Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Kebutuhan Gizi dan Nutrisi Pada Lansia”
dapat terselesaikan pada waktunya.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memennuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Gizi dan Diet. Dalam penyusunannya makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjuk bersifat moril, spiritual maupun
Materi yang sangat berharga. Oleh karena itu, penulis megucapkan terimakasih kepadaa :
1. Ibu Dedah Ningrum, SKM., MKM., Bpk. Ir.Diding Kelana S, M. Mkes, dan Bpk.
Ahmad Purnama H. S. Kp., M.Kes , selaku dosen mata kuliah Ilmu Gizi dan Diet.
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan bantuan baik
moral maupun materi.
3. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurna nya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnnya bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gizi ..................................................................................................... 4
2.1.1. Macam-Macam Zat Gizi ............................................................................. 5
2.2. Pengertian Lansia .................................................................................................. 6
2.2.1. Perubahan Fisiologis Tubuh Manusia Akibat Penuaan .............................. 7
2.3. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Pada Lansia ....................................................... 8
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia ....................... 9
2.5. Penilaian Status Gizi Lansia................................................................................ 11
2.6. Masalah Gizi yang Dapat Terjadi Pada Lansia ................................................... 13
2.7. Cara Memenuhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia .................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
3.2. Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan adalah proses yang alami dan spontan di alami oleh manusia. Dimana
terjadinya penurunan fungsi tubuh atau organ tubuh yang berjalan perlahan namun
berangsur-angsur dan pasti. Tanda yang mudah kita lihat adalah kulit yang tadinya halus
mulus berangsur-angsur akan berubah menjadi keriput, rambut yang tadinya hitam mulai
berubah menjadi putih, gigi yang tadinya lengkap kemudian menjadi ompong dan
sebagainya.
Apabila seseorang berhasil mencapai titik lanjut, maka salah satu upaya utama adalah
mempertahankan atau membawa status gizi seseorang pada kodisi optimum agar kualitas
kehidupan orang tersebut tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan oleh
perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan antara lain meliputi
perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi
sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan
dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insiden penyakit degenerasi maupun
non degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam
absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasus yang dapat
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminimalisir oleh para lansia karena penyakit
yang dideritanya.
Gizi sangat dibutuhkan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas hidupya. Bagi
lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk penyembuhan dan mencegah
agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit yang dideritanya. Gizi merupakan unsur penting
bagi kesehatan tubuh dan gizi yang baik ( Darmojo, 2011).
Keluarga merupakan dukungan utama bagi lanjut usia dalam mempertahankan
kesehatannya. Peran keluarga dalam perawatan lanjut usia adalah menjaga dan merawat
lanjut usia, memberikan gizi yang dibutuhkan lanjut usia. Maka keluarga harus
memperhatikan gizi untuk lanjut usia, serta keluarga bisa memberikan gizi yang dibutuhkan
oleh lanjut usia.
1
2
Kurangnya pengetahuan mengenai gizi lanjut usia dan cara mengolahnya yang baik
bagi lanjut usia adalah faktor yang mempengaruhi status gizi lanjut usia, penyakit-penyakit
kronis yang diderita lanjut usia, pengaruh psikologis, kesalahan pola makan serta kurangnya
faktor ekonomi atau keterbatasan ekonomi keluarga juga menyebabkan kekurangan gizi
pada lanjut usia. Keadaan sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan, pekerjaan, dan
pendidikan keluarga juga mempengaruhi status gizi lanjut usia. Keluarga yang
berpendapatan terbatas akan membelanjakan uangnya untuk makan secukupnya tanpa
memperdulikan gizi lanjut usia, mereka sekedar memberi makanan untuk mengenyangkan
perutnya saja. Berdasarkan hasil uraian sebelumnya tentang masalah gizi lanjut usia yang
kurang dan pengetahuan keluarga tentang gizi lanjut usia maka kami tertarik untuk
mengetahui tentang “Kebutuhan Gizi dan Nutrisi pada Lanjut Usia”.
