Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBUTUHAN GIZI DAN NUTRISI PADA LANSIA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Gizi dan Diet

Disusun oleh : Kelompok 5


Kelas : I C Keperawatan

Emay Mayasaroh 1808183


Miftah Siti Nurjanah 1801720
Mita Nur Azizah 1806922
Muhamad Abbyazid A.S. 1807758
Novita Alviani 1808561
Ricky Adi Febriyana 1807905
Siti Fatimah 1802458

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS DI SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Kebutuhan Gizi dan Nutrisi Pada Lansia”
dapat terselesaikan pada waktunya.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memennuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Gizi dan Diet. Dalam penyusunannya makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjuk bersifat moril, spiritual maupun
Materi yang sangat berharga. Oleh karena itu, penulis megucapkan terimakasih kepadaa :
1. Ibu Dedah Ningrum, SKM., MKM., Bpk. Ir.Diding Kelana S, M. Mkes, dan Bpk.
Ahmad Purnama H. S. Kp., M.Kes , selaku dosen mata kuliah Ilmu Gizi dan Diet.
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan bantuan baik
moral maupun materi.
3. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurna nya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnnya bagi pembaca.

Sumedang, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gizi ..................................................................................................... 4
2.1.1. Macam-Macam Zat Gizi ............................................................................. 5
2.2. Pengertian Lansia .................................................................................................. 6
2.2.1. Perubahan Fisiologis Tubuh Manusia Akibat Penuaan .............................. 7
2.3. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Pada Lansia ....................................................... 8
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia ....................... 9
2.5. Penilaian Status Gizi Lansia................................................................................ 11
2.6. Masalah Gizi yang Dapat Terjadi Pada Lansia ................................................... 13
2.7. Cara Memenuhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia .................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
3.2. Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan adalah proses yang alami dan spontan di alami oleh manusia. Dimana
terjadinya penurunan fungsi tubuh atau organ tubuh yang berjalan perlahan namun
berangsur-angsur dan pasti. Tanda yang mudah kita lihat adalah kulit yang tadinya halus
mulus berangsur-angsur akan berubah menjadi keriput, rambut yang tadinya hitam mulai
berubah menjadi putih, gigi yang tadinya lengkap kemudian menjadi ompong dan
sebagainya.
Apabila seseorang berhasil mencapai titik lanjut, maka salah satu upaya utama adalah
mempertahankan atau membawa status gizi seseorang pada kodisi optimum agar kualitas
kehidupan orang tersebut tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan oleh
perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan antara lain meliputi
perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi
sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan
dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insiden penyakit degenerasi maupun
non degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam
absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasus yang dapat
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminimalisir oleh para lansia karena penyakit
yang dideritanya.
Gizi sangat dibutuhkan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas hidupya. Bagi
lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk penyembuhan dan mencegah
agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit yang dideritanya. Gizi merupakan unsur penting
bagi kesehatan tubuh dan gizi yang baik ( Darmojo, 2011).
Keluarga merupakan dukungan utama bagi lanjut usia dalam mempertahankan
kesehatannya. Peran keluarga dalam perawatan lanjut usia adalah menjaga dan merawat
lanjut usia, memberikan gizi yang dibutuhkan lanjut usia. Maka keluarga harus
memperhatikan gizi untuk lanjut usia, serta keluarga bisa memberikan gizi yang dibutuhkan
oleh lanjut usia.

