Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGATURAN GIZI ATAU NUTRISI PADA LANSIA

DOSEN
NONCE LEGI, S.Si, M.Kes

OLEH:
KELOMPOK I

Stendy Ali Muzdhalifah Badu


Chandra Gunawan Ni Nyoman Ariasi
Qivly Lumbu Nurul Janah
Maria Wetik Nadeine Wondal
Violin Bonean Misioury Lumapow

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


MARET 20122
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia...........................................2
B. Perubahan anatomi dan fisiologi.............................................................2
C. Keadaan Gizi Lansia................................................................................3
D. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia.......................................................5
E. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia.......................................7
F. Kebutuhan Gizi Pada Lansia...................................................................7
G. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia..........................8
H. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia............................................................9
I. Menu Sehat Bagi Lansia........................................................................14
J. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia......................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................18


A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Kritik dan Saran.....................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

i
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Menu Lansia................................................................................................9
Gambar 2. Menu Lansia..............................................................................................13

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Gizi dan Diet tentang
Pengaturan Gizi Pada Lansia ini dapat kami selesaikan.
Makalah Pengaturan Gizi Pada Lansia ini bertujuan untuk memberikan
laporan kepada dosen atau mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini
disajikan informasi mengenai hasil rangkuman materi yang saya lakukan mengenai
Pengaturan Gizi Pada Lansia.
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi
pedoman di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak Terima kasih.

Tim Penyusun

Kelompok VI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil
mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau
membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas
hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia
disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor
lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi
akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah
pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status
gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non-
degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan
dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu
dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh
karena penyakit yang sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-
sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia
berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar
adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia


Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi
kurang maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit
atau terjadi sebagi akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menetukan terlebih dahulu ada tidaknya
gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan
gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki

B. Perubahan anatomi dan fisiologi


Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan
berakhir saat kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma
melampaui proses katabolisma. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat
kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau proses degenerasi lebih besr
daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat yang timbul adalah
hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan
gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992).
Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body
mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di semua system di dalam
tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik yang berhubungan dan
mempengaruhi status gizi lansia.
a. Alat indera
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara
langsung dan tak langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan
makanan. Papila pengecap mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari
jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia 74-85 tahun. Terjadi
penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul
glossodyna atau nyeri pada lidah.

2
b. Saluran cerna/digestif
Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang
terjadi sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari
kolesistokin. Akibat yang muncul adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan
gigi palsu yang tidak tepat akan makin memberikan rasa sakit dan tak nyaman
saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi
gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh
karena berkurangnya sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan
penurunan absorpsi kalsium dan non-hem-iron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12,
malabsorbsi lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu
terjadi penurunan motilitas usus, hiungga terjadi konstipasi.
c. Metabolisma
Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan
mengakibatkan kenaikan glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap
dekade umur. Hal ini terjadi mungkin karena penurunan produksi insulin atau
karena respon jaringan terhadp insulin yng menurun. Metabolisma basal (BM)
menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena
berkurangnya lean body mass pada lansia.
d. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon
asam basa terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan
sisa-sia metabolisma protein dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan
merupakan beban tersendiri.
e. Fungsi jaringan
Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal
adalah 82 % untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 %
taste buds dan 56 % berat otak.

3
C. Keadaan Gizi Lansia
1. Definisi lansia
a. Manusia lanjut usia à mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun)
dan older elderly (75 tahun)
b. Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian,
yaitu usia 75 – 84 tahun dan 85 tahun
c. Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia
jika telah berumur di atas 60 tahun
2. Kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia
Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang
bersifat primer maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi
ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan
hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental, kemiskinan dan
iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera,
gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat
gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau
disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada
lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada
keinginan untuk masak.
Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami
hemiparese/hemiplegia, artritis dan ganggun mata. Gangguan mental terjadi
pada lansia yang dement dan mengalami depresi. Kondisi iatrogenik dapat
terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk jangka waktu lama,
hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya gangguan selera, megunyah
dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan fungsi alat pencernaan dan
pancaindera, sebagai akibat penyakit berat tertentu, pasca operasi, ikemik
dinding perut dan sensitifitas yang meningkat terhadap bahan makanan
tertentu seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber ’gluten’(misalnya
ketan). Kebutuhan yang meningkat terjadi pada lansia yang mengalami

4
keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protien yang terjadi pada
mereka yang harus berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan
yang mengalami panas yang tinggi.
Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang
kalori protein) kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat
dilihat dengan mudah melalui penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan
rendahnya BB seorang lansia dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan
zat gizi laing yang banyak muncul adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia
gizi, defisiensi B1 dan B12.
Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency
denga ngaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang
membaik dan tersedianya berbagai makanan siap sji yang enak dan kaya
energi. Utamany sumber lemak, terjadi asupan makan dan zat-zat gizi
melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelbihan gizi yang dimulai pada awal
usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat
pula disertai dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti
diabetes mellitus dan dislipidemia. Penyakit-penyakit tersebut akan
memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus dijalani
sepanjang usia yang masih tersisa.

D. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia


Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi
berbagai tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung.
Penilaian secara langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik, antropometrik,
biokimia dan biofisik.
Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala
yaitu:
1. tanda-tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi
2. gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
3. gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi

5
Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai
organ seperti rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya.
Pemeriksaan antropometrik adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan
komposisi tubuh secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan.
Pemgukuran yang dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua hasil pengukuran tersebut harus
dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam melakukan interpretasi,
digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional maupun nasional seperti
baku WHO, NCHC, Havard, dan sebagainya.
Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat
memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya
osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang
columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi
badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks
massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata
korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi
yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.
Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh,
namun yang paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii
tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti
vitamin A, besi, iodium protein dan sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan
misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis, jantung untuk
kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu.
Penimbangan Berat Badan
1. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan
BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan
dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan
kekurangan berat badan.