4
5
Zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat-zat gizi
organik seperti lemak, vitamin, karbohidrat, dan protein. Sedangkan zat gizi anorganik
terdisi dari air dan mineral.
2) Berdasarkan jumlahnya :
Zat gizi makro atau makronutrisi
Adalah zat gizi atau nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar
dengan satuan gram.Yang termasuk zat gizi makro adalah protein, Karbohidrat,
dan lemak.
Zat gizi mikro atau mikronutrisi
Adalah zat gizi atau nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit
atau kecil, seperti vitamin, dan mineral.
3) Berdasarkan fungsinya
Sumber energi bagi tubuh : digolongkan pada jenis gizi seperti lemak, proyein,
dan karbohidrat.
Pembangunan dan penjaga tubuh : digolongkan pada jenis seperti mineral, protein,
vitamin, dan lemak.
Pengatur kerja dalam tubuh : Zat untuk mengatur proses metabolisme yang ada
dalam tubuh yang digolongkan pada jenis gizi seperti air, lemak, protein, dan
mineral.
Adapun fungsi zat gizi adalah untuk memberi energi, pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, dan mengatur proses tubuh. Dapat disimpulkan bahwa gizi adalah bahan
makanan yang dikonsumsi oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga, membangun dan
memelihara jarinngan dalam tubuh.
6
Pengertian Lansia dibedakan menjadi dua macam, yaitu lansia kronologis (kalender)
dan lansia biologis. Lansia Kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia
biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang bersusia muda tetapi secara
biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya.
7
3. Penyakit
Penyebab utama kematian bukan lagi penyakit-penyakit infektif , tetapi telah beralih ke
penyakit-penyakit degeneratif. Contohnya: osteoporosis pada lansia.
4. Pengobatan
Pengobatan yang sedang dijalani lansia dapat mempengaruhi kebutuhan lansia akan zat
gizi. Obat-obatan yang dikonsumsi untuk menyembuhkan penyakit dapat menimbulkan
efek samping dan menghasilkan interaksi negatif dengan zat-zat gizi dalam tubuh.
Penggunaan antibiotik dalam pengobatan penyakit dalam membunuh bakteri penghasil
vitamin K yang terdapat di usus.
8
4. Aktivitas fisik
Pada umumnya lansia akan mengalami kemunduran dalam aktivitas fisiknya.
Kemudian in disebabkan oleh hal-hal yang kompleks dan faktor fisiologis memegang
peranan penting yaitu kekuatan kontraksi otot, koordinasi gerak otot yang merupakan
susunan saraf pusat, fumgsi kardiovaskuler, respirasi yang harus memenuhi kebutuhan
otot yang terkait dengan kebutuhan oksigen dan nutrisi juga fungsi ginjal dalam
mengeluarkan sisa metabolisme dari darah, fungsi hormon dalam mengatur proses
metabolisme serta efektivitas susunan buffer dalam darah. Penurunan aktivitas lansia
harus diimbangi dengan penurunan kalori jika pasokan kalori tidak diimbangi dengan
penggunaan kalori maka akan mengakibatkan keseimbangan kalori tidak seimbang.
5. Perubahaan fisiologis
Perubahan fisiologis pada lansia yang akan mempengaruhi gizi nya adalah
penurunan BMR, gangguan gigi geligi, penurunan sekresi HCL, penurunan fungsi
hati, antropi mukosa dan otot usus, penurunan sekresi usus, perubahan metabolisme
glukosa, penurunan fungsional ginjal, perubahan tulang.
6. Keadaan psikologis
Datangnya usia lanjut merupaka suatu hal yang tidak banyak dihindari dalam
kehidupamn manusia. Harapan mencapai usia panjang merupakan pengharapan
manusia pada umumnya. Faktos psikologis yang mempengaruhi gizi pada lansia
adalah perubahan pola makan depresi, kesepian, kebingungan, dan mereka
beranggapan sudah tidak berharga lagi.
