Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN LAHAN KERING KEPULAUAN

“Penyakit Stunting”

OLEH:
KELOMPOK 2

1. NUR ARIFAH (1607010053)


2. YORAMLY A. SILLA (1607010084)
3. YUNINGSI INDRASARI (1607010121)
4. YUSTINA NONCE LEO (1607010197)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR

Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan syukur
ke hadirat Tuhan YME karena atas kuasa-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah
Penentuan Prioritas Masalah Penyakit Stunting. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembangunan Kesehatan Lahan Kering Kepulauan.

Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini, mudah-mudahan bantuan yang diberikan mendapatkan balasan
yang berlipat ganda dari Tuhan YME.

Selain itu, penyusun juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini pasti masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu,
penyusun mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Kupang, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

C. Tujuan .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4

A. Teori H. L. Blum ................................................................................................... 4

B. Metode USG .......................................................................................................... 7

C. Metode CARL ....................................................................................................... 8

D. Metode BRYANT……………………………………………………………….10

E. Metode PEARL .....................................................................................................11

F. Alternatif Pemecahan Masalah…………………………………………………...12

G. Plan Of Action ………………………………………………………………......13

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................15

A. Kesimpulan ...........................................................................................................15

B. Saran ......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di
diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan
gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan
linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk
dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan
ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat
kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting
akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu
(Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang
menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan
meningkatkan risiko kematian.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan
yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara
dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010,
secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 %
yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.

Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi dan
penyakit infeksi. Terdapat dua kelompok utama zat gizi yaitu zat gizi makro dan zat gizi
mikro (Admin, 2008). Zat gizi makro merupakan zat gizi yang menyediakan energi bagi
tubuh dan diperlukan dalam pertumbuhan, termasuk di dalamnya adalah karbohidrat, protein,
dan lemak. Sedangkan zat gizi mikro merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan
fungsi tubuh lainnya, misalnya dalam memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan zat
besi. Termasuk di dalamnya adalah vitamin dan mineral. Stunting tidak hanya disebabkan
oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu

1
asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat berat lahir badan rendah
(BBLR) dan riwayat penyakit (UNICEF, 2007).

Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu
tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga) dan individu. Pada tingkat rumah tangga
(keluarga), kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai, tingkat pendapatan, pola
asuh makan anak yang tidak memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai
menjadi faktor penyebab stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat
masyarakat (UNICEF, 2007).

Konsekuensi defisiensi zat gizi makro selama masa anak-anak sangat berbahaya.
Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat menyebabkan kwashiorkor pada anak-
anak dibawah lima tahun. Kekurangan protein juga sering ditemukan secara bersamaan
dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus
(Almatsier, 2004). Protein sendiri memiliki banyak fungsi, diantaranya membentuk jaringan
tubuh baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh,
memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati, menyediakan asam amino yang
diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolism (Karsin ES, 2004).

Pangan dan gizi merupakan salah satu faktor yang terkait erat dengan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dengan mutu gizi
seimbang lebih mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Masalah pangan dan gizi
merupakan masalah yang kompleks dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa
metode pendekatan yang dilakukan dalam menentukan penilaian keadaan pangan dan gizi
dapat dilakukan dengan cara menilai konsumsi dan kebiasaan makan serta menilai status gizi
pada suatu daerah atau kelompok tertentu. Tiap daerah mempunyai masalah pangan dan gizi
yang berbeda dengan daerah lainnya. Wilayah tempat penduduk bermukim turut menentukan
pola konsumsi masyarakat tersebut (Augustyn, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyakit stunting berdasarkan teori H. L. Blum?
2. Bagaimana menentukan prioritas masalah penyakit stunting dengan metode USG?
3. Bagaimana menentukan prioritas masalah penyakit stunting dengan metode
CARL?

2
4. Bagaimana menentukan prioritas masalah penyakit stunting dengan metode
BRYANT?
5. Bagaimana menentukan prioritas masalah penyakit stunting dengan metode
PEARL?
6. Bagaimana alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah penyakit
stunting?
7. Bagaimana plan of action dari prioritas masalah penyakit stunting?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana penyakit stunting jika dikaitkan dengan teori H. L. Blum,
2. Mengetahui bagaimana cara menentukan prioritas masalah penyakit stunting
dengan metode USG.
3. Mengetahui bagaimana cara menentukan prioritas masalah penyakit stunting
dengan metode CARL.
4. Mengetahui bagaimana cara menentukan prioritas masalah penyakit stunting
dengan metode BRYANT.
5. Mengetahui bagaimana cara menentukan prioritas masalah penyakit stunting
dengan metode PEARL.
6. Mengetahui alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah penyakit
stunting.
7. Mengetahui plan of action dari prioritas masalah penyakit stunting.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori H. L. Blum

Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan, berikut penjelasannya :

1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi
tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan,
dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia
seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah
juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua
pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Analisis masalah penyakit stunting yang disebabkan oleh lingkungan, antara lain:

 Tinggal di lingkungan dengan sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai


 Penggunaan pestisida dilahan pertaninan

2. Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat


karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi
oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan
perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan


pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya

4
dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role
model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.