6
2. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya
gizi kurang

E. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia


Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan
Pedman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan
dasar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan
memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi yang
dihadapi para lansia.
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)
3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan
4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan
lemak.
7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian.
8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar
berlebihan, kurangi konsumsi makanan dengan pengawaet

F. Kebutuhan Gizi Pada Lansia


1. Kalori
Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena
metabolisme seluruh sel dan kegiatan otot berkurang

7
2. Protein
Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat
badan/hari untuk mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan
protein meningkat sebagai tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka
baker, patah tulang dan pembedahan
3. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari
kalori total
4. Lemak
Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan
dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah
5. Serat
Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit
Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang,
yang akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena
kelemahan tonus otot dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik
berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat
6. Vitamin
Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap
berlangsung pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6,
B12, vitamin D dan asam folat

G. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia


1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau
ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

8
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.

H. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia


Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang
berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an.
Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus
terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia
menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut usia
(lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal,
penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya),
sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah.
Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan
pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun.
Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan
menurun.  Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang,
dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko menimbulkan kurang
gizi.
Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari
Gambar 1. Menu Lansia

9
Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua
Waktu Makan Pria (2200 kal) Wanita (1850 kal)
1 ½ gls nasi/ pengganti 1 gls nasi/ pengganti
1 butir telur (Telur Mata 1 btr telur
Sapi) 100 gr sayuran
Pagi
100 gr sayuran (Cah 1 gls susu skim
Kangkung)
1 gls susu skim
Pukul 10.00 Snack/buah (Nagasari) Snack/buah
1 ½ gls nasi 1  gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas 50 gr daging/ikan/unggas
(Pepes Ikan)
25 gr tempe/kacang-kacangan 25 gr tempe/kacang-kacangan
Siang
(Tempe bb Tomat) 150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sayur Asem) 1 ptg buah
1 ptg buah (Semangka)

Snack/ buah
Pukul 17.00 Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)

1 ½ gls nasi
1  gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr daging/ikan/unggas
(Basho Daging)
Malam 50 gr tahu
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah
1 ptg buah (Pisang)

10
Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua
antara lain (Dickinson A, 2002) :
1. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel
ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa
beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
2. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi
fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan
rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam
waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
3. Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi
pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka,
pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon.
Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam
merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
4. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi,
dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi
tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel  helper, produksi cytokine.
5. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit
kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
6. Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang
tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi
kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
7. Zinc.

11
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung
mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan
DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan pembelahan sellular.
Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit T, respons
limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.
8. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
9. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada
sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan
distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan
respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang tinggi
mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
10. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang
dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin
E dapat membantu peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia.
Vitamin E adalah antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari
kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan
pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi
oleh vitamin E (Murray F, 1991).
11. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua,
meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan
mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
12. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-
sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong
mukosa membran termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme,
menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan

12
garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta karoten
(prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin
berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki
jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi
yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997.
Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki
infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang hanya
diberikan plasebo.

13. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
14. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita
anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan
dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat
peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua
disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi
vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat
memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting
dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6
menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid
dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi
dan imunitas sellular.
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam
sehari :                 
         Menu untuk Lansia dalam sehari :
Gambar 2. Menu Lansia

WAKTU MENU PORSI

13
Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas
Selingan Papais 2 bungkus
Siang Nasi 1 piring
Semur 1 potong
Pepes tahu 1 bungkus
Sayur bayam 1 mangkok
Pisang 1 buah
Selingan Kolak pisang 1 mangkok
Malam Mie baso 1 mangkok
Pepaya 1 buah

I. Menu Sehat Bagi Lansia


Perencanaan Makanan untuk Lansia
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam,
yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering
dengan porsi yang kecil.
3. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
4. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang

14
terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi.
5. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.
6. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah
dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-
gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang
baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil
tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah
sebaiknya diberikan.
7. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
8. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging
rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
9. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,
atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.
Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
1. Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih
muda karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi
yang dianjurkan untuk usia lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk
wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan
tetap ideal.
3. Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber
karbohidrat adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi,
singkong, dll.
4. Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.

15
5. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu,
telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya
berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.
6. Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau
sekitar 50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu
penuh (full cream), keju dan mentega.
7. Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung,
alpukat, dll.
8. Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
9. Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet
10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat
sehari untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari
sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian seperti kacang.
11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe,
yogurt, dll. Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering
namun porsi kecil.
13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari
makanan yang terlalu gurih dan manis.
14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.

J. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia


Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa
kegiatan yang harus dilakukan seperti :
1. Olah raga yang teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu
beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau
kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang

16
sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan
yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam
dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat
diberikan.
2. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau
kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat
tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh
karena itu orang pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat.
3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan
ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan
tubuh  adalah mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau
sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan
kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim),
memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah
dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran
setiap hari, tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden,
karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara
periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang
yang tinggal bersama Lansia.
4. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak
sedang sakit, lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara
berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga
pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko yang
menyebabkan penyakit dapat dicegah.
5. Mental dan batin tenang dan seimbang

17
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup
yang penuh dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat
menyebabkan stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa
akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa
membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk
mengendalikan emosi  yang tinggi dan untuk melemaskan otak  dari
kelelahan.
6. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu,
bisa di pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau
teman dan tetangga.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13
tahun 1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu
peraturan alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x
20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari
3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif
mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen
terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi
sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya
pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai
kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-
menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pada
hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran
secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang
mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.

B. Kritik dan Saran


Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu

19
waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk
kesempernuan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan
yang bersifat membangun kepada semua pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam
11.31.wib.

21

Anda mungkin juga menyukai