7. Penyakit pada lansia
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit tertentu
sehingga menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk antara lain Diabetes Mellitus,
Hipertensi, penyakit yang diderita seseorang akan berpengaruh terhadap ketersediaan
kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
11
8. Sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi seperti penurunan pendapatan masa pensiun, perubahan
ukuran keluarga, perubahan lingkungan sosial, keterbatasan fasilitas untuk
menyiapkan dan menyimpan makanan akan menyebabkan seseorang rawan gizi.
9. Tingkat penerimaan menu
Berkurangnya daya kecap makanan terasa tidak enak sehinggga lansia hanya
makan sedikit. Kadang lansia merasakan makanan kurang sempurna karena cita rasaa
makanan pun kuranng lezat sehingga lansia memakan makanan lunak yang bisa
menyebabkan menu makan tidak seimbang.
10. Kemunduran biologis
Seperti yang sudah diuraikan tadi bahwa memasuki usia senja, seseorang akan
mengalami beberapa perubahan baik secara fisik maupun biologis, misalnya
tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang, keropos tulang, rambut beruban,
pikun, depresi, sensitivitas indera berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan
kurang lancarnya proses pencernnaan. Oleh karena itu, adupan gizi untuk lansia harus
disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organn tubuh lansia sehingga dapat
mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal.
2. Penilaian biokimia
Merupakan cara penilaian yang lebih sensitive dan tidak mampu
menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada lansia, seperti hyperlipidemia,
kurang kalori protein, dan anemia defisiensi besi (fe) dan asam folat. Plasma dan serum
memberikan gambaran hasil masukan jangka pendek, sedangkan cadangan dalam
jaringan menggambarkan status gizi dalam waktu lama (jangka panjang).
3. Penilaian dietetik
Biro et al. (2002) mendefinisikan penilaian dietetik sebagai penilaian yang
menggambarkan kualitas dan kuantitas asupan dan pola makan lansia melalui
pengumpulan data dalam survey konsumsi makanan. Metode pengumpulan data
asupan makanan individu terbagi 2, yaitu :
Jangka pendek : mengumpulkan informasi data makanan saat ini (current). Alat
ukur: 24 hours food recall dan lebih dari 2 hari (dietary recard).
Jangka panjang : mengumpulkan informasi tentang makanan yang biasa di
konsumsi sebulan atau setahun yang lalu. Alat ukur dietary histori atau food
frekuensi questionnaire (FFQ).
Dietary assessment pada lansia dilakukan melalui pengukuran asupan makanan
secara retrospektif sehingga memerlukan konfirmasi. Hal ini sesungguhnya kurang
tepat dilakukan karena tidak satu pun metode dietary assessment menghasilkan
estimasi kebutuhan energi umum yang akurat pada lansia karena defisit memori atau
gangguan lainnya.
Dietary histori dan Dietary recard tampaknya menghasilkan nilai underestimate
pada makanan yang di konsumsi oleh lansia. Pengunaan 24 hours good recard dan
FFQ lebih tepat digunakan bagi lansia untuk menilai rata-rata asupan zat gizi
dibandingkan food wughting memerlukan waktu lama dan biaya mahal.
13
4. Penilaian antropometri
Antroometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh
manusia secara kuantitatif. Antropometri seringkali digunakan sebagai perangkat
pengukuran antropologi biologi yang bersikap cukup objektif dan terpercaya.
Peruahan komposisi tubuh yang terjadi pada pria dan wanita yang bervariasi sesuai
tahapan penuaan, dapat mempengaruhi antropometri. Akibatnya, nilai standar
antropometri dari populasi dewasa tidak dapat diterapkan pada kelompok lansia.
Seleksi variable-variabel antropometri untuk menentukan status gizi lansia harus
berdasarkan validitas, ketersediaan standarsisasi teknik-teknik pengukuran, data
rujukan, serta kepraktisan.
2. Gizi kurang
Penurunan asupan kalori biasanya sejalan dengan penurunan tingkat
metabolisme susutnya masa tubuh serta menurunnya penggunnaan energi untuk
aktivitas fisik. Hampir 20% lansia mengkonsumsi 1000 kalori sehari. Kekurangan
protein kalori umumnya ditemukan pada lansia.