1
2

Kurangnya pengetahuan mengenai gizi lanjut usia dan cara mengolahnya yang baik
bagi lanjut usia adalah faktor yang mempengaruhi status gizi lanjut usia, penyakit-penyakit
kronis yang diderita lanjut usia, pengaruh psikologis, kesalahan pola makan serta kurangnya
faktor ekonomi atau keterbatasan ekonomi keluarga juga menyebabkan kekurangan gizi
pada lanjut usia. Keadaan sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan, pekerjaan, dan
pendidikan keluarga juga mempengaruhi status gizi lanjut usia. Keluarga yang
berpendapatan terbatas akan membelanjakan uangnya untuk makan secukupnya tanpa
memperdulikan gizi lanjut usia, mereka sekedar memberi makanan untuk mengenyangkan
perutnya saja. Berdasarkan hasil uraian sebelumnya tentang masalah gizi lanjut usia yang
kurang dan pengetahuan keluarga tentang gizi lanjut usia maka kami tertarik untuk
mengetahui tentang “Kebutuhan Gizi dan Nutrisi pada Lanjut Usia”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis merumuskan beberaapa masalah
yang akan dikaji. Antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Gizi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Lansia ?
3. Bagaimana kebutuhan dan kecukupan Gizi pada Lansia ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan Gizi pada Lansia ?
5. Bagaimana penilaian status Gizi pada Lansia ?
6. Apa saja masalah Gizi yang dapat terjadi pada Lansia ?
7. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan Gizi pada Lansia ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang akan disamppaikan adalah senbagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Gizi.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Lansia.
3. Untuk mengetahui kebutuhan dan kecukupan Gizi pada Lansia.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan Gizi pada Lansia.
5. Untuk mengetahui penilaian status Gizi pada Lansia.
3

6. Untuk mengetahui masalah Gizi yang dapat terjadi pada Lansia.


7. Untuk mengetahui cara memenuhi kebutuhan Gizi pada Lansia.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis, dapat menambah keterampilan dalam pembuatan makalah, dan
karya tulis imiah untuk bekal di masa yang akan datang.
2. Bagi Pembaca, dapat menambah ilmu pengetahuan dan berpikir secara kritis.
3. Bagi Lembaga, dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran dan referensi di
masa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gizi
Istilah Gizi berasal dari bahasa Arab gizi berarti ghidza artinya “makanan” , dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau
sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ serta
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan. (Djoko Pekik Irianto, 2006).
Menurut Sunita Almatsier, (2009:3) Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun, memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi merupakan bagian penting oleh tubuh
guna perkembangan dan pertumbuhan dalam betuk dan untuk memperoleh energi, agar
manusia dapat melaksnakan kegiatan fisiknya sehari-hari.
Sedangkan Ilmu gizi (nutrition science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Di suatu sisi ilmu gizi
berkaitan dengan makanan dan di sisi lain berkaitan dengan tubuh manusia. Makanan bergizi
adalah makanan yang mengandung zat yang diperlukan tubuh seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, dan air.
Tujuan makan secara umum menurut ilmu kesehatan adalah untuk memperoleh energi
serta memperbaiki sel tubuh yang rusak, mengatur metabolisme tubuh dan meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap seragan penyakit. Di mana setiap makanan memiliki kandungan
zat yang berbeda baik mutu dan jumlahnya, zat makanan yang berperan nilah yang disebut
dengan gizi. Adapun fungsi zat makanan adalah sebagai sumber energi atau tenaga,
menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh dan mengganti sel yang rusak,
mengatur metabolisme dan keseimbangan, pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

4
5

Zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat-zat gizi
organik seperti lemak, vitamin, karbohidrat, dan protein. Sedangkan zat gizi anorganik
terdisi dari air dan mineral.

2.1.1. Macam-Macam Zat Gizi


1) Berdasarkan sumbernya
 Nabati : Yaitu sumber gizi yang berasal dari tumbuhan.
 Hewani : Yaitu zat gizi yang berasal dari hewan.

2) Berdasarkan jumlahnya :
 Zat gizi makro atau makronutrisi
Adalah zat gizi atau nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar
dengan satuan gram.Yang termasuk zat gizi makro adalah protein, Karbohidrat,
dan lemak.
 Zat gizi mikro atau mikronutrisi
Adalah zat gizi atau nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit
atau kecil, seperti vitamin, dan mineral.

