Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN

Dosen Pembimbing : Ria Roswita, M.Kes. Ns., Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :
Kelompok 7
Adila Alfina Rahmah P07120220001
Farah Annisa P07120220013
M. Ihsan Maulana P07120220026
Nur Azizah P07120220033
Nurhikmah P07120220034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi tuhan semesta alam yaitu Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami selaku kelompok 7
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Keperawatan Gerontik, yang dibimbing oleh Ria Roswita, M.Kes. Ns.,
Sp.Kep.Kom selaku dosen mata kuliah tersebut, dengan harapan semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Kami sadari bahwa makalah ini masih belum termasuk dalam kategori sempurna,
maka dari itu diharapkan adanya masukan dan saran dari semua pihak untuk
kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Banjarbaru, Oktober 2023

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Percernaan...............................................................
B. Etiologi........................................................................................................
C. Patofisiologi................................................................................................
D. Manifestasi Klinis.......................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................
F. Penatalaksanaan..........................................................................................
G. Komplikasi .................................................................................................
H. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................
I. Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Gangguan Pencernaan............

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas dan memasuki tahap akhir dari fase
kehidupannya. Selain itu lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. (Pudjiastuti, 2003, dalam Muhith dna Siyoto, 2016)
Sedangkan Penuaan (aging) adalah proses yang terjadi perlahan-lahan
akibat metabolisme yang menurun secara bertahap. Kondisi ini melibatkan banyak
hal, seperti proses biologis, fisiologis, lingkungan, psikologis, perilaku, dan sosial
seseorang, hal ini dialami oleh para lansia. Perubahan pada biologis terjadi hampir
di seluruh sistem tubuh pada lansia, salah satunya adalah sistem pencernaan pada
lansia. Perubahan pada sistem pencernaan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan secara anatomis dan fisiologis yang dapat mempengaruhi kemampuan
sistem pencernaan dalam bekerja dan berimplikasi terhadap status gizi lansia.

Selain karena faktor usia, gangguan pencernaan pada lansia dapat


diakibatkan oleh pola hidup tidak sehat saat usia muda, terutama dari makanan
ataupun minuman yang dikonsumsi. Adapun beberapa gangguan pencernaan yang
dapat dialami oleh lansia antara lain seperti penyakit divertikular, GERD,
sembelit, ulser, dan polip.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teori pada gangguan pencernaan pada lansia?
Konsep teori, meliputi : Pengertian, etiologi, patofisiologis, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasi.
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gangguan pencernaan pada lansia?
C. TUJUAN
1. Untuk memahami konsep teori pada gangguan pencernaan pada lansia
2. Untuk memahami konsep asuhan keperawatan gangguan pencernaan pada
lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Konsep Gerontik
a. Definisi Lansia

Definisi Lansia menurut Undang-Undang yaitu:


1) UU no 4 tahun 1965 yang memberikan pengertian bahwa
lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang mencapai umur
55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari
orang lain
2) UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, yang
menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun.
Menurut WHO lansia atau usia lanjut adalah usia dimana
meskipun terkadang memunculkan masalah sosial, tetapi
sebetulnya bukanlah merupakan suatu penyakit. Selain itu
masih ada batasan-batasan atau definisi lansia yang
disampaiakan oleh beberapa ahli, dan dari pendapat - pendapat
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lanjut usia atau Lansia
diartikan sebagai fase/masa terakhir kehidupan manusia
dengan mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun
mental.4
Menurut Depkes umur lansia digolongkan menjadi :
Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), kelompok lansia (65
tahun ke atas); dan kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia
yang berusia lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut WHO
(1999) lansia digolongkan berdasarkan usia
kronologis/biologis yaitu usia pertengahan (middle age) antara
usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60
dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Menua atau penuaan adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan memperbaiki fungus
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang didapat.
b. Perubahan Sistem Pencernaan pada Lansia
Digesti (pencernaan) adalah proses pemecahan zat-zat
makanan sehinggadapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan.
Proses digesti meliputi:
1) pengambilan makanan (prehensi),
2) memamah (mastikasi),
3) penelanan(deglutisi),
4) pencernaan (digesti),
5) pengeluaran sisa-sisa pencernaan(egesti).
Berdasarkan proses pencernaannya dapat dibedakan
menjadi digestimakanan secara mekanis, enzimatis, dan
mikrobiotis. Hasil akhir proses pencernaan adalah terbentuknya
molekul-molekul atau partikel-partikel makanan yakni:
glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siapdiserap
(absorpsi) oleh mukosa saluran pencernaan. Selanjutnya,
partikel-partikelmakanan tersebut dibawa melalui sistem
sirkulasi (tranportasi) untuk diedarkandan digunakan oleh sel-
sel tubuh sebagai bahan untuk proses metabolisme(assimilasi)
sebagai sumber tenaga (energi), zat pembangun (struktural),
danmolekul-molekul fungsional (hormon, enzim) dan keperluan
tubuh lainnya.