3.Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu, dan tidak bersemangat.
14
Tidak didapatkan gangguan fungsi ginjal selama asupan cairan terpenuhi. Setelah
puasa ramadhan, kadar kolesterol total, Kolesterol LDL, trigliserida dan asam urat
menurun.
Penelitian menyimpulkan tidak ada pengaruh negative pada pasien DM selama
penderita mengikuti petunjuk yang diberikan dokter. Degan catatan, pasien tersebut
dalam kondisi terkendali kadar gula darahnya dan diijinkan dokter untuk berpuasa.
Lansia yang sehat atau lebih tepatnya terkontrol penyakitnya dan stabil kondisi
fisiknya, dapat tetap berpuasa.
Lansia yang menjalani puasa perlu dipantau asupan makanan dan minumannya,
sejak berbuka hingga sahur.
Penting sekali memenuhi kebutuhan cairan bagi lansia, yaitu 30-50cc perkilogram
berat badan per hari(8-10 gelas)
Pola makan yang dianjurkan ketika berpuasa bagi lansia adalah 40% kalori saat
sahur, 50% kalori saat berbuka puasa yang dibagi 2 yaitu makanan ringan/segar saat
berbuka (sebelum sholat maghrib) dan makanan padat/ besar setelah sholat
maghrib, kemudian 10% kalori sesudah sholat tarawih, berupa makanan kecil.
Waspadai terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) dan hipoglikemia (penurunan
kadar gula darah yang berlebihan)
Monitor kesehatan lebih sering, seperti kadar gula darah dan tekanan darah,
khususnya bagi lansia dengan DM dan Hipertensi.
Dianjurkan untuk Berolahraga dalam meningkatkan Ketahanan seperti berjalan
kaki, lari ringan, senam dan berkebun. Untuk meningkatkan kelenturan harus
melakukan peregangan, yoga, mencuci pakaian atau mobil, dan mengepel lantai.
Untuk Kekuatan seperti melakukan naik turun tangga, membawa belanjaan dan
menyapu rumah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pemaparan-pemaparan di bab sebelumnya, penulis dapat
menyimpukan:
1. Gizi adalah bahan makanan yang dikonsumsi oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga,
membangun dan memelihara jarinngan dalam tubuh.
2. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh
siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya.
3. Para lansia harus memperhatikan kebutuhan nutrisi nya seperti karbohidrat, lemak,
vitamin, air dan mineral untuk dapat mempertahankan kesehatannya.
4. Lansia harus menghindari faktor penyebab yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan
kebutuhan gizi mereka dan mereka harus dapat mengimbanginya.
5. Penilaian status gizi pada lansia dilakuan melalui beberapa tahap yaitu : penilaian
klinis, penilaian biokimia, penilaian dietetic, dan penilaian antropometri.
6. Para lansia harus mempehatikan asupan makanan dan nutrisinya agar tidak mengalami
masalah seperti kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi.
7. Cara pemenuhan nutrisi bagi lansia yaitu harus menerapkan pola makan sehat seperti
mengonsumsi protein dan kalsium dengan baik. Dapat dilakukan juga puasa bagi
lansia, dan yang terpenting adalah menjaga agar tubuh mereka tetap sehat dan bugar
dengan cara rajin berolahraga.
3.2 Saran
Diharapkan bagi para lansia untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi nya
secara seimbang agar dapat meningkatkan angka harapan hidupnya. Berolahraga dengan
bijak akan membantu membuat para lansia tidak mengeluh sakit ketika menua.
16
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hayati, Nur, Aprilia, Dini Setianingsih. 2012. Nutrisi Lansia. Sumedang: PT. Ade_OST3.
Miasih, Cahya, Diki Priatna, dkk. 2009. Kecukupan Gizi dan Nutrisi Pada Lansia. Cimalaka:
Mahasiswa.
17