Anda di halaman 1dari 36

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

Y DENGAN MASALAH
KESEHATAN GASTRITIS DI WILAYAH RT 02 RW 03 KELURAHAN
KULIM KEC. KULIM”

KEPERAWATAN KELUARGA

DOSEN PENGAMU:

Ns.Rohmi Fadli ,S.Kep,M.Kep

DISUSUN OLEH :

RAFICA (180101150)

STIKes AL-Insyirah PEKANBARU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

T/A2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kamiucapkan kepada Allah SWT karana atas rahmat dan hidayah-nya
kami dapat dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA Tn.Y DENGAN MASALAH KESEHATAN GASTRITIS” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.Dalam penusunan makalah ini,kami menyadari masih
banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi pemyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul makalah.

Penyusun 19 Agustus 2021

(Rafica)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan masalah........................................................................................................3

C. Tujuan .........................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP LANSIA....................................................................................................4

PengertianLansia..............................................................................................................5

Batas Usia Lansia.............................................................................................................6

Perubahan Yang Terjadi di Lansia...................................................................................7

Tugas Perkembangan Pada Lansia.............................................................................................9

B. KONSEP HIPERTENSI

Pengertian Hipertensi.....................................................................................................11

Klasifikasi Hipertensi.....................................................................................................11

Etiologi dan Faktor Resiko............................................................................................12

Patofisiologi Hipertensi.................................................................................................14

Manifestasi Klinis Hipertensi........................................................................................16

Pemeriksaan Penunjang hipertensi................................................................................17

Penatalaksana hipertensi................................................................................................18

BAB III PENUTUP

Kesimpulan....................................................................................................................22

Saran..............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................24

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung.
Pada orang awam sering menyebutnya dengan penyakit maag. Gastritis merupakan
salah satu yang paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya.
Masyarakat sering menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan semakin
besar dan parah maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak sembab, merah, dan
mudah berdarah.

Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres,karena stres dapat
meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti
inflamasi non steroid.

Penyakit gastritis sangat menganggu aktifitas sehari-hari, karena penderita akan


merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa
tidak enak, juga menyebabkan peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena
gangguan absorbsi vitamin B12.

Ada berbagai cara untuk mengatasi agar tidak terkena penyakit gastritis dan untuk
menyembuhkan gastritis agar tidak menjadi parah yaitu dengan banyak minum + 8
gelas/hari, istirahat cukup, kurangi kegiatan fisik, hindari makanan pedas dan panas
dan hindari stres. Untuk pencegahan itu peran pelaksanaan kesehatan sangat
pentingyaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga
masyarakat tentang gastritis, baik cara mencegahnya maupun cara menanganinya.
Peran keluarga dan lingkungan juga mendorong penurunan terjadinya gastritis, yaitu
dengan cara hidup sehat.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana definisi Gastritis ?

2. Bagaimana etiologi Gastritis ?

3. Bagaimana klasifikasi Gastritis ?

4. Bagaimana patofisiologi Gastritis ?

5. Bagaimana woc Gastritis ?

4
6. Bagaimana manifestasi klinis Gastritis ?

7. Bagaimana penatalaksanaan Gastritis?

1.3 Tujuan
Melakukan proses asuhan keperawatan pada keluarga dengan Gastritis di wilayah RT 02 RW
03 kelurahan kulim kec.kulim dengan pendekatan proses keperawatan .

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Konsep Proses Menua dan Lansia

2.1.1 Teori Proses Menua

Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukakan oleh

(Maryam, 2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori

sosial, teori genitika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat

metabolisme dan teori kejiwaan sosial. Berdasarkan pengetahuan yang

berkembang dalam pembahasan tentang teori proses menjadi tua (menua)

yang hingga saat ini di anut oleh gerontologis, maka dalam tingkatan

kompetensinya, per awat perlu mengembangkan konsep dan teori

keperawatan sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori proses

menjadi tua (menua) tersebut. Postulat yang selama ini di yakini oleh para

ilmuan perlu implikasikan dalam tataran nyata praktik keperawatan, sehingga

praktik keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan

masyarakat.

Perkembangan ilmu keperawatan perlu diikutip dengan pengembangan

praktik keperawatan, yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi

terhadap masalah masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Secara

umum, implikasi/ praktik keperawatan yang dapat dikembangkan dengan

proses menua dapat didasarkan dapat teori menua/secara biologis, psikologis,

dan sosial. Berkut adalah uraian bentuk-bentuk aplikasi asuhan keperawatan

yang diberikan kepada individu yang negalami proses penuaan, dengan di

6
dasarkan pada teori yang mendasari prose menua itu sendiri. Iplikasi

keperawatan yang diberikan di dasarkan atau asumsi bahwa tindkan

keperawatan yang diberikan lebih di tekankan pada upaya untuk

memodifikasi fakotr-faktor secara teoritis di anggap dapat mempercepat prose

penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan teori menua adalah

senescence. Menurut Sunaryo (2016), senescence diartikan sebagai

perubahan perilaku sesuai usia akibat penurunan kekuatan dan kemampuan

adaptasi.

2.1.2 Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas

(Hardwiyanto & Setiabudhi, 2005). Pada lanjut usia alan terjadi proses

menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak

dapat berhan terhadap infeksi dan meperbarbaakan kerusakan yang terjadi

(Aster, 2009). Oleh karetan itu dalam tubuh akan menumpuk makin banayk

distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit dengeneratif yang

menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal

(Sunaryo, 2016).

Lansia merupakan periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu

suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu

(Peldian Olds, 2007). Proses menua (aging) adalah suatu proses alami yang

disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologi maupun sosial yang saling

berinteraksi satu sama lain (Sudaryanto, 2008). Lansia akan mengalami

7
perubahan yang terkait dengan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang

kecepatan perubahan tersebut berbeda untuk setiap individu. Jenis kelamin,

rasa, kelas sosial, dan keimanan menciptakan interaksi yang komplek yang

berkontribusi dalam proses penuaan setiap individu.

2.1.3 Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi dalam Sunaryo (2016), bata-

batas umur yang mencakup batas umur lansia sebagai berikut

1. Menurut undang-undangn Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mmencapai

usia 60 tahun ke atas”.

2. Menurut Wordl Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi

empat kriteria berikut usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,

lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90

tahun, usia sangat tua (very old) ialah di batsu 90 tahun.

3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu:

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase virilities) ialah

40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase

senium) ialah 65 sampai tutup usia.

4. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setypnegoro masa lanjut usia (geriatric

age) > 65 tahun, atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri

dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-

80 tahun), dan very old (> 80 tahun) (Efendi & Makhfudli, 2009).

8
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).

2.1.4 Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Suiraoka, (2012), penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk

menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi

sel dalam tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Menurut

(Meredith Wallace, 2007), beberapa perubahan yang akan terjadi pada

lansia diantaranya adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan :

1. Perubahan fisik

a. Sel saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan

berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar

sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein

di otak, otot, ginjal, darah.

b. Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan

mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada

indra pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada

telinga, pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan kornea,

hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada

indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan

kelenjer keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya

9
seperti menurunnya kekuatan otot pernapasan, sehingga kemampuan

membau juga berkurang.

c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera

makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur

(saliva) dang era peristaltic usus juga menurun.

d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan

sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

e. Sistem musculoskeletal, kehilangan cairan pada tulang dan makin

rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon

mengerut.

f. Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa

darah yang menurun, ukuran jantung secara keseluruhan menurun

dengan tidanya penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup

jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi

lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya

distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau

meningkat.

2. Perubahan intelektual

Akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan

otak seperti perubahan intelegenita quantion (IQ) yaitu fungsi otak

kanan mengalami penurnan sehingga lansia akan mengalami penurunan

sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal

10
wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena

penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk

menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan

untuk mengingat pada lansia juga menurun (Mujahidullah, 2012).

3. Perubahan keagamaan

Pada umumnya lansia akan semakin teratur dalam kehidupan

keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang

akan meninggalkan kehidupan dunia.

2.1.5 Tugas Perkembangan pada lanjut usia

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam

kehidupan suatu individu (Stanly & Gauntlett, 2007). Ada beberapa tahapan

perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :

1. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.

2. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan.

3. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya.

4. Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai dengannya.

5. Pemenuhan kewajibab social dan kewarganegaran.

6. Pembentuk kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

2.1.6 Tipe-Tipe Lansia

Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Maryam, 2008)

tipe tersebut di jabarkan sebagai berikut :

11
1. Tipe lansia bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memnuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengikuti

kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

4. Tipe masrah

Menerima dan menunggu nasib baik,, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan

acuh tak acuh.

12
2.2 Konsep Hipertensi pada Lansia

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik

yang intermiten atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg

atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan

hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Nugroho,

2000).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh

darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health

Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90

mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin

(Marliani, 2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi

lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg (Gardner Samuel, 2008).

2.2.2 Klasifikasi

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1977):

1 Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

13
2 Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2


golongan besar yaitu :
1 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

Tekanan
Tekanan sistolik
Tigkat diastolik Jadwal kontrol
(mmHg)
(mmHg)
Tingkat
I
Tingkat 140-159 90-99
II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat 180-209 110-119 1 minggu sekali
III 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS
Tingkat
IV

2.2.3 Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia menurut Triyanto (2014)

adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

1 Elastisitas dinding aorta menurun

2 Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

14
5 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-

data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1 Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi

2 Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

d. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah :

1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)

2) Kegemukan atau makan berlebihan

3) Stress

4) Merokok

5) Minum alcohol

6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

15
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti

Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,

Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli

kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme,

Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–

obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan

dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi

16
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke

ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan

penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,

2008).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi

palsu”disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh

cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1977).

17
2.2.6 Pathway

18
2.2.6 Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan

gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Menurut Kasron (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,

Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko seperti

hiperkoagulabilitas, anemia.

2. BUN

Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi

(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh

peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

19
3. Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)

atau menjadi efek samping terapi diuretik.

4. Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi\

5. Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya

pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

6. Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

7. Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

1. Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya

diabetes.

2. Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

3. Steroid urin

Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalism

4. IVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim

ginjal, batu ginjal / ureter

5. Foto dada

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

20
6. CT scan

Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

7. EKG

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi.

2.2.8 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi.

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan

dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi

tanpa obat ini meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Penurunan asupan etanol

e) Menghentikan merokok

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan

untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat


21
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti

lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik

atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5

x perminggu.

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh

yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara

melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam

tubuh menjadi rileks

3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

22
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Data Umum
1. Identitas kepala keluarga
a. Nama : Tn.Y
b. Umur :
c. Agama : Islam
d. Suku : Minang
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Buruh harian lepas
g. Alamat : Jl. Budi luhur

2. Komposisi anggota keluarga


No Nama Jenis Hub TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan Agam
anggota kelamin dg a
keluarga KK
1. Yoza eka L Suami 04-06-1984 SD Buruh Islam
putra harian
2. Rita P Istri 27-04-1984 SD Wiraswasta Islam
3. Anggia P Anak 12-11-2004 Siswa SMA Pelajar Islam
putri
pratama
4. Aditya L Anak 07-01-2009 Siswa SMP Pelajar Islam
syaputra
5. Nur hafsah P Anak 30-07-2016 Belum - Islam
sekolah

3. Genogram

24
4. Tipe keluarga
a. Jenis tipe keluarga
Berdasarkan kondisi keluarga Tn. Y, maka keluarga Tn. Y termasuk dalam
tipe keluarga The nuclear family (keluarga inti) keluarga yang terdiri dari
suami,istri,dan anak.
b. Masalah yang terjadi pada tipe keluarga
Tn. Y Mengataka tidak ada masalah dengan tipe keluarganya saat ini.
5. Suku bangsa
a. Latar belakang etnis keluarga/anggota keluarga
Keluarga Tn. Y adalah suku minang
b. Tempat tinggal keluarga
Keluarga Tn. Y merupakan penduduk asli desa kulim. Tn.Y masih belum
mempunyai rumah sendiri sehingga tinggal di rumah sewa.
c. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana
Keluarga Tn. Y Tidak ada pantangan makanan, mereka makan sayuran,lauk-
pauk, dan nasi.
d. Bahasa yang digunakan dirumah
Keluarga Tn. Y memakai bahasa minang dan bahasa Indonesia
6. Agama
a. Apakah ada perbedaan antara anggota keluarga dengan keyakinan
Tidak ada
b. Agama yang dianut oleh anggota keluarga
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. Y adalah agama islam. Keluarga
mengatakan mereka melakukan ibadah sesuai kepercayaan yang mereka anut.
c. Keaktifan keluarga dalam menjalankan ibadah
Menurut Tn.Y keluarganya taat mejalankan ajaran agama.
d. Kepercayaan-kepercayaan dalam nilai-nilai yang dianut keluarga yang
mempengaruhi kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan
Menurut Tn. Y tidak ada ajaran agama islam yang bertentangan dengan
kesehatan.

7. Status sosial ekonomi keluarga


Tn. Y saat ini bekerja sebagai buruh harian, sedangka Ny. R bekerja sebagai
wiraswasta. Menurut Tn.Y penghasilannya sebulan sekitar 2-3 juta rupiah.
Menurutnya pendapatannya tersebut bisa mencukupi biaya kehidupa sehari-hari
keluarganya. Yang mengelola keuangan keluarga adalah Ny. R
8. Aktivitas rekreaksi keluarga
Menurut Tn. Y keluarganya sesekali pergi ke pondok pesanten untuk melihat
anaknya yang bersekolah di sana.

25
B. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
1. Riwayat perkembangan keluarga saat ini
Tn. Y memiliki 3 orang anak. Anak Tn. Y berusia 15 dan 10 tahun,. Menurut
Duvall dan Milller (Friedman, 1998) keluarga "child bearing" kelahiran anak
pertama dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas perkembangan keluarga yang
penting pada tahap ini adalah: Persiapan menjadi orang tua, adaptasi dengan
perubahan anggota keluarga,
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menurut Ny.R tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi di
dalam keluarganya,
3. Riwayat keluarga inti
Ny. R mengatakan menikah dengan Tn. H Karena suka sama suka. dan dikaruniai
tiga orang anak yaitu An.A umur 17 tahun, An.A umur 12 tahun dan An. N
Uumur 5 tahun.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. R mengatakan orang tua Tn. Y dan orang tuanya tinggal di desa Puncak
Indah. Bapak dari Tn. H sudah meninggal dunia lebih kurang 15 tahun yang lalu,
sementara ibu dari Tn. H sekarang menderita sakit Hipertensi. Ny. F mengatakan
karena belum memiliki rumah sendiri maka keluarganya tinggal di rumah sewa
orang tua dari suaminya Orang tua dari Tn. H bekerja sebagai wiraswasta.

C. Lingkungan
1. Karaktristik rumah
a. Perumahan
Jenis rumah semi permanen dengan luas 4x10 m2, terdiri dari 2 kamar tidur
dan 1 buah kamar mandi yang terletak di luar rumah. Status rumah milik orang
lain, atap rumah seng, Fentilasi rumah ada, luas ventilasi >10 % luas lantai.
Pada siang hari cahaya dapat masuk ke dalam rumah, penerangan listrik, lantai
terbuat dari keramik dan kebersihan rumah cukup bersih.
b. Denah rumah

26
c. Pengelolaan sampah
Pekarangan rumah keluarga Tn. Y cukup luas, kondisi pekarangan depan
bersih,kondisi pekarangan belakang rumah agak sempit,pembuangan limbag
rumah tangga ke pekarangan belakang. Tempat pembuagan sampah tidak ada,
sampah biasanya dibakar.
d. Sumber air yang digunakan oleh keluarga
Sumber air minum keluarga berasal dari sumur gali yang berada di belakang
rumah.
e. Jamban keluarga
Keluarga Tn. Y memiliki 1 buah WC yang terletak di belakang rumah. Jenis
jamban yang di gunakan yaitu jamban cemplung, jarak antara sumber air
dengan tempat penampungan tinja >10 meter
f. Pembuangan air limbah
Pembuangan limbah BAB keluarga Tn. Y biasanya di buang ke septik tank,
kondisinya baik
g. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
Keluarga Tn. Y ada mengikuti perkumpulan social dalam kegiatan di
masyarakat setempat seperti ikut yasinan dan arisan. Namun sejak masa
pandemi covid-19, Ny.R sudah jarang pergi pergi lagi hanya di sekitar rumah
tetangga saja. Fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat adalah
puskesmas,dan keluarga Ny.R biasanya memanfaatkannya untuk berobat.

h. Karaktristik tetangga dan komunitas


Hubungan keluarga dengan tetangga baik, tetangga yang ada disekitar rumah
klien ramah-ramah. Keluarga tinggal diwilayah yang penduduknya masih
belum ramai sehingga jarak antara rumah yang satu dengan yang lain masih
terlalu jauh. Mayoritas penduduk yang tinggal diwilayah ini bekerja sebagai
Pembuat batu bata. Warga memiliki tradisi mengadakan pengajian dan arisan.
Pengajian dan arisan ini berlangsung di mushola desa.
i. Mobilitas geografis keluarga
Tempat tinggal. Ny.R dan Tn.Y sejak menikah tinggal di Rumah sewa di jl.
Budi luhur kecamata kulim.
j. Perkumupulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. Y dan Ny.R aktif dalam mengikuti pengajian yang ada dilingkungan
rumahnya, namun sejak pandemi covid jarang mengikuti pengajian dan ngaji
dirumah saja.
k. Sistem pendukung social
Dalam keluarga Tn.Y apabila ada suatu masalah biasanya diselesaikan dengan
musyawarah dengan anggota keluarga yang lain. Keluarga klien memliliki
fasilitas yang ada dirumah meliputi, sarana MCK, tempat tidur, sumber air,
motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan dukungan psikologi dan spiritual
keluarga terpenuhi dengan baik.

27
D. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi
Keluarga Tn. Y menggunakan pola komunikasi terbuka, meskipun Tn Y lebih
sering berada di luar rumah karena sehari-hari Tn.Y bekerja sebagai buruh harian
dan pulang sore hari. Sementara Ny. R tinggal di rumah mengurus rumah tangga,
anaknya, dan berjualan. mereka selalu berkomunikasi satu sama lain apabila ada
masalah.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga terdapat pada Tn.Y dimana beliau mengatur segala peraturan
yang terdapat di rumah serta bertanggung jawab terhadap kebutuhan anggota
keluarganya, meskipun sebelum memutuskan biasanya Tn.Y mendiskusikannya
terlebih dahulu.
3. Struktur peran
a. Tn.Y
Peran formal : Tn.Y hanya berperan sebagai anggota masyarakat
Peran informal :Tn.Y berperan sebagai kepala keluarga, suami, ayah.
b. Ny. R
Peran formal: Ny.R masih aktif dalam kegiatan anggota masyarakat dan
perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya seperti arisan dan
pengajian. Hanya karena masih masa pandemic covid pelaksanaannya masih
belum diaktifkan lagi.
Peran informal :Ny.F berperan sebagai ibu dan istri
c. An. A
Peran formal: An. A berperan sebagai anggota masyarakat dan anak sekolah.
Peran informal : An. A berperan sebagai anak dari Tn.Y dan Ny. R
d. An. A
Peran formal: An.A berperan sebagai anggota masyarakat dan anaksekolah
Peran informa! : An. A berperan sebagai anak dari Tn.Y dan Ny. R
e. An. N
Peran formal: An.N berperan sebagai anggota masyarakat
Peran informa! : An. N berperan sebagai anak dari Tn.Y dan Ny. R

28
4. Nilai dan norma keluarga
Tn.Y mengatakan bahwa keluarga ini selalu menjalankan ajaran agama yang
dianut yaitu Islam. Keluarga ini mengatakan bahwa jika terdapat salah satu
anggota keluarga yang sakit, mereka langsung membawa ke puskesmas. Keluarga
Tn.Y tidak memiliki kepercayaan-kepercayaan mistis tertentu terkait penyakit
yang diderita oleh individu

E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn.Y adalah keluarga yang harmonis, saling memperhatikan satu sama
lain dan saling menyayangi. Mereka memanfaatkan waktu bersama dengan
bercengkrama terutama Ny.R sangat penuh kehangatan, kasih sayang dan saling
memperhatikan satu sama lain. Berdasarkan hasil observasi penulis, Tn.Y dan
Ny.R terlihat akrab.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi dalam keluarga tampak baik. Mereka juga bersosialisasi kepada
tetangga dengan sangat baik. Keluarga juga menekankan berperilaku sesuai
dengan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di
lingkungan tempat tinggal. Keluarga Tn. Y mengikuti kegiatan yasinan yang ada
di masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
saat dilakukan pengkkajian Tn.Y mengatakan sudah pernah menderita sakit asam
lambung sejak 2 tahun yang lalu Tn.Y mempunyai 3 orang anak yang berusia 17
tahun, 12 tahun, dan 5 tahun,dan Ny.R istri Tn.Y sekarang lagi menggunakan KB
Suntik.
4. Fungsi ekonomi
Tn.Y seorang buruh harian (pembuat batu bata) yang memiliki penghasilan
ketergantungan naik turun harga dan produksi batu-bata ,rata-rata menghasilkan
dua jutaan selagi harga anjlok,sedangkan Ny.R bekerja(wiraswasta dan ibu rumah
tangga).

29
F. Stress dan kopping keluarga
1. Stress jangka pendek
Tn. Y mengatakan sering nyeri
2. Stress jangka panjang
Sedangkan stresor jangka panjang adalah biaya sekolah anak
3. Kemampuan keluarga berespons terhadap stress
Keluarga selalu berdoa semoga Tn. Y sehat-sehat dalam mencari nafkah untuk
keluarga.
4. Stress kopping yang digunakan
Anggota keluarga Tn. Y selalu bermusyawarah untuk menyelesikan masalah yang
ada.

G. Pemeriksaan fisik
No Pemeriksaa Tn.Y Ny.R An.A An.A An.N
n
01 Keadaan Kesadaran Kesadaran Kesadaran Kesadaran Kesadaran
umum: Compos Compos Compos Compos Compos
mentis mentis mentis mentis mentis

TTV: 130/70 110/80 100/70 1100/80 80 /70 mmHg


TD,Nadi, mmHg mmHg mmHg mmHg 80x/m,22x/m,
Respirasi, 80x/ 80x/ 80x/ 80x/ 36,5
Suhu m,22x/ m,22x/ m,22x/ m,22x/
m,36,5 m,36,5 m,36,5 m,36,5
02 Kepala
03 Leher dan
dada
04 Mata
05 Abdomen
06 Ektermitas
atas dan
bawah
07 Genetelia
dan rectum

H. Harapan keluarga
keluarga berharap perawat dapat memberikan informasi tentang masalah penyakit
yang ada di kerluarga Tn.Y, supaya dapat mencegah komplikasi serta menjaga
kebersihan lingkungan dan kesehatannya. Keluarga juga berharap agar petugas
kesehatan dapat berfungsi dengan baik, mampu memberikan pelayanan yang baik
30
dan tepat kepada siapa saja yang membutuhkan. Terhadap masalah kesehatannya :
Keluarga berharap asam lambung bisa membaik .

3.2 Analisa data dan formulasi diagnosa keperawatan keluarga

No Data etiologi Problem


1. Ds:
Tn.Y
Do:
Tn.Y

31
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengetahuan yang berkembang dalam pembahasan tentang teori
proses menjadi tua (menua) yang hingga saat ini di anut oleh gerontologis, maka
dalam tingkatan kompetensinya, perawat perlu mengembangkan konsep dan teori
keperawatan sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori proses
menjadi tua (menua) tersebut.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.

B. SARAN
Penulis berharap agar laporan pendahuluan ini dapat di jadikan sebagai bahan
pembelajaran dalam teori tentang hipertensi.

32
DOKUMENTASI KEPERAWATAN GERONTIK

33
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2012). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan
Stroke. Yogyakarta: Dianloka.

Adriansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.

Anies. (2010). Buku Ajar Kedokteran & Kesehatan Penyakit Degeneratif.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Brunner, & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Darmojo, R. (1977). Community Survey of Hypertention in Semarang. Buletin


Penelitian Kesehatan, 5(1 Mar).

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Gardner Samuel, F. (2008). Smart Treatment For Hight Blood Pressure. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Hardwiyanto, & Setiabudhi, T. (2005). Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup


Para Lanjut Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Indriana, Y. (2012). Gerontologi dan Progeria. Jakarta: Selemba Medika.

Kasron. (2001). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Selemba


Medika.

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:


Selemba Medika.

Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Selemba


Medika.

Nugroho, H. W. (2000). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Stanly, M., & Gauntlett, P. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

34
35

Anda mungkin juga menyukai