1) Rongga Mulut
Kehilangan gigi penyebab utama adanya Periodontal
disease yang biasaterjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk. Indera pengecap menurun disebabkan adanyairitasi
kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80
%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah
terutama rasa manis danasin, hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap tentang rasa asin, asam, dan pahit.
a) Gigi
Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah
yang terus menerus. Dimensi vertikal wajah menjadi
lebih pendek sehingga merubah penampilan estetik
fungsi pengunyah. Meningkatkan insiden
kariesterutama bagian leher gigi dan akar, karies
sekunder di bawah tambalan lama. Jaringan
penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga
gigi goyang dan tanggal.
b) Muskulus
Koordinasi dan kekuatan muskulus menurun
sehingga terjadi pergerakan yang tidak terkontrol
dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis
c) Mukosa
Jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-
tanda tipis, merah,mengkilap, dan kering. Terjadi
degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi
danviskositas saliva menurun. Sendi Temporo
Mandibular (Art TemporoMandibularis) Perubahan
pada sendi Temporo Mandibularis sering
sudahterjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada
sendi Temporo Mandibularis ini akibat dari proses
degenerasi. Dengan manifestasi adanyaTM joint
sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi,
sehingga sukar membuka mulut secara lebar.
d) Lidah
Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil
lidah dan terjadinyafisura-fisura. Sehubungan
dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap
pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh
tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa
tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah
biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian
besar gigi
2) Esofagus
Esophagus mengalami penurunan motilitas, sedikit dilatasi
atau pelebaran seiring penuaan. Sfingter esophagus bagian
bawah (kardiak) kehilangan tonus. Refleks muntah pada
lansia akan melemah, kombinasidari faktor-faktor ini
meningkatkan resiko terjadinya aspirasi pada lansia
3) Lambung
Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini
menyebabkan sekresi asamlambung, pepsin dan faktor
intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansiamenjadi
lebih kecil, sehingga daya tampung makanan berkurang.
Proses pengubahan protein men;jadi pepton terganggu.
Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa
lapar juga berkurang. Absobsi kobalaminmenurun
sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah. Kesulitan
dalam mencerna makanan adalah akibat dari atrofi mucosa
lambung dan penurunan motalitas lambung. Atrofi
mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi
asam hidrogen-klorik (hipoklorhidria), dengan
pengurangan absorpsi zat besi, kalsium, dan vitaminB 12.
Motilitas gaster biasanya menurun, dan melambatnya
gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar dari
lambung dan terus melalui usus halus dan usus besar
4) Usus Halus
Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas
permukaan berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan
sel epithelial berkurang. Didaerah duodenum enzim yang
dihasilkan oleh pankreas dan empedu jugamenurun,
sehingga metabolisme karbohidrat, protein, vitamin B12
dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda Keadaan
seperti ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai
maldigesti dan mal absorbsi.
5) Pankreas
Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun
sehingga kapasitasmetabolisme karbohidrat, protein dan
lemak juga menurun. Pada lansia seringterjadi pankreatitis
yang dihubungkan dengan batu empedu.
6) Hati
kuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun
pada usia kurang dari40 tahun 740 ml/menit, pada usia
diatas 70 tahun menjadi 595 ml/menit. Ukuranhati
mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia
kurang dari 40 tahun740 ml/menit, pada usia diatas 70
tahun menjadi 595 ml/menit. Hati berfungsisangat penting
dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak.Disamping juga memegang peranan besar dalam
proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin,
konjugasi billirubin dan lain sebagainya.
Denganmeningkatnya usia, secara histologik dan anatomik
akan terjadi perubahan akibatatrofi sebagiab besar sel,
berubah bentuk menjadi jaringan fibrous. Hal ini akan
menyebabkan penurunan fungsi hati. Proses penuaan telah
mengubah proporsi lemak empedu tanpa
perubahanmetabolisme asam empedu yang signifikan.
Faktor ini memengaruhi peningkatan sekresi kolesterol.
Banyak perubahan-perubahan terkait usia terjadi dalam
sistem empedu yang juga terjadi pada pasien-pasien yang
obesitas
7) Usus Besar dan Rektum
Pada lansia terjadi perubahan dalam usus besar termasuk
penurunan sekresi mukus, elastisitas dinding rektum,
peristaltic kolon yang melemahgagal mengosongkan
rektum yang dapat menyebabkan konstipasi. Pada usus
besar kelokan-kelokan pembuluh darah meningkat
sehingga motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini
akan menyebabkan absorpsi air dan elektrolik meningkat
(pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi makanan), feses
menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air
besar merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia.
Proses defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi
dinding abdomen jugaseringkali tidak efektif karena
dinding abdomen sudah melemah

