni
mbangan Berat Badan ....................................................................8
2.5......................................................................................................... Pedo
man Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia .....................................9
2.6......................................................................................................... Keb
utuhan Gizi Pada Lansia ................................................................9
2.7......................................................................................................... Fakt
or-faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia ..........................10

ii
2.8......................................................................................................... Sajia
n Lengkap Gizi Bagi Lansia ..........................................................10
2.9......................................................................................................... Nutr
isi da Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua
........................................................................................................12
2.10........................................................................................................
Menu Sehat Bagi lansia ................................................................15
2.11........................................................................................................ Lang
kah-langkah Hidup sehat Untuk Lansia ........................................17

BAB III. KESIMPULAN ..............................................................................20

3.1. Kesimpulan ..................................................................................20


3.2. Saran ............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah “perubahan fisiologi pada kasus nutrisi” ini tepat pada
waktunya. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah gerontik.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai


perubahan fisiologi pada kasus nutrisi , sehingga mahasiswa memiliki bekal teori
yang nantinya akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan praktik di lapangan.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

iii
Jember, 06 Januari 2020

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil
mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan
atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar
kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada
lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor
lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi
akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah
pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan
status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun
non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan,
perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan
beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim
para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan
pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan
kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan
tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan
ginjal.
Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Pertambahan jumlah lanjut usia akan
menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, meliputi aspek fisi,
biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Menurut data Susenas tahun 2012
menjelaskan bahwa angka kesakitan pada lansia tahun 2012 di perkotaan adalah

1
24,77% artinya dari setiap 100 orang lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami
sakit. Di pedesaan didapatkan 28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28
orang mengalami sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Masalah kesehatan
terbanyak yang dialami lansia adalah penyakit degeneratif atau tidak menular yang
terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia
1.2.2 Keadaan Gizi Lansia
1.2.3 Pemantauan Status Gizi Pada Lansia
1.2.4 Penimbangan Berat Badan
1.2.5 Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
1.2.6 Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1.2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia
1.2.8 Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia
1.2.9 Nutrisi da Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang
Tua
1.2.10 Menu Sehat Bagi lansia
1.2.11 Langkah-langkah Hidup sehat Untuk Lansia
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk Mengetahui Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia
1.3.2 Untuk Mengetahui Keadaan Gizi Lansia
1.3.3 Untuk Mengetahui Pemantauan Status Gizi Pada Lansia
1.3.4 Untuk Mengetahui Penimbangan Berat Badan
1.3.5 Untuk Mengetahui Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
1.3.6 Untuk Mengetahui Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1.3.7 Untuk Mengetahui Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada
Lansia
1.3.8 Untuk Mengetahui Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia
1.3.9 Untuk Mengetahui Nutrisi da Mineral Yang Dapat Meningkatkan
Sistem Imun Orang Tua
1.3.10 Untuk Mengetahui Menu Sehat Bagi lansia
1.3.11 Untuk Mengetahui Langkah-langkah Hidup sehat Untuk Lansia

2
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan sebagai


mahasiswa kesehatan jurusan keperawatan memiliki wawasan lebih mengenai
perubahan fisiologi pada kasus nutrisi dan hasil penugasan ini dapat menjadi
arsip yang dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan
dengan gerontik khususnya mengenai perubahan fisiologi pada kasus nutrisi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi
kurang maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya
penyakit atau terjadi sebagi akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu
langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetukan terlebih dahulu ada
tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut
dapat diperbaiki.

a. Perubahan anatomi dan fisiologi


Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak
konsepsi dan berakhir saat kematian. Selam periode pertumbuhan,
proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada saat tubuh
sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma
atau proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi
sel (anabolisma). Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang
berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi
organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992). Dengan
demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean
body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di semua
system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan
fisiologik yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.
b. Alat indera
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan
secara langsung dan tak langsung mempengaruhi nafsu makan dan
asuapan makanan. Papila pengecap mulai mengalami atrofi pada usia
50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia 74-85
tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin.
Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada lidah.
c. Saluran cerna/digestif

4
Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan
absorbsi yang terjadi sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan
efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang muncul adalah
anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan
makin memberikan rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain
itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi gangguan pengunyahan
dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya
sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan
absorpsi kalsium dan non-hem-iron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan
bioavailability B12, malabsorbsi lemak, fungsi asam empedu yang
menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas usus,
hiungga terjadi konstipasi.
d. Metabolisma
Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan
mengakibatkan kenaikan glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl
untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin karena penurunan
produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng
menurun. Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia
30-90 tahun. Hal ini terjadi karena berkurangnya lean body mass pada
lansia.
e. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun.
Reaksi respon asam basa terhadap perubahan-perubahan metabolik
melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma protein dan elektolit
yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.
f. Fungsi jaringan
Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang
tertinggal adalah 82 % untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 %
serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat otak.
2.2 Keadaan Gizi Lansia
1. Definisi lansia

5
a. Manusia lanjut usia  mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun)
dan older elderly (75 tahun)
b. Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian,
yaitu usia 75 – 84 tahun dan 85 tahun
c. Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan
lansia jika telah berumur di atas 60 tahun
2. Kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia
Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang
bersifat primer maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi
ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan
hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental, kemiskinan
dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan nafsu
makan/selera, gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan,
peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan dapat
dibawa sejak kecil atau disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas.
Isolasi sosial terjadi pada lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan
gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk masak.
Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami
hemiparese/hemiplegia, artritis dan ganggun mata. Gangguan mental
terjadi pada lansia yang dement dan mengalami depresi. Kondisi
iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk
jangka waktu lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya
gangguan selera, megunyah dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat
penurunan fungsi alat pencernaan dan pancaindera, sebagai akibat
penyakit berat tertentu, pasca operasi, ikemik dinding perut dan sensitifitas
yang meningkat terhadap bahan makanan tertentu seperti lombok, santan,
lemak dan tepung ber ’gluten’(misalnya ketan). Kebutuhan yang
meningkat terjadi pada lansia yang mengalami keseimbangan nitrogen
negatif dan katabolisme protien yang terjadi pada mereka yang harus
berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan yang mengalami
panas yang tinggi.

6
Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang
kalori protein) kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini
dapat dilihat dengan mudah melalui penampilanumum, yakni adanya
kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia dibanding dengan baku yang
ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul adalah defisiensi besi
dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.
Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency
denga ngaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi
yang membaik dan tersedianya berbagai makanan siap sji yang enak dan
kaya energi. Utamany sumber lemak, terjadi asupan makan dan zat-zat gizi
melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelbihan gizi yang dimulai pada awal
usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan
dapat pula disertai dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme
seperti diabetes mellitus dan dislipidemia. Penyakit-penyakit tersebut akan
memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus dijalani
sepanjang usia yang masih tersisa.
2.3 Pemantauan Status Gizi Pada Lansia
Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi
berbagai tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung.
Penilaian secara langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik,
antropometrik, biokimia dan biofisik.
Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok
gejala yaitu:
a. tanda-tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi
b. gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
c. gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi

Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di


berbagai organ seperti rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa
dan sebagainya. Pemeriksaan antropometrik adalah pengukuran variasi
berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai
tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan meliputi
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah

7
kulit. Semua hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan
jenis kelami. Dalam melakukan interpretasi, digunakan berbagai bahan
baku (standard) internasional maupun nasional seperti baku WHO, NCHC,
Havard, dan sebagainya.

Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada


lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh
karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada
kompresi tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat
bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan
(armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin,
Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien antara BMI
dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk
wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.

Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan


tubuh, namun yang paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan
urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan
biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan
sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang
untuk menilai derajat osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan
smear terhadap mukosa organ tertentu.

2.4 Penimbangan Berat Badan


1. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali,
waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu.
Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap
kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
2. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
 Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
 Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria
dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
 Berat badan ideal = TB dalam cm – 100

8
 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari
ideal artinya gizi kurang
2.5 Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan
Pedman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan
dasar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan
memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi yang
dihadapi para lansia.
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)
3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan
4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan
nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah
didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula
murni dan lemak.
7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian.
8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam
secar berlebihan, kurangi konsumsi makanan dengan pengawaet
2.6 Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1. Kalori
Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena
metabolisme seluruh sel dan kegiatan otot berkurang
2. Protein
Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat
badan/hari untuk mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan
akan protein meningkat sebagai tanggapan atas stress fisiologis seperti
infeksi, luka baker, patah tulang dan pembedahan
3. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60%
dari kalori total

9
4. Lemak
Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total.
Kelebihan dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar
kolesterol darah
5. Serat
Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah
sembelit, gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus
berkurang, yang akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi
karena kelemahan tonus otot dinding saluran cerna akibat penuaan
(kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat
6. Vitamin
Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap
berlangsung pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin
B6, B12, vitamin D dan asam folat
2.7 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau
ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita
rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
2.8 Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang
yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an.
Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus
terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia
menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut
usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal,

10
penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya),
sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah.
Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan
pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan
menurun. Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu
makan menurun. Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi
berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko
menimbulkan kurang gizi.
Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari

Waktu Makan Pria (2200 kal) Wanita (1850 kal)

1 ½ gls nasi/ pengganti 1 gls nasi/ pengganti

1 butir telur (Telur Mata Sapi) 1 btr telur


Pagi
100 gr sayuran (Cah Kangkung) 100 gr sayuran

1 gls susu skim 1 gls susu skim

Pukul 10.00 Snack/buah (Nagasari) Snack/buah

1 ½ gls nasi 1 gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas (Pepes 50 gr daging/ikan/unggas


Ikan)

Siang 25 gr tempe/kacang-kacangan
25 gr tempe/kacang-kacangan
(Tempe bb Tomat)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sayur Asem)
1 ptg buah
1 ptg buah (Semangka)

Snack/ buah
Pukul 17.00 Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)

11
1 ½ gls nasi
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr daging/ikan/unggas
(Basho Daging)
Malam 50 gr tahu
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah
1 ptg buah (Pisang)

2.9 Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua
Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang
tua antara lain (Dickinson A, 2002) :
1. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari
dinding sel ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi
menunjukkan bahwa beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih
(makrofag dan neutrofil).
2. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan
aktivasi fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level
tinggi dan rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi
imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
3. Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan
infeksi pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T,
penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin,
insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi
sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
4. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons
antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T.

12
Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper,
produksi cytokine.
5. Yoghurt
yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit
kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
6. Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun
tubuh orang tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang
mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
7. Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak
langsung mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam
pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan
pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi
limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan
produksi IL-2.
8. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
9. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada
pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat
meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk
meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam
folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels
S, 2002).
10. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan.
Studi yang dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan
bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan respons imun pada
penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang melindungi sel
dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang

13
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara
alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).
11. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang
tua, meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki
migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus
influenzae.
12. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses
pematangan sel-sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen
asing, menolong mukosa membran termasuk paruparu dari invasi
mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti:
leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan
jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel
B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E
secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang
tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap
penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital
lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
13. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
14. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun.
Pada penderita anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel
darah putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi
vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi
vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel
parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6
(koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang
menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi protein dan

14
asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan
limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam
nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia
dalam sehari, Menu untuk Lansia dalam sehari :

WAKTU MENU PORSI

Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas

Selingan Papais 2 bungkus

Siang Nasi 1 piring

Semur 1 potong

Pepes tahu 1 bungkus

Sayur bayam 1 mangkok

Pisang 1 buah

Selingan Kolak pisang 1 mangkok

Malam Mie baso 1 mangkok

Pepaya 1 Buah

2.10 Menu Sehat Bagi Lansia


Perencanaan Makanan untuk Lansia
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam,
yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih
sering dengan porsi yang kecil.
Contoh menu :
 Pagi : Bubur ayam

15
Jam 10.00 : Roti
 Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya
Jam 16.00 : Nagasari
 Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang
terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah
dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-
gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam
porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan
sari buah sebaiknya diberikan.
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu
makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,
daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,
atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :

1. Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika


masih muda karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia lanjut di Indonesia adalah
1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan
tetap ideal.

16
3. Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan
sumber karbohidrat adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang
pasta, ubi, singkong, dll.
4. Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.
5. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti
susu, telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi
sebaiknya berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram
sehari.
6. Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau
sekitar 50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh
dan kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak,
susu penuh (full cream), keju dan mentega.
7. Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu,
minyak jagung, alpukat, dll.
8. Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
9. Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan
pengawet
10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat
sehari untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari
sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian seperti kacang.
11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu,
tempe, yogurt, dll. Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering
namun porsi kecil.
13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari
makanan yang terlalu gurih dan manis.
14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.
2.11 Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia
Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa
kegiatan yang harus dilakukan seperti :
1. Olah raga yang teratur dan sesuai

17
Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga
lansia yaitu beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat
aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa
contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki,
dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya
golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil
dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
2. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan
immunitas atau kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan
penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang
mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan
merasa segar setelah istirahat.
3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan,
kebersihan ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang
termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari, mencuci
tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi
setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang
(hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika
keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh
dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih
dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu makanan di meja
makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar
mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini
memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama
Lansia.
4. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan
merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan
lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan untuk

18
memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit
dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan
cepat dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat
dicegah.
5. Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu
hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang akan merusak
kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung
dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih
menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang
hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi
yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.
6. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama
seminggu, bisa di pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga,
anak dan cucu, atau teman dan tetangga.

BAB III

PENUTUP

19
3.1 Kesimpulan

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13


tahun 1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan
alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun.
Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu
fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih
ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh
manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan
kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan.

Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai


kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus
dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu
masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992).

Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi
organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.

3.2 Saran

Diharapakan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam


memahami konsep posyandu lansia secara keseluruhan, dari pengertiaannya
hingga kegiatan yang berlangsung didalamnya, serta pihak yang terkait dalam
pelaksanaannya.

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-


kekurangan pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor
keterbatasan waktu waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh

20
karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-
saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Caselato-Sousa, V. M., et al. Using the Mini Nutritional Assessment to evaluate


the profile of elderly patients in a geriatric outpatient clinic and in long-

21
term institutions. International Journal of Clinical Medicine. 2011, 2, 582-
587
Buyckx, M. E. (2009). Hydration and human health: Critical issues update.
Nutrition Today, 44(1), 6–7.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Praktis. Retrieved
from http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/10/ped-praktis-stat-
gizi-dewasa.doc on March 11, 2018.
Derrickson & Tortora. (2015). Principle of Anatomy & Phisiology 13th Ed. US :
John Wiley & Sons, Inc
Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., & Jett, K. (2013) Gerontological nursing &
health aging. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc
Foreman, M. D., Milisen, K. & Fulmer, T.T. (2010). Critical care nursing of older
adults: best practices (3rd Ed.). New York: Springer
Hanson, S., Duff, V., Kaakinen, J. (2005). Family Health Care Nursing: Theory,
Practice, and Research. Philadelphia: F.A. Davis.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Analisa Lansia di Indonesia. Jakarta: Pusat


Data dan Informasi.

Kozier, B. B. (2008). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice


8th Edition. USA: Pearson Education, Inc.

22

Anda mungkin juga menyukai