Analisis masalah penyakit stunting yang disebabkan oleh perilaku, antara lain:

 Kurang asupan gizi bumil


 Jarak kehamilan yang terlalu dekat
 Kehamilan remaja
 Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang stunting
 Bayi tidak mendapat ASI ekslusif
 Tidak melakukan imunisasi

3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta
kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi
fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri
apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
Analisis masalah penyakit stunting yang disebabkan oleh pelayanan kesehatan, antara
lain:

 Kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah stunting

 Petugas Puskesmas tidak melakukan penyuluhan stunting kepada masyarakat

 Keterbatasan fasilitas alat ukur tinggi badan dan alat penimbang berat badan
(alat sudah lama tidak diperbaharui sehingga tidak akurat lagi).

5
4. Genetik / Keturunan (Heriditas)
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan? Pertanyaan itu menjadi kunci
dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda
kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun
bangsanya.

Berikut ini adalah table analisis masalah penyakit stunting bersadarkan teori dari Hendrik L.

Blum:

Masalah Lingkungan Perilaku Pelayanan Keturunan


Kesehatan Kesehatan
Tingginya  Tinggal di  Kurang asupan  Kurangnya ----
angka lingkungan gizi bumil kesadaran
stunting dengan sanitasi tenaga
dan kebersihan  Jarak kehamilan kesehatan
yang tidak yang terlalu dalam
memadai dekat mengatasi
masalah
 Penggunaan stunting
pestisida  Kehamilan
dilahan remaja  Petugas
pertaninan Puskesmas
 Rendahnya tidak
pengetahuan melakukan
masyarakat penyuluhan
tentang stunting stunting
kepada
 Bayi tidak masyarakat
mendapat ASI
ekslusif  Keterbatasan
fasilitas alat
ukur tinggi
 Tidak
badan dan
melakukan
alat
imunisasi
penimbang
berat badan
(alat sudah
lama tidak
diperbaharui
sehingga
tidak akurat
lagi).

6
2.2 Metode USG

Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan

prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,

keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai. Isu yang memiliki total

skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness,

dan growth dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat
yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan
urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya
masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu,mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
2) Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak.

7
3) Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan
apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat
dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri.

Berikut adalah pemakaian metode USG dalam penentuan prioritas masalah stunting:
No. Masalah U S G Total Urutan
1. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi dan 1 2 2 4 VI
kebersihan yang tidak memadai
2. Penggunaan pestisida dilahan pertaninan 2 3 2 12 II
3. Kurang asupan gizi bumil 2 3 2 12 II
4. Jarak kehamilan yang terlalu dekat 2 2 1 4 VI
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang 1 2 2 4 VI
stunting
6. Bayi tidak mendapat ASI ekslusif 2 3 3 18 I
7. Tidak melakukan imunisasi 3 2 2 12 II
8. Kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dalam 3 3 1 9 III
mengatasi masalah stunting

9. Petugas Puskesmas tidak melakukan penyuluhan 2 3 1 6 V


stunting kepada masyarakat

10. Keterbatasan fasilitas alat ukur tinggi badan dan 2 2 2 8 IV


alat penimbang berat badan (alat sudah lama
tidak diperbaharui sehingga tidak akurat lagi).

Jadi, prioritas masalah dari penyakit stunting adalah bayi tidak mendapat ASI ekslusif.

2.3 Metode CARL

Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan

prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan dengan

menentukan skor atas criteria tertentu, seperti kemampuan (capability), kemudahan

(accessibility), kesiapan (readiness), serta pengungkit (leverage). Semakin besar skor

semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.

Penggunaan metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola

8
program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan maslah. Penggunaan

metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program.

Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Kriteria CARL
tersebut mempunyai arti:
1. C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana)
2. A = Accesibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta
penunjang seperti peraturan atau juklak.
3. R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi
4. L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat


tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang
diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L. Nilai total
merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas adalah nilai tertinggi
sampai nilai terendah.

Berikut adalah pemakaian metode CARL dalam penentuan prioritas masalah stunting:

No. Masalah C A R L Total Urutan


1. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi dan 2 3 2 1 12 III
kebersihan yang tidak memadai
2. Penggunaan pestisida dilahan pertaninan 2 3 1 1 6 IV
3. Kurang asupan gizi bumil 2 1 1 2 4 V
4. Jarak kehamilan yang terlalu dekat 1 2 3 3 18 II
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang 1 3 1 2 6 IV
stunting
6. Bayi tidak mendapat ASI ekslusif 2 3 2 3 36 I
7. Tidak melakukan imunisasi 1 1 1 3 3
8. Kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dalam 2 2 1 3 12 III
mengatasi masalah stunting

9. Petugas Puskesmas tidak melakukan penyuluhan 2 1 1 3 6 IV


stunting kepada masyarakat

10. Keterbatasan fasilitas alat ukur tinggi badan dan 1 1 1 3 3 VI


alat penimbang berat badan (alat sudah lama
tidak diperbaharui sehingga tidak akurat lagi).

9
Jadi, prioritas masalah dari penyakit stunting adalah bayi tidak mendapat ASI ekslusif.

2.4 Metode BRYANT

Cara BRYANT ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika dan
Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu:

1. Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut


penting atau dapat juga disebut perhatian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah atau
instansi terkait terhadap masalah tersebut.
2. Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena masalah (penyakit) tersebut.
3. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut atau tingginya
angka morbiditas atau mortalitas serta kecenderungannya.
4. Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk mengatasinya dengan
ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, sarana dan metode/cara).
Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian masing-
masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai.
Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas yang tinggi pula.
Metode Bryant menggunakan skor yang berdasarkan pada kriteria: P = besarnya kelompok
atau staf yang terkena masalah, S = tingkat keseriusan atau kegawatan masalah, C = dampak
masalah terhadap perusahaan atau istansi terkait, M = ketersediaan teknisi atau kesediaan
perangkat. Rumus: Total skor = P x S x C x M.

Berikut adalah pemakaian metode BRYANT dalam penentuan prioritas masalah stunting:

No. Masalah P S C M Total Urutan


1. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi dan 2 3 1 2 12 II
kebersihan yang tidak memadai
2. Penggunaan pestisida dilahan pertaninan 2 3 1 1 6 V
3. Kurang asupan gizi bumil 2 3 1 1 6 V
4. Jarak kehamilan yang terlalu dekat 1 1 1 1 1 VI
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang 3 2 1 1 6 V
stunting
6. Bayi tidak mendapat ASI ekslusif 3 2 2 2 24 I
7. Tidak melakukan imunisasi 3 3 1 1 9 III
8. Kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dalam 2 2 1 2 8 IV

10
mengatasi masalah stunting

9. Petugas Puskesmas tidak melakukan penyuluhan 2 2 1 2 8 IV


stunting kepada masyarakat

10. Keterbatasan fasilitas alat ukur tinggi badan dan 3 2 1 1 6 V


alat penimbang berat badan (alat sudah lama
tidak diperbaharui sehingga tidak akurat lagi).

Jadi, prioritas masalah dari penyakit stunting adalah bayi tidak mendapat ASI ekslusif.

2.5 Metode PEARL

PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung
berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan
apakah suatu masalah dapat diatasi.
1. P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup
keseluruhan misi kita?
2. E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani
masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada
konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
3. A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
4. R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi
masalah?
5. L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk
diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL
adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian
skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir
terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan
merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan
sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah
kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat
masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk
melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di
masa mendatang.

11
No. Masalah P E A R L Nilai
1. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi dan kebersihan 0 1 0 1 1 0
yang tidak memadai
2. Penggunaan pestisida dilahan pertaninan 0 1 0 1 1 0
3. Kurang asupan gizi bumil 1 0 1 1 1 0
4. Jarak kehamilan yang terlalu dekat 0 0 1 1 1 0
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang stunting 1 0 1 1 1 0
6. Bayi tidak mendapat ASI ekslusif 1 1 1 1 1 1
7. Tidak melakukan imunisasi 1 1 0 1 1 0
8. Kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dalam 0 1 1 1 1 0
mengatasi masalah stunting

9. Petugas Puskesmas tidak melakukan penyuluhan 0 1 1 1 1 0


stunting kepada masyarakat

10. Keterbatasan fasilitas alat ukur tinggi badan dan alat 1 0 1 1 1 0


penimbang berat badan (alat sudah lama tidak
diperbaharui sehingga tidak akurat lagi).

Jadi, prioritas masalah dari penyakit stunting adalah bayi tidak mendapat ASI ekslusif.

2.6 Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah dari penyakit yang sudah

ditentukan yaitu bayi tidak mendapat ASI ekslusif adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan tentang ASI Ekslusif


Agar pengetahuan masyarakat lebih meningkat dan sikap terhadap ASI Eksklusif
lebih positif sehingga pada akhirnya diharapkan cakupan pemberian ASI Eksklusif
lebih meningkat.Bagi Masyarakat sendiri, baik ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu
menyusui agar lebih memperhatikan pola makannya dan makan makanan yang bisa
meningkatkan produksi ASI atau pengeluaran ASI, sehingga tidak ada lagi bayi yang
tidak diberi ASI eksklusif.
2. Melakukan koordinasi antara petugas kesehatan dengan ibu balita.
Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan lebih ditingkatkan baik di rumah
sakit, klinik bersalin, puskesmas dan posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau
petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang manfaat
ASI Eksklusif. Guna untuk memberikan mengenai pemberian ASI eksklusif pada
bayi. hingga usia 6 bulan dan Pada periode ini, bayi cukup diberi ASI saja tanpa
12
tambahan makanan apa pun termasuk air putih. Bayi memiliki ukuran lambung yang
kecil sehingga pemberian ASI sudah mencukupi kebutuhan nutrisi si kecil ASI
memiliki kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna oleh bayi. Selain kaya gizi,
ASI juga mengandung zat yang tidak ditemukan dalam susu formula yaitu antibodi.
Antibodi merupakan zat yang berperan dalam kekebalan tubuh yang dapat melindungi
tubuh dari serangan bakteri dan virus. Pemberian ASI dapat menurunkan resiko
terkena diare, konstipasi, infeksi telinga, dan meningitis pada bayi. Antibodi yang
berasal dari ibu juga melindungi bayi dari serangan asma, eksim, dan alergi.
3. Membuat penyuluhan tidak langsung menggunakan brosur atau pamplet
Penyuluhan secara tidak langsung ini mempengaruhi orang banyak dan memberikan
pesan singkat dan bermanfaat. Oleh karena itu, cara pembuatannya harus menarik,
sederhana, dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja misalnya tentang
membuat bagaimana manfaat ASI EKSLUSIF bagi balita .

2.7 Plan Of Action

N Jenis Tujuan Sasaran Tempat Waktu Penanggu Jenis


O Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan ng jawab Evaluasi
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1 Melakukan Agar ibu Ibu hamil Puskesmas Pada saat Petugas  Evaluasi
kegiatan hamil, ibu dan ibu atau posyandu kesehatan proses.
penyuluhan menyusui menyusui posyandu mmelakukan Meliputi
tentang dan ibu presentase
ASI nifas dapat kehadiran
Eksklusif memahami peserta (ibu
tentang hamil dan
pentingnya ibu
ASI menyusui ).
Eksklusif  Evaluasi
bagi Dampak.
kesehatan Jumlah ibu
bayi hamil dan
ibu
menyusui
yang
mengikuti
kegiatan
penyuluhan
tentang Asi
Eksklusif.
 Evaluasi

13
Hasil
 Untuk
mencegah
terjadinya
penyakit
diare,
konstipasi,
infeksi
telinga, dan
meningitis
pada bayi.

14
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan

sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk

memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi

lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup.

Kesehatan merupakan konsep yang positifyang menekankan pada sumber-sumber sosial dan

personal. Dengan teori H. L. Blum kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk,

dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara

memperbaiki 4 aspek utama determinan kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan

pelayanan kesehatan.

Berdasarkan metode USG, CARL, PEARL, Bryant, yang menjadi prioritas utama

masalah penyakit stunting adalah bayi tidak mendapat ASI ekslusif.

4.2 Saran

Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu

peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Secara garis besar

penyebab stunting dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu tingkatan masyarakat,

rumah tangga (keluarga) dan individu. Pada tingkat rumah tangga (keluarga), kualitas dan

kuantitas makanan yang tidak memadai, tingkat pendapatan, pola asuh makan anak yang

tidak memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai menjadi faktor penyebab

stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat

15
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gaspersz, V. dan A. Fontana. 2011. Integrated Management Problem Solving


Panduan bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Penerbit Vinchristo Publication.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. PT Gramedia Widiasarana.


Indonesia: Jakarta

Intiasari, Arih Diyaning. 2011. Menetapkan Prioritas Masalah. (Online)


http://www.budidarma.com/2011/06/menetapkan-prioritas-masalah.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37945/4/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 29 September 2019

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39357/4/Chapter%20ll.pdf diakses
pada tanggal 29 September 2019

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40863/4/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 29 September 2019

16
1

Anda mungkin juga menyukai