2. Gangguan Pencernaan pada Lansia


a. Konstipasi
Secara luas, konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi jarang
atau kesulitan pergerakan feses, Konstipasi adalah suatu
penurunan frekuensi pergerakan usus yang disertai dengan
perpanjangan waktu dan kesulitan pergerakan feses. Konstipasi
dikategorikan dalam dua golongan :
1) Konstipasi fungsional, disebabkan waktu perjalanan yang
lambatdari feses
2) Konstipasi karena penundaan keluarnya feses pada muara
rektisigmoid menunjukkan adanya disfungsi anorektal.
Yang terakhir ditandai adanya perasaan sumbatan pada
anus.

Tanda-tanda klinis dari konstipasi sebagai berikut :


1) Mengejan berlebihan saat BAB
2) Massa feses yang keras
3) Perasaan tidak puas saat BAB
4) Sakit pada daerah rektum saat BAB
5) Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses

Makanan yang menyebabkan konstipasi pada lansia adalah:


1) Makanan yang tinggi lemak Contoh : minyak kacang
tanah, minyak kelapa sawit, minyak kelapa,ayam, daging
sapi, mentega, margarin, keju, susu kental manis,
tepungsusu, dan sebagainya.
2) Makanan yang tinggi gula Seperti makanan yang manis-
manis, keju, dan makanan olahan
3) Kurangnya asupan serat. Diet serat yang dianjurkan adalah
20 gram—35 gram per hari dan cukup untuk pemeliharaan
tanpa efek negatif terhadap kesehatan

Akibat-akibat konstipasiantara lain:


