Oleh:
Kelompok 1
TAHUN 2023/2024
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Kec. Ciputat Tim., Kota Tangerang Selatan, Banten
15419
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu drh. Siti Riptifah Trihandari, M.Kes,
sebagai dosen pengampu mata kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah
wawasan khususnya “KEP (Kurang Energi Protein)” bagi para pembaca dan juga penulis.
Adapun metode yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan
pengumpulan sumber informasi dari berbagai sumber.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Pengertian..................................................................................................................6
2.2 Jenis Gizi Buruk.........................................................................................................6
2.2.1 Kwashiorkor.......................................................................................................6
2.2.2 Marasmus...........................................................................................................8
2.2.3 Marasmik-kwashiorkor.......................................................................................8
2.3 Penyebab....................................................................................................................9
2.4 Gejala.........................................................................................................................9
2.4.1 KEP ringan.........................................................................................................9
2.4.2 KEP berat.........................................................................................................10
2.5 Diagnosis..................................................................................................................10
2.6 Pengobatan...............................................................................................................11
2.7 Pencegahan..............................................................................................................11
2.8 Komplikasi...............................................................................................................12
2.9 Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Prevalensi KEP.................................................12
2.10 Penanggulangan Masalah KEP.................................................................................13
2.11 Sasaran Program Penurunan Prevalensi KEP..........................................................13
BAB III...................................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................................14
Kesimpulan.........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah pangan utama di Indonesia adalah KEP. Defisit zat gizi mikro
(makronutrien) merupakan akar penyebab KEP. Meskipun saat ini terjadi pergeseran
permasalahan gizi dari kekurangan gizi mikro menjadi kekurangan gizi mikro, namun
prevalensi KEP masih signifikan (>30%) di wilayah tertentu di Indonesia sehingga
memerlukan penanganan yang ketat dalam upaya menurunkan prevalensi KEP.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi telur, daging, dan
susu terendah di dunia, menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2019.
Meski memiliki sumber daya alam yang melimpah, konsumsi protein per kapita Indonesia
masih sangat rendah. Berdasarkan data Susenas 2022, rata-rata asupan protein harian per
orang adalah 62,21 gram (di atas rekomendasi 57 gram), sedangkan konsumsi telur, susu,
daging, dan ikan, udang, cumi, dan kerang hanya 3,37 gram, 4,79 gram, dan 9,58 persen.
Stunting akan lebih cepat berkurang jika gizi masyarakat pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) ditingkatkan dengan memasukkan protein hewani pada setiap makanan.
KEP merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
bawah usia lima tahun di seluruh dunia dan merupakan penyakit gizi paling signifikan di
negara-negara terbelakang. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kekurangan
energi protein menyebabkan lebih dari 54% kematian anak balita (DEPKES RI, 2016).
Berdasarkan penilaian berat badan terhadap usia, The United Nations Children's Fund
(UNICEF) memperkirakan bahwa sekitar 27% atau lebih dari 146 juta anak di bawah usia
lima tahun menderita KEP di seluruh dunia. Hingga empat juta anak balita diperkirakan
terkena dampak KEP di seluruh Amerika Latin. 35 juta balita dan 22 juta pasien KEP
masing-masing tinggal di Asia Timur.
Saat ini terdapat sekitar 1 miliar orang di dunia yang kekurangan energi dan tidak
dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik, menurut perkiraan Reutlinger dan Hydn. Selain
itu, 0,5 miliar orang di seluruh dunia masih belum mengonsumsi cukup protein untuk
mempertahankan pertumbuhan tubuh yang baik pada anak-anak dan bahkan untuk
menjalankan tugas-tugas dasar. Salah satu persoalan besar yang memasuki Repelita I di
Indonesia adalah persoalan kekurangan pangan dan kelaparan yang disertai dengan
banyaknya kejadian HO (Honger Oedeem) dan jatuhnya korban jiwa di berbagai tempat.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya landasan pembangunan nasional kita sejak Repelita I
adalah pembangunan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk.
Kenyataannya, pertumbuhan pertanian sejak Repelita III tidak semata-mata dimaksudkan
untuk meningkatkan produksi pangan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kurang Energi Protein (KEP)
2. Untuk mengetahui jenis gizi buruk pada Kurang Energi Protein (KEP)
3. Untuk mengetahui penyebab Kurang Energi Protein (KEP)
4. Untuk mengetahui gejala Kurang Energi Protein (KEP)
5. Untuk mengetahui diagnosis pada Kurang Energi Protein (KEP)
6. Untuk mengetahui pengobatan pada Kurang Energi Protein (KEP)
7. Untuk mengetahui pencegahan pada Kurang Energi Protein (KEP)
8. Untuk mengetahui komplikasi pada Kurang Energi Protein (KEP)
9. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya prevalensi Kurang Energi Protein
(KEP)
10. Untuk mengetahui penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP)
11. sasaran program penurunan prevalensi Kurang Energi Protein (KEP)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
yaitu seseorang yang kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi protein dalam makan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) yang sering dijumpai pada usia muda. Anak-anak
yang kekurangan protein dan energi sebagian besar digambarkan menderita kelainan ini.
Kurangnya nutrisi dapat menimbulkan masalah karena nutrisi penting untuk pertumbuhan
anak dan berfungsinya organ tubuh.
Kondisi gizi buruk sendiri dapat dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu marasmus, kwashiorkor,
atau kombinasi marasmus-kwashiorkor.
2.2.1 Kwashiorkor
merupakan tanda kelaparan yang ekstrim karena makanan yang dimakan tidak
memberikan energi yang cukup bagi tubuh untuk menopang kehidupan, menyebabkan
tubuh menyusut dan hanya tinggal kulit dan tulang. Marasmus biasanya menyerang
bayi yang berusia satu tahun. Hal ini terjadi jika ibu tidak dapat menyusui karena
produksi ASI tidak mencukupi atau memutuskan untuk tidak menyusui anaknya.
2.2.3 Marasmik-kwashiorkor
Hal ini disebabkan oleh kurangnya protein dan energi pada makanan pada umumnya.
Meskipun anak tampak kecil karena berat badannya di bawah kisaran -3SD, namun
terdapat tanda-tanda edema, pertumbuhan rambut tidak teratur, kulit kering dan
kusam, otot lemah, dan rendahnya kadar protein (albumin) dalam darah (Par'i, 2016).
2.3 Penyebab
Kurangnya kalori dan protein, yang diwujudkan dalam berbagai bentuk, merupakan
penyebab utama KEP. KEP mempunyai banyak penyebab tidak langsung, itulah sebabnya
KEP sering disebut memiliki penyebab multifaktorial. Salah satu faktornya berkaitan dengan
pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan tambahan diberikan setelah disapih (Humaydi,
1989). Selain itu, KEP merupakan penyakit lingkungan karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan, seperti pola makan, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi,
kemiskinan, dan lain-lain. KEP dapat muncul akibat kondisi sosiokultural, seperti pantangan
mengonsumsi makanan tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi.
KEP dipengaruhi oleh dua faktor. Makanan dan ada tidaknya infeksi menular
merupakan dua elemen yang secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan KEP pada
anak. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi anak mempengaruhi kedua faktor
tersebut, serta beberapa faktor penyebab tidak langsung, seperti: a) zat gizi dalam makanan;
b) daya beli keluarga, yang meliputi pendapatan, biaya pangan, dan pengeluaran keluarga
untuk kebutuhan selain pangan; c) Pandangan ibu saya mengenai gizi dan kesehatan; d) Ada
tidaknya pemeliharaan kebersihan dan kesehatan; e) Masalah lingkungan dan fenomena
sosial (Levinson, 1979 dalam Lismartina, 2000).
2.4 Gejala
Pada anak dengan Malnutrisi protein energi jenis marasmus, mereka tampak sangat
kurus. Selain itu, rambut mereka akan tampak seperti rambut jagung, tulang-tulang di tubuh
terlihat jelas, dan kulit tampak keriput. Pada anak dengan Malnutrisi protein energi jenis
kwashiorkor, mereka tampak bengkak, perut membuncit, dan tungkai membesar. Mereka
juga akan menunjukkan tanda-tanda seperti bercak coklat pada kulit yang mudah terkelupas
dan rambut yang mudah rontok. Pada Malnutrisi protein energi jenis campuran, gejala
marasmus dan kwashiorkor muncul bersamaan.
Gejala KEP berat lebih parah dan dapat mengancam jiwa. Gejala KEP berat meliputi:
● Berat badan sangat di bawah normal
● Pertumbuhan terhambat secara signifikan
● Daya tahan tubuh sangat menurun
● Mudah lelah
● Kulit sangat kering dan pucat
● Rambut rontok parah
● Diare parah
● Edema (penumpukan cairan)
● Infeksi
● Keterlambatan perkembangan mental dan fisik
2.5 Diagnosis
Diagnosis gizi buruk dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan anak.
Lalu, data ini akan disesuaikan dengan kurva berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dari
WHO. Jika BB/TB berada di bawah -3 SD menurut kurva WHO, maka dapat dipastikan anak
tersebut mengalami Malnutrisi protein energi. Selain itu, pemeriksaan gula darah, zat besi,
foto rontgen, dan tes mantoux juga perlu dilakukan. KEP dapat diklasifikasikan berdasarkan
berat badan anak, yaitu:
2.7 Pencegahan
Malnutrisi protein energi pada anak dapat dicegah dengan menerapkan pola makan
sehat dan seimbang yang mencakup:
● Berikan makanan yang beragam dan bergizi : masukkan berbagai jenis makanan ke
dalam menu harian, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein.
● Berikan makanan yang cukup : pastikan anak makan makanan dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan proteinnya.
● Berikan makanan yang bergizi untuk ibu hamil dan menyusui : ibu hamil dan
menyusui membutuhkan asupan energi dan protein yang lebih tinggi untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayinya.
● Berikan makanan yang bergizi untuk anak-anak : anak-anak membutuhkan asupan
energi dan protein yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangannya.
● Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan.
● Memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi mulai usia 6 bulan.
● Sumber karbohidrat, seperti nasi, roti, atau kentang
● Sumber protein dan lemak, seperti daging merah, ikan, telur, atau unggas
● Sumber mineral dan vitamin, seperti buah-buahan, sayuran, serta susu dan produk
olahannya, seperti keju atau yoghurt
Selain mengonsumsi makanan yang sehat, penting juga untuk minum air putih sesuai
kebutuhan.Pastikan Anda dan keluarga menerapkan pola makan gizi seimbang. Dengan
begitu, kebutuhan gizi harian anak dapat tercukupi dengan baik.
2.8 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi protein energi, baik
kwashiorkor maupun marasmus, yaitu:
Penderita Malnutrisi protein energi juga berisiko tinggi mengalami berbagai penyakit,
seperti beri-beri, dermatitis seboroik, demensia, atau gangguan pada tulang, seperti
osteomalacia.
Pada tingkat makro, terdapat korelasi langsung antara ukuran dan cakupan
permasalahan KEP dengan keadaan perekonomian secara keseluruhan. PEM merupakan
bahaya bagi rumah tangga yang anggotanya berasal dari kelompok kurang mampu secara
ekonomi yang dapat memberikan gambaran mengenai aksesibilitas pangan dan
keanekaragaman hayati. PEM ditentukan pada tingkat mikro (rumah tangga/individu) oleh
keadaan kesehatan, penyakit menular, yang juga menggambarkan keadaan lingkungan.
Demikian pula, kesalahan yang dilakukan saat memberi makan neonatus mempunyai dampak
yang signifikan terhadap perkembangan PEM pada balita.
Secara umum, Kementerian Kesehatan tidak menyarankan penambahan makanan
tambahan ke dalam ASI. Tumbuh kembang balita akan terhambat karena adanya
permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini atau
terlambat, serta buruknya kualitas dan kuantitas MP-ASI. Selain itu, perempuan sering kali
mengonsumsi MP-ASI buatan pabrik, yang banyak digunakan di daerah pedesaan, dalam
jumlah melebihi jumlah nutrisi yang diperlukan.
Balita merupakan penderita KEP secara umum. Adanya kausa multifaktorial terhadap
terjadinya KEP dan ketergantungan balita yang tinggi terhadap ibu membuat sasaran program
penurunan prevalensi KEP menjadi kompleks. Adapun yang menjadi sasaran program
penurunan prevalensi KEP antara lain :
● Balita.
● Ibu.
● Anak Usia Sekolah.
● Pekerja Berpenghasilan Rendah.
Program yang dilaksanakan adalah secara multisektoral dengan kerjasama pihak lain seperti
Depkes, Deptan Perguruan Tinggi, dll.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurang energi protein (KEP) adalah kondisi kekurangan gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. KEP dapat terjadi pada
semua kelompok usia, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak, ibu hamil dan menyusui,
serta orang dewasa lanjut usia.
● Penyebab langsung, yaitu kekurangan asupan energi dan protein dalam makanan
sehari-hari.
● Penyebab tidak langsung, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan seseorang tidak
mendapatkan makanan yang cukup, seperti kemiskinan, kelaparan, bencana alam, dan
penyakit.
Gejala KEP dapat bervariasi tergantung pada derajat keparahannya. Gejala KEP ringan
meliputi:
Chadha, V., & Warady, B. A. (2013). Nutritional Management of the Child with Kidney
Disease. (J. D. Kopple, S. G. Massry, & K. Kalantar-Zadeh, Eds.)
Hadi Atassi, D., & Chief Editor: Romesh Khardori, M. P. (2019). Protein-Energy
Malnutrition. Medscape.
INDONESIA, M. K. (2019). PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN
TATA LAKSANA MALNUTRISI.
Kesehatan, K. (2020). PENCEGAHAN DAN TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA
DI LAYANAN RAWAT JALAN. Kementerian Kesehatan RI.
Malnutrisi Energi Protein. (n.d.). From ayosehat.kemkes:
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/defisiensi-nutrisi/malnutrisi-energi-
protein