3) Berdasarkan fungsinya
 Sumber energi bagi tubuh : digolongkan pada jenis gizi seperti lemak, proyein,
dan karbohidrat.
 Pembangunan dan penjaga tubuh : digolongkan pada jenis seperti mineral, protein,
vitamin, dan lemak.
 Pengatur kerja dalam tubuh : Zat untuk mengatur proses metabolisme yang ada
dalam tubuh yang digolongkan pada jenis gizi seperti air, lemak, protein, dan
mineral.

Adapun fungsi zat gizi adalah untuk memberi energi, pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, dan mengatur proses tubuh. Dapat disimpulkan bahwa gizi adalah bahan
makanan yang dikonsumsi oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga, membangun dan
memelihara jarinngan dalam tubuh.
6

2.2. Pengertian Lansia


Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat
berupaya untuk menghambat kejadiannya. Menua (menjadi tua= aging) adalah suatu proses
menghilagnya kemampuaan jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan
mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi,
serta memperbaiki kerusakan yang diderita terhadap fungsi tubuh. (Darmojo R. Boedhi &
Hadi Martono, 1999).
Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Usia pertengahan (Middle age) : Usia 45-59 tahun.
2. Lansia (elderly) : Usia 60-74 tahun.
3. Lansia tua (old) : Usia 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) : Usia ditas 90 tahun.

Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut :


 Virilitas (Prasemium) : Masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun).
 Usia lanjut dini (senescen) : Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64 tahun).
 Lansia beresiko tinggi untuk mendeita berbagai penyakit degeneratif : Usia di atas 65
tahun.

Pengertian Lansia dibedakan menjadi dua macam, yaitu lansia kronologis (kalender)
dan lansia biologis. Lansia Kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia
biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang bersusia muda tetapi secara
biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya.
7

Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami


perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya
mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

2.2.1 Perubahan Fisiologis Tubuh Manusia Akibat Penuaan


Berikut ini adalah perubahan fisiologi yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia :
1. Perubahan hormon,
Terjadinya peningkatan sensitifitas hormone kolesistikinin (cholecystokinin, CCK)
yaitu hormon yang mengontrol asupan makanan. Hal ini menyebabkan lansia memiliki
efek kenyang yang lebih lama di baningkan usia yang lebih muda.

2. Penurunan fungsi dan sistem gastrointestinal


Penurunan fungsi dari sistem gastrointestinal yang terjadi pada lansia seperti gigi
yang mempengaruhi kenyamanan untuk makan; penurunan sensitivitas panca indera;
menurunkan selera makan; penurunan sekresi saliva; penurunan produksi asam lambug dan
enzim pencernaan.

3. Penyakit
Penyebab utama kematian bukan lagi penyakit-penyakit infektif , tetapi telah beralih ke
penyakit-penyakit degeneratif. Contohnya: osteoporosis pada lansia.

4. Pengobatan
Pengobatan yang sedang dijalani lansia dapat mempengaruhi kebutuhan lansia akan zat
gizi. Obat-obatan yang dikonsumsi untuk menyembuhkan penyakit dapat menimbulkan
efek samping dan menghasilkan interaksi negatif dengan zat-zat gizi dalam tubuh.
Penggunaan antibiotik dalam pengobatan penyakit dalam membunuh bakteri penghasil
vitamin K yang terdapat di usus.
8

2.3. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Pada Lansia


Adapun kebutuhan zat gizi pada lansia adalah sebagai berikut :
1. Karbohidrat
Lansia sebaiknya mengkonsumsi tepung gandum, tepung beras dan bahan pangan pokok
sehari-hari yaitu beras, ketan, sagu, dan ubi. Dewasa ini banyak penyakit yang diderita
karena kekurangann serat.
2. Lemak
Lemak merupakan sumber energi sehingga seseorang mengkonsumsi lemak dalam
takaran yang berlebihan. Sedangkan aktivitas menurun maka kegemukan akan menyerang.
Sebaiknya asupan lemak dibatasi yaitu 20-25% dari total kalori.
3. Protein
Tubuh sangat memerlukan protein atau zat putih telur sebagai zat pembentuk atau
pembangun. Golongan lansia membutuhkan protein guna mengganti jaringan-jaringan yang
rusak sehingga kebutuhan protein lansia tidak jauh berbeda dengan orang biasa. Pada lansia
sebaiknya mengkonsumsi protein hewani (susu, telur, daging, dan ikan). Mengingat lansia
banyak terjadi kerusakan sel-sel tubuh. Asupan protein yang dianjurkan sekitar 15-20% dari
total kalori.
4. Vitamin
Vitamin digunakan untuk menjaga kestabilan daya tahan tubuh lansia adapun jenisnya
adalah vitamin A untuk kesehatan mata, kulit dan melawan infeksi tubuh. Minyak ikan, hati,
telur, dan susu merupakan sumber vitamin A. Serta bahan pangan nabati,seperti wortel,
bayam, buah-buahan, vitamin D untuk penguat tulang, vitamin E untuk kesehatan organ hati,
memperlebar pembuluh kapiler, melancarkan aliran darah serta memperkuat dan
meningkatkan daya tahan otot. Vitamn B1 berperan dalam mendatangkan energi, mencegah
kelelahan, menjaga syaraf telinga, memacu pertumbuhan. Vitamin B2 berperan sebagai
koenzim dalam katabolisme. Vitamin C berperan melawan infeksi dan flu.
9

5. Mineral dan air


Mineral sangat dibutuhkan lansia untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Jenis dari
mineral adalah kalsium untuk menjaga kesehatan gigi dan tulang. Kalium untuk pengaturan
stabilitas kalium dalam darah lansia sebaiknya mengkonsumsi air sebanyak 3-5 liter untuk
meningkatkan fungsi ginjal dalam mengeksresikan sisa-sisa proses metabolisme.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


Faktor yang mempengaruuhi kebutuhan gizi pada lansia yaitu :
1. Usia
Bertambahnya usia seseorang juga akan mempengaruhi asupan makanannya.
Pertambahan usia akan disertai dengan penurunan fungsi dan metabolisme organ tubuh
serat komposisi tubuh. Gejala menurunnya fungsi organ tubuh serinng tampak setelah
seseorang mencapai usia lanjut. Perubahan tersebut menyebabkan kebutuhan gizi dan
jumlah asupan makanan berkurang.
2. Jenis kelamin
Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda. Hal ini tergantung
pada kondisi kesehatan, berat badan, dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas seseorang.
Di samping itu angka kecukupn gizi untuk pria dan wanita berbeda karena adanya
perbedaan dalam ukuran komposisi tubuh.
3. Pengetahuan gizi
Berbagai upaya perbaikan gizi dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
pengetahuan gizinya. Sehingga diharapkan mereka akan mengetahui dan merubah
perilaku mereka di bidang gizi. Yaitu dengan perbaikan gizi keluarga tingkat
pengetahuan mereka akan mempengaruhi mereka dalam sikap dan perilakunya dalam
memilih makanan. Selanjutnya akan mempengaruhi asupan makanan sehari-hari.
10

4. Aktivitas fisik
Pada umumnya lansia akan mengalami kemunduran dalam aktivitas fisiknya.
Kemudian in disebabkan oleh hal-hal yang kompleks dan faktor fisiologis memegang
peranan penting yaitu kekuatan kontraksi otot, koordinasi gerak otot yang merupakan
susunan saraf pusat, fumgsi kardiovaskuler, respirasi yang harus memenuhi kebutuhan
otot yang terkait dengan kebutuhan oksigen dan nutrisi juga fungsi ginjal dalam
mengeluarkan sisa metabolisme dari darah, fungsi hormon dalam mengatur proses
metabolisme serta efektivitas susunan buffer dalam darah. Penurunan aktivitas lansia
harus diimbangi dengan penurunan kalori jika pasokan kalori tidak diimbangi dengan
penggunaan kalori maka akan mengakibatkan keseimbangan kalori tidak seimbang.
5. Perubahaan fisiologis
Perubahan fisiologis pada lansia yang akan mempengaruhi gizi nya adalah
penurunan BMR, gangguan gigi geligi, penurunan sekresi HCL, penurunan fungsi
hati, antropi mukosa dan otot usus, penurunan sekresi usus, perubahan metabolisme
glukosa, penurunan fungsional ginjal, perubahan tulang.
6. Keadaan psikologis
Datangnya usia lanjut merupaka suatu hal yang tidak banyak dihindari dalam
kehidupamn manusia. Harapan mencapai usia panjang merupakan pengharapan
manusia pada umumnya. Faktos psikologis yang mempengaruhi gizi pada lansia
adalah perubahan pola makan depresi, kesepian, kebingungan, dan mereka
beranggapan sudah tidak berharga lagi.
7. Penyakit pada lansia
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit tertentu
sehingga menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk antara lain Diabetes Mellitus,
Hipertensi, penyakit yang diderita seseorang akan berpengaruh terhadap ketersediaan
kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
11

8. Sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi seperti penurunan pendapatan masa pensiun, perubahan
ukuran keluarga, perubahan lingkungan sosial, keterbatasan fasilitas untuk
menyiapkan dan menyimpan makanan akan menyebabkan seseorang rawan gizi.
9. Tingkat penerimaan menu
Berkurangnya daya kecap makanan terasa tidak enak sehinggga lansia hanya
makan sedikit. Kadang lansia merasakan makanan kurang sempurna karena cita rasaa
makanan pun kuranng lezat sehingga lansia memakan makanan lunak yang bisa
menyebabkan menu makan tidak seimbang.
10. Kemunduran biologis
Seperti yang sudah diuraikan tadi bahwa memasuki usia senja, seseorang akan
mengalami beberapa perubahan baik secara fisik maupun biologis, misalnya
tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang, keropos tulang, rambut beruban,
pikun, depresi, sensitivitas indera berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan
kurang lancarnya proses pencernnaan. Oleh karena itu, adupan gizi untuk lansia harus
disesuaikan dengan perubahan kemampuan organ-organn tubuh lansia sehingga dapat
mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal.

2.5. Penilaian Status Gizi Lansia


1. Peniaian klinis
Cara pengukuran ini didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada
jaringan epitel atau bagian tubuh yang lain terutama pada mata, kulit, dan rabut. Selain
itu, pengamatan juga dapat dilakukan pada bagian tubuh yang dapat diraba dan dilihat
atau bagian tubuh lain yang terletak dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Cara ini relative murah dan tidak memerlukan peralatan canggih, namun hasilna sangat
subjektif dan memerlukan tenaga terlatih.
12

2. Penilaian biokimia
Merupakan cara penilaian yang lebih sensitive dan tidak mampu
menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada lansia, seperti hyperlipidemia,
kurang kalori protein, dan anemia defisiensi besi (fe) dan asam folat. Plasma dan serum
memberikan gambaran hasil masukan jangka pendek, sedangkan cadangan dalam
jaringan menggambarkan status gizi dalam waktu lama (jangka panjang).

3. Penilaian dietetik
Biro et al. (2002) mendefinisikan penilaian dietetik sebagai penilaian yang
menggambarkan kualitas dan kuantitas asupan dan pola makan lansia melalui
pengumpulan data dalam survey konsumsi makanan. Metode pengumpulan data
asupan makanan individu terbagi 2, yaitu :
 Jangka pendek : mengumpulkan informasi data makanan saat ini (current). Alat
ukur: 24 hours food recall dan lebih dari 2 hari (dietary recard).
 Jangka panjang : mengumpulkan informasi tentang makanan yang biasa di
konsumsi sebulan atau setahun yang lalu. Alat ukur dietary histori atau food
frekuensi questionnaire (FFQ).
Dietary assessment pada lansia dilakukan melalui pengukuran asupan makanan
secara retrospektif sehingga memerlukan konfirmasi. Hal ini sesungguhnya kurang
tepat dilakukan karena tidak satu pun metode dietary assessment menghasilkan
estimasi kebutuhan energi umum yang akurat pada lansia karena defisit memori atau
gangguan lainnya.
Dietary histori dan Dietary recard tampaknya menghasilkan nilai underestimate
pada makanan yang di konsumsi oleh lansia. Pengunaan 24 hours good recard dan
FFQ lebih tepat digunakan bagi lansia untuk menilai rata-rata asupan zat gizi
dibandingkan food wughting memerlukan waktu lama dan biaya mahal.
13

4. Penilaian antropometri
Antroometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh
manusia secara kuantitatif. Antropometri seringkali digunakan sebagai perangkat
pengukuran antropologi biologi yang bersikap cukup objektif dan terpercaya.
Peruahan komposisi tubuh yang terjadi pada pria dan wanita yang bervariasi sesuai
tahapan penuaan, dapat mempengaruhi antropometri. Akibatnya, nilai standar
antropometri dari populasi dewasa tidak dapat diterapkan pada kelompok lansia.
Seleksi variable-variabel antropometri untuk menentukan status gizi lansia harus
berdasarkan validitas, ketersediaan standarsisasi teknik-teknik pengukuran, data
rujukan, serta kepraktisan.

2.6. Masalah Gizi yang Dapat Terjadi Pada Lansia


1. Gizi lebih
Prevalensi obesitas menunjukkan peningkatan sesuai dengan pertambahan usia.
Pada umumnya berat badan laki-laki mencapai puncak pada usia 5-55 tahun. Pada
wanita antara usia 55-60 tahun tingkat metabolisme basal dan pengeluaran untuk
aktivitas fisik menurun saat memasuki usia dewasa. Akan tetapi asupan kalori tidak
diimbangi sehingga berat badan meningkat.

2. Gizi kurang
Penurunan asupan kalori biasanya sejalan dengan penurunan tingkat
metabolisme susutnya masa tubuh serta menurunnya penggunnaan energi untuk
aktivitas fisik. Hampir 20% lansia mengkonsumsi 1000 kalori sehari. Kekurangan
protein kalori umumnya ditemukan pada lansia.

3.Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu, dan tidak bersemangat.
14

2.7. Cara Memenuhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


Untuk memeuhi kebutuhan nutrisi nya, hal yang perlu diperhatikan oleh lansia , yaitu :
1. Pola makan sehat bagi lansia
Hal utama yang perlu diperhatikan oleh para lansia adalah asupan cairan. Ada
beberapa hal dalam menerapkan pola makan yang perlu diketahui saat memasuki masa
lanjut usia (lansia) berdasarkan panduan dari Cleveland Clinic :
 Orang yang lanjut usia seharusnya mengonsumsi 1-1,2 gr protein/hari per kilogram
(Kg) berat badan. Contohnya, jika seorang lansia memiliki berat badan 70 Kg maka
seharusnya memperoleh 70-100 gr protein per hari. Khusus yang memiliki
gangguan pada ginjal, sebaiknya konsultasi dengan dokter mengenai asupan protein
yang aman.
 Para lansia membutuhkan 1.000 miligram (mg) kalsium per hari dan 1.000 unit
vitamin D per hari.
 Lansia sebaiknya memerhatikan asupan buah dan sayuran sebagai penyeimbang
makanan sehari-hari.
 Lansia seharusnya mengonsumsi multivitamin jika pola makan mereka tidak
seimbang, sehabis sakit atau berat badan berkurang. Vitamin tidak termasuk
protein.
 Ingat lansia harus mengonsumsi cairan yang cukup setiap hari.

2. Puasa untuk lansia


 Lansia umumnya memiliki beberapa karakterisik selain usianya yang lanjut, seperti
telah memiliki berbagai macam penyakit kronis degeneratif, fungsi organ sudah
menurun, dan kapasitas cadang organ tubuh sudah terbatas. Volume cairan tubuh
lansia sudah menurun. Nafsu makan lansia seringkali menurun akibat masalah gizi
gigi geligi, faktor sosial, psikologis, fisik, maupun faktor lainnya. Selain itu,
gerakan lambung dan pengosongan lambung juga menurun seuiring menigkatnya
usia.
15

 Tidak didapatkan gangguan fungsi ginjal selama asupan cairan terpenuhi. Setelah
puasa ramadhan, kadar kolesterol total, Kolesterol LDL, trigliserida dan asam urat
menurun.
 Penelitian menyimpulkan tidak ada pengaruh negative pada pasien DM selama
penderita mengikuti petunjuk yang diberikan dokter. Degan catatan, pasien tersebut
dalam kondisi terkendali kadar gula darahnya dan diijinkan dokter untuk berpuasa.
 Lansia yang sehat atau lebih tepatnya terkontrol penyakitnya dan stabil kondisi
fisiknya, dapat tetap berpuasa.
 Lansia yang menjalani puasa perlu dipantau asupan makanan dan minumannya,
sejak berbuka hingga sahur.
 Penting sekali memenuhi kebutuhan cairan bagi lansia, yaitu 30-50cc perkilogram
berat badan per hari(8-10 gelas)
 Pola makan yang dianjurkan ketika berpuasa bagi lansia adalah 40% kalori saat
sahur, 50% kalori saat berbuka puasa yang dibagi 2 yaitu makanan ringan/segar saat
berbuka (sebelum sholat maghrib) dan makanan padat/ besar setelah sholat
maghrib, kemudian 10% kalori sesudah sholat tarawih, berupa makanan kecil.
 Waspadai terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) dan hipoglikemia (penurunan
kadar gula darah yang berlebihan)
 Monitor kesehatan lebih sering, seperti kadar gula darah dan tekanan darah,
khususnya bagi lansia dengan DM dan Hipertensi.
 Dianjurkan untuk Berolahraga dalam meningkatkan Ketahanan seperti berjalan
kaki, lari ringan, senam dan berkebun. Untuk meningkatkan kelenturan harus
melakukan peregangan, yoga, mencuci pakaian atau mobil, dan mengepel lantai.
Untuk Kekuatan seperti melakukan naik turun tangga, membawa belanjaan dan
menyapu rumah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pemaparan-pemaparan di bab sebelumnya, penulis dapat
menyimpukan:
1. Gizi adalah bahan makanan yang dikonsumsi oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga,
membangun dan memelihara jarinngan dalam tubuh.
2. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh
siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya.
3. Para lansia harus memperhatikan kebutuhan nutrisi nya seperti karbohidrat, lemak,
vitamin, air dan mineral untuk dapat mempertahankan kesehatannya.
4. Lansia harus menghindari faktor penyebab yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan
kebutuhan gizi mereka dan mereka harus dapat mengimbanginya.
5. Penilaian status gizi pada lansia dilakuan melalui beberapa tahap yaitu : penilaian
klinis, penilaian biokimia, penilaian dietetic, dan penilaian antropometri.
6. Para lansia harus mempehatikan asupan makanan dan nutrisinya agar tidak mengalami
masalah seperti kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi.
7. Cara pemenuhan nutrisi bagi lansia yaitu harus menerapkan pola makan sehat seperti
mengonsumsi protein dan kalsium dengan baik. Dapat dilakukan juga puasa bagi
lansia, dan yang terpenting adalah menjaga agar tubuh mereka tetap sehat dan bugar
dengan cara rajin berolahraga.

3.2 Saran
Diharapkan bagi para lansia untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi nya
secara seimbang agar dapat meningkatkan angka harapan hidupnya. Berolahraga dengan
bijak akan membantu membuat para lansia tidak mengeluh sakit ketika menua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fatmah. 2010. Gizi Usial Lanjut: Jakarta: Erlangga.

Hayati, Nur, Aprilia, Dini Setianingsih. 2012. Nutrisi Lansia. Sumedang: PT. Ade_OST3.

Miasih, Cahya, Diki Priatna, dkk. 2009. Kecukupan Gizi dan Nutrisi Pada Lansia. Cimalaka:
Mahasiswa.

17

Anda mungkin juga menyukai