1) Impaksi feses. Impaksi feses merupakan akibat dari
terpaparnya feses pada daya penyerapan dari kolon dan
rektum yang berkepanjangan.
2) Volvulus daerah sigmoid. Mengejan berlebihan dalam
jangka waktu lama pada penderita dengan konstipasi
dapat berakibat prolaps dari rektum.
3) Haemorrhoid. Tinja yang keras dan padat menyebabkan
makin susahnya defekasi sehingga ada kemungkinan
akan menimbulkan haemorrhoid.
4) Kanker kolon. Bakteri menghasilkan zat-zat penyebab
kanker. Konsistensi tinja yang keras akan memperlambat
pasase tinja sehingga bakteri memiliki waktu yang cukup
lama untuk memproduksi karsinogen dan karsinogen
yang diproduksi menjadi lebih konsentrat.
5) Penyakit diverticular. Mengedan berlebihan (peningkatan
tekanan intraabdominal) pada penderita konstipasi dapat
menyebabkan terbentuknya kantung-kantung pada
dinding kolon, di mana kantung-kantung ini berisi sisa-
sisa makanan. Kantung-kantung ini dapat meradang dan
disebut dengan divertikulitis.
b. Diare
Pada kelompok lansia, sistem pertahanan tubuh mulai
mengalami penurunan. Dapat disebabkan karena terjadinya
sistem penurunan di berbagai proses metabolisme tubuh
termasuk sintesis protein yang bekerja pada sistemimunitas,
maupun penurunan efektivitas penyerapan air pada sistem
cerna. Jika yang terjadi adalah penurunan kekebalan tubuh,
diare yang menyerang lansia sangat dimungkinkan disebabkan
oleh adanya infeksi bakteri. Namun jika penyerapan air yang
terganggu, maka jenis makanan berperan penting didalam
kasus diare pada lansia ini.
c. Maag
Jenis gangguan pencernaan pada lansia lainnya adalah
maag. Penyakit asam lambung ini banyak dialami. Tanda dan
gejalanya meliputi:
1) Mulas
2) rasa asam, atau pahit pada bagian belakang mulut atau
tenggorokan
3) masalah menelan, mual,
4) nyeri dada,
5) lambung terasa sakit seperti ditusuk-tusuk.,
6) mual dan muntah,
7) kembung juga dirasakan oleh sebagian besar penderita
maag di usia lanjut.
Keadaan dinding lambung pada lansia sudah relatif lebih
tipis dibandingkan dengan dinding lambung pada usia yang
lebih muda. Oleh karena itu, iritasi oleh akibat asam
lambung berlebih lebih cepat menimbulkan terjadinya
gastritis pada lansia.
d. Usus melilit
Gejala menyerupai kolik usus sering dirasakan oleh para
lansia. Mereka biasa menyebut sebagai usus melilit. Padahal
yang terjadi sebenarnya adalah rasa perih disebabkan oleh
terjadinya kontraksi pada intestinum yang tidak teratur. Hal
tersebut dapat muncul salah satunya akibat sistem hormonal
yang sudah kurang bagus keteraturannya. Terkadang hormone
stress seperti kortikosteroid tersekresi secara berlebih dan
mengakibatkan adanya kontraksiusus halus yang kurang
teratur. Terkadang rasa sakit ini disertai dengan keluhan lain
seperti dada terasa sakit, jantung berdebar.

3. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas
penyakit dan penyebab pada pasien, meliputi :
a. Pemeriksaan Darah Lengkap (CBC). Tes ini digunakan untuk
memeriksa adanya antibodi., menghitung dan memeriksa tanda
infeksi, memeriksa Anemia, dan memeriksa dehidrasi.
b. Pemeriksaan elektrolit dan urinalisis untuk mengevaluasi
ketidakseimbangan cairan elektrolit dan sepsis.
c. Pemeriksaan Kleatinin dan nitrogen urea darah (BUN)
d. Pemeriksaan Feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif mengindikasikan
terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadapadanya
darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan
pada lambung.
e. Rongten abdomen untuk menentukan lokasi, pola, dan jenis
pada obstruksi saluran cerna.
f. Endoskopi dan kalonoskopi. Dengan test ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas dan
usus besar yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan yaitu sebagai berikut meliputi pengumpulan data,
penegakan diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan (Aspiani, 2014, pp. 176-178) yaitu sebagai berikut :
a. Identitas
Identitas klien yang bisa dikaji pada sistem pencernaan adalah
nama, alamat, pendidikan dan usia, karena ada beberapa penyakit
pencernaan banyak terjadi pada klien di atas usia 60 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukann pada klien dengan penyakit
pencernaan seperti ulkus peptikum dan gastritis adalah klien
mengeluh nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat keluhan saat ini bagimana uraian penyakit yang diderita
oleh klien dari mulai rasa timbulnya keluhan yang dirasakan
sampai klien dibawa ke Rumah Sakit, riwayat pemeriksaan diri ke
tempat lain selain dari Rumah Sakit umum serta pengobatan apa
yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan pada saat
pengkajian.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu klien seperti apakah ada riwayat
penyakit hematologi sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja
yang berhubungan dengan konsumsi makanan yang merangsang
atau pedas, penggunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi
alkohol dan merokok pada klien.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian pada klien dengan menanyakan apakah dalam keluarga
ada yang menderita penyakit yang sama karena faktor genetik atau
keturunan.
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Pengkajian pada klien adalah aktivitas apa saja yang biasa
dilakukan sehubungan dengan adanya gejala seperti nyeri ulu hati,
mual dan muntah yang terjadi.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum pada lansia yang mengalami gangguan
pencernaan biasanya lemah.
2) Kesadaran klien biasanya composmentis, apatis, sampai
somnlen yang biasanya ditemukan.
3) Tanda-tanda vital
Terdiri dari pemeriksaan suhu normalnya 37 °C, nadi
meningkat sekitar rentang N: 70-82x/menit, tekanan darah
biasanya menurun, pernafasan biasanya mengalai normal atau
meningkat.
4) Pemeriksaan review of system (ROS)
a) Sistem pernapasan (B1 : Breathing) yang dapat ditemukan
berupa peningkatan nafas atau masih dalam batas normal.
b) Sistem sirkulasi (B2:Bleeding) dengan mengkaji apakah
klien ada penyakit jantung, frekuensi nadi apikal, sirkulasi
perifer, warna dan kehangatan.
c) Sistem persarafan (B3: Brain) dengan mengkaji ada atau
hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan atau hilang fungsi. Pergerakan mata atau
kejelasan melihat, dilatasi pada pupil, agitasi (muncul
akibat dari nyeri dan ansietas).
d) Sistem perkemihan (B4: Bledder), dengan mengkaji
apakah ada perubahan pada pola berkemih, spseri
inkontinensi urin, disuria, distensi kandung kemih, warna
dan bau urin, dan kebersihannya.
e) Sistem pencernaan (B5: Bowel), dengan mengkaji apakah
mengalami konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi,
auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi
abdomen, nyeri tekan abdomen.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone), dengan mengkaji
apakah ada nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada
area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
h. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan pada lansia.
2) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/muntah dan makanan kesukaan pada lansia.
3) Pola eliminasi
Menjelaskan polafungsi eksresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknyamasalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan
kateter.
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahatm an persepsi terhadap
energi, dan jumlah jam tdur pada siang dan malam hari,
masalah tidur dan insomnia.
5) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan
sirkulasi, dan riwayat penyakit jantung, frekusni, irama dan
kedalaman pernapasan dan
pengkajian indeks KATZ.
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran
klien terhadap anggota kelurga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak ounya rumah dan masalah keuangan.
Pengkajian APGAR keluarga.
7) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sendori dan kognitif yang meliputi
pola persepsi sensori pengkajian penglihatan, pendengaran
perasaan, pembau. Pengkajian pada status mental
menggunakan tabel Short Portable mental Status Quesionare
(SPMSQ).
8) Pola persepsi dan konsep diri
Menggamabrkan tentang sikap tentang diri dan persepsi
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan
gambaran diiri, harga diri, peran dan idnetitas diri. Manusia
sebagai sistem terbuka dai makhluk bio-psikososio- kultral-
spiritual, kecemasan, ketakutan dan dampak terhadap sakit.
Pengkajian ini bisa menggunakan Depresi Back.
9) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/ masalah terhadap seksualitas.
10) Pola mekanisme atau penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Meggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan
termasuk spritual.

2. Diagnosa Medis dan Keperawatan


a. Diagnosa medis : Gastritis
1) Diagnosa keperawatan
- Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif ( muntah, perdaharan,
diare)
- Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis
b. Diagnosa medis : GERD
1) Diagnosa keperawatan
- Ketidakseimbangan nutrisi / Defisit nutris b.d
ketidakmampuan mencerna makanan
- Nausea b.d iritasi lambung
- Nyeri akut b.d agen pencidera fisilogis
c. Diagnosa media : Konstipasi
1) Diagnosa keperawatan
- Konstipasi b.d penurunan motilitas gastro instestinal
- Nyeri akut b.d akumulasi fases keras pada abdomen
d. Diagnosa medis : Diare
1) Diagnosa keperawatan
- Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif ( muntah, perdaharan,
diare)
- Ketidakseimbangan nutrisi / Defisit nutris b.d penurunan
intake makanan

3. Kriteria Hasil
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam maka masalah
keperawatan hipovolemia teratasi dengan kriteria hasil
1) Kekuatan nadi meningkat
2) Tirgor kulit meningkat
3) Intake cairan membaik

b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam maka masalah


keperawatan nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Ttv membaik
5) Mual / muntah menurun
c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam maka masalah
keperawatan ketidak seimbangan nutrisi/ Defisit nutrisi teratasi
dengan kriteria hasil
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Bb membaik
3) Nafsu makan membaik
4) Frkuensi makan membaik

d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam maka masalah


keperawatan nausea dapat teratasi dengan kriteria hasil
1) Keluhan mual menurun
2) Perasaan ingin muntah menurun

e. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam maka masalah


keperawatan konstipasi dapat teratasi dengan kriteria hasil
1) Kontrol penegluaran feses meningkat
2) Keluhan defikasi lama dan sulit menurun
3) Nyeri abdomen menurun

4. Intervensi keperawatan
a Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif (muntah, perdarahan)
1) Manajemen Hipovolemia
Observasi :
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, lemah, volume urin
menurun)
- monitor intake dan output cairan
Teraupetik :
- hitung kebutuhan cairan
- berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemebrian cairan IV isotonis ( mis, NaCL, RL)
- Kolaborasi pemebrian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa
2,5%,
- NaCL 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.albumin)

b Nyeri akut b.d agen pencidera fifiologis


1) Manajemen nyeri
Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- identifikasi skala nyeri
- identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan
nyeri
Teraupetik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (
- teknik napas dalam)
- Kontrol lingkungan yang memeprberat nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, pemicu, dan periode nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepay
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri

c Ketidakseimbangan nutrisi/ defisit nutris b.d ketidakmampuan


mencerna
Makanan
1) Manajemen nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrien
- Monitor asupan makan
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Teraupetik :
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Edukasi :
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemebrian medikasi sebelum makan(mis.pereda
nyeri), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

d Nausea b.d iritasi lambung


1) Manajemen mual
Observasi :
- Identifikasi pengalaman mual
- Identifikasi penyebab mual
- Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis.
Nafsu makan,aktivitas, kinerja )
- monitor mual ( mis. Frekuensi, durasi, tingkat keperahan)
Teraupetik
- Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual ( mis.
Kecemasan, ketakutan, dan kelelahan)
- Berikan makanan dalam jumlah kecil
Edukasi :
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat da rendah lemah
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antiemeetik, jika perlu

e Konstipasi b.d penurunan motilitas gastro intestinal


1) Manajemen konstipasi
Observasi :
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus, karakteristik feses ( konsistensi,
bentuk, volume, dan warna)
- Identifikasi faktor resiko konstipasi (mis. Obat-obatan, tirah
baring, dan diet rendah serat)
- Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan/ perotonitis
Teraupetik :
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen, jika perlu
Edukasi :
- Jelaskan etiologi masalah dan tindakan
- Latih buang air besar secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tim medis tentang penurunan /
peningkatan
- frekuensi suara usus
- Konsultasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, Vera Farah., 2016. Gangguan Pencernaan yang Bisa diringankandengan
Sit Up . (Online).http://www.detik.com..
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Fatma, Fika. 2016. Olahraga Untuk Lansia Yang Mengalami Gangguan Gastrointestinal.
(online). https://www.scribd.com/embeds/474365005/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Ningrum, Dewi. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Perubahan Fisiologis Sistem


Pencernaan. (online). https://www.scribd.com/embeds/472787270/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Akbar, Ahmad. 2013. Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. (online). https://www.scribd.com/doc/139703495/Asuhan-Keperawatan-
Gerontik-Dengan-Gangguan-Sistem-Pencernaan-2

Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesi.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar diagnosi keperawatan indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai